NAMA KELOMPOK :
1. KADEK INDAH PERMATASARI ( 1717011030 )
2. RESTI AFDILA ( 1717011031 )
3. I KADEK WAHYU AGUS SUKARYA ( 1717011052 )
4. NYOMAN WINNA PRASETYANINGRUM ( 1717011087 )
5. NI PUTU RATNA CINTYA DEWI ( 1717011088 )
6. DIKY PRADANA ( 1717011089 )
i
KATA PENGANTAR
OmSwastyastu,
Atas Asung Kertha Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, kami dapat
menyelesaikan tugas tentang ‘’Wawasan Kependidikan’’ ini dengan tepat pada waktunya,
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak yang
telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Wawasan Kependidikan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usul demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapa pun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalaahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah Bangsa yang kaya akan nilai-nilai budaya dan sejarah, yang
tentunya budaya dan sejarah tersebut mempengaruhi semua aspek kehidupan dan
memberikan serta membantu dalam pembentukan pola fikir dan paradigma masyarakat
dalam bernegara dan bertanah air.
Di era globalisasi dan jaringan informasi yang dapat di akses oleh siapapun dan
kapanpun mengakibatkan terjadinya perkembangan di segala sektor dan pemahaman baru
tentang budaya serta penerapan-penerapan akan pola yang diterapkan oleh Negara lain.
Salah satu Negara yang menjadi tujuan dan penyebaran jaringan informasi dan budaya
global adalah Indonesia, karena Indonesia adalah Negara berkembang dengan tingkat
populasi yang selalu meningkat dan ditunjang dengan fasilitas-fasilitas yang
memungkinkan untuk mengakses informasi baik itu dalam bentuk informasi data maupun
informasi global yang termasuk di dalamnya unsur-unsur budaya asing yang notabene
tidaklah sesuai dengan budaya Timur yang merupakan ciri khas Bangsa Indonesia. Dari
kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan,
seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan bahkan identitas nasional dari suatu
bangsa itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Identitas Nasional?
2. Apa saja Unsur-Unsur Identitas Nasional?
3. Mengapa Identitas Nasional sangat penting Bagi Negara?
4. Bagaimana Keterkaitan antara Identitas Nasional dengan Globalisasi?
5. Bagaimana Kondisi Identitas Nasional dalam Era Global?
6. Bagaimana Upaya Mempertahankan Identitas Nasional pada Era Globalisasi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu identitas nasional
2. Untuk mengetahui unsur unsur identitas nasional
3. Untuk mengetahui pentingnya identitas nasional bagi Negara
4. Untuk mengetahui keterkatian antara identitas nasional dengan globalisasi
5. Untuk mengetahui kondisi identitas nasional dalam era globalisasi
6. Untuk mengetahui upaya mempertahankan identitas nasional di era globalisasi
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Identitas Nasional
Kata Identitas berasal dari kata Identitu, yang memiliki arti tanda-tanda, ciri-ciri,
atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan
yang lain. Sementara itu kata “nasional” merupakan identitas yang melekat pada
kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan fisiik, baik
fisik seperti budaya, agama dan bahasa maupun nonfisik seperti cita-cita, keinginan dan
tujuan. Himpunan kelompok inilah yang kemudian disebut dengan identitas bangsa atau
identitas nasional yang pada akhirnya melahirkan tindakan kelompok yang diwujudkan
dalam bentuk organisasi atau pergerakan-pergerakan yang diberi atribut-atribut nasional.
Istilah “identitas nasional” secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh
suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa
lain. Sedangkan dalam term antropologi, identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan
sesuai dengan kesadaran diri pribadi, golongan sendiri, kelompok sendiri, atau negara
sendiri.
Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan
memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa
tersebut. Jadi Identitas nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat dengan wilayah dan
selalu memiliki wilayah (tanah tumpah darah mereka sendiri), kesamaan sejarah, sistem
hukum/perundang undangan, hak dan kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan
profesi.
Demikian hal ini juga sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut
terbentuk secara historis. Berdasarkan hakikat pengertian “identitas nasional”
sebagaimana dijelaskan di atas maka identitas nasional suatu bangsa tidak dapat
dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau kepribadian suatu bangsa.
Identitas nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai Budaya yang
tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri
khas. Dengan ciri-ciri khas tersebut, suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam
hidup dan kehidupannya. Diletakkan dalam konteks Indonesia, maka Identitas Nasional
itu merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang sudah tumbuh dan berkembang
sebelum masuknya agama-agama besar di bumi nusantara ini dalam berbagai aspek
kehidupan dari ratusan suku yang kemudian dihimpun dalam satu kesatuan Indonesia
menjadi kebudayaan Nasional dengan acuan Pancasila dan roh
5
Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah pengembangannya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
B. Unsur-Unsur Identitas Nasional
Identitas Nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Ke-
majemukan itu merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk identitas, yaitu suku
bangsa, agama, kebudayaan, dan bahasa.
1. Suku Bangsa
Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak
lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia
terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis sehingga mereka dapat dikenali
dari daerah mana asalnya. Etnis Tionghoa hanya berjumlah 2,8% dari populasi Indonesia,
tetapi tidak kurang dari 300 dialek bahasa. Populasi penduduk Indonesia saat ini
diperkirakan mencapai 210 juta. Dari jumlah tersebut diperkirakan separuhnya beretnis
Jawa. Sisanya terdiri dari etnis-etnis yang mendiami kepulauan diluar Jawa seperti suku
Makasar-Bugis (3,68%), Batak (2,04%), Bali (1,88%), Aceh (1,4%) dan suku-suku
lainnya. Mereka mendiami daerah-daerah tertentu, menyebar ke seluruh kepulauan
Indonesia. Mayoritas dari mereka bermukim di perkotaan.
2. Agama
Dari agama-agama di atas, agama Islam merupakan agama yang dianut oleh
mayoritas bangsa Indonesia. Dalam Islam terdapat banyak golongan dan kelompok
pemahaman misalnya kelompok Islam santri untuk menunjukan keislaman yang kuat dan
Islam Abangan atau Islam Nominal bagi masyarakat Islam di daerah Jawa. Sedangkan
kalangan di kelompok santri sendiri perbedaan pemahaman dan pengamalan Islam
dikenal dengan kelompok modernis dan tradisionalis. Kelompok pertama lebih
berorientasi pada pencaharian tafsir baru ijtihad atas wahyu Allah. Sedangkan kelompok
tradisionalis lebih menyandarkan pengalaman agamanya pada pendapat-pendapat ulama.
Karena Indonesia merupakan negara yang multi agama, maka Indonesia dapat
dikatakan sebagai negara yang rawan terhadap disintegrasi bangsa. Banyak kasus
6
disintegrasi bangsa yang terjadi akhir-akhir ini melibatkan agama sebagai faktor
penyebabnya. Misalnya, kasus Ambon yang sering kali diisukan sebagai pertikaian
anatara dua kelompok agama meskipun isu ini belum tentu benar. Akan tetapi isu agama
adalah salah satu isu yang mudah menciptakan konflik. Salah satu jalan yang dapat
mengurangi resiko konflik atar agama, perlunya diciptakan tradisi saling menghormati
antara agama-agama yang ada. Menghormati berarti mengakui secara positif dalam
agama dan kepercayaan orang lain juga mampu belajar satu sama lain. Sikap saling
menghormati dan menghargai perbedaan memungkinkan penganut agama-agama yang
berbeda bersama-sama berjuang demi pembanguna yang sesuai dengan martabat yang
diterima manusia dari Tuhan.
3. Kebudayaan
Seperti banyaknya suku bangsa yang dimiliki nusantara, demikian pula dengan
kebudayaan. Terdapat ratusan kebudayaan bangsa Indonesia yang membentuk identitas
nasionalnya sebagai bangsa yang dilahirkan dengan kemajemukan identitasnya.
4. Bahasa
a. Identitas Fundamental,
yaitu Pancasila yang merupakan Falsafah Bangsa, Dasar Negara, dan ldeologi
Negara.
b. Identitas Instrumental,
yang berisi UUD 1945 dan Tata Perundangannya, Bahasa Indonesia, Lambang
Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya”.
c. Identitas Alamiah
Identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga
menunjukkan suatu keunikan yang membedakannya dengan hal-hal lain. Nasional berasal
dari kata “nation” yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan komunitas tertentu
yang memiliki semangat, cita-cita, tujuan serta ideologi bersama. Jadi, identitas nasional
adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan
bangsa-bangsa lain di dunia.
8
menjadi kacau, bimbang dan kesulitan dalam mencapai cita-cita dan tujuan hidup
bersama. Kondisi suatu bangsa yang sedemikianrupa sudah tentu merupakan hal yang
mudah bagi bangsa lain yang lebih kuat untuk menguasai bahkan untuk menghancurkan
bangsa yang lemah tersebut. Oleh karena itu, identitas nasional sangat mutlak diperlukan
supaya suatu bangsa dapat mempertahankan eksistensi diri dan mencapai hal-hal yang
menjadi cita-cita dan tujuan hidup bersama.
Kita tahu bahwa identitas nasional atau jati diri nasional itu adalah jati diri yang
dimiliki warga negara dan suku bangsa dari suatu negara. Identitas nasional atau jati diri
nasional itu ada dalam interaksi, maka dapatlah kita katakan bahwa jati diri itu diperlukan
dalam interaksi. Karena didalam setiap interaksi para pelaku interaksi mengambil suatu
posisi dan berdasarkan posisi tersebut para pelaku menjalankan peranan-peranannya
sesuai dengan corak interaksi yang berlangsung. Maka dalam berinteraksi orang
berpedoman pada kebudayaannya. Jika kebudayaan kita katakan bagian dari identitas
nasional, maka kebudayaan itu juga dapat dijadikan pedoman bagi manusia untuk berbuat
dan bertingkah laku.
9
Di era globalisasi pergaulan antar bangsa semakin ketat. Batas negara dan batas
wilayah tidak menjadi penghalang. Didalam pergaulan antarbangsa yang semakin kental
itu akan terjadi proses akulturasi, saling meniru dan memengaruhi antara budaya masing-
masing. Sehungga pada proses akulturasi tersebut dapat melunturkan tata nilai yang
merupakan jati diri bangsa indonesia. Lunturnya tata nilai tersebut biasanya ditandai oleh
dua faktor berikut:
1. Semakin menonjolnya sikap individualistis. Hal ini bertentangan dengan asas gotong
royong.
2. Semakin menonjolnya sikap materialistis yang berarti harkat dan martabat manusia
hanya diukur dari hasil atau keberhasilan seseorang dalam memperoleh kekayaan. Hal ini
bisa berakibat bagaimana cara memperolehnya menjadi tidak dipersoalkan lagi. Bila hal
ini terjadi, berarti etika dan moral telah dikesampingkan.
Pengaruh negatif akibat proses akulturasi dapat merongrong nilai-nilai yang telah
ada didalam masyarakat kita. Untuk membendung arus globalisasi yang sangat deras itu,
kita harus berupaya menciptakan suatu kondisi agar ketahanan nasional dapat terjaga
dengan cara membangun sebuah konsep nasionalisme kebangsaan yang mengarah kepada
konsep Identitas Nasional.
Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi yang sangat kuat terutama karena
pengaruh kekuasaan internasional. Menurut Berger dalam The Capitalist Revolution, era
globalisasi dewasa ini, ideology kapitalisme yang akan menguasai dunia. Kapitalisme
telah mengubah masyarakat satu persatu dan menjadi sistem internasional yang
menentukan nasib ekonomi sebagian besar bangsa-bangsa di dunia, dan secara tidak
langsung juga nasib, sosial, politik dan kebudayaan. Dalam kondisi seperti ini, negara
nasional akan dikuasai oleh negara transnasional yang lazimnya didasari oleh negara-
negara dengan prinsip kapitalisme. Konsekuensinya, negara-negara kebangsaan lambat
laun akan semakin terdesak. Namun demikian, dalam menghadapi proses perubahan
tersebut sangat tergantung kepada kemampuan bangsa itu sendiri.
Oleh karena itu agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi
maka harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian
bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya globalisasi.
Sebagaimana terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam era globalisasi dengan
penuh tantangan yang cenderung menghancurkan nasionalisme, muncullah kebangkitan
kembali kesadaran nasional.
10
Bangsa Indonesia bercita-cita mewujudkan negara yang bersatu, berdaulat, adil
dan makmur. Dengan rumusan singkat, negara Indonesia bercita-cita mewujudkan
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hal
ini sesuai dengan amanat dalam Alenia II Pembukaan UUD 1945 yaitu negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur.
11
Dalam arus globalisasi ada begitu banyak tantangan yan dihadapi oleh berbagai
Negara, maka begitu banyak pula tuntutan untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi
tersebut. Termasuk juga tantangan dalam mempertahankan jati diri bangsa. Untuk
menghadapi hal ini perlu adanya strategi untuk mempertahankan identitas nasional yang
termasuk jati diri bangsa diantaranya dengan mengembangkan nasionalisme, pendidikan,
budaya dan bela Negara.
1. Mengembangkan nasionalisme
Nasionalisme telah menjadi pemicu kebangkitan kembali dari budaya yang telah
memberi identitas sebagai anggota dari masyarakat bangsa- bangsa. Secara umum,
nasionalisme dipahami sebagai kecintaan terhadap tanah air, termasuk segala aspek yang
terdapat didalamnya. Dari pengertian tersebut ada beberapa sikap yang bisa
mencerminkan sikap nasionalisme, yaitu :
a. Menggunakan barang – barang hasil bangsa sendiri, karena bisa
menumbuhkan rasa cinta dan bangga dengan hasil tangan kreatif penduduknya.
b. Menghargai perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan bangsa ini,
bertujuan untuk membangkitkan jiwa nasionalisme.
c. Berprestasi dalam semua bidang bertujuan untuk menambahkan rasa bangga
dan sikap rela berkorban.
Tiga aspek dalam konteks nasionalisme adalah :
a. Politik
b. Sosial ekonomi
c. Budaya
2. Pendidikan
Pendidikan nasionalisme mempunyai peran yang besar didalam pembentukan jati
diri bangsa Indonesia. Salah satu kenyataan bangasa Indonesia adalah memiliki kekayaan
budaya beraneka ragam dengan jumlah suku bangsa yang ratusan dengan budaya masing
– masing merupakan kekayaan yang sangat berharga dalam dalam pembentukan bangsa
Indonesia yang multicultural. Didalam upaya pembentukan dan mempertahankan jati diri
bangsa, peran pendidikan sangat efektif untuk menimbulkan rasa memiliki dan keinginan
untuk mengembangkan kekayan nasional dari masing – masing budaya lokal.
3. Pelestarian budaya
Budaya merupaka salah satu penentu jati diri bangsa, budaya adalah hasil karya
cipta manusia yang dihasilkan dan telah dipakai sebgai bagian dari tata kehidupan sehari
–hari.
Suatu budaya yang dipakai dan diterapkan dalam kehidupan akan mempengaruhi
pembentukan pola kehidupan masyarakat, seperti rajin bekerja. Namun pada
12
kenyataannya budaya Indonesia sekarang ini mulai menghilang karena pengaruh budaya
asing yang masuk ke Indonesia.
Ada dua hal untuk membangunkan jati diri dan budaya bangsa :
a. Merevatalisasi kedaulatan politik, ekonomi dan budaya agar berada pada jalur yang
benar dan sesuai dengan hakikat bangsa yang merdeka sehingga bangsa kita mampu
mandiri dan bermartabat.
b. Mendorong political will penyelenggaraan Negara, baik legislatif maupun eksekutif
untuk membangun dan menjabarkan kembali nilai – nilai dan semangat kebangsaan
disetiap hati nurani rakyat.
4. Bela Negara
Bela Negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga Negara, hal
demikian membuktikan bahwa bela Negara juga menjadi suatu aturan agar setiap warga
Negara harus melakukan tindakan bela Negara demi ketahanan dan eksitensi sebuah
Negara.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
14