Anda di halaman 1dari 5

Nama : Yusak Eko Priambodo

Nim : 044027621

Kode Matkul : MKWU4108

Kelas Tuton : 129

Tugas ke :1

BAHASA INDONESIA

1. Jelaskanlah perkembangan (peningkatan) bahasa Indonesia berdasarkan hasil kongres VII


s.d. XI dengan menggunakan peta konsep (mind mapping).

Terdapat pada lampiran tugas.

2. Masih perlukah bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia saat ini? Penjelasan Anda harus
disertai dengan alasan yang logis dan disertai contoh.

Jawab :

Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional dan bahasa negara bagi Bangsa Indonesia yang
telah ada dan diperjuangkan semenjak lama. Bahasa Indonesia telah diperjuangkan dari
zaman penjajahan Belanda hingga zaman penjajahan Jepang. Dengan segala macam jerih
payah yang telah dikeluarkan oleh para ahli bahasa dan budayawan untuk dapat menetapkan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Indoneisia melalui ikrar Sumpah Pemuda pada 28
Oktober 1928, tentunya kita harus menghargai dan menjunjung tinggi Bahasa Indonesia. Jika
ditanya perlukah bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia tentu jawabannya pasti sangat
perlu. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional memliki beberapa fungsi yaitu sebagai
lambang kebanggaan nasional, lambang identitas nasional, alat komunikasi, dan alat
pemersatu bangsa. Sedangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara memiliki beberapa
fungsi yaitu sebagai bahasa resmi negara, bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, alat
perhubunga tingkat nasional, dan alat pengembangan kebudayaan.

Dari berbagai macam fungsi yang telah disebutkan diatas, tentunya dapat dilihat jika bahasa
Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dan sangat vital bagi Bangsa Indonesia.
Tanpa adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara Indonesia, negara Indonesia
pastilah akan terpecah belah. Negara Indonesia sendiri adalah salah satu negara dengan
kekayaan akan suku, agama, ras, budaya, dan bahasa tertinggi di dunia. Dengan keberagaman
yang sangat tinggi tersebut, tentunya Bangsa Indonesia memerlukan adanya alat untuk
mempersatukan keberagaman tersebut agar tidak terpecah belah. Sebagai salah satu contoh
kasus perlunya bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu yaitu jika pada suatu perusahaan
terdapat beberapa karyawan yang berasal dari latar belakang suku yang berbeda seperti suku
jawa, suku sunda, dan suku melayu. Tentunya untuk dapat menyatukan komunikasi diantara
orang-orang tersebut perlu dibutuhkan sebuah bahasa pemersatu yang dapat dipahami oleh
semua orang. Disinjlah peran dari bahasa Indonesia menjadi sangat penting. Dengan adanya
bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu maka semua orang dari berbagasi latar belakang
suku yang berbeda tersebut dapat saling memahami dan mengerti satu sama lain. Sehingga
pekerjaan yang dibebankan dapat diselesaikan dengan baik dan benar. Karena pada dasarnya
pekerjaan itu dapat selesai dengan baik dan benar jika hanya terdapat kolaborasi yang baik
diantara karyawan. Dan kolaborasi yang baik diantara karyawan dapat terbentuk jika hanya
mereka dapat memahami satu sama lain dan dapat bekerja sama satu dengan yang lain. Maka
bahasa Indonesia memang sangat penting bagi setiap elemen dimasyarakat Indonesia.

3. Hasil membaca sekilas artikel berjudul “Sisi Positif Parenting Budaya Jepang” dengan
teknik SQ3R sebagai berikut.

 Berdasarkan hasil survey (meninjau) yaitu sebagai berikut.

1 Judul Sisi Positif Parenting Budaya Jepang


2 Penulis Buyung Okita
3 Bagian Pembuka Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini.
Semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk lebih
mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar
dapat diimplementasikan bagi putra-putrinya, atau
sebagai bekal untuk membina rumah tangga di
kemudian hari.
4 Subjudul atau Subtopik Jenis Gaya Parenting, Stereotip Mengasuh di
Jepang, Hubungan Antara Orang Tua dan Anak
Jepang yang Sangat Dekat, Orang Tua sebagai
Cerminan Anak, Orang Tua dan Anak adalah
Setara, Perhatian terhadap Perasaan dan Emosi.
5 Bagian Penutup Setelah membaca sedikit stereotip gaya asuh
orangtua di Jepang, dapat dipahami bahwa gaya
asuhnya merupakan perpaduan antara sedikit gaya
permisif, gaya authoritative (berwibawa).
6 Sumber Kompasiana.com
 Daftar pertanyaan (question) berdasarkan informasi dari artikel sebagai berikut.
a. Apa yang dimaksud dengan Parenting?
b. Apa saja jenis-jenis parenting?
c. Bagaimana anak-anak di Jepang bisa menjadi anak yang patuh?
d. Apa pengaruh orang tua terhadap pembentukan karakter anak di Jepang?
e. Bagaimana cara mengasuh anak di Jepang?
f. Apa perbedaan gaya Parenting di Jepang dengan negara lain?
 Berdasarkan hasil membaca (read) informasi yang dapat diperoleh sebagai berikut.
Parenting merupakan ilmu yang penting agar dapat diimplemaentasikan bagi anak-
anak atau juga dapat digunakan sebagai bekal membina rumah tangga kelak.
Parenting sendiri dapat dibedakan menjadi 4 jenis gaya asuh yaitu :
- Gaya asuh otoriter yaitu gaya asuh dimana orang tua memaksakan kehendaknya
tanpa begitu memperhatikan atau memperdulikan bagaimana persoektif sang anak.
- Gaya asuh berwibawa adalah gaya asuh di mana orangtua menjadi panutan yang
teladan, memberikan batasan yang cermat untuk putra-putrinya, dan memberikan
pujian untuk upaya yang telah putra-putrinya lakukan.
- Gaya asuh permisif adalah gaya asuh di mana orangtua tidak memberikan batasan
kepada anak-anaknya, semisal tidak memberikan garis yang jelas apa yang boleh
dilakukan atau tidak. Memercayakan putra-putrinya untuk melakukan apa yang ia
inginkan, cenderung tidak mengintervensi kecuali untuk hal yang bersifat sangat
serius.
- Gaya asuh overprotektif adalah gaya asuh di mana orangtua sangat melindungi
putra-putrinya dari segala hal buruk, rasa sakit, pengalaman yang buruk, dan lain-lain.
Karena itu banyak membatasi putra-putrinya di berbagai aspek.
Gaya asuh pada anak-anak di Jepang merupakan gaya asuh yang mendidik anak-
anaknya menjadi anak yang patuh yang muncul karena adanya unsur kompetitif agar
anak-anaknya bisa masuk di sekolah atau kampus yang bergengsi. Orang tua di
Jepang memberikan pengaruh yang tinggi dalam hal pembentukan karakter dari
anaknya. Adapun cara mengasuh anak di Jepang agar menjadi anak yang patuh dibagi
menjadi beberapa fase yaitu:
- Ketika anak masih berumur 0-5 tahun, anak diperbolehkan untuk bereksplorasi
dengan kegiatan yang dia lakukan. Mereka juga diajarkan untuk bersosialisasi dengan
keluarga dan kerabat dekat.
- Ketika anak berumur 5-15 tahun, anak mulai diarahkan dalam melakukan kegiatan
seperti membersihkan rumah, belajar disiplin, dan melakukan apa yang dilakukan
orang tua. Fase ini anak mulai diberikan batasan yang jelas mengenai hak dan
kewajiban.
- Ketika anak sudah berumur diatas 15 tahun anak mulai diberikan ruang untuk dapat
lebih mandiri dengan mengurangi batasan yang diterapkan pada fase sebelumnya.
Sehingga hubungan anak dan orang tua bisa menjadi hubungan teman dan setar.
- Ketika anak berumur 20 tahun maka anak sudah dianggap sebagai orang dewasa.
Hal ini sedikit berbeda dengan gaya mengasuh anak di Amerika yang cenderung
bersifat netral dan menunjukkan cara untuk membuat suatu piramida, sesudah itu
membiarkan anaknya untuk membuat piramida dengan apa yang telah diajarkan atau
dengan caranya sendiri.
 Pengalaman yang dapat diceritakan ulang (recite) dari bacaan artikel di atas sebagai
berikut.
Dari artikel yang berjudul “Sisi Positif Parenting Budaya Jepang” yang telah saya
baca maka dijelaskan bahwa parenting merupakan hal yang penting untuk dipelajari
yang digunakan untuk mendidik anak kita kelak. Parenting sendiri dapat dibedan
menjadi 4 jenis gaya asuh antara lain yaitu : gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif,
dan terlalu protektif. Di jepang sendiri terdapat perbedaan gaya asuh dengan gaya
asuh negara lain, dimana gaya asuh disana menekankan kepada gaya asuh yang ketat
agar dapat menjadikan anak mereka menjadi anak yang dapat berkompetitif. Cara
asuh atau cara pembentukan karakter disana diajarkan kepada anak sedari anak masih
bayi hingga anak dianggap telah dewasa yaitu ketika mereka sudah berumur 20 tahun
ke atas. Dimana kedewasaan anak disana diresmikan dengan mengadakan upacara
hari kedewasaan yang biasanya diselenggarakan di distrik/kota setempat. Selain itu
anak juga diajarkan untuk dapapat menghormati dan memahami perasaannya sendiri.
 Berdasarkan langkah akhir dari SQ3R yaitu mengulangi (review) maka saya dapat
menyimpulkan bahwa informasi yang saya perlukan telah sesuai dengan daftar
pertanyaan yang telah saya susun sebelumnya. Semua daftar pertanyaan yang telah
saya susun mendapatkan jawaban dari dalam artikel bacaan yang telah saya baca
dengan teknik SQ3R. Walaupun beberapa pertanyaan belum mendapatkan jawaban
secara lengkap namun informasi yang terdapat didalam artkel sudah mewakili dari
jawaban yang saya inginkan.

Sumber Referensi :

BMP MKWU4108 Modul 2 dan Modul 3 (Bahasa Indonesia)

Anda mungkin juga menyukai