Anda di halaman 1dari 7

NAMA : MARGARETA RUT SETIANGTYAS

NIM : 045131898
TUGAS 1 BAHASA INDONESIA 308 ( MKWU4108.308)

Kerjakanlah soal-soal berikut ini dengan baik.

1. Jelaskanlah perkembangan (peningkatan) bahasa Indonesia berdasarkan hasil kongres VII


s.d. XI dengan menggunakan peta konsep (mind mapping).
2. Masih perlukah bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia saat ini? Penjelasan Anda harus
disertai dengan alasan yang logis dan disertai contoh.
3. Bacalah artikel berikut dengan menerapkan teknik SQ3R!

Sisi Positif Parenting Budaya Jepang


Oleh: Buyung Okita

Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk lebih
mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat diimplementasikan bagi putra-putrinya, atau
sebagai bekal untuk membina rumah tangga di kemudian hari.

Secara sederhana terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan
terlalu protektif. berikut adalah sedikit penjelasan mengenai keempat gaya asuh tersebut.
Secara sederhana gaya asuh otoriter adalah gaya asuh di mana orangtua memaksakan kehendaknya
tanpa begitu memperhatikan atau mempedulikan bagaimana perspektif sang anak.

Gaya asuh orangtua berwibawa adalah gaya asuh di mana orangtua menjadi panutan yang teladan,
memberikan batasan yang cermat untuk putra-putrinya, dan memberikan pujian untuk upaya yang
telah putra-putrinya lakukan.

Gaya asuh permisif adalah gaya asuh di mana orangtua tidak memberikan batasan kepada anak-
anaknya, semisal tidak memberikan garis yang jelas apa yang boleh dilakukan atau tidak.
Memercayakan putra-putrinya untuk melakukan apa yang ia inginkan, cenderung tidak
mengintervensi kecuali untuk hal yang bersifat sangat serius.

Gaya asuh overprotektif adalah gaya asuh di mana orangtua sangat melindungi putra-putrinya dari
segala hal buruk, rasa sakit, pengalaman yang buruk, dan lain-lain. Karena itu banyak membatasi
putra-putrinya di berbagai aspek.

Pernahkah Anda melihat di media seperti film atau kartun digambarkan bahwa anak-anak di Jepang
merupakan anak yang patuh? Walaupun di balik itu terdapat unsur kompetitif yang muncul karena
adanya harapan orangtua agar putra-putrinya dapat lulus masuk ke sekolah atau kampus yang
bergengsi.

Tentunya unsur kompetitif di satu sisi merupakan hal yang positif, tetapi karena tingkat kompetitif
yang tinggi dari harapan orangtua membuat putra-putri merasa tertekan. Bagaimanakah stereotip
mengasuh ala orangtua di Jepang yang dapat kita lihat sebagai hal yang positif?

1. Hubungan antara orangtua dan anak yang sangat dekat


Ibu dan anak memiliki hubungan yang sangat dekat. Setidaknya sampai usia 5 tahun anak tidur
bersama orangtuanya. Ibu juga selalu menemani di manapun anaknya berada.

Tidak jarang dapat dilihat bahwa ibu menggendong anaknya sambil melakukan kegiatan rumah
seperti menyapu, memasak, berbelanja, dan lain-lain. Bahkan hampir setiap perempuan yang telah
melahirkan dan menjadi ibu rela untuk berhenti bekerja dan fokus untuk mendidik anaknya di
rumah.

Pada usia antara 0-5 tahun, anak diperbolehkan melakukan apa saja. Mungkin budaya ini sedikit
berbeda dengan negara lain. Yang dimaksud diperbolehkan melakukan apa saja adalah membiarkan
anak berksplorasi dengan kegiatan yang ia lakukan.

Namun orangtua tetap menstimulus dengan hal yang positif dan menjadi role model yang baik.
Filosofi ini menunjukan, dengan anak dibiarkan aktif menandakan bahwa sang anak tumbuh sehat.

Pada usia 0-5 tahun, anak juga diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga dan kerabat sehingga
dapat lebih mengenal saudara dan sosial. Orangtua di Jepang juga beranggapan bahwa sebisa
mungkin menemani putra-putrinya sehingga anak merasakan kasih sayang orangtuanya.

2. Orang tua adalah cerminan anak


Studi di Amerika dan Jepang pernah dilakukan untuk mengetahui bagaimana orangtua mengasuh
anaknya. Orangtua di Amerika cenderung bersifat netral dan menunjukan anak cara untuk membuat
suatu piramida, sesudah itu membiarkan anaknya untuk membuat piramida dengan apa yang telah
diajarkan atau dengan caranya sendiri.
Sedangkan orangtua Jepang cenderung mentransmisikan apa yang ia lakukan kepada anaknya,
sehingga orang tua sepenuhnya menjadi role model bagi anaknya.

Setelah fase usia 5 tahun di mana anak boleh bereksplorasi melakukan sesuatu, lalu usia 5-15 tahun
anak mulai diajari untuk melakukan kegiatan seperti membersihkan rumah, belajar untuk disiplin,
dan melakukan apa yang dilakukan oleh orangtua.

Fase ini mengajari anak-anak untuk dapat berkontribusi melakukan cara-cara yang telah dilakukan
secara turun temurun. Fase ini orangtua memberikan batasan yang jelas mengenai hak dan
kewajiban, apa yang boleh dilakukan atau tidak.

Oleh karena itu kegiatan pendidikan moral di sekolah juga mulai diajarkan tidak hanya sebagai mata
pelajaran dan diselipkan di mata pelajaran lain, tetapi juga anak diberikan ruang untuk melakukan
kegiatan sosial seperti saling melayani, kegiatan makan siang di sekolah, dan kegiatan lain yang juga
kerap dilakukan di sekolah-sekolah Indonesia.

Kegiatan sekolah dan rumah yang bersifat rutin, meskipun terkesan monoton merupakan cara
Jepang untuk menbuat anak-anak belajar untuk disiplin.

3. Orangtua dan anak adalah setara


Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai memberikan ruang untuk anak dapat lebih mandiri
dengan mengurangi batasan yang diterapkan pada fase sebelumnya.

Hubungan tidak hanya sebagai orangtua dan anak, tetapi juga sebagai teman dan setara. Anak
didukung untuk menjadi pribadi yang mandiri, dapat berpikir dan menentukan pilihan dan lebih
bersifat demokratis.

Fase ini untuk mempersiapkan anak melakukan kegiatan keterampilan bagi dirinya sendiri dan
keluarga serta belajar bertingkah laku yang baik dan sopan (menurut adat Jepang). Anak diajarkan
untuk mulai independen dan dipersiapkan untuk dapat siap menjadi orang dewasa.

Setelah usia 20 tahun anak dianggap resmi menjadi dewasa dengan biasanya diadakan upacara hari
kedewasaan yang diselenggarakan di distrik/kota setempat yang diikuti oleh pemuda berusia 20
tahun.

4. Memperhatikan tentang perasaan dan emosi


Selain mengajari dan mempersiapkan anak untuk dapat hidup di komunitas sosial masyarakat yang
lebih luas, anak juga diberikan semangat untuk dapat memahami dan menghormati perasaanya
sendiri.

Orangtua mengajarkan anaknya untuk melakukan hal yang tidak mempermalukannya. Contohnya
tidak menegur anaknya atau menasehati anaknya di muka umum ketika melakukan hal yang dirasa
kurang pantas.

Orangtua memilih menunggu situasi dan tempat yang lebih privasi untuk menasehatinya. Anak
diajarkan untuk dapat memiliki sikap empati dan saling menghormati orang lain.

Orangtua di Jepang tidak menggangap gaya asuh mereka menjadi gaya asuh yang terbaik. Begitu
pula dewasa ini nilai budaya barat pun menginsipirasi cara orangtua di Jepang mendidik anaknya.
Namun meskipun terjadi pergeseran dan perubahan, gaya asuh orangtua di Jepang yang menyayangi
putra-putrinya tidak berubah.

Setelah membaca sedikit stereotip gaya asuh orangtua di Jepang, dapat dipahami bahwa gaya
asuhnya merupakan perpaduan antara sedikit gaya permisif, gaya authoritative (berwibawa).

Sumber: https://www.kompasiana.com/buyungokita/%205f22b2a4d541df59d84bebe2/sisi-positif-
parenting-budaya-jepang?page=all#section2

Jawablah pertanyaan berikut ini berdasarkan artikel di atas.

1. Berdasarkan hasil survey (meninjau) Anda, topik/subtopik apa saja yang menurut Anda
penting?
2. Tuliskan daftar pertanyaan (question) berkaitan dengan informasi yang Anda perlukan pada
bacaan tersebut.
3. Berdasarkan hasil membaca (read) Anda, Informasi apa yang Andaperoleh dari bacaan
tersebut.
4. Ceritakan/jelaskan (recite) pengalaman membaca Anda berkaitan dengan bacaan/wacana
tersebut.
5. Berdasarkan langkah akhir dari SQ3R (review), apakah informasi yang Anda perlukan sesuai
daftar pertanyaan sudah cukup?

JAWABAN :
1. Jelaskanlah perkembangan (peningkatan) bahasa Indonesia berdasarkan hasil kongres VII
s.d. XI dengan menggunakan peta konsep (mind mapping).
2. Masih perlukah bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia saat ini? Penjelasan Anda harus
disertai dengan alasan yang logis dan disertai contoh. Tentu saja Bahasa Indonesia masih
diperlukan oleh Bangsa Indonesia sampai saat ini, Karena sejatinya Bahasa Indonesia
digunakan sebagai Bahasa Nasional dan juga Bahasa Negara. Bahasa Indonesia mempunyai
kedudukan sebagai Bahasa Nasional saat diikrarkannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober
1928 dan kedudukan sebagai Bahasa Negara saat resmi tercantum dalam Undang-Undang
Dasar 1945. bahasa indonesia menjadi alat perantara komunikasi nasional bagi setiap orang
indonesia yang berasal dari berbagai suku dan juga latar belakang yang berbeda, Oleh
karena itu bahasa indonesia menjadi pemersatu bangsa di dalam perbedaan tersebut atau
dapat dikatakan menjadi bahasa induk bagi warga negara indonesia untuk berkomunikasi
satu sama lain

1. Topik penting (survey):


a. Hubungan antara orang tua dan anak yang sangat dekat
b. Orang tua adalah cerminan anak
c. Orang tua dan anak adalah setara
d. Memperhatikan tentang perasaan dan emosi
2. Daftar pertanyaan (question):
a. Apa saja jenis-jenis gaya Parenting ?
b. Apa saja fase-fase gaya asuh orang tua di Jepang?
c. Jenis gaya asuh orang tua apa yang diterapkan di Jepang?
3. Informasi yang diperoleh (read):
a. Terdapat 4 jenis gaya parenting yaitu:
i. Gaya asuh otoriter
ii. Berwibawa
iii. Permisif
iv. Terlalu protektif
b. Gaya asuh orang tua di Jepang meliputi :
i. Hubungan orang tua dan anak yang dekat
ii. Orang tua adalah cerminan anak
iii. Orang tua dan anak adalah setara
iv. Memperhatikan tentang perasaan dan emosi
c. Gaya asuh di jepang merupakan perpaduan antara sedikit gaya permisif dan gaya
authoritative (berwibawa)
4. Ceritakan pengalaman membaca berkaitan dengan bacaan tersebut (recite):
a. Jenis gaya asuh orang tua pada umumnya ada 4 yaitu:
i. Otoriter: Dimana orang tua memaksakan kehendaknya tanpa begitu
memperhatikan perspektif anak.
ii. Berwibawa: Dimana orang tua menjadi panutan teladan bagi anak-anaknya
iii. Protektif: Dimana orang tua banyak memberikan Batasan-batasan pada
anaknya
iv. Permisif:Dimana orang tua tidak memberikan Batasan-batasan pada
anaknya
b. Fase-fase gaya asuh orang tua di Jepang yaitu:
i. Fase balita (0-5 Tahun): Pada fase ini hubungan orang tua dan anak sangat
dekat, orang tua sebisa mungkin menemani anak-anaknya, pada fase ini
anak dibiarkan bebas bereksplorasi
ii. Fase anak-anak (5-15 Tahun): Pada fase ini anak mulai diajak dan diajarkan
disiplin, mulai diberi batasan-batasan
iii. Fase remaja (15-20 Tahun): Pada fase ini anak dipersipakan untuk menjadi
dewasa, orang tua memberikan ruang untuk anak anak menjadi lebih
mandiri, sehingga hubungan orang tua dan anak tidak hanya sebatas orang
tua tetapi menjadi teman
c. Dilihat dari fase – fase yang ada terlihat jelas jenis gaya asuh orang tua di Jepang
adalah perpaduan antara gaya permisif dan gaya berwibawa, dimana anak diberi
kebebasan namun peran orang tua tetap menjadi panutan bagi anak – anak nya
5. Berdasarkan langkah akhir dari SQ3R (review), apakah informasi yang Anda perlukah sesuai
daftar pertanyaan sudah cukup?
a. Iya, Informasi yang diberikan sesuai daftar pertanyaan sudah cukup

Anda mungkin juga menyukai