Anda di halaman 1dari 47

MATERI 1

IDENTITAS NASIONAL DAN INTEGRASI NASIONAL

Pengantar Awal
Dalam mengarungi kehidupannya, sebuah negara-bangsa (nation state)
selalu dihadapkan pada upaya bagaimana menyatukan keanekaragaman
orang–orang yang ada di dalamnya agar memiliki rasa persatuan, kehendak
untuk bersatu dan secara bersama bersedia membangun kesejahteraan untuk
bangsa yang bersangkutan. Oleh karena itu, bagaimana mungkin suatu negara-
bangsa bisa membangun, jika orang-orang yang ada di dalam negara tersebut
tidak mau bersatu, tidak memiliki perasaan sebagai satu kesatuan dan tidak
bersedia mengikatkan diri sebagai satu bangsa.
Suatu negara-bangsa membutuhkan identitas nasional dalam rangka
persatuan untuk bangsanya yang dinamakan integrasi nasional. Dapat
dikatakan bahwa sebuah Negara bangsa yang mampu membangun identitas
nasional dan integrasi nasionalnya akan memperkokoh rasa persatuan dan
kesatuan bangsa-bangsa yang ada di dalamnya. Integrasi nasional merupakan
salah satu tolok ukur persatuan dan kesatuan bangsa.
Pada bab ini, Anda akan diajak mempelajari lebih lanjut perihal
bagaimana konsep identitas nasional dan pentingnya integrasi nasional bagi
sebuah negara-bangsa (nation-state). Sejalan dengan kaidah pembelajaran
ilmiah yang aktif, Anda diminta untuk menelusuri, menanya, menggali,
membangun argumentasi dan mendeskripsikan kembali esensi dan urgensi
identitas nasional serta integrasi nasional baik secara tulisan maupun lisan.
Setelah melakukan pembelajaran ini Anda diharapkan: mampu
berdisiplin untuk memahami identitas nasional untuk mewujudkan integrasi
nasional dan mengokohkan persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah
NKRI; mampu mengevaluasi urgensi idenditas nasional dan integrasi nasional
sebagai salah satu parameter persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah
NKRI; dan mampu menyajikan hasil studi kasus terkait esensi dan urgensi
identitas nasional serta integrasi nasional sebagai salah satu parameter
persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah NKRI.

1
A. Identitas Nasional
1. Pengertian Identitas Nasional
Identitas sendiri memiliki arti sebagai ciri yang dimiliki setiap pihak yang
dimaksud sebagai suatu pembeda atau pembanding dengan pihak yang lain.
Sedangkan nasional atau Nasionalisme memiliki arti suatu paham, yang
berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada
Negara kebangsaan. Identitas nasional adalah kepribadian nasional atau jati
diri nasional yang dimiliki suatu bangsa yang membedakan bangsa satu
dengan bangsa yang lainnya. Identitas nasional merupakan suatu penanda
atau jati diri suatu bangsa yang dapat membedakan ciri khasnya dengan
bangsa lain, karena ciri khas suatu bangsa terletak pada konsep bangsa itu
sendiri.
Secara etimologis, istilah identitas nasional berasal dari kata “identitas”
dan “nasional”. Identitas bersal dari kata identity yang artinya memiliki tanda,
ciri atau jati diri yang melekat pada suatu individu, kelompok atau sesuatu yang
membedakannya dengan yanglain. Sedangkan nasional berasal dari ka nation
yang artinya bangsa. Pengertian bangsa menurut sosiologis antropologis yaitu
persekutuan hidup yang berdiri sendiri dan merasa kesatuan agama, bahasa,
ras dan adat istiadat. sedangkan bangsa dalam pengertian politik ialah
masyarakat yang tinggal dalam suatu daerah dan tunduk terhadap kedaulatan
negaranya. Dengan demikian nasional merujuk pada sifat khas kelompok yang
memiliki ciri-ciri kesamaan, fisik, citacita dan tujuan.
Identitas nasional dalam kosteks bangsa cenderung mengecu pada
kebudayaan, adat istiadat, serta karakter khas suatu negara. Sedangkan
identitas nasional dalam konteks negara tercermin dalam simbol-simbol
kenegaraan seperti: Pancasila, Bendera Merah Putih, Bahasa Nasional yaitu
Bahasa Indonesia, Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika, Dasar
Falsafah Negara yaitu Pancasila, Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD
1945 serta Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat. Pahlawan – pahlawan rakyat pada masa perjuangan nasional seperti
Pattimura, Hasanudin, Pangeran Antasari dan lain – lain.
Dengan terwujudnya identitas bersama sebagai bangsa dan negara
Indonesia dapat mengikat eksistensinya serta memberikan daya hidup. Sebagai

2
bangsa dan negara yang merdeka, berdaulat dalam hubungan internasional
akan dihargai dan sejajar dengan bangsa dan negara lain. Identitas bersama itu
juga dapat menunjukkan jatidiri serta kepribadiannya. Rasa solidaritas sosial,
kebersamaan sebagai kelompok dapat mendukung upaya mengisi
kemerdekaan. Dengan identitas bersama itu juga dapat memberikan motivasi
untuk mencapai kejayaan bangsa dan negara di masa depan.
Identitas nasional merupakan suatu konsep kebangsaan yang tidak
pernah ada padanan sebelumnya. Perlu dirumuskan oleh suku-suku tersebut.
Istilah Identitas Nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh
suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan
bangsa lain. Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi yang sangat kuat
terutama karena pengaruh kekuasaan internasional.
Ciri khas suatu bangsa yang merupakan local genius dalam menghadapi
pengaruh budaya asing akan menghadapi challence dan response. Jika
challence (tantangan) cukup besar sementara response (tanggapan) kecil maka
bangsa tersebut akan punah dan hal ini sebagaimana terjadi pada bangsa
Aborigin di Australia dan bangsa Indian di Amerika. Namun demikian jika
challance kecil sementara response besar maka bangsa tersebut tidak akan
berkembang menjadi bangsa yang kreatif. Oleh karena itu, agar bangsa
Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi maka harus tetap
meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian bangsa
Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya globalisasi.
Sebagaimana terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam era globalisasi
dengan penuh tantangan yang cenderung menghancurkan nasionalisme,
muncullah kebangkitan kembali kesadaran nasional.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa,
identitas nasional adalah suatu kelompok masyarakat yang memiliki ciri dan
melahirkan tindakan secara kolektif yang diberi sebutan nasional. Berdasarkan
pengertian tersebut setiap bangsa di dunia pasti memiliki identitas tersendiri
yang sesuai dengan karakter, ciri khas dari bangsa tersebut.

3
2. Karakteristik Identitas Nasional
Identitas setiap manusia ditentukan oleh ruang hidupnya, secara alami
akan berakulturasi dan membentuk ciri khas dalam norma kehidupan. Dalam
antropologi identitas merupakan suatu sifat khas yang menerangkan dan sesuai
dengan kesadaran diri, golongan, komunitas dan negara sendiri. Identitas
meliputi nilai, norma dan simbol ekspresi sebagai ikatan sosial untuk
membangun solidaritas dan kohesivitas sosial untuk menghadapi kekuatan luar
yang menjadi simbol ekspresi tindakan pada masa lalu, sekarang dan
mendatang.
Nasional berasal dari bangsa sendiri atau meliputi diri bangsa, maka
identitas nasional Indonesia ialah jati diri yang membentuk bangsa, yaitu
berbagai suku bangsa, agama, bahasa Indonesia, budaya nasional, wilayah
nusantara dan ideologi pancasila. Jati diri bangsa merupakan totalitas
penampilan bangsa yang utuh dengan muatan dari masyarakat sehingga dapat
membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Mengukuhkan jati diri
bangsa merupakan usaha yang sangat dibutuhkan karena sebagai akar dalam
keutuhan hidup berbangsa dan bernegara.

3. Faktor-Faktor Pembentuk Identitas Nasional


Lahirnya suatu identitas nasional bangsa pasti memiliki ciri khas, sifat,
serta keunikan tersendiri yang yang sangat didukung oleh faktor-faktor
pembetuk identitas nasional. Faktor-faktor yang diperkirakan menjadi identitas
bersama suatu bangsa meliputi: Primordial, sakral, tokoh, bhineka tunggal ika,
sejarah, perkembangan ekonomi dan kelembagaan.
1. Primordial
Faktor primodial atau faktor objektif adalah faktor bawaan yang bersifat
alamiah yang melekat pada bangsa tersebut seperti geografi, ekologi dan
demografi. Kondisi geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai
wilayah kepulauan yang beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalan
komunikasi anta rwilayah dunia di Asia Tenggara, ikut mempengaruhi
perkembangan kehidupan demografis, ekonomis, sosial dan kultural bangsa
Indonesia. Faktor-faktor primordial ini meliputi: ikatan kekerabatan (darah) dan
keluarga, kesamaan suku bangsa, daerah asal, bahasa, dan adat istiadat.

4
Katan kekerabatan (darah dan keluarga) dan kesamaan suku bangsa,
daerah, bahasa dan adat istiadat merupakan faktor-faktor primordial yang dapat
membentuk bangsa-bangsa. Primordialisme tidak hanya menimbulkan pola
perilaku yang sama, tetapi juga melahirkan persepsi yang sama tentang
masyarakat negara yang dicita-citakan Walaupun ikatan kekerabatan dan
kesamaan budaya itu tidak menjamin terbentuknya suatu bangsa, karena
mungkin ada factor yang lain yang lebih menonjol, namun kemajemukan secara
budaya mempersukar pembentukan suatu nasionalisme baru (bangsabangsa)
karena perbedaan ini akan melahirkan konflik nilai.
2. Keagamaan (Sakralitas agama)
Faktor sakral dapat berupa kesamaan agama yang dipeluk masyarakat
atau ideologi doktriner yang diakui oleh masyarakat yang bersangkutan. Agama
dan ideologi merupakan faktor sacral yang dapat membentuk bangsa negara.
Faktor sakral ikut menyumbang terbentuknya satu nasionalitas baru. Negara
Indonesia diikat oleh kesamaan ideologi Pancasila
Kesamaan agama yang dipeluk oleh suatu masyarakat, atau ikatan
ideology doktriner yang kuat dalam suatu masyarakat merupakan faktor sakral
yang dapat membentuk bangsa-negara. Ajaran-ajaran agama dan ideologi
doktriner tidak menggambarkan semata-mata bagaimana seharusnya hidup
(dalam hal ini cara hidup yang suci, agama menjanjikan surga, ideologi
doktriner menjanjikan masyarakat tanpa kelas), karena menggambarkan cara
hidup yang seharusnya dan tujuan suci. Walaupun kesamaan agama atau
ideologi tidak menjamin bagi terbentuknya suatu bangsa-negara, sebagaimana
ditunjukkan dengan kenyataan lebih dari sepuluh Negara Arab untuk Islam,
puluhan negara Amerika Latin untuk Katholik, dan sejumlah negara komunis,
namun faktor ini ikut menyumbangkan bagi terbentuknya satu nasionalitas.
3. Tokoh (pemimpin bangsa)
Kepemimpinan dari seorang tokoh yang disegani dan dihormati secara
luas oleh masyarakat dapat pula menjadi faktor yang menyatukan suatu
bangsa-negara. Pemimpin ini menjadi panutan sebab warga masyarakat
mengidentifikasikan diri kepada sang pemimpin, dan ia dianggap sebagai
"penyambung lidah" masyarakat. Berdasarkan masyarakat yang tengah

5
membebaskan diri dari belenggu penjajahan, biasanya muncul pemimpin yang
kharismatik untuk menggerakkan massa rakyat mencapai kemerdekaannya.
Kepemimpinan dari para tokoh yang disegani dan dihormati
oleh masyarakat dapat pula menjadi faktor yang menyatukan bangsa negara.
Pemimpin dibeberapa negara dianggap sebagai penyambung lidah rakyat,
pemersatu rakyat dan simbol persatuan bangsa yang bersangkutan. Tokoh
kepemimpinan dari para tokoh yang disegani dan dihormati oleh masyarakat
dapat pula menjadi faktor yang menyatukan bangsa negara. Pemimpin di
beberapa negara dianggap sebagai penyambung lidah rakyat, pemersatu
rakyat dan simbol pemersatu bangsa yang bersangkutan. Contohnya Soekarno
di Indonesia, Nelson Mandela di Afrika Selatan, Mahatma Gandhi di India, dan
Tito di Yugoslavia.
4. Bhineka Tunggal Ika
Prinsip Bhineka Tunggal Ika pada dasarnya adalah kesediaan warga
bangsa untuk bersatu dalam perbedaan. Yang disebut bersatu dalam
perbedaan adalah kesediaan warga bangsa untuk setia pada lembaga yang
disebut negara dan pemerintahnya, tanpa menghilangkan keterikatannya pada
suku bangsa, adat, ras dan agamanya.
5. Sejarah (historis)
Persepsi yang sama di antara warga masyarakat tentang sejarah
mereka dapat menyatukan diri ke dalam satu bangsa. Persepsi yang sama
tentang pengalaman masa lalu, seperti sama- sama menderita karena
penjajahan tidak hanya melahirkan solidaritas, tetapi juga melahirkan tekad dan
tujuan yang sama antar anggota masyarakat itu.
Persepsi yang sama tentang asal-usul (nenek moyang) dan/atau
persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu seperti penderitaan yang
sama yang disebabkan dengan penjajahan tidak hanya melahirkan solidaritas
(sependeritaan dan sepenanggungan), tetapi juga tekad dan tujuan yang sama
antar kelompok masyarakat.
Solidaritas, tekad, dan tujuan yang sama itu dapat menjadi identitas yang
menyatukan mereka sebagai bangsa sebab hal-hal ini akan membentuk konsep
ke-kita-an dalam masyarakat. Sejarah tentang asal-usul dan pengalaman masa
lalu ini biasanya dirumuskan (cenderung didramatisasikan), dan

6
disosialisasikan kepada seluruh anggota masyarakat melalui media massa (film
dokumenter, film cerita, dan drama melalui televisi dan radio). Khusus bagi
generasi baru, konsep sejarah ini disampaikan melalui pendidikan formal di
sekolah-sekolah dalam mata ajaran Sejarah Perjuangan Bangsa (Sejarah
Nasional).
6. Perkembangan Ekonomi
Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi
pekerjaan dan profesi sesuai dengan aneka kebutuhan masyarakat. Semakin
tinggi mutu dan variasi kebutuhan masyarakat, semakin saling tergantung
diantara jenis pekerjaan. Setiap orang akan saling bergantung dalam
memenuhi kebutuhan hidup. Semakin kuat saling ketergantungan anggota
masyarakat karena perkembangan ekonomi, akan semakin besar solidaritas
dan persatuan dalam masyarakat. Solidaritas yang terjadi karena
perkembangan ekonomi oleh Emile Durkheim disebut Solidaritas Organis.
Faktor ini berlaku di masyarkat industry maju seperti Amerika Utara dan Eropa
Barat.
7. Kelembagaan
Faktor lain yang berperan dalam mempersatukan bangsa adalah
lembaga-lembaga pemerintahan dan politik, seperti birokrasi, angkatan
bersenjata, pengadulan dan partai politik. Lembaga-lembaga itu melayani dan
mempertemukan warga tanpa membeda-bedakan asal usul dan golongannya
dalam masyarakat. Kerja dan perilaku lembaga politik dapat mempersatukan
orang sebagai satu bangsa.

4. Sifat Identitas Nasional


Identitas nasional merupakan jati diri bangsa yang bersifat dinamis dan
khas yang menjadi pandangan hidup dalam mencapai cita-cita dan tujuan hidup
bersama. Pada era globalisasi ini eksistensi bangsa-bangsa di dunia sedang
dihadapkan oleh tantangan yang sangat kuat dari kekuatan internasional baik di
bidang ekonomi, sosial, budaya dan politik. Apabila bangsa tersebut tidak
mempunyai atau tidak mampu mempertahankan identitas nasional yang
menjadi kepribadiannya, maka bangsa tersebut akan mudah goyah dan
terombang ambing

7
oleh tantangan zaman. Bangsa yang tidak mampu mempertahankan identitas
nasional akan menjadi kacau, bimbang dan kesulitan dalam mencapai cita-cita
dan tujuan hidup bersama. Kondisi suatu bangsa yang sedemikian rupa sudah
tentu merupakan hal yang mudah bagi bangsa lain yang lebih kuat untuk
menguasai bahkan untuk menghancurkan bangsa yang lemah tersebut. Oleh
karena itu, identitas nasional sangat mutlak diperlukan supaya suatu bangsa
dapat mempertahankan eksistensi diri dan mencapai hal-hal yang menjadi cita-
cita dan tujuan hidup bersama.

5. Unsur-Unsur Identitas Nasional


Adapun unsur-unsur pembentuk identitas nasional yakni sebagai berikut.
1. Suku bangsa
Setiap negara tentunya memiliki suku bangsanya masing-masing yang
menjadi identitas nasional di mata dunia hingga negara lain juga dapat
mengenalnya. Suku bangsa merupakan golongan sosial yang khusus dan
askriptif yaitu ada sejak lahir, maksudnya yaitu suku bangsa tersebut dapat di
artikan sebagai suatu kelebihan atau keunikan yang permanen dan melekat
dalam tubuh bangsa, sama halnya dengan golongan umur, golongan darah dan
jenis kelamin pada manusia. Adapun di indonesia khususnya terdapat banyak
sekali suku bangsa atau berbagi kelompok etnis yang jumlahnya tidak kurang
dari 300 dialek pada populasi penduduk di Indonesia saat ini.
2. Agama
Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) agama adalah sistem
yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan
yang maha esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dengan manusia serta manusia dengan lingkungannya.
Indonesia bukan merupakan negara islam namun Indonesia dikenal
dengan bangsa yang agamis, mengapa demikian? Itu karena negara seribu
pulau ini memiliki 6 agama yang masing-masing memiliki sejarah yang sudah
melewati banyak penelitian dan banyak bukti perkembangannya. Termasuk
kepercayaan konghucu yang merupakan agama yang cukup muda di Indonesia
yakni baru diresmikan pada masa kepemimpinan Abdurahman wahid.
3. Kebudayaan

8
Kebudayaan adalah gaya hidup manusia sebagai mahluk sosial yang
berisi tentang seperangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif
digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami
lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau sebagai
pedoman untuk bertindak sesuai lingkungan yang di hadapi. Kebudayaan juga
merupakan suatu patokan dari nilai-nilai etika dan moral, baik yang tergolong
ideal atau yang seharusnya, maupun yang opeasional dan aktual didalam
kehidupan sehari-hari dan diperoleh secara turun temurun dari generasi ke
generasi. Selain itu budaya juga terbentuk dari banyaknya unsur-unsur yang
berbeda, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni.
4. Bahasa
Unsur pendukung identitas nasional yang terakhir yaitu Bahasa, bahasa
merupakan kemampuan seseorang untuk berinteraksi satu sama lain baik
secara lisan (langsung) maupun secara tulisan (media) ataupun gerakan
isyarat. Bahasa dipandang sebagai sistem pelambang yang secara arbiter
dibentuk atas unsur-unsur bunyi maupun ucapan manusia yang digunakan
untuk berkomunikas dengan berbagai tujuan dan kebutuhan.
Dari unsur-unsur Identitas nasionak tersebut diatas dapat dirumuskan
pembagiannya menjadi dua bagian sebagai berikut :
1) Identitas Fundamental; yaitu pancasila yang merupakan falsafat bangsa,
dasar negaram dan ideologi Negara.
2) Identitas instrumental yang berisi UUD 1945 dan tata Perundang-
undangan, Bahasa Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu
Kebangsaan “ Indonesia Raya”

6. Bentuk-Bentuk Indentitas Nasional Indonesia


Berikut adalah penjelasan mengenai bentuk-bentuk identitas nasional
Indonesia yang meliputi, 1) bendera Sang Merah Putih, 2) bahasa yakni
Bahasa Indonesia, 3) lambang Negara yakni Garuda Pancasila dan
Simbol-Simbol Pancasila, 4) lagu kebangsaan Indonesia yakni
Indonesia Raya, 5) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan 6)
kebudayaan daerah.

9
1. Bendera negara, yaitu Sang Merah Putih
Warna merah berarti berani, warna putih berarti suci, merah berarti
berani yang melambangkan tubuh manusia, putih berarti suci yang
melambangkan jiwa manusia, keduanya saling melengkapi dan
menyempurnakan Indonesia. Lambang merah putih sudah dikenal pada masa
kerajaan di Indonesia. Bendera sang Merah Putih dikibarkan ketika Proklamasi
Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan
Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta. Bendera Merah Putih dijahit oleh ibu
Fatmawati yang merupakan istri presiden Soekarnp. Berikut adalah gambar
bendera Indonesia.

(Sumber:international.kompas.com)

2. Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang bersal dari rumpun Melayu
yang tumbuh dan berkembang, sejak zaman dahulu sudah dipergunakan
sebagai bahasa perhubungan. Bahasa tersebut telah dipergunakan hampir di
seluruh Asia Tenggara. Perkembangan bahasa Melayu mendorong
tumbuhnya rasa persatuan dan persaudaraan bangsa Indonesia. Komunikasi
antar perkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa
Melayu. Sehingga secara sadar para pemuda yang bergabung dakam
perkumpulan itu mengangkat bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan
Indonesia. Bahasa Indonesia diangkat dan diikrarkan pada Kongres Pemuda II
tanggal 28 Oktober 1928. Kemudian bangsa Indonesia sepakat bahwa bahasa
Indonesia merupakan bahasa persatuan. Ketentuan bahasa Indonesia telah

10
diatur dalam UU No.24 Tahun 2009 mulai pasal 25 sampai pasal 45. Berikut
adalah sumpah pemuda.

(sumber: kompasiana.com)

3. Lambang Negara Garuda Pancasila dan Simbol-Simbol


Pancasila
a. Lambang Negara Garuda Pancasila

(sumber: perpustakaan.id)
Pada tanggal 13 juli 1945, dalam rapat Panitia Perancangan Undang-
Undang Dasar 1945. Salah seorang anggota Panitiabernama Prada Harahap
mengusulkan tentang lambang negara. Tanggal 16 November 1945 baru
dibentuk Panitia Indonesia Raya. Panitia ini bertugas untuk menyelidiki arti
lambang-lambang dalam peradaban bangsa Indonesia sebagai langkah awal
untuk mempersiapkan bahan kajian tentang lambang negara. Panitia
Indonesia Raya diketuai oleh Ki Hajar Dewantara dengan sekretaris umum
Muhammad Yamin. Berikut adalah ciri-ciri dari lambang negara Garuda
Pancasila:

11
b) Warna
- seluruh burung garuda, bintang, kapas, : kuning emas
padi dan rantai
- Ruangan Perisai di tengah tengah-tengah : merah putih
(kiri atas dan kanan bawah) : merah
(kanan atas dan kiri bawah) : putih
- Dasar bintang yang berbentuk perisai : hitam
- Kepala banteng : hitam
- Pohon beringin : hijau
- Pita : putih
- Huruf : hitam
c) Jumlah helai bulu
- Pada tiap sayap : 17 helai
- Pada ekor : 8 helai
- Kecil di bawah perisai : 10 helai
- Kecil di leher : 45 helai

d) Arti dan Makna Lambang Negara


Menurut Kansil dan Chistine dalam Maulana Arafat Lubis, menyatakan
bahwa arti dan makna simbolik dari lambang negara ialah Garuda yang
merupakan burung yang dinamakan juga “Sang Raja Wali”, seperti yang
disebutkan dalam cerita Ramayana dan Bharatayuda
a) Burung tersebut merupakan lambang kekuasaan dan kekuatan.

12
b) Sayap yang masing-masing terdiri dari 17 helai, berarti tanggal 17.
Ekor burung yang terdiri dari 8 helai, berarti bulan ke-8 atau bulan
Agustus.
c) Jumlah bulu kecil di bawah perisai sebanyak 19 helai dan jumlah bulu
kecil di bawah leher sebanyak 45 helai, berarti tahun1945
Semua jumlah bulu yang ada di setiap bagiannya melambangkan
tanggal kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yaitu pada
tanggal 17 Agustus 1945.
Perisai berbentuk jantung yang digantungkan pada leher garuda
merupakan lambang perlindungan, sedangkan garis melintang di tengah-
tengah perisai melukiskan khatulistiwa (equator).
e) Bhineka Tunggal Ika

Pita yang dicengkeram oleh kedua kaki burung Garuda terdapat


semobayan dalam bahasa Jawa Kuno yang berbunyi “BHINEKA TUNGGAL
IKA”, yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu juga”.

f). Simbol-sibol Pancasila

Dalam Pasal 36A Undang-Undang Dasar Tahun 1945 setelah


diamandemenkan empat kali, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001 dan 2002,
dicantumkan kalimat, “Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhineka Tunggal Ika”. Berikut adalalah sila-sila pancasila dan
simbol-simbolnya:

1) Ketuhanan Yang Maha Esa

13
2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

3) Persatuan Indonesia

4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan

5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

4. Lagu kebangsaan, yaitu Indonesia Raya


Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan yang diciptakan oleh Wage
Rudolf Supratman . Pada tanggal 28 Oktober 1928 lagu Indonesia Raya

14
dinyanyikan untuk pertama kali sebagai lagu kebangsaan negara. Lagu
Indonesia Raya yang memiliki ejaan lama sebagai berikut.

Indonesia Tanah Airkoe Tanah Toempah Darahkoe


Di sanalah Akoe Berdiri Djadi Pandoe Iboekoe
Indonesia Kebangsaankoe Bangsa Dan Tanah Airkoe
Marilah Kita Berseroe Indonesia Bersatoe

Hidoeplah Tanahkoe Hidoeplah Negrikoe


Bangsakoe Ra'jatkoe Sem'wanja
Bangoenlah Djiwanja Bangoenlah Badannja
Oentoek Indonesia Raja

(Reff Diulang 2 kali, red)


Indonesia Raja Merdeka Merdeka Tanahkoe Negrikoe
Jang Koetjinta
Indonesia Raja Merdeka Merdeka Hidoeplah Indonesia
Raja

5. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945


UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disyahkan oleh PPKI
padang tanggal 18 Agustus 1945 sebagai hukum dasar negara RI dan
identitas nasional.
6. Kebudayaan Daerah
Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa yang berjumlah 1340 suku
bangsa, jumlah bahasa yang ada di Indonesia berjumlah 724 bahasa, jumlah
budaya yang ada di Indonesia berjumlah 7241 karya budaya dan jumlah ras di
Indonesia ada 4 yaitu Papua Melanozoid, Negroid, weddoid, dan Melayu
Mongoloid. Masyarakat Indonesia mendiami pulau-pulau serta berbicara
dalam ragam bahasa, mempunyai budaya daerah. Kemudian budaya daerah
ini ditetapkan sebagai budaya nasional dan identitas nasional.

7. Hubungan Antara Identitas Nasional dengan Karakter Bangsa


Identitas kebangsaan (political unity) merujuk pada bangsa dalam
pengertian politik, yaitu bangsa negara. Bisa saja dalam negara hanya ada
satu bangsa (homogen), tetapi umumnya terdiri dari banyak bangsa
(heterogen). Karena itu negara perlu menciptakan identitas kebangsaan atau

15
identitas nasional, yang merupakan kesepakatan dari banyak bangsa di
dalamnya.
Identitas nasional dapat berasal dari identitas satu bangsa yang
kemudian disepakati oleh bangsa-bangsa lainnya yang ada dalam negara itu
atau juga dari identitas beberapa bangsa-negara. Kesediaan dan kesetiaan
warga bangsa Negara untuk mendukung identitas nasional perlu ditanamkan,
dipupuk, dan dikembangkan terus-menerus. Warga lebih dulu memiliki
identitas kelompoknya, sehingga jangan sampai melunturkan identitas
nasional. Di sini perlu ditekankan bahwa kesetiaan pada identitas nasional
akan mempersatukan warga bangsa itu sebagai “satu bangsa” dalam negara.
Sebagai warga negara Indonesia, kita perlu mengetahui proses
terjadinya pembentukan negara ini, sehingga dapat menambah kecintaan kita
pada tanah air ini.
Para pendiri negara Indonesia (the founding fathers) menyadari bahwa
Negara Indonesia yang hendak didirikan haruslah mampu berada di atas
semua kelompok dan golongan yang beragam. Hal yang diharapkan adalah
keinginan hidup bersatu sebagai satu keluarga bangsa karena adanya
persamaan nasib, cita-cita, dan karena berasal dalam ikatan wilayah atau
wilayah yang sama. Kesadaran demikian melahirkan paham nasionalisme,
paham kebangsaan, yang
pada gilirannya melahirkan semangat untuk melepaskan diri dari belenggu
penjajahan. Selanjutnya nasionalisme memunculkan semangat untuk
mendirikan negara bangsa dalam merealisasikan cita-cita, yaitu merdeka dan
tercapainya masyarakat yang adil dan makmur.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang penting
bagi
pembentukan bangsa Indonesia antara lain:
1) Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama di bawah
penjajahan bangsa asing lebih kurang selama 350 tahun.
2) Adanya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari
belenggu penjajahan.
3) Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang
membentang dari Sabang sampai Merauke.

16
4) Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan
suatu bangsa.
Negara Indonesia tidak terjadi begitu saja. Kemerdekaan Indonesia
diraih dengan perjuangan dan pengorbanan, bukan pemberian. Terjadinya
Negara Indonesia merupakan proses atau rangkaian tahap yang
berkesinambungan. Rangkaian tahap perkembangan tersebut digambarkan
sesuai dengan keempat alinea dalam pembukaan UUD 1945. Secara teoretis,
perkembangan negara
Indonesia terjadi sebagai berikut:
1) Terjadinya negara tidak sekadar dimulai dari proklamasi, tetapi adanya
pengakuan akan hak setiap bangsa untuk memerdekakan dirinya.
Bangsa Indonesia memiliki tekad kuat untuk menghapus segala
penindasan dan penjajahan suatu bangsa atas bangsa lain. Inilah yang
menjadi sumber motivasi perjuangan (Alinea I Pembukaan UUD 1945).
2) Adanya perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. Perjuangan
panjang bangsa Indonesia menghasilkan proklamasi. Proklamasi
barulah mengantarkan ke pintu gerbang kemerdekaan. Jadi, dengan
proklamasi tidaklah selesai kita bernegara. Negara yang kita cita-
citakan adalah menuju pada keadaan merdeka, bersatu, berdaulat, adil,
dan makmur (Alinea II Pembukaan UUD 1945).
3) Terjadinya negara Indonesia adalah kehendak bersama seluruh bangsa
Indonesia, sebagai suatu keinginan luhur bersama. Di samping itu
adalah kehendak dan atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Ini
membuktikan bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius dan
mengakui adanya motivasi spiritual (Alinea III Pembukaan UUD 1945).
4) Negara Indonesia perlu menyusun alat-alat kelengkapan negara yang
meliputi tujuan negara, bentuk negara, sistem pemerintahan negara,
UUD negara, dan dasar negara. Dengan demikian, semakin sempurna
proses terjadinya Negara Indonesia (Alinea IV Pembukaan UUD 1945).

Oleh karena itu, berdasarkan kenyataan yang ada, terjadinya negara


Indonesia bukan melalui pendudukan, pemisahan, penggabungan,
pemecahan, atau penyerahan. Bukti menunjukkan bahwa negara Indonesia

17
terbentuk melalui proses perjuangan (revolusi). Dokumentasi proses
perjuangan dan pengorbanan dalam pembentukan negara ini tertata rapi
dalam unsur produk hukum Negara ini, yaitu Pembukaan UUD 1945.
Wawasan kebangsaan yang kita anut sebagai kepribadian bangsa
adalah wawasan kebangsaan yang berlandaskan Pancasila yaitu wawasan
kebangsaan yang berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa dan oleh karena
nya memeliki landasan moral, etik dan spiritiual serta yang berkeinginan untuk
membangun masa kini dan masa depan bangsa yang sejahtera lahir dan
batin, material dan spiritual, di dunia dan di akhirat.
Dapat pula dikatakan bahwa Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa
dan Negara Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya
dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian
bangsa. Jadi, filsafat Pancasila itu bukan muncul secara tiba-tiba dan
dipaksakan oleh suatu rezim atau penguasa, melainkan melalui suatu fase
historis yang cukup panjang. Pancasila sebelum dirumuskan secara formal
yuridis dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai dasar filsafat Negara Indonesia,
nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia, dalam kehidupan sehari-hari
sebagai suatu pandangan hidup, sehingga materi Pancasila yang berupa nilai-
nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri.
Menurut Notonegoro, bangsa Indonesia adalah sebagai kausa
materialis
Pancasila. Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara
formal oleh para pendiri Negara untuk dijadikan sebagai dasar Negara
Republik Indonesia. Proses perumusan materi Pancasila secara formal
tersebut dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang “Panitia 9”,
sidang BPUPKI kedua, serta akhirnya disahkan secara formal yuridis sebagai
dasar filsafat Negara Republik Indonesia.

B. Integrasi Nasional
1. Pengertian Integrasi Nasional
Apakah integrasi nasional ada padanannya dalam Bahasa Inggris?
Istilah Integrasi nasional dalam bahasa Inggrisnya adalah “national integration”.
"Integration" berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Kata ini berasal dari

18
bahasa latin integer, yang berarti utuh atau menyeluruh. Berdasarkan arti
etimologisnya itu, integrasi dapat diartikan sebagai pembauran hingga menjadi
kesatuan yang utuh atau bulat. “Nation” artinya bangsa sebagai bentuk
persekutuan dari orang-orang yang berbeda latar belakangnya, berada dalam
suatu wilayah dan di bawah satu kekuasaan politik.
“National integration is the awareness of a common identity amongst the
citizens of a country. It means that though we belong to different castes,
religions and regions and speak different languages we recognize the fact that
we are all one. This kind of integration is very important in the building of a
strong and prosperous nation”. Kurana (2010)
Marilah kita telusuri istilah integrasi nasional ini. Kita dapat menguraikan
istilah tersebut dari dua pengertian: secara etimologi dan terminologi.
Etimologi adalah studi yang mempelajari asal usul kata, sejarahnya dan juga
perubahan yang terjadi dari kata itu. Pengertian etimologi dari integrasi
nasional berarti mempelajari asal usul kata pembentuk istilah tersebut. Secara
etimologi, integrasi nasional terdiri atas dua kata integrasi dan nasional.
Sekarang, kita telusuri pengertian integrasi nasional secara terminologi.
Terminologi dapat diartikan penggunaan kata sebagai suatu istilah yang telah
dihubungkan dengan konteks tertentu. Konsep integrasi nasional dihubungkan
dengan konteks tertentu dan umumnya dikemukakan oleh para ahlinya.
Berikut ini disajikan beberapa pengertian integrasi nasional dalam konteks
Indonesia dari para ahli/penulis:

19
Ada pengertian dari para ahli atau pakar asing mengenai istilah
tersebut. Misalnya, Kurana (2010) menyatakan integrasi nasional adalah
kesadaran identitas bersama di antara warga negara. Ini berarti bahwa
meskipun kita memiliki kasta yang berbeda, agama dan daerah, dan berbicara
bahasa yang berbeda, kita mengakui kenyataan bahwa kita semua adalah
satu. Jenis integrasi ini sangat penting dalam membangun suatu bangsa yang
kuat dan makmur.
Berdasarkan pendapat di atas maka Integrasi nasional adalah usaha
dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada pada suatu
negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar
baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa
dampak positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam
Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang melimpah untuk
kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini
juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita ketahui dengan wilayah
dan budaya yang melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia
manusia yang berbeda pula sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa
Indonesia.
Berdasar uraian di atas, kita dapat memahami bahwa secara
terminologi, istilah integrasi nasional memiliki keragaman pengertian, sesuai
dengan sudut pandang para ahli. Namun demikian kita dapat menemukan titik
kesamaaannya bahwa integrasi dapat berarti penyatuan, pembauran,
keterpaduan, sebagai kebulatan dari unsur atau aspek aspeknya. Lalu unsur
atau aspek apa sajakah yang dapat disatukan dalam konteks integrasi
nasional itu?
Dalam hal ini kita dapat membedakan konsep integrasi dalam beberapa
jenis yang pada intinya hendak mengemukakan aspek-aspek apa yang bisa
disatukan dalam kerangka integrasi nasional. Selanjutnya kita akan
menelusuri jenis-jenis integrasi.

2. Perkembangan Sejarah Integrasi di Indonesia


Menurut Suroyo (2002), ternyata sejarah menjelaskan bangsa kita sudah

20
mengalami pembangunan integrasi sebelum bernegara Indonesia yang
merdeka. Menurutnya, ada tiga model integrasi dalam sejarah perkembangan
integrasi di Indonesia, yakni 1) model integrasi imperium Majapahit, 2) model
integrasi kolonial, dan 3) model integrasi nasional Indonesia.

a. Model integrasi imperium Majapahit


Model integrasi pertama ini bersifat kemaharajaan (imperium) Majapahit.
Struktur kemaharajaan yang begitu luas ini berstruktur konsentris. Dimulai
dengan konsentris pertama yaitu wilayah inti kerajaan (nagaragung): pulau
Jawa dan Madura yang diperintah langsung oleh raja dan saudarasaudaranya.
Konsentris kedua adalah wilayah di luar Jawa (mancanegara dan pasisiran)
yang merupakan kerajaan-kerajaan otonom. Konsentris ketiga (tanah sabrang)
adalah negara-negara sahabat di mana Majapahit menjalin hubungan
diplomatik dan hubungan dagang, antara lain dengan Champa, Kamboja,
Ayudyapura (Thailand).

b. Model integrasi kolonial


Model integrasi kedua atau lebih tepat disebut dengan integrasi atas
wilayah Hindia Belanda baru sepenuhnya dicapai pada awal abad XX dengan
wilayah yang terentang dari Sabang sampai Merauke. Pemerintah kolonial
mampu membangun integrasi wilayah juga dengan menguasai maritim, sedang
integrasi vertikal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dibina melalui
jaringan birokrasi kolonial yang terdiri dari ambtenaar-ambtenaar (pegawai)
Belanda dan pribumi yang tidak memiliki jaringan dengan massa rakyat.
Dengan kata lain pemerintah tidak memiliki dukungan massa yang berarti.
Integrasi model kolonial ini tidak mampu menyatukan segenap keragaman
bangsa Indonesia tetapi hanya untuk maksud menciptakan kesetiaan tunggal
pada penguasa kolonial.
c. Model integrasi nasional Indonesia
Model integrasi ketiga ini merupakan proses berintegrasinya bangsa
Indonesia sejak bernegara merdeka tahun 1945. Meskipun sebelumnya ada
integrasi kolonial, namun integrasi model ketiga ini berbeda dengan model
kedua. Integrasi model kedua lebih dimaksudkan agar rakyat jajahan (Hindia

21
Belanda) mendukung pemerintahan kolonial melalui penguatan birokrasi
kolonial dan penguasaan wilayah.
Integrasi model ketiga dimaksudkan untuk membentuk kesatuan yang
baru yakni bangsa Indonesia yang merdeka, memiliki semangat kebangsaan
(nasionalisme) yang baru atau kesadaran kebangsaan yang baru. Model
integrasi nasional ini diawali dengan tumbuhnya kesadaran berbangsa
khususnya pada diri orang-orang Indonesia yang mengalami proses pendidikan
sebagai dampak dari politik etis pemerintah kolonial Belanda. Mereka
mendirikan organisasi-organisasi pergerakan baik yang bersifat keagamaan,
kepemudaan, kedaerahan, politik, ekonomi perdagangan dan kelompok
perempuan.
Para kaum terpelajar ini mulai menyadari bahwa bangsa mereka adalah
bangsa jajahan yang harus berjuang meraih kemerdekaan jika ingin menjadi
bangsa merdeka dan sederajat dengan bangsa-bangsa lain. Mereka berasal
dari berbagai daerah dan suku bangsa yang merasa sebagai satu nasib dan
penderitaan sehingga bersatu menggalang kekuatan bersama. Misalnya,
Sukarno berasal dari Jawa, Mohammad Hatta berasal dari Sumatera, AA
Maramis dari Sulawesi, Tengku Mohammad Hasan dari Aceh.
Dalam sejarahnya, penumbuhan kesadaran berbangsa tersebut dilalui
dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Masa Perintis
Masa perintis adalah masa mulai dirintisnya semangat kebangsaan melalui
pembentukan organisasi-organisasi pergerakan. Masa ini ditandai dengan
munculnya pergerakan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Kelahiran Budi
Utomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
2) Masa Penegas
Masa penegas adalah masa mulai ditegaskannya semangat kebangsaan pada
diri bangsa Indonesia yang ditandai dengan peristiwa Sumpah Pemuda tanggal
28 Oktober 1928. Dengan Sumpah Pemuda, masyarakat Indonesia yang
beraneka ragam tersebut menyatakan diri sebagai satu bangsa yang memiliki
satu Tanah Air, satu bangsa, dan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia.

22
3) Masa Percobaan
Bangsa Indonesia melalui organisasi pergerakan mencoba meminta
kemerdekaan dari Belanda. Organisasi-organisasi pergerakan yang tergabung
dalam GAPI (Gabungan Politik Indonesia) tahun 1938 mengusulkan Indonesia
Berparlemen. Namun, perjuangan menuntut Indonesia merdeka tersebut tidak
berhasil.
4) Masa Pendobrak
Pada masa tersebut semangat dan gerakan kebangsaan Indonesia telah
berhasil mendobrak belenggu penjajahan dan menghasilkan kemerdekaan.
Kemerdekaan bangsa Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Sejak saat itu bangsa Indonesia menjadi bangsa merdeka, bebas, dan
sederajat dengan bangsa lain. Nasionalisme telah mendasari bagi
pembentukan negara kebangsaan Indonesia modern. Dari sisi politik,
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan pernyatan bangsa
Indonesia baik ke dalam maupun ke luar bahwa bangsa ini telah merdeka,
bebas dari belenggu penjajahan, dan sederajat dengan bangsa lain di dunia.
Dari sisi sosial budaya, Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan
“revolusi integratifnya” bangsa Indonesia, dari bangsa yang terpisah dengan
beragam identitas menuju bangsa yang satu yakni bangsa Indonesia.

3. Jenis-Jenis Integrasi
Tentang pengertian integrasi ini, Myron Weiner dalam Ramlan Surbakti
(2010) lebih cocok menggunakan istilah integrasi politik daripada integrasi
nasional. Menurutnya integrasi politik adalah penyatuan masyarakat dengan
system politik. Integrasi politik dibagi menjadi lima jenis, yakni 1) integrasi

23
bangsa, 2) integrasi wilayah, 3) integrasi nilai, 4) integrasi elit-massa, dan 5)
integrasi tingkah laku (perilaku integratif). Uraian secara berturut-turut sebagai
berikut:

24
4. Aspek-Aspek Integrasi Nasional
Menurut Suroyo (2002), integrasi nasional mencerminkan proses
persatuan orang-orang dari berbagai wilayah yang berbeda, atau memiliki
berbagai perbedaan baik etnisitas, sosial budaya, atau latar belakang ekonomi,
menjadi satu bangsa (nation) terutama karena pengalaman sejarah dan politik
yang relatif sama.
Dalam realitas nasional integrasi nasional dapat dilihat dari tiga aspek
yakni aspek politik, ekonomi, dan sosial budaya. Dari aspek politik, lazim
disebut integrasi politik, aspek ekonomi (integrasi ekonomi), yakni saling
ketergantungan ekonomi antar daerah yang bekerjasama secara sinergi, dan
aspek sosial budaya (integrasi sosial budaya) yakni hubungan antara suku,

25
lapisan dan golongan. Berdasar pendapat ini, integrasi nasional meliputi: 1)
Integrasi politik, 2) Integrasi ekonomi, dan 3) integrasi sosial budaya.
1) Integrasi Politik
Dalam tataran integrasi politik terdapat dimensi vertikal dan horizontal.
Dimensi yang bersifat vertikal menyangkut hubungan elit dan massa, baik
antara elit politik dengan massa pengikut, atau antara penguasa dan rakyat
guna menjembatani celah perbedaan dalam rangka pengembangan proses
politik yang partisipatif. Dimensi horizontal menyangkut hubungan yang
berkaitan dengan masalah teritorial, antar daerah, antar suku, umat beragama
dan golongan masyarakat Indonesia.

b. Integrasi Ekonomi
Integrasi ekonomi berarti terjadinya saling ketergantungan antar daerah
dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup rakyat. Adanya saling ketergantungan
menjadikan wilayah dan orang-orang dari berbagai latar akan mengadakan
kerjasama yang saling menguntungkan dan sinergis. Di sisi lain, integrasi
ekonomi adalah penghapusan (pencabutan) hambatanhambatan antar daerah
yang memungkinkan ketidaklancaran hubungan antar keduanya, misal
peraturan, norma dan prosedur dan pembuatan aturan bersama yang mampu
menciptakan keterpaduan di bidang ekonomi.

26
c. Integrasi sosial budaya
Integrasi ini merupakan proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda
dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda
tersebur dapat meliputi ras, etnis, agama bahasa, kebiasaan, sistem nilai, dan
lain sebagainya. Integrasi sosial budaya juga berarti kesediaan bersatu bagi
kelompok-kelompok sosial budaya di masyarakat, misal suku, agama, dan ras.

27
5. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Integrasi Nasional
Di dalam Integrasi Nasional terdapat beberapa faktor yang
memengaruhinya, faktor-faktor tersebut yaitu faktor pendorong, faktor
pendukung, faktor penghambat
1. Faktor pendorong integrasi nasional
Faktor pendorong merupakan faktor yang mempengaruhi kemajuan
suatu proses atau tindakan tertentu yang dilakukan oleh seseorang maupun
kelompok. Dalam mewujudkan integrasi nasional, terdapat beberapa faktor
yang mendorong terwujudnya integrasi nasional di Indonesia. Adapun faktor
pendorong tersebut diantaranya:
a) Adanya rasa yang senasib dan seperjuangan.
Hal ini diakibatkan oleh faktor-faktor sejarah Indonesia telah mengalami
sejarah yang kelam di masa lalu, terutama zaman dimana Indonesia
dijajah oleh bangsa lain selama bertahun-tahun. Dalam sejarah
kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, perjuangan yang dilakukan
oleh setiap elemen masyarakat untuk memperoleh kemerdekaan
bukanlah sesuatu yang sifatnya main-main. Rasa senasib seperjuangan
di masa lalu yang terbawa sampai dengan masa sekarang menjadi salah
satu faktor pendorong untuk mewujudkan integrasi nasional. Jika di
masa lalu rasa senasib seperjuangan digunakan untuk memujudkan
kemerdekaan Indonesia, di era sekarang ini rasa senasib seperjuangan
digunakan untuk memperkuat stabilitas nasional demi terwujudnya
persatuan Indonesia dalam integrasi nasional.
b) Adanya ideologi nasional.
Ideologi nasional negara kita Indonesia adalah Pancasila. Sebagai
ideologi nasional, Pancasila tidak dapat digantikan oleh ideologi
manapun. Walalupun Indonesia terdiri dari banyak kepercayaan, arti
penting dan fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia tidak bisa terlepas dari kehidupan sehari-hari masyarakat.
Pemaknaan ideologi nasional yaitu Pancasila dilakukan melalui
implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari untuk
mewujudkan integrasi nasional di Indonesia. Melalui pemaknaan ideologi

28
nasional yaitu Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, integrasi nasional
akan lebih mudah untuk diwujudkan.
c) Adanya sikap tekad dan keinginan untuk kembali bersatu
Perbedaan dan kemajemukan di Indonesia bukanlah salah satu alasan
untuk dijadikan faktor penyebab konflik sosial yang terjadi di kalangan
masyarakat. Justru perbedaan inilah yang membuat masyarakat
Indonesia mempunyai keinginan untuk mempersatukan perbedaan di
dalam satu kesatuan bangsa yang utuh. Baik di dalam masyarakat
tradisonal dan modern, keinginan untuk mempersatukan perbedaan di
dalam kehidupan sehari-hari tentunya ada. Dalam kehidupan berbangsa
negara dan berbangsa Indonesia, keinginan untuk mempersatukan
bangsa merupakan salah satu perwujudan nilai-nilai luhur Pancasila
sebagai dasar negara.
d) Adanya ancaman dari luar
Walaupun Indonesia sudah merdeka selama 71 tahun, bukan tidak
mungkin ancaman dari luar itu masuk ke Indonesia. Ancaman-ancaman
dari luar di era globalisasi sekarang ini tidak dapat diartikan sebagai
ancaman yang menjajah seperti pada masa kemerdekaan Indonesia.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi ancaman dari luar dalam
kaitannya dengan bahaya globalisasi dan modernisasi, integrasi nasional
perlu diwujudkan di setiap lapisan masyarakat yang ada tinggal di
wilayah Indonesia.

2. Faktor pendukung integrasi nasional


a) Penggunaan bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa. Jika melihat
sejarah, hal ini telah dikumandangkan sejak di gelorakan Sumpah
Pemuda pada 28 Oktober 1928 yang berbunyi “Kami putra dan putri
Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuaan Bahasa Indonesia”.
Dengan semangat para pemuda tersebut maka, disepakati Bahasa
Indonesia adalah bahasa pemersatu tanpa memandang perbedaan di
dalamnya.
b) Semangat persatuan serta kesatuan di dalam Bangsa

29
Kesadaran akan persatuan perlu dimunculkan dalam semangat
persatuan dan kesatuan, hal ini diperlukan untuk menjalin rasa
kekeluargaan, persahabatan, dan sikap saling tolong-menolong antar
sesama dan bersikap nasionalisme, serta menjalin rasa kemanusiaan
yang memiliki sikap dan toleransi serta keharmonisan untuk hidup
secara berdampingan.
c) Adanya Kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama yakni
Pancasila
Pancasila adalah landasan idiil bangsa yang kedudukannya sangat
berpengaruh bagi jalannya kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagi
seseorang yang di dalam jiwanya terdapat sifat patriotisme yang tinggi,
maka Ia akan selalu menerapkan butir-butir Pancasila di setiap aspek
kehidupannya.
d) Adanya jiwa dan rasa semangat dalam bergotong royong
Gotong royong berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu
hasil yang didambakan. Sikap gotong royong adalah bekerja bersama-
sama dalam menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-sama
menikmati hasil pekerjaan tersebut secara adil. Serta suatu usaha atau
pekerjaan yang dilakukan tanpa pamrih dan secara sukarela oleh semua
komponen masyarakat menurut batas kemampuannya masing-masing.

3. Faktor Penghambat Integrasi Nasional


Faktor penghambat sendiri merupakan suatu penghalang untuk
melakukan tindakan secara individu maupun kelompok. Beberapa faktor
penghambat terwujudnya integrasi nasional diantaranya:
a) Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan
Indonesia adalah negara yang memiliki jumlah suku dan kebudayaan
terbanyak di dunia. Namun sayangnya, ada beberapa pandangan
masyarakat terhadap pemerintah tentang keberagaman ini. Ada
beberapa kemajemukan yang terdapat di dalam masyarakat yang kurang
diperhatikan oleh pemerintah terutama yang berkaitan dengan
kebudayaan setempat. Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan

30
yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat Indonesia sendiri
membuat kemajemukan itu terkikis secara perlahan-lahan.
b) Kurangnya toleransi antar sesama golongan.
Kurangnya toleransi terhadap keberagaman dan kemajemukan yang ada
di masyakat menjadi salah satu penyebab konflik sosial. Dampak akibat
konflik sosial yang terjadi di dalam masyarakat terutama dalam hal yang
berkaitan dengan toleransi akan mengurangi rasa persatuan dan
kesatuan bangsa. Selain itu, kurangnya toleransi terhadap perbedaan
yang terjadi secara terus-menerus akan membuat sebuah bangsa
hancur akan sendirinya sehingga integrasi nasional tidak akan pernah
terwujud.
c) Kurangnya kesadaran di dalam diri masing-masing rakyat Indonesia
Kurangnya kesadaran diri dalam diri masyarakat untuk menjaga
persatuan dan kesatuan juga menjadi salah satu faktor yang mengambat
terwujudnya integrasi nasional. Di era globalisasi, masyarakat menjadi
lebih individualistis dan cenderung tidak memperdulikan kondisi dan
situasi yang ada di sekitarnya. Jika tidak dicegah, rasa kesadaran diri
yang berkurang sebagai dampak globalisasi akan makin mempersulit
terwujudnya integrasi nasional. Oleh karena itu, diperlukan kiat-kiat untuk
membangun karakter bangsa di era globalisasi untuk meningkatkan
kesadaran diri masyarakat untuk mewujudkan rasa persatuan dan
kesatuan demi terwujudnya integrasi nasional bangsa.
d) Adanya sikap ketidakpuasan terhadap ketimpangan dan
ketidakmerataan pembangunan
Dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka sebagian wewenang
dan
tanggungjawab pemerintah pusat telah dilimpahkan kepada pemerintah
daerah. Dengan begitu akan semakin nampak ketimpangan baik sosial
maupun ekonomi antar daerah. Untuk menyeimbangkan ketimpangan
tersebut diperlukan kesadaran diri akan rasa keadilan sosial yang merata
di berbagai daerah di Indonesia.

31
6. Pentingnya Integrasi Nasional Bagi Bangsa Indonesia
Integrasi nasional merupakan salah satu cara untuk menyatukan
berbagai macam perbedaan yang ada di Indonesia.Integrasi itu sendiri dapat
dikatakan sebagai suatu langkah yang baik untuk menyatukan sesuatu yang
semula terpisah menjadi suatu keutuhan yang baik bagi bangsa
Indonesia,misalnya menyatukan berbagai macam suku dan berbudaya yang
ada serta menyatukan berbagai macam agama yang ada di Indonesia.
Integrasi nasional penting untuk diwujudkan dalam kehidupan masyrakat
Indonesia dikarenakan Indonesia merupakan negara yang masih berkembang
atau dapat dikatakan Negara yang masih mencari jati diri. Selain itu, integrasi
nasional sangat penting untuk diwujudkan karena integrasi nasional merupakan
suatu cara yang dapat menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada di
Indonesia. Indonesia sangat dikenal dengan keanekaraganm suku, budaya,
dan agama. Oleh sebab itu, adanya pengaruh globalisasi yang masuk ke
Indonesia membuat masyarakat Indonesia lebih memilih untuk suatu yang trend
walaupun hal tersebut membuat upaya integrasi tidak terwujud. Masyarakat
Indonesia belum sadar akan pengaruh globalilasi yang ternyata tidak baik bagi
masyarakat Indonesia. Selain pengaruh globalisasi, masyarakat Indonesia
bertindak atas wewenang sendiri maupun kelompok sehingga konflik terjadi
dimana-mana seperti pertengkaran antar suku, pembakaran tempat-tempat
ibadah dan lain sebagainya. Konflik tersebutlah yang membuat integrasi
nasional susah diwujudkan. Upaya integrasi terus dilakukan agar Indonesia
menjadi satu kesatuan yang mana disebutkan dalam semboya bhinneka
tunggal ika.
Adanya upaya mengintegrasikan Indonesia, perbedaan-perbedaan yang
ada tetap harus diakui dan dihargai sehingga Indonesia menjadi negara yang
dapat mencapai tujuannya. Selain menghargai dan mengakui berbagai macam
perbedaan di Indonesia, masyarakat Indonesia harus memliki rasa toleransi
terhadap sesama sehingga tidak terjadi konflik yang berkepanjangan yang
dapat merugikan Indonesia.

32
7. Ancaman terhadap Integrasi Nasional
Indonesia yang berada di tengah-tengah dunia dilewati garis
khatulistiwa, diapit oleh dua benua yaitu Asia dan Australia, serta berada
diantara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Pasifik. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa wilayah Indonesia berada pada posisi silang sangat
sangat strategis. Perlu kita ketahui, bahwa posisi silang negara Indonesia tidak
hanya meliputi aspek kewilayahan saja, melainkan meliputi pula aspek-apek
kehidupan sosial, antara lain:
a) Penduduk Indonesia berada diantara daerah berpenduduk padat di utara
dan daerah berpenduduk jarang di selatan.
b) Ideologi Indonesia terletak antara komunisme di utara dan liberalisme di
selatan.
c) Demokrasi Pancasila berada diantara demokrasi rakyat di utara (Asia
daratan bagian utara) dan demokrasi liberal di selatan.
d) Ekonomi Indonesia berada diantara sistem ekonomi sosialis di utara dan
sistem ekonomi kapitalis di selatan.
e) Masyarakat Indonesia berada diantara masyarakat sosialis di utara dan
masyarakat individualis di selatan.
f) Kebudayaan Indonesia dinatara kebuadayaan timur di utara dan
kebudayaan barat di selatan.

Sistem pertahanan dan keamanan Indonesia berada diantara sistem


pertahanan continental di utara dan sistem pertahanan maritim di barat, selatan
dan timur. Posisi silang Indonesia sebagaimana diuraikan di atas merupakan
sebuah potensi sekaligus ancaman bagi integrasi nasional bangsa Indonesia.
Dikatakan sebuah potensi karena akan memberikan dampak positif bagi
kemajuan bangsa Indonesia serta akan memperkokoh keberadaan Indonesia
sebagai negara yang tidak dapat disepelekan perannya dalam menunjang
kemajuan serta terciptanya perdamaian dunia. Akan tetapi, posisi silang ini juga
mejadikan Indonesia sebagai negara yang tidak terbebas dari ancaman yang
dapat memecah belah bangsa.
Apa sebenarnya yang menjadi ancaman bagi integrasi nasional negara
Indonesia? Ancaman bagi integrasi nasional tersebut datang dari luar maupun

33
dari dalam negeri Indonesia sendiri dalam berbagai dimensi kehidupan.
Ancaman tersebut biasanya berupa ancaman militer dan nonmiliter. Berikut ini
diuraikan secara singkat ancaman yang dihadapi Bangsa Indonesia baik yang
berupa ancaman militer maupun non-milter.
a) Ancaman Militer
Ancaman militer adalah ancarnan yang menggunakan kekuatan
bersenjata yang terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan yang
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan
keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer dapat berbentuk agresi,
pelanggaran wilayah, spionase, sabotase, aksi teror bersenjata,
pemberontakan, dan perang saudara. Ancaman militer ini dibagi menjadi dua
yaitu:
1. Ancaman Militer dalam Negeri
- Disintegrasi bangsa, melalui macam-macam gerakan separatis
beradasarkan sebuah sentimen kesukuan atau pemberontakan
akibat ketidak puasan daerah terhadap kebijakan pemerintahan
pusat.
- Keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan
pelanggaran hak asasi manusia yang pada gilirannya dapat
mengakibatkan suatu kerusuhan masal.
- Upaya penggantian ideologi pancasila dengan ideologi yang lain
ekstrem atau tidak sesuai dengan kebiasan dari masyarakat
indonesia.
- Makar dan penggulingan pemerintahan yang sah dan konstitusional
2. Ancaman Militer Luar Negeri
- Pelanggaram batas negara yang dilakukan oleh negara lain.
- pemberontakan senjata yang dilakukan oleh negara lain.
- Aksi teror yang dilakukan oleh terorisme internasional.

Berikut ini beberapa contoh dari ancaman militer terhadap negara :


1) Agresi, pengertian dari agresi adalah ancaman militer yang
menggunakan kekuatan bersenjata oleh negara lain terhadap suatu
negara yang dapat membahayakan kedaulatan dan keutuhan wilayah

34
negara tersebut, dan juga membahayakan keselamatan segenap bangsa
tersebut.
2) Invasi, cara.bentuk dalam melakukan agresi terhadap suatu negara yang
pertama adalah invasi yaitu suatu serangan yang dilakukan oleh
kekuatan bersenjata Negara lain terhadap wilayah NKRI.
3) Bombardemen, cara/bentuk dalam melakukan agresi terhadap suatu
negara yang kedua adalah bombardemen yang mempunyai pengertian
suatu penggunaan senjata lainnya yang dilakukan oleh angkatan
bersenjata negara lain terhadap NKRI
4) Blokade, cara/bentuk dalam melakukan agresi yang terhakshir adalah
blokade, yang dilakukan di daerah pelabuhan atau pantai atau wilayah
udara NKRI yang dilakukan oleh angkatan bersenjata negara lain, dan
lain-lain.
5) Spionase adalah ancaman militer yang dilakukan terhadap suatu negara
yang kegiatannya berupa mata-mata dan dilakukan oleh negara lain
yang bertujuan untuk mencari dan mendapatkan dokumen rahasia militer
suatu negara.
6) Sabotase, adalah ancaman militer yang dilakukan oleh suatu negara
yang kegiatannya mempunyai tujuan untuk merusak instalasi militer dan
obyek vital nasional. Tentunya sabotase ini dapat membahayakan
keselamatan suatu bangsa.
7) Ancaman militer yang berupa aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh
suatu jaringan terorisme yang luas (internasional) atau ancaman yang
dilakukan oleh teroris internasional yang bekerjasama dengan terorisme
lokal (dalam negeri).
8) Ancaman militer terhadap suatu negara dapat juga berbentuk suatu
pemberontakan yang mana pemberontakan tersebut juga menggunakan
senjata.Selain pemberontakan, terjadinya perang saudara yang
menggunakan senjata juga termasuk ancaman militer.
9) Selain pemberontakan, terjadinya perang saudara yang menggunakan
senjata juga termasuk ancaman militer. Tentara Nasional Indonesia
(TNI) merupakan komponen utama yang dipersiapkan untuk

35
menghadapi ancaman militer, yang dilaksanakan melalui tugas Operasi
Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

b) Ancaman Non Militer


Ancaman non militer atau nin-niliter memiliki karakteristik yang berbeda
dengan ancaman militer, yaitu tidak bersifat fisik serta bentuknya tidak terlihat
sepeni ancaman militer. Ancaman nonmiliter berbentuk ancaman terhadap
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, penahanan dan keamanan. Berikut ini
adalah beberapa contoh ancaman yang berbentuk non militer :
1. Ancaman Berdimensi Ideologi
Sistem politik internasional mengalami perubahan semenjak Uni Soviet
runtuh, sehingga paham komunis tidak populer lagi, akan tetapi, potensi
ancaman berbasis ideologi masih tetap diperhitungkan. Ancaman berbasis
ideologi ini bisa juga dalam bentuk penetrasi nilai-nilai kebebasan (liberalisme)
sehingga bisa memicu terjadinya proses disintegrasi bangsa.
2. Ancaman Berdimensi Politik
Politik merupakan instrumen utama dalam menggerakkan perang. Hal ini
membuktikan jika ancaman politik bisa menumbangkan suatu rezim
pemerintahan, bahkan juga bisa menghancurkan suatu negara. Masyarakat
internasional mengintervensi suatu Negara melalui politik seperti contohnya
Hak Asasi Manusia (HAM), demokratisasi, penanganan lingkungan hidup, serta
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih serta akuntabel.
3. Ancaman Berdimensi Ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu penentu posisi tawar dari setiap negara
dalam pergaulan internasional. Kondisi ekonomi tentu sangat menentukan
dalam pertahanan negara. Ancaman berdimensi ekonomi ini terbagi menjadi 2,
yakni internal serta eksternal.
a) Ancaman yang berasal dari internal bisa berupa inflasi, pengangguran,
infrastruktur yang tidak memadai, serta sistem ekonomi yang tak cukup
jelas.
b) Ancaman yang berasal dari eksternal bisa berbentuk kinerja ekonomi
yang buruk, daya saing yang rendah, tidak siapnya dalam menghadapi
era globalisasi serta tingkat ketergantungan terhadap pihak asing.

36
4. Ancaman Berdimensi Sosial Budaya
Ancaman sosial budaya bisa berupa isu-isu mengenai kemiskinan,
kebodohan, keterbelakangan, serta ketidakadilan yang menjadi dasar timbulnya
konflik vertikal, antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, beserta
dengan konflik horizontal yakni suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).
Di tahun 1994 saja misalnya, 18 peperangan dari 23 peperangan yang terjadi di
dunia ini diakibatkan oleh sentimen-sentimen budaya, agama, serta etnis.
Sementara itu, 75% dari pengungsi dunia yang mengalir ke berbagai negara
lain didorong dengan alas an yang sama, tidak berbeda. Sementara itu, 8 dari
13 operasi pasukan perdamaian yang dijalankan oleh PBB ditujukan guna
mengupayakan terciptanya perdamaian dalam berbagai konflik antar etnis di
dunia.
5. Ancaman Berdimensi Teknologi Informasi
Kemajuan akan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang
dengan sangat pesat serta memberikan manfaat yang sangat besar bagi
seluruh masyarakat, namun, kejahatan juga terus mengikuti perkembangan
tersebut, seperti contohnya kejahatan cyber dan kejahatan perbankan.
6. Ancaman Berdimensi Keselamatan Umum
Ancaman untuk keselamatan umum bisa terjadi karena bencana alam,
misal gempa bumi, gunung meletus, dan tsunami. Ancaman yang disebabkan
oleh manusia, missal penggunaan obat-obatan dan penggunaan bahan kimia,
pembuangan limbah industri, kebakaran, hingga kecelakaan alat-alat
transportasi.

8. Cara Mengatasi Ancaman Integrasi Nasional


Ancaman militer akan sangat berbahaya apabila tidak diatasi. Oleh
karena itu, harus diterapkan strategi yang tepat untuk mengatasi ancaman
integrasi nasional itu. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah
mengatur strategi pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia dalam
mengatasi ancaman militer tersebut. Pasal 30 ayat (1) sampai (5) UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa:
1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.

37
2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Indonesia Republik Indonesia, sebagai
kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.
3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut
dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan,
melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.
4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang
menjaga kemanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.
5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan
tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha
pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang.
Ketentuan di atas menegaskan bahwa usaha pertahanan dan keamanan
negara Indonesia merupakan tanggungjawab seluruh Warga Negara Indonesia.
Dengan kata lain, pertahanan dan keamanan negara tidak hanya menjadi
tanggung jawab TNI dan POLRI saja; tetapi masyarakat sipil juga sangat
bertanggung jawab terhadap pertahanan dan kemanan negara; sehingga TNI
dan POLRI manunggal bersama masyarakat sipil dalam menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

9. Contoh Masalah Integrasi Nasional dalam Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara
1. Perbedaan kepentingan

38
Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu.
Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi
kepentingannya, sama halnya dengan konflik. Konflik dilatarbelakangi oleh
perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-
perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian,
pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan
dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan
situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun
yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri.
Banyak rakyat dan pemimpin negara yang mempunyai argumen masing-
masing untu kepentingannya. Namun Kadang juga secara terioristis, perbedaan
kepentingan dapat menimbulkan masalah yang besar bagi orang yang
melakukanya. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk
minteraktif yang terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau
pada tingkatan organisasi. Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang
sangat dekat hubungannya dengan stres.

2. Dendam karena kekalahan dengan sekolah lain

Biasanya ini terjadi ketika adanya per tandingan bola antar sekolah.
Dimana tim sekolah yang satu kalah dengan sekolah yang lain. Hal ini
menyebabkan adanya rasa kecewa dan celakanya mereka ini biasanya

39
melampiaskan rasa kekecewaan nya dengan mengajak berkelahi tim sekolah
lain tersebut. Hal ini tentunya merupakan bentuk ketidak spor tifan pelajar
dalam mengalami kekalahan.
Apabila seorang siswa dari suatu sekolah menengah atas dipalak atau
dirampas uang dan hartanya, dia akan melapor kepada pentolan di sekolahnya.
Kemudian pentolan itu akan mengumpulkan siswa untuk menghampiri siswa
dari sekolah musuh ditempat dimana biasanya mer eka menunggu bis atau
kendaraan pulang. Apabila jumlah siswa dari sekolah musuh hanya sedikit,
mereka akan balik memalak atau merampas siswa sekolah musuh tersebut.
Tetapi jika jumlah siswa sekolah musuh tersebut seimbang atau lebih banyak,
mereka akan melakukan kontak fisik.

3. Pertentangan sosial

Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu.


Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi
kepentingannya. Kepentingan ini sifatnya esensial bagi kelangsungan hidup
individu itu sendiri, jika individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka ia
akan merasakan kepuasan dan sebaliknya kegagalan dalam memenuhi
kepentingan akan menimbilkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi
lingkungannya. Dengan berpegang prinsip bahwa tingkah laku individu
merupakan cara atau alat dalam memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat pada hakikatnya
merupakan kepuasan pemenuhan dari kepentingan tersebut.

40
Oleh karena individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang yang
sama persis dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohani, maka
dengan sendirinya timbul perbedaan individu dalam hal kepentingannya.
Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu
tertentu, dimana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh
individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai
dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusia
untuk membedabedakan yang lain.
Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui
sudut pandang budaya sendiri, maksudnya Etnosentrisme yaitu suatu
kecendrungan yang menganggap nilainilai dan norma-norma kebudayaannya
sendiri sebagai suatu yang prima, terbaik, mutlak, dan dipergunakannya tolak
ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain. Masalah
besar yang dihadapi Indonesia setelah merdeka adalah integrasi diantara
masyarakat yang majemuk. Integrasi bukan peleburan, tetapi keserasian
persatuan. Masyarakat majemuk tetap berada pada kemajemukkannya, mereka
dapat hidup serasi berdampingan (Bhineka Tunggal Ika), berbeda-beda tetapi
merupakan kesatuan.

4. Aksi protes dan demonstrasi

Aksi protes disebut juga unjuk rasa yang selalu terjadi dalam kehidupan
manusia. Hal itu terjadi karena setiap orang memiliki pendapat dan pandangan
yang mungkin berbeda. Protes dapat terjadi apabila suatu hal menimpa
kepentingan individu atau kelompok secara langsung sebagai akibat dari rasa
ketidakadilan akan hak yang harus diterima. Akibatnya, individu atau kelompok

41
tersebut tidak puas dan melakukan tindakan penyelesaian. Protes merupakan
aksi tanpa kekerasan yang dilakukan oleh individu atau masyarakat terhadap
suatu kekuasaan. Protes dapat pula terjadi secara tidak langsung sebagai rasa
solidaritas antarsesama karena kesewenang-wenangan pihak tertentu yang
mengakibatkan kesengsaraan bagi orang lain.

5. Meningkatnya kriminalitas

Perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan memberi peluang bagi


setiap orang untuk berubah, tetapi perubahan tersebut tidak membawa setiap
orang ke arah yang dicita-citakan. Hal ini berakibat terjadinya perbedaan sosial
berdasarkan kekayaan, pengetahuan, perilaku, ataupun pergaulan. Perubahan
sosial tersebut dapat membawa seseorang atau kelompok ke arah tindakan
yang menyimpang karena dipengaruhi keinginan-keinginan yang tidak
terpenuhi atau terpuaskan dalam kehidupannya.
Perbuatan kriminal yang muncul di masyarakat secara khusus akan
diuraikan sebagai akibat terjadinya perubahan sosial yang menimbulkan
kesenjangan kehidupan atau jauhnya ketidaksamaan sosial. Akibatnya, tidak
semua orang mendapat kebahagiaan yang sama. Adanya perbedaan tersebut
menyebabkan setiap orang memiliki penafsiran yang berbeda-beda terhadap
hak dan kewajibannya. Setiap orang harus mendapat hak disesuaikan dengan
kewajiban yang dilakukan.

42
6. Kenakalan remaja

Kenakalan remaja merupakan disintergasi dari keutuhan suatu


masyarakat. Hal itu karena tindakan yang mereka lakukan dapat meresahkan
masyarakat Oleh karena itu, kenakalan remaja disebut sebagai masalah sosial.
Munculnya kenakalan remaja merupakan gejolak kehidupan yang disebabkan
adanya perubahan-perubahan sosial di masyarakat, seperti pergeseran fungsi
keluarga karena kedua orangtua bekerja sehingga peranan pendidikan
keluarga menjadi berkurang.
Selain itu, pergeseran nilai dan norma masyarakat mengakibatkan
berkembangnya sifat individualisme. Juga pergeseran struktur masyarakat
mengakibatkan masyarakat lebih menyerahkan setiap permasalahan kepada
yang berwenang. Perubahan sosial, ekonomi, budaya, dan unsur budaya
lainnya dapat mengakibatkan disintegrasi.
Remaja yang bersangkutan cenderung melakukan tindakan-tindakan
yang mengarah ke kejahatan seperti mengambil barang atau hak milik orang
lain tanpa izin. Ketiga, ada yang namanya kenakalan khusus (istimewa), dalam
bentuk ini kenakalan remaja yang dimaksud sudah tingkat tinggi karena telah
menyentuh pada tindak kriminalitas.Contohnya, melakukan pemerkosaan pada
anak dibawah umur; seperti kasus Yuyun yang pernah marak menjadi
perbincangan; penyalahgunaan narkotika bahkan sampai berujung
pembunuhan atau penghilangan nyawa manusia.

43
7. Korupsi membuat kepercayaan masyarakat menghilang

Korupsi adalah perbuatan yang membunuh kelangsungan hidup suatu


negara. Walaupun begitu, tindak pidana korupsi seperti menjadi budaya yang
dianggap lumrah. Pada tahun 2014-2015 Mahkamah Agama telah memutuskan
adanya 803 kasus tindak pidana korupsi di Indonesia (Ayuningtyas, 2016).
Bahkan Indonesia masuk dalam urutan negara ke-88 dari 168 negara di dunia
menurut survei Lembaga Transparency International (TI) dalam kategori tindak
pidana korupsi (Hafid, 2016). Hal ini sangat menyedihkan, dimana uang yang
dikorupsi adalah uang rakyat. Uang ini seharusnya digunakan untuk
pembangunan dan kesejahteraan rakyat, namun hanya segelintir orang secara
individu dan kelompok yang menikamatinya.
Kesejahteraan sebagai kunci kemakmuran suatu negara tidak akan
tercapai jika masih banyak perilaku korupsi. Berbagai macam kalangan sudah
terlibat dalam tindak pidana korupsi, baik dari pemerintah pusat, pemerintah
daerah, pengusaha, wiraswasta, guru, jaksa, bahkan hakim. Sebagai contoh
kasus yang yaitu tertangkapkapnya Irman Gusman yang menjabat sebagai
Ketua DPD (Rizki, 2015). Sedihnya korupsi dilakukan oleh orang-orang yang
berpendidikan sebagai wakil rakyat. Seharusnya orang-orang ini yang
membawa Indonesia menjadi lebih maju, bukan melakukan tindak pidana
korupsi.
Dampak korupsi tidak hanya dirasakan satu sisi saja, namun saling
berkaitan satu sama lain, seperti urutan domino yang berjatuhan. Bukan hanya
pembangunan saja yang bermasalah, namun seluruh faktor pembangun
bangsa juga bermasalah. Pada tahun 2015 sejumlah 31,077 triliun merupakan

44
jumlah kerugian negara akibat tindak pidana korupsi, data ini diperoleh dari
survei Indonesia Corruption Watch (ICW) (Dwi, 2016). Untuk memenuhi defisit
maupun melaksanakan pembangunan, suatu negara harus berhutang.

10. Hubungan Identitas Nasional dengan Integritas Nasional


Antara Integrasi Nasional dan Identitas nasional negara indonesia
memang saling berkaitan, hal itu terjadi karena adanya berbagai macam suku
bangsa yang disatukan melalui persatuan dibawah bendera merah putih dan
“Bhineka Tunggal Ika”, dan melalui proses ini terjadilah proses integrasi
nasional dimana perbedaan yang ada di persatukan sehingga tercipta
keselarasan dan persatuan nasional yang kompleks, dari kemajmukan suku
inilah yang kemudian menjadi salah satu ciri khas bangsa indonesia. Tidak
luput dari itu setiap negara juga harus memiliki rasa nasionalisme sebagai
wujud integrasi nasional karena suatu integrasi yang terbentuk akan mampu
menjaga identitas nasional di negara tersebut.
Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan
multidimensional. Untuk mewujudkannya diperlukan keadilan, kebijakan yang
diterapkan oleh pemerintah dengan tidak membedakan ras, suku, agama,
bahasa dan sebagainya. Sebenarnya upaya membangun keadilan, kesatuan
dan persatuan bangsa merupakan bagian dari upaya membangun dan
membina stabilitas politik disamping upaya lain seperti banyaknya keterlibatan
pemerintah dalam menentu-kan komposisi dan mekanisme parlemen.
Dengan demikian upaya integrasi nasional dengan strategi yang mantap
perlu terus dilakukan agar terwujud integrasi Bangsa Indone-sia yang
diinginkan. Upaya pembangunan dan pembinaan integrasi nasional ini perlu
karena pada hakekatnya integrasi nasional tidak lain menunjukkan tingkat
kuatnya persatuan dan kesatuan bangsa yang diinginkan. Pada akhirnya
persatuan dan kesatuan bangsa inilah yang dapat lebih menjamin terwujudnya
negara yang makmur, aman dan tentram. Jika melihat konflik yang terjadi di
Aceh, Ambon, Kalimantan Barat dan Papua merupakan cermin dan belum
terwujudnya Integrasi Nasional yang diharapkan. Sedangkan kaitannya dengan
Identitas Nasional adalah bahwa adanya integrasi nasional dapat menguatkan
akar dari Identitas Nasional yang sedang dibangun.

45
Jadi, antara integrasi nasional dan identitas nasional memiliki
keterkaitan, dimana dalam hal ini di indonesia integrasi nasional di jadika
sebagai salah satu identitas nasional dan semboyan Bhinika Tunggal Ika
sebagai hasil dari integrasi nasional yang kemudian di jadikan sebagai suatu
identitas nasional, Semboyan ini tidak akan pernah ada di ngara lain, semboyan
ini hanya ada di indonesia dan menjadi identitas bangsa yang membedakannya
dengan negara lain.

46
DAFTAR PUSTAKA

Bohlan, (2005). Integrasi nasional. (http://www.basic-integrasi-nasional.org)


Diakses pada tanggal 21 November 2017.
Buku Panduan Kewarganegaraan Tahun 2014. Universitas Sriwijaya. UPT
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian.
Lubis, Maulana Arafat. 2018. Pembelajaran PPKn (Teori Pengajaran Abad 21
di SD/MI). Yogyakart: Samudra Biru.
Monteiro, Josef M. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan: Perjuangan
Membentuk Karakter Bangsa. Yogyakarta: Depublish.
Nikolas, (2007). Pentingnya integrasi nasional indonesia.
(http://www.education-penteingnyaintegrasi- nasional.org/wiki) Diakses
pada 21 November 2017
Rahayu, Ani Sri. 2015 . Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).
Jakarta: Bumi Aksara.
-------. 2015. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Jakarta:
Bumi Aksara.
Rahayu, Minto. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Perjuangan Menghidupi
Jati Diri Bangsa. Depok: Grasindo
-------. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Perjuangan Menghidupi Jati
Diri Bangsa. Depok: Grasindo.
Wibowo, I, 2000, Negara dan Mayarakat : Berkaca dari Pengalaman Republik
Rakyat Cina, gramedia, Jakarta.
Winarno. 2007, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan
Tinggi. Bumi aksara, jakarta.
-------. 2013. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah
di Perguruan Tinggi. Jakarta Sinar: Grafika.
-------. 2013. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah
di Perguruan Tinggi. Jakarta Sinar: Grafika.

Sumber internet lainnya.


https://putriwindu.wordpress.com/2012/04/29/integrasi-nasional/
http://www.pengertianilmu.com/2015/07/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none27_93.html
http://www.habibullahurl.com/2015/05/faktor-faktor-pendorong-pendukung-dan-
penghambatintegrasi-
nasional.html
http://silva.web.unej.ac.id/2015/09/14/pentingnya-integrasi-nasional-bagi-
indonesia/

47

Anda mungkin juga menyukai