Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya saya bisa
menyelesaikan tugas makalah Pendidikan Kewarganegaraan tentang Identitas Nasional.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan,
dalam makalah ini membahas tentang pengertian identitas nasional, apa saja identitas nasional
indonesia, unsur-unsur pembentuk identitas nasional,faktor-faktor pendukung identitas nasional
suatu negara, serta pembahasan tentang Alasan Pancasila Menjadi Kepribadian Identitas Bangsa,
Pentingnya Identitas Nasional Bagi Sebuah Negara, dan Pengaruh Negative dari Sikap
Chauvanisme Terhadap Identitas Nasional
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN TEORI
Robert de Ventos, sebagaimana dikutif Manuel Castells dalam bukunya, The Power of
Identity, mengemukakan teori tentang munculnya identitas nasional suatu bangsa sebagai hasil
interaksi historis antara empat faktor penting yaitu :
a. Faktor Primer
Mencakup etnisitas, teritorial, bahasa, agama, dan yang sejenisnya. Bagi bangsa Indonesia
yang tersusun atas berbagai macam etnis, bahasa, agama, wilayah serta bahasa daerah,
merupakan suatu kesatuan meskipun berbeda-beda dengan kekhasan masing-masing. Unsur-
unsur yang beranekaragam yang masing-masing memiliki ciri khasnya tersendiri menyatukan
diri dalam suatu persekutuan hidup bersama yaitu bangsa Indonesia. Namun, kesatuan ini
tidaklah menghilangkan keberanekaragaman, dan inilah yang dikenal dengan “Bhineka Tunggal
Ika”.
b. Faktor Pendorong
Pembangunan komunikasi dan teknologi, lahirnya angkatan bersenjata modern dan
pembangunan lainnya ikut mendorong munculnya identitas nasional suatu bangsa. Dalam
hubungan ini bagi suatu bangsa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan
negara dan bangsa juga merupakan identitas nasional yang bersifat dinamis. Oleh karenanya,
proses pembentukan identitas dinamis ini sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan dan prestasi
bangsa Indonesia dalam membangun bangsa dan negaranya. Dimana dalam hal ini, sangat
diperlukan persatuan dan kesatuan bangsa, serta langkah yang sama untuk memajukan bangsa
dan negara Indonesia.
c. Faktor Penarik
Kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya birokrasi dan pemantapan sistem
pendidikan nasional memiliki partisipasi terhadap terbentuknya identitas nasional. Bagi bangsa
Indonesia unsur bahasa merupakan salah satu pemersatu persatuan dan kesatuan nasional,
sehingga bahasa Indonesia telah menjadi bahasa resmi negara dan bangsa Indonesia. Bahasa
melayu dipilih sebagai bahasa antar etnis yang ada di Indonesia, meskipun masing-masing etnis
atau daerah memiliki bahasa daerah masing-masing. Demikian pula menyangkut birokrasi serta
pendidikan nasional telah dikembangkan sedemikian rupa meskipun sampai saat ini masih
senantiasa dikembangkan.
d. Faktor Reaktif
Penindasan, dominasi, dan pencarian identitas alternatif melalui memori kolektif rakyat ikut
mendukung terbentuknya identitas nasional. Bangsa Indonesia yang hampir tiga setengah abad
dikuasai oleh bangsa lain sangat dominan dalam mewujudkan faktor reaktif melalui memori
kolektif rakyat Indonesia. Penderitaan dan kesengsaraan hidup serta semangat bersama dalam
memperjuangkan kemerdekaan merupakan faktor yang sangat strategis dalam membentuk
memori kolektif rakyat. Semangat perjuangan, pengorbanan, menegakkan kebenaran dapat
merupakan identitas untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.
Pencarian identitas nasional bangsa Indonesia pada dasarnya melekat erat dengan perjuangan
bangsa Indonesia untuk membangun bangsa dan negara dengan konsep nama Indonesia. Bangsa
dan negara ini di bangun dari unsur-unsur masyarakat lama dan dibangun menjadi suatu kesatuan
bangsa dan negara dengan prinsip nasionalisme modern. Oleh karena itu, pembentukan identitas
nasional Indonesia melekat erat dengan unsure-unsur lainnya, seperti sosial, ekonomi, budaya,
etnis, agama serta geografis yang saling berkaitan dan terbentuk melalui suatu proses yang cukup
panjang.
BAB III
PEMBAHASAN
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa identitas nasional merupakan manifestasi nilai
budaya bangsa dengan ciri khas. Identitas nasional Indonesia juga merupakan manifestasi nilai
budaya berbagai suku dalam ‘kesatuan Indonesia´ menjadi ciri khas yang tercermin
dalam pandangan hidup bangsa, Pancasila juga sebagai kesepakatan bangsa. Identitas nasional
bersifat terbuka, sesuai dengan budaya yang menjadi ‘akar’yang selalu terbuka, untuk diberi
tafsir baru. Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Indonesia pada hakikatnya
bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
sebagai kepribadian bangsa.
dentitas menurut Stella Ting Toomey merupakan refleksi diri atau cerminan diri yang berasal dari
keluarga, gender, budaya, etnis dan proses sosialisasi. [1] Identitas pada dasarnya merujuk pada refleksi
dari diri kita sendiri dan persepsi orang lain terhadap diri kita. Sementara itu, Gardiner W. Harry dan
Kosmitzki Corinne melihat identitas sebagai pendefinisian diri seseorang sebagai individu yang berbeda
dalam perilaku, keyakinan dan sikap.[1]
dentitas nasional merujuk pada kebangsaan seseorang. [1] Mayoritas dari masyarakat mengasosiasikan
identitas nasional mereka dengan negara di mana mereka dilahirkan. [1] Akan tetapi, identitas nasional
dapat juga diperoleh melalui imigrasi dan naturalisasi. [1] Identitas nasional biasanya menjadi sering
diucapkan saat seseorang berada di negara lain. [1] Orang yang identitas nasionalnya berbeda dari tempat
ia dilahirkan pada akhirnya akan mulai mengadopsi aspek identitas nasional yang baru. [1] Namun, hal ini
tergantung pada keterikatan pada negara yang baru tersebut. [1] Sementara itu, orang yang secara
permanen tinggal di negara lain mungkin akan mempertahankan identitas negara tempat ia lahir. [1]
Dewasa ini kita sering dibenturkan dengan istilah globalisasi dalam segala aspek. Dari mulai
IPTEK, Ilmu Sosial, Politik, Budaya, Filsafat dll. Berangkat dari segala fenomena tersebut
Indonesia sebagai negara bangsa dituntut untuk berkontribusi dalam pentas global sekaligus tetap
menyaring arus globalisai dan menjaga identitas sebagai negara bangsa yang besar lagi mahaya
kaya budaya.
Telah disinggung sebelumnya mengenai pentingnya Indonesia menjaga Identitas sebagai negara
bangsa. Namun apakah yang dimaksud dengan Identitas Nasional ?
Identitas dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) adalah ungkapan nilai-nilai
budaya suatu bangsa yang bersifat khas dan membedakannya dengan bangsa lain.
Menjadikan identitas nasional sebagai dasar yang kontekstual dan relative adalah cara yang tepat
untuk menjadikan negara kita yang fleksibel sekaligus tegas dalam menghadapi tantangan zaman
dalam globalisasi tersebut.
Secara umum ada beberapa unsur yang terkandun dalam identitas nasional, yaitu:
1.Pola perilaku
Adat istiadat, budaya ataupun kebiasaan ditengah masyarakat yang merupakan salah satu bukti
bahwa Indonesia memiliki kearifan lokal yang sangat luhur serta mulia sifatnya.
2.Lambang-lambang
Kita mempunyai fungsi aksentuasi terhadap tujuan negara yang diimplementasikan oleh bendera,
lagu kebangsaan, dann bahasa yang tentu saja dilindungi Undang-undang.
3.Alat-alat perlengkapan
Ini berfungsi sebagai faktor produksi atau alat perubahan baik dimensi ekonomi maupun budaya
sekaligus berkaitan tentang sosial bermisal: Rumah Ibadah, alat transportasi, ciri khas
kebangsaan dll.
Ini berfungsi dari tujuan yang bersifat dinamis dan kontekstua diantaranya seperti budaya unggul
karena sebagai yang mendiami sebuah bangsa dijamin kesejahteraannya oleh UUD.
1.Sejarah
Dibalik Indonesia sebagai negara yang mapan sepeti sekarang, terselip romantisme masa lalu
ketika zaman kerajaan-kerajaan nusantara yang mempunyai Track-record yang gemilang dan
kini menjadi cambuk bagi masyarakat kekinian.
2.Kebudayaan
Aspek ini diambil dilatarbelakangi oleh Indonesia yang mempunyai nilai-nilai luhur ilmu
pengetahuan yang berkembang pesat dari zaman ke zaman adalah salah satu bukti bahwa
kebudayaaan mempunyai peranaan penting dalam idnetitas sebuah bangsa khususnya Indonesia.
3.Suku Bangsa
Indonesia yang kaya akan suku bangsa ini adalah tonggak persatuan dalam perbedaan yang
berasal dari kemajemukan yang dirawat dari founding Father kita sampai generasi kita dan masa
depan.
4.Agama
Keragaman agama di Indonesia adalah berkah yang memberikan persatuan dalam segala makna
dalam payung Pluralisme serta ditopang dengan UUD dan Pancasila yang menjamin semua
warga negara untuk beragama.
5.Bahasa
Bahasa Indonesia yang menjadi bahasa pemersatu sebuah bangsa besar ini adalah identitas yang
nyata untuk mempersatukan Indonesia secara besar dalam keanekaragaman suku bangsa serta
budaya.
Pancasila adalah solusi utama dalam menyaring globalisasi secara utuh dan konsisten. Dan salah
satu yang digariskan dalam Pancasila adalah nilai Multikulturalisme yang teramat kental dimana
yang mempunyai esensi sebagai proses masyarakat yang egalitarianisme yaitu masyarakat yang
dengan tangan terbuka menerima perbedaan dari kelompok-kelompok masyarakat sebagai
persatuan tanpa memperdulikan adanya suku, ras, agama, gender, budaya dll.
Perlu adayana penekanan kembali tentang urgensi ketahanan nasioal yang kini mulai agak
lemah, pengertian dari ketahana nasional adalahkondisi dinamis suatu bangsa yang berisi
keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional
dalam menghadapi segala sesuatu yang datang dari dalam maupun luar negeri.
Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang memiliki karakteristik atau ciri khas tersendiri yang
berbeda dengan bangsa-bangsa lain. Kelahiran bangsa Indonesia didukung oleh banyak faktor. Kalau
faktor-faktor tersebut dikelompokkan, maka ada dua kelompok besar, antara lain : (1) kelompok Faktor
Obyektif, yaitu meliputi faktor ekologis, faktor geografis dan faktor demografis. Dalam kehidupan nasional
kelompok ini dikategorikan pada aspek alamiah; dan (2) kelompok Faktor Subyektif, yakni faktor-faktor
yang di dalamnya terdapat faktor sejarah, sosial, politik dan kebudayaan. Dalam kehidupan nasional
faktor-faktor ini dikategorikan pada aspek sosial (Kaelan, 2012 : 230)
1. Faktor obyektif atau aspek alamiah sebagai pembentuk jati diri bangsa Indonesia, terdiri atas :
a. Secara geografis Indonesia dapat di lihat dari dua aspek yaitu : aspek posisi geografis dan aspek kondisi
geografis. Ditinjau dari lokasi geografisnya negara Indonesia terletak pada posisi silang dunia yaitu
berada di antara dua benua yakni benua Asia (di belahan Utara) dan benua Australia ( di belahan
Selatan); dan juga berada di antara dua samudra yaitu samudera Pasifik (di belahan Utara) dan
samudera Hindia (di belahan Selatan). Keberadaan tersebut menjadikan negara Indonesia sebagai pusat
lalu lintas kekuatan dan pengaruh asing yang terbuka lebar setiap saat dari segala penjuru dengan
segala manfaat dan konsekuensinya. Dengan posisi geografis seperti itu, bangsa Indonesia
menyebutnya dengan “Indrajaya”, yaitu Indonesia (Ind) Raya (ra) di Tengah Jalan (ja) Raya (jaya) Dunia.
Ditinjau dari kondisi geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan (archipilego state) karena tidak
memisahkan antara wilayah daratan dengan wilayah lautnya. Indonesia memandang keduanya (tanah
dan air) sebagai satu kesatuan wilayah yang utuh dan bulat. Oleh karena itu, bangsa Indonesia menyebut
negaranya dengan sebutan Tanah Air, Ibu Pertiwi, Tanah Tumpah Darah dan sebagaimya.
b. Faktor ekologis, negara Indonesia beriklim tropis. Hal ini sebagai akibat adanya pengaruh posisi geografis
Indonesia yang berada pada lintang garis katulistiwa. Posisi ini mengakibatkan Indonesia memiliki dua
musim yakni : musim hujan dan musim kemarau. Berdasarkan letak astronomisnya, Indonesia berada
pada posisi 6° LU – 11° LS dan 95°° BT - 141° BT. Kondisi seperti ini mengakibatkan banyak wisatawan
asing senang datang ke Indonesia, karena di Indonesia mereka dapat melihat dan merasakan sinar
matahari hampir setiap hari sepanjang tahun, sementara hal tersebut tidak pernah bisa mereka nikmati di
negara asalnya. Semua itu merupakan faktor yang ikut mempengaruhi perkembangan demografis,
ekonomi, sosial dan juga kultur bangsa Indonesia.
2. Faktor subyektif atau aspek sosial, yang meliputi politik, ekonomi, budaya dan pertahanan keamanan.
Faktor subyektif ini sangat dipengaruhi faktor obyektif atau aspek alamiah terutama posisi geografis.
Wilayah Indonesia yang berada pada posisi silang dunia menjadi pusat lalu lintas kekuatan kekuatan
dunia berpengaruh kuat pada aspek sosial. Pengaruh asing yang terbuka lebar setiap saat dan dari
segala penjuru dunia telah menjadikan kehidupan bangsa Indonesia seperti sekarang ini. Budaya, adat
maupun kebiasaan-kebiasaan yang di bawa oleh mereka yang masuk ke Indonesia akan mengakibatkan
terjadinya proses akulturasi maupun asimilasi dengan budaya setempat. Melalui proses akulturasi dan
asimilasi budaya tersebut, yang terjadi pada bangsa Indonesia kemudian mewujud dalam kebhinnekaan.
Bertemunya keudayaan yang berbeda melalui proses akulturasi dan asimilasi dapat menciptakan
kedamaian tanpa terjadi kekerasan.
Perjalanan sejarah bangsa Indonesia juga menjadi faktor yang mempengaruhi proses pembentukan
masyarakat, bangsa serta identitas nasional Indonesia. Interaksi yang terjadi antar faktor-faktor yang ada
tersebut di atas melahirkan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia beserta dengan identitasnya
seperti sekarang ini.
Muh. Yamin ( dalam Kaelan. 2012 : 101) menjelaskan bahwa berdirinya negara kebangsaan Indonesia
tidak dapat dipisahkan dari perjalanan sejarahnya, yaitu sejak adanya kerajaan-kerajaan lama yang
merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Lebih lanjut dijelaskan bahwa negara Indonesia
terbentuk melalui tiga fase, yakni : fase pertama, yang dimasukkan pada fase ini adalah jaman pada saat
berdirinya kerajaan Sriwijaya. Kerajaan ini berkedudukan di Provinsi Sumatera Selatan, tepatnya di Kota
Palembang yang berada di bawah wangsa Syailendra. Pada saat itu negara kebangsaan Sriwijaya
bercirikan kedatuan; fase kedua : pada zaman kerajaan Majapahit yang berkedudukan di Jawa Timur
tepatnya di Kabupaten Mojokerto. Negara kebangsaan yang ada pada zaman Majapahit ini bercirikan
keprabuan. Kedua negara kebangsaan (Sriwijaya dan Majapahit) tersebut dikategorikan sebagai negara
kebangsaan Indonesia lama; dan fase ketiga : yaitu negara kebangsaan modern, yakni negara Indonesia
merdeka yang diproklamasikan oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indoneia pada
tanggal 17 Agustus 1945.
Dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang diuraikan tersebut di atas menunjukkan bahwa negara
Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang, sehingga terjalin adanya suatu
ikatan batin yang begitu kuat di antara anggota masyarakatnya menjadi sebuah bangsa. Kemudian
memilih mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk mewujudkan tujuan maupun cita-cita
bersama. Dalam proses menuju kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ini, ada berbagai
elemen pembentuknya, yang tersusun atas berbagai macam faktor khas, unik dan berbeda-beda secara
etnik, geografis, kultural maupun ciri-ciri primordial lainnya.
Suryo (2002) yang mengutip pendapatnya Robert de Ventos, mengemukakan bahwa identitas nasional
terbentuk dari interaksi historis yang terjadi antar beberapa faktor, antara lain : fator primer, faktor
pendorong, faktor penarik dan faktor reaktif. 1) Faktor primer, terdiri atas etnisitas, teritorial, bahasa ,
agama dan sejenisnya. Bangsa Indonesia yang tersusun atas berbagai macam etnis, bahasa, agama,
wilayah maupun bahasa daerah, namun merupakan satu kesatuan dengan kekhasannya masing-masing.
Perbedaan yang dimiliki masing-masing merupakan ciri khas masing-
masing kelompok yang ada menyatukan diri dalam suatu persekutuan hidup bersama menjadi sebuah
bangsa yaitu bangsa Indonesia. Kesatuan yang dibentuk tidak menghilangkan keanekaragaman yang
ada sebelumnya. Hal inilah yang disebut dengan “Bhinneka Tunggal Ika”
2) Faktor pendorong, meliputi pembangunan komunikasi dan teknologi, adanya angkatan bersenjata dan
pembangunan lainnya dalam kehidupan negara. Suatu negara menjadikan kemajuan ilmu pengetahuan,
dan teknologi serta pembangunan yang dilakukan bangsa dan negara sebagai identitas nasional yang
bersifat dinamis. Bagi bangsa Indonesia, identitas nasionalnya sangat ditentukan oleh prestasi dan
kemampuan untuk melaksanakan pembangunan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.
Untuk dapat melakukan pembangunan dan memperoleh prestasi, bangsa Indonesia harus selalu
meningkatkan persatuan dan kesatuan serta adanya kesamaan pandangan dan langkah untuk
melakukan pembangunan.
3) Faktor Penarik, mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya birokrasi dan
pemantapan sistem pendidikan nasional. Dalam kaitan ini, bangsa Indonesia telah menjadikan unsur
bahasa menjadi bahasa persatuan. Dengan demikian bahasa Indonesia telah menjadi bahasa resmi
negara dan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia telah sepakat untuk memilih bahasa Melayu menjadi
bahasa nasional, bahasa yang digunakan dalam forum-forum resmi dalam melakukan komunikasi antar
etnis yang berbeda. Meskipun masing-masing etnis memiliki bahasa daerah yang digunakan sebagai alat
komunikasi sehari-hari antar sesama anggota masyarakat daerahnya. Dalam hal yang terkait dengan
pendidikan nasional maupun birokrasi, telah dikembangkan dan bahkan terus diupayakan untuk
dikembangkan sesuai dengan kesepakatan bersama.
4) Faktor reaktif, yang meliputi penindasan, dominasi, dan pencarian identitas alternative melalui memori
kolektif rakyat. Bangsa Indoensia yang memiliki sejarah yang cukup panjang sebagai bangsa terjajah
yakni selama ± 350 tahun dijajah Belanda, sangat dominan dalam mewujudkan faktor reaktif melalui
memori kolektif rakyat Indonesia. Penderiaan, kesengsaraan hidup yang dialami rakyat pada saat dijajah,
serta semangat bersama dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan merupakan factor yang
sangat strategis dalam membentuk memori kolektif rakyat. Dimilikinya semangat perjuangan, dan adanya
kerelaan berkorban untuk menegakkan kebenaran menjadi identitas yang dapat memperkuat persatuan
dan kesatuan bangsa dan Negara Indonesia.
Proses pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia telah berkembang sejak sebelum bangsa
Indonesia merdeka. Dan bahkan pada saat masih ada di bawah tekanan penjajah, bangsa Indonesia
lebih intens melakukan interaksi yang tercakup ke dalam empat faktor sebagaimana disebutkan di atas.
Proses interaksi dari semua faktor yang ada kemudian terbentuk menjadi karakter bangsa yang tersimpul
sebagai indentitas nasional. Pencarian identitas nasional sebetulnya sangat terkait erat dengan dan
melekat di dalam perjuangan yang dilakukan bangsa Indonesia sendiri. Bangsa Indonesia di bangun
dengan memadukan unsur-unsur masyarakat lama (zaman kerajaan) dan negara dengan prinsip
nasionalisme modern menjadi satu kesatuan bangsa. Dengan demikian, pembentukan identitas nasional
Indonesia terkait erat dengan unsur-unsur yang lain, seperti : sosial, ekonomi, budaya, etnis, agama,
geografis. Semuanya itu terbentuk melalui suatu proses yang cukup panjang, dan menjadi identitas serta
jati diri bangsa Indonesia yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain.
Tujuan Negara Indonesia selanjutnya terjabar dalam alenia IV Pembukaan UUD 1945. Secara
rinci sbagai berikut :
1. Melindungi seganap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
2. Memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan Kehidupan bangsa
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan , perdamaian abadi, dan
keadilan social.
Adapun visi bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai ,
demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman,
bertakwa dan berahklak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, mengausai
ilmu pengetahuandan teknologi, serta memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin. Setelah
tidak adanya GBHN makan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka mengenah (RPJM)
Nasional 2004-2009, disebutkan bahwa Visi pembangunan nasional adalah :
1. Terwujudnya kehidupan masyarakat , bangsa dan negara yang aman, bersatu, rukun dan
damai.
2. Terwujudnya masyarakat , bangsa dan negara yang menjujung tinggi hukum, kesetaraan, dan
hak asasi manusia.
3. Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan
yang layak serta memberikan fondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan.
Pengertian Pakar
Identitas Nasional adalah suatu jati diri yang khas dimiliki oleh suatu bangsa dan tidak dimiliki
oleh bangsa yang lain. Dalam hal ini, tidak hanya mengacu pada individu saja, akan tetapi
berlaku juga pada suatu kelompok.
Kata Identitas berasal dari kata Identitu, yang memiliki arti tanda-tanda, ciri-ciri, atau jati diri
yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Sementara
itu kata “nasional” merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih
besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan fisiik, baik fisik seperti budaya, agama dan bahasa
maupun nonfisik seperti cita-cita, keinginan dan tujuan. Himpunan kelompok inilah yang
kemudian disebut dengan identitas bangsa atau identitas nasional yang pada akhirnya melahirkan
tindakan kelompok yang diwujudkan dalam bentuk organisasi atau pergerakan-pergerakan yang
diberi atribut-atribut nasional.
Pengertian Identitas Nasional adalah kumpulan nilai-nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku yang dihimpun dalam satu
kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan nasional dengan acuan pancasila dan Bhineka Tunggal
Ika sebagai dasar dan arah pengembangannya.
Hakikat Identitas Nasional kita sebagai bangsa di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
adalah pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam penataan kehidupan kita dalam arti yang
luas, misalnya di dalam aturan perundang-undangan atau moral yang secara normatif diterapkan
di dalam pergaulan, baik itu di dalam tataran nasional maupun internasional dan lain sebagainya.
Dengan demikian nilai-nilai budaya yang tercermin di dalam identitas nasional tersebut
bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan domatis, melainkan
sesuatu yang terbuka yang cenderung terus-menerus bersemi karena adanya hasrat menuju
kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat. Konsekuensi dan implikasinya adalah identitas
nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk ditafsir dengan diberi makna baru agar tetap
relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat.
Berbicara mengenai unsur-unsur identitas nasional, maka identitas nasional Indonesia merujuk
pada suatu bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu merupakan gabungan unsur unsur
pembentuk identitas nasional yang meliputi :
(1) Suku Bangsa merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas nasional. Golongan
sosial yang khusus yang bersifat askriptif atau ada sejak lahir, dimana sama coraknya dengan
golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia khususnya, terdapat banyak sekali suku bangsa
atau kelompok etnis dengan tidak kurang tiga ratus dialek bahasa.
(2) Agama merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas nasional. Bangsa Indonesia
dikenal sebagai masyarakat yang agamis (didasarkan pada nilai agama). Agama-agama yang
tumbuh dan berkembang di nusantara yaitu agama islam, katholik, kristen, hindu, budha dan
kong hu cu.
(3) Kebudayaan merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas nasional. Pengetahuan
manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat atau model-model
pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh pendukung-pendukung utntuk menafsirkan dan
memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk
bertindak (dalam bentuk kelakukan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan
yang dihadapi.
(4) Bahasa merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas nasional. Dalam hal ini, bahasa
dipahami sebagai sistem perlambang yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan
manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi antarmanusia.
Dari unsur unsur identitas nasional di atas, dapat dirumuskan pembagiannya menjadi tiga
bagian yaitu :
(1) Identitas Fundamental, yaitu pancasila sebagai falsafat bangsa, dasar negara dan ideologi
negara.
(2) Identitas Instrumental, yaitu berisi UUD 1945 dan tata perundang-undangannya. Dalam hal
ini, bahasa yang digunakan bahasa Indonesia, bendera negara Indonesia, lambang negara
Indonesia, lagu kebangsaan Indonesia yaitu Indonesia Raya.
(3) Identitas Alamiah, yaitu meliputi negara kepulauan dan pluralisme dalam suku, budaya,
bahasa dan agama serta kepercayaan.
DENTITAS NASIONAL Friday, July 30, 2010 by Admin IDENTITAS NASIONAL BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia hidup tidak dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri, manusia senantiasa membutuhkan orang lain. Pada akhirnya manusia
hidup secara berkelompok-kelompok. Manusia dalam bersekutu atau berkelompok akan
membentuk suatu organisasi yang berusaha mengatur dan mengarahkan tercapainya tujuan hidup
yang besar. Dimulai dari lingkungan terkecil sampai pada lingkungan terbesar. Pada mulanya
manusia hidup dalam kelompok keluarga. Selanjutnya mereka membentuk kelompok lebih besar
lagi sperti suku, masyarakat dan bangsa. Kemudian manusia hidup bernegara. Mereka
membentuk negara sebagai persekutuan hidupnya. Negara merupakan suatu organisasi yang
dibentuk oleh kelompok manusia yang memiliki cita-cita bersatu, hidup dalam daerah tertentu,
dan mempunyai pemerintahan yang sama. Negara dan bangsa memiliki pengertian yang berbeda.
Apabila negara adalah organisasi kekuasaan dari persekutuan hidup manusia maka bangsa lebih
menunjuk pada persekutuan hidup manusia itu sendiri. Di dunia ini masih ada bangsa yang
belum bernegara. Demikian pula orang-orang yang telah bernegara yang pada mulanya berasal
dari banyak bangsa dapat menyatakan dirinya sebagai suatu bangsa. Baik bangsa maupun negara
memiliki ciri khas yang membedakan bangsa atau negara tersebut dengan bangsa atau negara
lain di dunia. Ciri khas sebuah bangsa merupakan identitas dari bangsa yang bersangkutan. Ciri
khas yang dimiliki negara juga merupakan identitas dari negara yang bersangkutan. Identitas-
identitas yang disepakati dan diterima oleh bangsa menjadi identitas nasional bangsa. Dengan
perkataan lain, dapat dikatakan bahwa hakikat identitas asional kita sebagai bangsa di dalam
hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang aktualisasinya tercermin
dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya dalam Pembukaan beserta
UUD kita, sistem pemerintahan yang diterapkan, nilai-nilai etik, moral, tradisi, bahasa, mitos,
ideologi, dan lain sebagainya yang secara normatif diterapkan di dalam pergaulan, baik dalam
tataran nasional maupun internasional. Perlu dikemukaikan bahwa nilai-nilai budaya yang
tercermin sebagai Identitas Nasional tadi bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam
kebekuan normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu yang terbuka-cenderung terus menerus
bersemi sejalan dengan hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat pendukungnya.
Konsekuensi dan implikasinyaadalahidentitas nasional juga sesuatu yang terbuka, dinamis, dan
dialektis untuk ditafsir dengan diberi makna baru agar tetap relevan dan funsional dalam kondisi
aktual yang berkembang dalam masyarakat. Krisis multidimensi yang kini sedang melanda
masyarakat kita menyadarkan bahwa pelestarian budaya sebagai upaya untuk mengembangkan
Identitas Nasional kita telah ditegaskan sebagai komitmen konstitusional sebagaimana
dirumuskan oleh para pendiri negara kita dalam Pembukaan, khususnya dalam Pasal 32 UUD
1945 beserta penjelasannya, yaitu : Kebudayan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai
buah usaha budaya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli terdapat ebagi
puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan
bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan
tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau
memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa
Indonesia “. Kemudian dalam UUD 1945 yang diamandemen dalam satu naskah disebutkan
dalam Pasal 32: 1. Negara memajukan kebudayan Nasional Indonesia di tengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memeliharra dan mengembangkan nilai-nilai
budaya. 2. Negara menghormatio dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional. Dengan demikian secara konstitusional, pengembangan kebudayan untuk membina dan
mengembangkan identitas nasional kita telah diberi dasar dan arahnya, terlepas dari apa dan
bagaimana kebudayaan itu dipahami yang dalam khasanah ilmiah terdapat tidak kurang dari 166
definisi sebagaimana dinyatakan oleh Kroeber dan Klukhohn di tahun 1952. 1.2 Rumusan
Masalah · Apa pengertian Identitas Nasional? · Apa saja unsur-unsur Identitas Nasional? · Apa
saja faktor-faktor pendukung kelahiran Idetitas Nasinal? · Apa pengertian pancasila sebagai
kepribadian dan Identitas Nasional? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan · Untuk megetahui
pengertian Identitas Nasional. · Untuk mengetahui unsur-unsur Identitas Nasional. · Untuk
mengetahui faktor-faktor pendukung kelahiran Identitas Nasional. · Untuk mengetahui
pengertian pancasila sebagai kepribadian dan Identitas Nasional. 1.4 Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang 1.2 Rumusan
Masalah 1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan 1.4 Sistematika Penulisan BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Identitas Nasional 2.2 Unsur-Unsur Identitas Nasional 2.3 Faktor-Faktor
Kelahiran Identitas Nasional 2.4 Pancasila Sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional BAB III
PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran DAFTAR PUSTAKA BAB II PEMBAHASAN 2.1
Pengertian Identitas Nasional Istilah identitas nasional dapat disamakan dengan identitas
kebangsaan. Secara etimologis , identitas nasional berasal dari kata “identitas” dan “ nasional”.
Kata identitas berasal dari bahasa Inggris identity yang memiliki pengertian harfiah; ciri, tanda
atau jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau . sesuatu sehingga membedakan
dengan yang lain. Kata “nasional” merujuk pada konsep kebangsaan. Kata identitas berasal dari
bahasa Inggris identiti yang memiliki pengerian harfiah ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang
melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Jadi, pegertian
Identitas Nsaional adalah pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, filsafat pancasila dan
juga sebagai Ideologi Negara sehingga mempunyai kedudukan paling tinggi dalam tatanan
kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk disini adalah tatanan hukum yang berlaku di
Indonesia, dalam arti lain juga sebagai Dasar Negara yang merupakan norma peraturan yang
harus dijnjung tinggi oleh semua warga Negara tanpa kecuali “rule of law”, yang mengatur
mengenai hak dan kewajiban warga Negara, demokrasi serta hak asasi manusia yang
berkembang semakin dinamis di Indonesia. Identitas Nasional Indonesia : 1. Bahasa Nasional
atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia 2. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih 3. Lagu
Kebangsaan yaitu Indonesia Raya 4. Lambang Negara yaitu Pancasila 5. Semboyan Negara yaitu
Bhinneka Tunggal Ika 6. Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila 7. Konstitusi (Hukum Dasar)
negara yaitu UUD 1945 8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat 9. Konsepsi Wawasan Nusantara 10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai
Kebudayaan Nasional 2.2 Unsur-Unsur Identitas Nasional Unsur-unsur pembentuk identitas
yaitu: 1. Suku bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak
lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat
banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis dengan tidak kurang 300 dialeg bangsa. 2.
Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama yan tumbuh
dan berkembang di nusantara adalah agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu
Cu. Agama Kong H Cu pada masa orde baru tidak diakui sebagai agama resmi negara. Namun
sejak pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi negara dihapuskan. 3.
Kebudayaan: adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang isinya adalah perangkat-
perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh pendukung-
pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan
sebagi rujukan dan pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda
kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi. 4. Bahasa: merupakan unsure pendukung
Identitas Nasonal yang lain. Bahsa dipahami sebagai system perlambang yang secara arbiter
dientuk atas unsure-unsur ucapan manusia dan yang digunakan sebgai sarana berinteraksi antar
manusia. Dari unsur-unsur Identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya menjadi
3 bagian sebagai berikut : · Identitas Fundamental, yaitu pancasila merupakan falsafah bangsa,
Dasar Negara, dan Ideologi Negara · Identitas Instrumental yang berisi UUD 1945 dan tata
perundangannya, Bahasa Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan
“Indonesia Raya”. · Identitas Alamiah, yang meliputi Negara kepulauan (Archipelago) dan
pluralisme dalam suku, bahasa, budaya, dan agama, sertakepercayaan. Menurut sumber lain
( http://goecities.com/sttintim/jhontitaley.html) disebutkan bahwa: Satu jati diri dengan dua
identitas: 1. Identitas Primordial · Orang dengan berbagai latar belakang etnik dan budaya:
jawab, batak, dayak, bugis, bali, timo, maluku, dsb. · Orang dengan berbagai latar belakang
agama: Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, Budha, dan sebagainya. 2. Identitas Nasional · Suatu
konsep kebangsaan yang tidak pernah ada padanan sebelumnya. · Perlu diruuskan oleh suku-
suku tersebut. Istilah Identitas Nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh
suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Eksistensi
suatu bangsa pada era globalisasi yang sangat kuat terutama karena pengaruh kekuasaan
internasional. Menurut Berger dalam The Capitalist Revolution, era globalisasi dewasa ini,
ideology kapitalisme yang akan menguasai dunia. Kapitalisme telah mengubah masyarakat satu
persatu dan menjadi sistem internasional yang menentukan nasib ekonomi sebagian besar
bangsa-bangsa di dunia, dan secara tidak langsung juga nasib, social, politik dan kebudayaan.
Perubahan global ini menurut Fakuyama membawa perubahan suatu ideologi, yaitu dari ideologi
partikular kearah ideology universal dan dalam kondisi seperti ini kapitalismelah yang akan
menguasainya. Dalam kondisi seperti ini, negara nasional akan dikuasai oleh negara
transnasional yang lazimnya didasari oleh negara-negara dengan prinsip kapitalisme.
Konsekuensinya, negara-negara kebangsaan lambat laun akan semakin terdesak. Namun
demikian, dalam menghadapi proses perubahan tersebut sangat tergantung kepada kemampuan
bangsa itu sendiri. Menurut Toyenbee, cirri khas suatu bangsa yang merupakan local genius
dalam menghadapi pengaruh budaya asing akan menghadapi Challence dan response. Jika
Challence cukup besar sementara response kecil maka bangsa tersebut akan punah dan hal ini
sebagaimana terjadi pada bangsa Aborigin di Australia dan bangfsa Indian di Amerika. Namun
demikian jika Challance kecil sementara response besar maka bangsa tersebut tidak akan
berkembang menjadi bangsa yang kreatif. Oleh karena itu agar bangsa Indonesia tetap eksis
dalam menghadapi globalisasi maka harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang
merupakan kepribadian bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya
globalisasi. Sebagaimana terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam era globalisasi dengan
penuh tantangan yang cenderung menghancurkan nasionalisme, muncullah kebangkitan kembali
kesadaran nasional. 2.3 Faktor-Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional 1. Faktor-faktor
yang mendukung kelahiran identitas nasional bangsa Indonesia meliputi: · Faktor Objektif, yang
meliputi faktor geografis-ekologis dan demografis · Faktor Subjektif, yaitu faktor historis, social,
politik, dan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia (Suryo, 2002) 2. Menurut Robert de
Ventos, dikutip Manuel Castelles dalam bukunya “The Power of Identity” (Suryo, 2002),
munculnya identitas nasional suatu bangsa sebagai hasil interaksi historis ada 4 faktor penting,
yaitu: · Faktor primer, mencakup etnisitas, territorial, bahasa, agama, dan yang sejenisnya. ·
Faktor pendorong, meliputi pembangunan komunikasi dan teknologi, lahirnya angkatan
bersenjata modern dan pembanguanan lainnya dalam kehidupan bernegara. · Faktor penarik,
mencakup modifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya birokrasi, dan
pemantapan sistem pendidikan nasional · Faktor reaktif, pada dasarnya tercakup dalam proses
pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia yang telah berkembang dari masa sebelum
bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan dari penjajahan bangsa lain. Faktor pembentukan
Identitas Bersama. Proses pembentukan bangsa- negara membutuhkan identitas-identitas untuk
menyataukan masyarakat bangsa yang bersangkutan. Faktor-faktor yang diperkirakan menjadi
identitas bersama suatu bangsa, yaitu : · Primordial · Sakral · Tokoh · Bhinneka Tunggal Ika ·
Sejarah · Perkembangan Ekonomi · Kelembagaan Faktor-faktor penting bagi pembentukan
bangsa Indonesia sebagai berikut 1. Adanya persamaan nasib , yaitu penderitaan bersama
dibawah penjajahan bangsa asing lebih kurang selama 350 tahun 2. Adanya keinginan bersama
untuk merdeka , melepaskan diri dari belenggu penjajahan 3. Adanya kesatuan tempat tinggal ,
yaitu wilayah nusantara yang membentang dari Sabang sampai Merauke 4. Adanya cita-cita
bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan sebagai suatu bangsa Cita- Cita, Tujuan dan
Visi Negara Indonesia. Bangsa Indonesia bercita-cita mewujudkan negara yang bersatu,
berdaulat, adil dan makmur. Dengan rumusan singkat, negara Indonesia bercita-cita mewujudkan
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hal ini
sesuai dengan amanat dalam Alenia II Pembukaan UUD 1945 yaitu negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur. Tujuan Negara Indonesia selanjutnya terjabar
dalam alenia IV Pembukaan UUD 1945. Secara rinci sbagai berikut : 1. Melindungi seganap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia 2. Memajukan kesejahteraan umum 3.
Mencerdaskan Kehidupan bangsa 4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan , perdamaian abadi, dan keadilan sosial Adapun visi bangsa Indonesia adalah
terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai , demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju
dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia
Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa dan berahklak mulia, cinta tanah air,
berkesadaran hukum dan lingkungan, mengausai ilmu pengetahuandan teknologi, serta memiliki
etos kerja yang tinggi serta berdisiplin. Setelah tidak adanya GBHN makan berdasarkan Rencana
Pembangunan Jangka mengenah (RPJM) Nasional 2004-2009, disebutkan bahwa Visi
pembangunan nasional adalah : 1. Terwujudnya kehidupan masyarakat , bangsa dan negara yang
aman, bersatu, rukun dan damai. 2. Terwujudnya masyarakat , bangsa dan negara yang
menjujung tinggi hukum, kesetaraan, dan hak asasi manusia. 3. Terwujudnya perekonomian
yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan
fondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan. 2.4 Pancasila sebagai Kepribadian
dan Identitas Nasional Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional,
memilki sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Tatkala bangsa Indonesia berkembang menujufase nasionalisme modern, diletakanlan prinsip-
prinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam filsafat hidup berbangsa dan bernagara. Prinsip-
prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa yang diangkat dari filsafat hidup bangsa
Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat Negara yaitu
Pancasila. Jadi, filsafat suatu bangsa dan Negara berakar pada pandangan hidup yang bersumber
pada kepribadiannya sendiri. Dapat pula dikatakan pula bahwa pancasila sebagai dasar filsafat
bangsa dan Negara Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan
keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa. Jadi, filsafat
pancasila itu bukan muncul secara tiba-tiba dan dipaksakan suatu rezim atau penguasa melainkan
melalui suatu historis yang cukup panjang. Sejarah budaya bangsa sebagai akar Identitas
Nasional. Menurut sumber lain (http://unisosdem.org.kliping_detail.php/?
aid=7329&coid=1&caid=52) Disebutkan bahwa: kegagalan dalam menjalankan dan
medistribusikan output berbagia agenda pembangnan nasional secaralebih adil akan berdampak
negatif pada persatuan dan kesatuan bangsa. Pada titik inilah semangat Nasionalisme akan
menjadi slah satu elemen utama dalam memperkuat eksistensi Negara/Bangsa. Study Robert I
Rotberg secara eksplisit mengidentifikasikan salah satu karakteristik penting Negara gagal
(failed states) adalah ketidakmampuan negara mengelola identitas Negara yang tercermin dalam
semangat nasionalisme dalam menyelesaikan berbagai persoalan nasionalnya. Ketidakmampuan
ini dapat memicu intra dan interstatewar secara hamper bersamaan. Penataan, pengelolaan,
bahkan pengembangan nasionalisme dalam identitas nasional, dengan demikian akan menjadi
prasyarat utama bagi upaya menciptakan sebuah Negara kuat (strong state). Fenomena
globalisasi dengan berbagai macam aspeknya seakan telah meluluhkan batas-batas tradisional
antarnegara, menghapus jarak fisik antar negara bahkan nasionalisme sebuah negara. Alhasil,
konflik komunal menjadi fenomena umum yang terjadi diberbagai belahan dunia, khususnya
negara-negara berkembang. Konflik-konflik serupa juga melanda Indonesia. Dalam konteks
Indonesia, konflik-konflik ini kian diperuncing karekteristik geografis Indonesia. Berbagai
tindakan kekerasan (separatisme) yang dipicu sentimen etnonasionalis yang terjadi di berbagai
wilayah Indonesia bahkan menyedot perhatian internasional. Nasionalisme bukan saja dapat
dipandang sebagai sikap untuk siap mengorbankan jiwa raga guna mempertahankan Negara dan
kedaulatan nasional, tetapi juga bermakna sikap kritis untuk member kontribusi positif terhadap
segala aspek pembangunan nasional. Dengan kata lain, sikap nasionalisame membutuhkan
sebuah wisdom dalam mlihat segala kekurangan yang masih kita miliki dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dan sekaligus kemauan untuk terus mengoreksi diri
demi tercapainya cita-cita nasional. Makna falsafah dalam pembukaan UUD 1945, yang
berbunyi sebagai berikut: 1. Alinea pertama menyatakan: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan
itu hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan , karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Maknanya, kemerdekaan adalah hak
semua bangsa dan penjajahan bertentangan dengan hak asasi manusia. 2. Alinea kedua
menyebutkan: “ dan perjuangan kemerdekaaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia kepada depan gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur. Maknanya: adanya
masa depan yang harus diraih (cita-cita). 3. Alinea ketiga menyebutkan: “ atas berkat rahmat
Allah yang maha kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Maknanya, bila Negara ingin mencapai cita-cita maka kehidupan berbangsa dan bernegara harus
mendapat ridha Allah SWT yang merupakan dorongan spiritual. 4. Alinea keempat
menyebutkan: “ kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, menmcerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam susunan Negara republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dan berdasarkan kepada: ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Alinea ini mempertegas cita-cita yang harus dicapai oleh bangsa
Indonesia melalui wadah Negara kesatuan republik Indonesia. BAB III PENUTUP 3.1
Kesimpulan Sekilas kata-kata diatas memang membuat tanda tanya besar dalam memaknainya.
Beribu-ribu kemungkinan yang terus melintas dibenak pikiran, untuk menjawab sebuah
pertanyaan yang membahas tentang identitas nasional.Kendatipun, dalam hidup keseharian yang
mencakup suatu negara berdaulat, Indonesia sendiri sudah menganggap bahwa dirinya memiliki
identitas nasional. Identitas nasional merupakan pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa,
filsafat pancasila dan juga sebagai Ideologi Negara sehingga mempunyai kedudukan paling
tinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Unsur-unsur dari identitas nasional
adalah Suku Bangsa: gol sosial (askriptif : asal lhr), golongan,umur. Agama : sistem keyakinan
dan kepercayaan. Kebudayaan: pengetahuan manusia sebagai pedoman nilai,moral, das sein das
sollen,dlm kehidupan aktual. Bahasa : Bahasa Melayu-penghubung (linguafranca). Faktor-faktor
kelahiran identitas nasional adalah Faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional
bangsa Indonesia meliputi faktor subjektif dan factor objektif, Faktor primer, mencakup etnisitas,
territorial, bahasa, agama, dan yang sejenisnya. Faktor pendorong, meliputi pembangunan
komunikasi dan teknologi, lahirnya angkatan bersenjata modern dan pembanguanan lainnya
dalam kehidupan bernegara. Faktor penarik, mencakup modifikasi bahasa dalam gramatika yang
resmi, tumbuhnya birokrasi, dan pemantapan sistem pendidikan nasional. Faktor reaktif, pada
dasarnya tercakup dalam proses pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia yang telah
berkembang dari masa sebelum bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan dari penjajahan bangsa
lain. 3.2 Saran Identitas nasional merupakan suatu ciri yang dimiliki oleh bangsa kita untuk dapat
membedakannya dengan bangsa lain. Jadi, untuk dapat mempertahankan keunika-keunikan dari
bangsa Indonesia itu sendiri maka kita harus menanamkan akan cinta tanah air yang diwujudkan
dalam bentuk ketaatan dan kepatuhan terhadap atura-aturan yang telah ditetapkan serta
mengamalkan nilai-nilai yang sudah tertera dengan jelas di dalam pancasila yang dijadikan
sebagai falsafah dan dasar hidup bangsa Indonesia. Dengan keunikan inilah, Indonesia menjadi
suatu bangsa yang tidak dapat disamakan dengan bangsa lain dan itu semua tidak akan pernah
lepas dari tanggung jawab dan perjuangan dari warga Indonesia itu sendiri untuk tetap menjaga
nama baik bangsanya.
Pancasila dan UUD 1945 adalah pondasi tegak berdirinya negara Indonesia. Kondisi ini
terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia
seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan
budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.
Rohnya adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada
bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang
makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur serta berkepribadian
luhur. Apabila fondasinya tiada maka tamatlah NKRI. Negara berdiri tanpa fondasi yang
kuat akan mudah ditaklukan (dijajah secara budaya, ekonomi, ideologi dan politik).
Untuk itu, integrasi dalam kesatuan bangsa Indonesia adalah pembauran sehingga
menjadi satu kekuatan yang bulat dan utuh karena heterogenitasnya masyarakat dan
budaya maka perwujudan integrasi nasional adalah bentuk NKRI dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika. Untuk itu momentum kepemimpinan Presiden Jokowi dan JK
yang telah mencanangkan Revolusi mental harus dimaknai sebagai momentum
menegakkan kedaulatan bangsa dan jatidiri bangsa melalui falsafah dan keyakinan
bangsa Indonesia yaitu Pancasila yang diamalkan sesuai nilai-nilai yang tergandung
secara benar dan baik.
Sudah saatnya segala momentum keputusan maupun pelaksanaan dinegeri ini harus
mengedepankan nilai-nilai Pancasila, hal; ini dikarenakan nilai-nilai Pancasila
merupakan hal yang penting. Pondasi awal untuk membangun martabat bangsa. 5
(lima) dasar dalam Pancasila telah merangkum tujuan dan arah kebijakan bangsa.
Mental Pemimpin yang Pancasilais adalah pemimpin yang tidak terlalu berambisi
mengejar jabatan demi kepentingan pribadi, menanamkan permusuhan dengan lawan-
lawannya. Pemimpin yang Pancasilais adalah sosok pemimpin yang selalu dengan
teguh mengamalkan sila-sila Pancasila dengan sempurna. Pemimpin yang memiliki jiwa
religiositas sesuai dengan sila pertama Pancasila, selalu menanamkan jiwa-jiwa
keadilan dalam setiap aspeknya, bersikap toleran dan terbuka sebagai jalan untuk
mempersatukan semua unsur perbedaan yang ada, dan selalu bijak dalam
pengambilan keputusannya.
Setiap pemimpin bangsa Indonesia tentu harus memiliki dan mengamalkan nilai dalam
butir-butir pancasila tersebut dengan baik. Karena Pancasila bukanlah pajangan
semata, pelajaran anak-anak sekolah tanpa makna. Tetapi Pancasila merupakan dasar
negara kita, dasar dalam membangun NKRI yang berdaulat yang harus hidup pada jiwa
setiap rakyat dan bangsa Indonesia. Bukan pilar yang mudah dirobohkan, Pancasila
adalah Roh dan Jiwa bagi setiap orang Indonesia. Untuk itu, nilai-nilai Pancasila sangat
diharapkan mampu menyadarkan dan mengembalikan nurani kita dan akal cerdas kita
guna secara sadar dan jujur mengamalkan butir-butir pancasila. Bangsa Indonesia
harus kembali berjaya seperti cita-cita para pendiri bangsa dan seluruh rakyat
Indonesia. Dan sekarang saatnya seluruh komponen bangsa Indonesia harus
membenahi dan menciptakan segala norma dan peraturan yang sesuai dengan nilai-
nilai yang terkandung di dalam Pancasila. Semoga para pemimpin Indonesia berjalan
pada jalur yang benar, jujur dan bermartabat. Mari Kita tegakkan dan amalkan
Pancasila dalam setiap langkah kita bernegara dan berbangsa