Anda di halaman 1dari 5

Tugas 1

Dibuka: Senin, 17 Oktober 2022, 00:00


Jatuh tempo: Senin, 31 Oktober 2022, 15:00

Kerjakanlah soal-soal berikut ini dengan baik.

1. Jelaskanlah perkembangan (peningkatan) bahasa Indonesia berdasarkan hasil


kongres VII s.d. XI dengan menggunakan peta konsep (mind mapping).
2. Masih perlukah bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia saat ini? Penjelasan Anda
harus disertai dengan alasan yang logis dan disertai contoh.

Ya, Bahasa Indonesia masih diperlukan oleh Bangsa Indonesia saat ini, Karena
Sejatinya Bahasa Indonesia Digunakan Sebagai Nasional dan juga Bahasa Negara,
Bahasa Indonesia Mempunyai kedudukan Sebagai Bahasa Nasional saat
diikrarkannya sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928 dan kedudukan sebagai
Bahasa Negara saat resmi tercantum dalam Undang- Undang 1945. Bahasa
Indonesia sebagai alat perantara komunikasi nasional setiap orang Indonesia yang
berasal dari berbagai suku dan juga latar belakang yang berbeda, Oleh karena itu
Bahasa Indonesia menjadi pemersatu bangsa di dalam perbedaan tersebut atau dapat
dikatakan menjadi Bahasa induk bagi warga negara Indonesia untuk berkomunikasi
satu sama lain.

3. Bacalah artikel berikut dengan menerapkan teknik SQ3R!

Sisi Positif Parenting Budaya Jepang

Oleh: Buyung Okita 

Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk
lebih mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat diimplementasikan bagi putra-
putrinya, atau sebagai bekal untuk membina rumah tangga di kemudian hari.

Secara sederhana terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa,
permisif, dan terlalu protektif. berikut adalah sedikit penjelasan mengenai keempat gaya
asuh tersebut. 

Secara sederhana gaya asuh otoriter adalah gaya asuh di mana orangtua memaksakan
kehendaknya tanpa begitu memperhatikan atau mempedulikan bagaimana perspektif sang
anak.

Gaya asuh orangtua berwibawa adalah gaya asuh di mana orangtua menjadi panutan yang
teladan, memberikan batasan yang cermat untuk putra-putrinya, dan memberikan pujian
untuk upaya yang telah putra-putrinya lakukan.

Gaya asuh permisif adalah gaya asuh di mana orangtua tidak memberikan batasan kepada
anak-anaknya, semisal tidak memberikan garis yang jelas apa yang boleh dilakukan atau
tidak. Memercayakan putra-putrinya untuk melakukan apa yang ia inginkan, cenderung
tidak mengintervensi kecuali untuk hal yang bersifat sangat serius.

Gaya asuh overprotektif adalah gaya asuh di mana orangtua sangat melindungi putra-
putrinya dari segala hal buruk, rasa sakit, pengalaman yang buruk, dan lain-lain. Karena itu
banyak membatasi putra-putrinya di berbagai aspek.

Pernahkah Anda melihat di media seperti film atau kartun digambarkan bahwa anak-anak
di Jepang merupakan anak yang patuh? Walaupun di balik itu terdapat unsur kompetitif
yang muncul karena adanya harapan orangtua agar putra-putrinya dapat lulus masuk
ke sekolah atau kampus yang bergengsi. 

Tentunya unsur kompetitif di satu sisi merupakan hal yang positif, tetapi karena tingkat
kompetitif yang tinggi dari harapan orangtua membuat putra-putri merasa tertekan.
Bagaimanakah stereotip mengasuh ala orangtua di Jepang yang dapat kita lihat sebagai hal
yang positif?

1. Hubungan antara orangtua dan anak yang sangat dekat

Ibu dan anak memiliki hubungan yang sangat dekat. Setidaknya sampai usia 5 tahun anak
tidur bersama orangtuanya. Ibu juga selalu menemani di manapun anaknya berada. 

Tidak jarang dapat dilihat bahwa ibu menggendong anaknya sambil melakukan kegiatan
rumah seperti menyapu, memasak, berbelanja, dan lain-lain. Bahkan hampir setiap
perempuan yang telah melahirkan dan menjadi ibu rela untuk berhenti bekerja dan fokus
untuk mendidik anaknya di rumah. 

Pada usia antara 0-5 tahun, anak diperbolehkan melakukan apa saja. Mungkin budaya ini
sedikit berbeda dengan negara lain. Yang dimaksud diperbolehkan melakukan apa saja
adalah membiarkan anak berksplorasi dengan kegiatan yang ia lakukan.

Namun orangtua tetap menstimulus dengan hal yang positif dan menjadi role model yang
baik. Filosofi ini menunjukan, dengan anak dibiarkan aktif menandakan bahwa sang anak
tumbuh sehat.

Pada usia 0-5 tahun, anak juga diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga dan kerabat
sehingga dapat lebih mengenal saudara dan sosial. Orangtua di Jepang juga beranggapan
bahwa sebisa mungkin menemani putra-putrinya sehingga anak merasakan kasih sayang
orangtuanya. 

2. Orang tua adalah cerminan anak

Studi di Amerika dan Jepang pernah dilakukan untuk mengetahui bagaimana orangtua
mengasuh anaknya. Orangtua di Amerika cenderung bersifat netral dan menunjukan anak
cara untuk membuat suatu piramida, sesudah itu membiarkan anaknya untuk membuat
piramida dengan apa yang telah diajarkan atau dengan caranya sendiri. 
Sedangkan orangtua Jepang cenderung mentransmisikan apa yang ia lakukan kepada
anaknya, sehingga orang tua sepenuhnya menjadi role model bagi anaknya.

Setelah fase usia 5 tahun di mana anak boleh bereksplorasi melakukan sesuatu, lalu usia 5-
15 tahun anak mulai diajari untuk melakukan kegiatan seperti membersihkan rumah, belajar
untuk disiplin, dan melakukan apa yang dilakukan oleh orangtua. 

Fase ini mengajari anak-anak untuk dapat berkontribusi melakukan cara-cara yang telah
dilakukan secara turun temurun. Fase ini orangtua memberikan batasan yang jelas mengenai
hak dan kewajiban, apa yang boleh dilakukan atau tidak. 

Oleh karena itu kegiatan pendidikan moral di sekolah juga mulai diajarkan tidak hanya
sebagai mata pelajaran dan diselipkan di mata pelajaran lain, tetapi juga anak diberikan
ruang untuk melakukan kegiatan sosial seperti saling melayani, kegiatan makan siang di
sekolah, dan kegiatan lain yang juga kerap dilakukan di sekolah-sekolah Indonesia.

Kegiatan sekolah dan rumah yang bersifat rutin, meskipun terkesan monoton merupakan
cara Jepang untuk menbuat anak-anak belajar untuk disiplin.

3. Orangtua dan anak adalah setara

Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai memberikan ruang untuk anak dapat lebih
mandiri dengan mengurangi batasan yang diterapkan pada fase sebelumnya.

Hubungan tidak hanya sebagai orangtua dan anak, tetapi juga sebagai teman dan setara.
Anak didukung untuk menjadi pribadi yang mandiri, dapat berpikir dan menentukan pilihan
dan lebih bersifat demokratis.

Fase ini untuk mempersiapkan anak melakukan kegiatan keterampilan bagi dirinya sendiri
dan keluarga serta belajar bertingkah laku yang baik dan sopan (menurut adat Jepang).
Anak diajarkan untuk mulai independen dan dipersiapkan untuk dapat siap menjadi orang
dewasa. 

Setelah usia 20 tahun anak dianggap resmi menjadi dewasa dengan biasanya diadakan
upacara hari kedewasaan yang diselenggarakan di distrik/kota setempat yang diikuti oleh
pemuda berusia 20 tahun. 

4. Memperhatikan tentang perasaan dan emosi

Selain mengajari dan mempersiapkan anak untuk dapat hidup di komunitas sosial
masyarakat yang lebih luas, anak juga diberikan semangat untuk dapat memahami dan
menghormati perasaanya sendiri.

Orangtua mengajarkan anaknya untuk melakukan hal yang tidak mempermalukannya.


Contohnya tidak menegur anaknya atau menasehati anaknya di muka umum ketika
melakukan hal yang dirasa kurang pantas.
Orangtua memilih menunggu situasi dan tempat yang lebih privasi untuk menasehatinya.
Anak diajarkan untuk dapat memiliki sikap empati dan saling menghormati orang lain.

Orangtua di Jepang tidak menggangap gaya asuh mereka menjadi gaya asuh yang terbaik.
Begitu pula dewasa ini nilai budaya barat pun menginsipirasi cara orangtua di Jepang
mendidik anaknya. Namun meskipun terjadi pergeseran dan perubahan, gaya asuh orangtua
di Jepang yang menyayangi putra-putrinya tidak berubah.

Setelah membaca sedikit stereotip gaya asuh orangtua di Jepang, dapat dipahami bahwa
gaya asuhnya merupakan perpaduan antara sedikit gaya permisif,
gaya authoritative (berwibawa).

Sumber: https://www.kompasiana.com/buyungokita/%205f22b2a4d541df59d84bebe2/sisi-
positif-parenting-budaya-jepang?page=all#section2

Jawablah pertanyaan berikut ini berdasarkan artikel di atas.

1. Berdasarkan hasil survey (meninjau) Anda, topik/subtopik apa saja yang menurut
Anda penting?

 Hubungan antara orang tua dan anak yang sangat sangat dekat
 Orang tua adalah cerminan dari anak
 Orang tua dan anak adalah sama / setara
 Memperhatikan tentang perasaan dan emosi orang tua maupun anak

2. Tuliskan daftar pertanyaan (question) berkaitan dengan informasi yang Anda


perlukan pada bacaan tersebut.

 Sebutkan jenis jensi gaya asuh yang ada?


 Sebutkan gaya asuh orang tua di Negara Jepang?
 Jenis asuh apakah yang di pakai kebanyakan orang tua di Jepang?

3. Berdasarkan hasil membaca (read) Anda, Informasi apa yang Andaperoleh dari
bacaan tersebut.

a. Jenis Jenis gaya asuh


 Gaya asuh otoriter
 Berwibawa
 Permisif
 Terlalu Protektif
b. Gaya asuh orang tua di jepang
 Fase balita
 Fase anak anak
 Fase remaja
c. Gaya Asuh di negara jepang merupakan perpaduan antara gaya berwibawa
dan gaya permisif
4. Ceritakan/jelaskan (recite) pengalaman membaca Anda berkaitan dengan
bacaan/wacana tersebut.

a) Jenis jenis gaya asuh


a) Otoriter adalah dimana orang tua memaksakan kehendak
tanpa begitu memperhatikan prespektif anak
b) Bewibawa adalah dimana orang tua menjadi panutan teladan
bagi anak anaknya
c) Protektif adalah dimana orang tua banyak memberikan
Batasan- Batasan kepada anaknya
d) Permisif adalah dimana orang tua tidak memberikan Batasan
Batasan pada anaknya / anaknya di bebaskan untuk
melakukan apa saja.
b) Fase – Fase gaya asuh orang tua Jepang
 Fase Balita(0-5 Tahun)
Pada fase ini Hubungan orang tua dan anak sangat
dekat,orang tua sebisa mungkin menemani anak – anaknya,
pada fase ini anak di biarkan bebas bereksplorasi
 Fase Anak – anak (5-15 Tahun)
Pada Fase ini anak mulai diajak dan diajarkan disiplin, mulai
diberi Batasan – Batasan.
 Fase Remaja (15-20 Tahun)
Pada fase ini anak di persiapkan untuk menjadi dewasa, orang
tua memberikan ruang untuk anak anak menjadi lebih
mandiri, sehingga hubungan orang tua dan anak tidak hanya
sebatas orang tua tetapi juga bisa menjadi teman.
c) Dilihat dari fase fase yang ada terlihat jelas bahwa jenis gaya asuh
orang tua di jepang adalah perpaduan antara gaya primisif dan gaya
berwibawa, dimana anak anak di beri kebebasan melakukan apapun
namun peran orang tua tetap menjadi panutan bagi anak anaknya

5. Berdasarkan langkah akhir dari SQ3R (review), apakah informasi yang Anda
perlukan sesuai daftar pertanyaan sudah cukup?

Ya sudah sangat sesuai dan informasi yang diberikan sesuai daftar pertanyaannya
juga cukup sesuai .

Anda mungkin juga menyukai