NIM : 045131898
1) Karekteristik Identitas Nasional Pada prinsipnya, jika dilihat dari proses terjadinya atau
proses lahirnya identitas nasional, maka identitas nasional itu sendiri dapat dibagi atas
dua bagian, yaitu:
a. Identity Cultural Unity atau Identitas Kesuku bangsaan
Culturan Unity merujuk pada bangsa dalam pengertian kebudayaan atau bangsa
dalam arti sosiologi santropologis. Culturan Unity disatukan oleh adanya kesamaan
ras,suku,agama, adat,dan budaya,keturunan dan daerah asal. Unsurunsur ini menjadi
identitas kelompok bangsa yang bersangkutan sehingga bisa dibedakan dengan bangsa
lain.Identitas yang bisa dimiliki oleh sebuah Cultural Unity kurang lebih bersifat ascribtife
(sudah ada sejak lahir), bersifat alamiah/bawaan, primer dan etnik. Identitas
kesukubangsaan dapat diketahui dari sisi budaya orang yang bersangkutan.
Setiap anggota cultural unity memiliki kesetiaan atau loyalitas pada identitasnya.
Misalnya, setia pada suku, agama, budaya, kerabat, daerah asal dan bahasanya. Identitas ini
sering disebut sebagai identitas kelompok atau identitas primordial. Dalam hal ono loyalitas
pada primordialnya memiliki ikatan emosional yang kuat serta melahirakan solidaritas erat.
b. Identity politic unity atau Identitas kebangsaan
Political unity merajuk pada bangsa dalam pengertian politik, yaitu
bangsabangsa.Kesamaan primordial dapat saja menciptakan bangsa tersebut untuk
bernegara, namun dewasa ini negara yang relative homogen yang hanya terdiri dari satu
bangsa tidak banyak terjadi.Negara baru perlu menciptakan identiras yang baru pula untuk
bangsanya yang disebut juga identitas nasional. Identitas kebangsaan merupakan
kesepakatan dari banyak bangsa di dalamnya. Identitas kebangsaan bersifat bauata,
sekunder, etis dan nasional. Beberapa bentuk identitas nasional adalah bahasa nasional,
lambing nasional, semboyan nasional, bendera nasional dan ideology nasional.
Identitas nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu
merupakn gabungan dari unsur-unsur pembentukan identitas yaitu suku bangsa, agama,
kebudayaan dan bahasa.
1) Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusu yang bersifat askriptif (ada sejak
lahir), yang mana coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia
terdapat banyak suku bangsa atau kelompok etnis dengan tidak kurang 300 bahasa
2) Agama, bangsa Indonesia dikenal sebagai masayarakat agaminis. Agama-agam yang
tumbuh dan berkembang di nusantara adalah agama islam, Kristen, katholik, hindu,
budha dan Kong Hu Chu. Agama kong hu chu pada masa orde baru tidak diakui
sebagai agama resmi negara namun sejak pemerintahan presiden Abdurahman
wahid, istilah agama resmi negara dihapuskan
3) Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial yang isinya
adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif
dihunakan oleh pendukung-pendukung untuk menafsirkan dan memahami
lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman utnuk
bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan
lingkungan yang dihadapi
4) Bahasa merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa
dipahami sebagai sistem perlambang yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur
bunyi ucapan manusia dan yang digunakan sebagai saran berinteraksi antar manusia
E. Identitas nasional bangsa Indonesia
2. Pancasila sebagagai dasar dan ideologi bangsa Indonesia sudah final dan menjadi harga mati.
Sebagai ideologi dan dasar negara Pancasila mempunyai nilai-nilai luhur untuk kehidupan
berbangsa dan bernegara serta menjadi sumber dari segala sumber hukum yang ada di
Indonesia.Sila-sila dalam Pancaila mempunyai keterkaitan dan membentuk sebuah
hirarki pyramidal. Oleh karena itu, Pancasila mempunyai makna yang mendasar dan tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Dari uraian di atas lakukanlah analisis terkait dengan sila-sila Pancasila dilihat dari causa
materialis dari Pancasila!
Jawab:
A. Adat-istiadat
Sebelum melihat sejauh mana implemetasi adat-istiadat dalam Pancasila, dan
bagaimana bentuk konkretnya dalam sila-sila Pancasila terlebih dahulu diuraikan
karakteristik adat-istiadat tersebut. Pada pokoknya adat-istiadat merupakn unsur kelompok:
tidak ada adat-istiadat orang seorang. Seseorang mengikuti adat-istiadat Bersama dengan
orang lain: adat-istiadat sekaligus merupakan urusan masyarakat. Masyarakat ini kadang-
kadang mempunyai pembatasan yang agak cermat, misalnya, sebuah suku atau satu
persekutuan pedeaan yang masih tertutup di dalam masyarakat yang bersifat sangat agraris.
Dengan diambilnya adat-istiadat sebagi unsur sila Pancasila, memang sangat tepat,
sebab para pemimpin kita yang merumuskan sila-sila Pancasila mengharap negara yang
berdasarkan Pancasila merupakan negara kekeluargaan, bukan negara yang berdasarkan
Pancasila merupakan negara kekeluargaan, bukan negara yang bersifat orang perorangan.
Pancasila bukanlah sebuah ideologi yang ditanamkan dari atas, melainkan merupakan
manifestasi moralitas public. Artinya, dimensi otoritas dan tradisi seharusnya melenturkan
diri sefleksibel mungkin, sehingga pubik pun berpatisipasi dalam diskurusu tentang nilainilai
Pancasila itu (Lanur, 1995:11).
Karakteristik lain dari adat-istiadat. Orang tidak lagi mempertanyak tentang asalusul
serta apa yang hendak dicapai oleh adat-istiadat, melainkan orang mematuhi secara diam-
diam dan tanpa mempersoalkannya. Ia diterima dan dipatuhi sebagai dan tanpa
mempersoalkan. Ia diteruma dan dipatuhi sebagai sesuatu yang wajar. Ia tidak memerlukan
dasar pembenarannya (De Vos, 1987:43). Dari kekdua karakteristik yang universal, artinya
berlaku untuk adat istiadat dimana pun dengan tidak melihat di mana tempat
keberadaannya. Dengan demikian, adat-istiadat bangs akita memiliki karakteristik
tersebut.
B. Adat istiadat
Cause kata sansekerta budhayah, ialah bentuk jamak dari budhi yang berarti “budi”
atau “akal”. Demikian, kebudayaan itu dapat diartikan “hal-hal bersangkutan dengan budi
dan akal” (Koentjaraningrat, 1974: 19).
Mengikuti arti etimologi kebudayaan, ternyata kebudayaan sangat luas aspeknya.
Kebudayaan meerupakan hasil dari akal budi, dengan demikian keseluruhan merupalan
hasil dari akal budi, dengan demikian keseluruhan hasil akal manusia, seperti ilmu,
teknologi, ekonomi dan lain-lain termasuk kebudayaan menyatakan sekurang-kurangnya
terdapat tujuh kategori arti kebudayaan, masing-masing sebagi berikut :
1) Ahli sosiologi mengerti kebudayaan keselurahan kecakapan (adat, akhlak, kesenian, ilmu,
dan lain-lain) yang memiliki manusia sebagai subjek masyarakat.
2) Ahli sejarah menekankan pertumbuhan kebudayaan dan mendefinisikan sebagai warisan
sosial atau tradisi.
3) Ahli filsafat menekankan aspek normative, kaidah kebudayaan dan terutama pembinaan
nilai dan realisasi cita-cita
4) Antropologi melihat kebudayaan sebagai tata hidup, way of life, kelakuan
5) Psikologi mendekati kebudayaan dari segi penyesuaian (adjustment) manusia kepada alam
sekelilingnya, kepada syarat hidup (Bakker, 1984 27-28).
C. Agama-agama
Causa materilis ketiga Pancasila adalah berbagai aagam yang ada di Indonesia.
Sudah sejak dahulu kala dikatakan bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama, bangsa
yang mengakui adanya tuhan yang maha esa. Pada waktu menyampaikan pidato lahirnya
Pancasila, bung karno mengusulkan prinsip ketuhanan. Bangsa Indonesia dengan memiliki
prinsip tersebut, dikatakan prinsip ketuhanan bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan,
tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan tuhannya sendiri. Yang Kristen
menyembah menurut tuhan petunjuk Isa al-Masih, yang islam bertuhan menurut petunjuk
Nabi Muhammad SAW., orang budha menjalankan ibaratnya menurut kitab-kitab yang ada
padanya (Soekarno, tanpa tahun:27).
Bung karno dalam pidati tersebut di atas, menyebutkan prinsip ketuhanan
berkeadaban, yang diartikan setiap pemeluk agama lain. Dalam konteks Indonesia, dengan
menerima ketuhanan yang maha esa sebagai salah satu sila, kita mengungkapkan
keyakinan bahwa negara terbentuk berdasarkan kodrat sosial manusia yang diciptakan
Tuhan (Lanur, 1995:20).
Agama yang hidup dalam komunita bangsa Indonesia dapat digolongkan ke dalam
agama asli dan agama etnis, sedangkan agama yang dating dari luar disebut sebagai agama
langit atau agama yang bersumber dari wahyu tuhan. JWM Bakker, menyebutkan agama asli
pada berbagai suku bangsa yang dikenal dengan nama Promomelayu (Bakker, 1976:23).
Selanjutnya dikatakan, yang terkenal sebagai agama asli tadi, yaitu: Parmalin, parbaringan
atau agama Si raja Batak, agama sabulungan di kepulauan Mentawai, kaharingan,
agama suku Dayak di Kalimantan, aluk to dollo, agama asli suku toraja, parandangan
ada, agama asli lain di Sulawesi tengah, agama marapu, agama asli di pulau sumba, agama
bali aga, agma asli di pulai bali, agama viori keraeng, di manggarai, flores barat, agama ratu
bita bantara, di sikka, flores tengah (Bakker, 1976: 25).
E.E. Evans Pritchard (1984), menyatakan bahwa agama-agama primitive adalah
merupakan bagian dari agama pada umumnya (species dari genus), dan bahwa semua orang
yang berniat terhadap agama haruslah mengakui bahwa suatu studi tentang pandangan dan
praktek ragam coraknya, akan menolong kita untuk sampai pada kesimpulan-kesimpulan
tertentu tentang hakikat agama pada umumnya (Pritchard, 1984:2)
3. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa mempunyai makna bahwa segala aktivitas dalam
kehidupan sehari-hari harus berdasarkan Pancasila. Nilai-nilai yang terdapat di dalam
Pancasila dijadikan teladan dan acuan agar hidup bisa lebih tertat dan teratur baik
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dari uraian di atas lakunkanlah analisi terkait dengan internalisasi nilai-nilai dari sila
sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari!
Jawab:
Pancasila merupakan dasar serta landsan idelogi bangsa Indonesia. Maka dari
itu, penting untuk menerapkan setiap sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Disisi
lain, berkaitkan dengan Pancasila, bangsa Indonesia mempunyai dua hari bersejarah.
Pertama, hari lahirnya Pancasila pada 1 juni 1945 dan hari kesaktian Pancasila pada 1
oktober. Pada 1 juni 1945 ditetapkan sebagai hari lahir Pancasila karena pada tanggal
tersebut rumusan Pancasila sebagai dasar negara pertama kali disampaikan oleh soekarno.
Semetara itu, berbagai kejadian pemberontakan di tanah air yang melibatkan banyak
pihak menjadi pemicu lahirnya hari kesaktian Pancasila, di tetapkan pada tanggal 1
oktober 1965.
Melalui dua hari bersejarah tersebut, wajar tentunya hingga saat ini pancasia
dijadikan sebagai landasan hidup bangsa Indonesia. Hal itu berarti, setiap nilai-nilai yang ada
dalam sila Pancasila perlu dijadikan sebagai dasar dalam hidup bernegara. Adal lima sila
atau disebut Pancasila yang dirumuskan dalam pidato bung karno. Kelima sila tersebut ialah
ketuhana yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwaklian,
keadilan sosial bagi seluruh rakyat indoneia. Kemudian kelima sila tersebut mempunyai nilai-
nilai yang harus ditanamkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
1) Memiliki satu agama dan menjalankan peribadatan dari agama tersbut. Kepemilikan
terhadap agama tersebut harus diikuti dengan ketakwaan pada tuhan
2) Menjalankan agama dengan tetap memperhatikan kondisi di sekitar dan tidak
menggangu ketertiban dan keamanan di tengah masyarakat
3) Menjaga toleransi atau saling hormat menghormati di antara umat beragama agar
tercapai kedamaian dan kenyamanan bersama.
4) Saling bekerja sama antar umat beragama dalam hal yang bersifat memajukan
kepentingan umum, misalnya kerja bakti atau gotong royong di desa.
5) Tidak memaksa seseorang untuk menganut agama tertentu karena sesuai UUD 1945,
setiap orang berhak untuk memilih dan agama sesuai dengan apa yang dikendakinya.
1) Menghargai perbedaan di tengah masyarakat yang terdiri dari banyak suku, agama, ras,
dan adat istiadat.
2) Senantiasa menjaga adab atau kesopanan, kehalusan, dan kebaikan budi pekerti kita
dalam berbagai kondisi
3) Tidak melakukan diskriminasi pada siapa pun. Diskriminasi yang di maksud ialah
membeda-bedakan sesame warga negara, baik perbedaan karena tinggkat Pendidikan,
kondisi ekonomi, dan lain sebaginya.
4) Berani untuk menyampaikan kebenaran dan menegur kesalahan seseorang sesuai
dengan adab yang berlaku di tengah masyarakat
5) Menjaga keseimbangan dalam hal pelaksanaan hak dan kewajiban. Jangan sampai hak
dan kewajiban kita mencederai hak dan kewajiba orang lain.