Anda di halaman 1dari 9

TUGAS TUTORIAL I

Nama: Fatur Alfarizkyanto


NIM: 049479632

Kerjakanlah soal-soal berikut ini dengan baik.


1. Jelaskan fungsi bahasa menurut M.A.K. Halliday.
Jawaban: Halliday (1975, dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995) secara khusus
mengidentifikasi fungsi-fungsi bahasa sebagai berikut.

1. Fungsi personal, yaitu penggunaan bahasa untuk mengungkapkan pendapat, pikiran,


sikap atau perasaan pemakainya.

2. Fungsi regulator, yaitu penggunaan bahasa untuk mempengaruhi sikap atau


pikiran/pendapat orang lain, seperti rujukan, rayuwan, permohonan atau perintah.

3. Fungsi interaksional, yaitu penggunaan bahasa untuk menjalin kontak dan menjaga
hubungan sosial, seperti sapaan, basa-basi, simpati atau penghiburan.

4. Fungsi informatif, yaitu penggunaan bahasa untuk menyampaikan informasi, ilmu


pengetahuan atau budaya.

5. Fungsi imajinatif, yaitu penggunaan bahasa untuk memenuhi dan menyalurkan rasa
estetis (indah), seperti nyanyian dan karya sastra.

6. Fungsi heuristik, yaitu penggunaan bahasa untuk belajar atau memperoleh informasi
seperti pertanyaan atau permintaan penjelasan atau sesuatu hal.

7. Fungsi instrumental, yaitu penggunaan bahasa untuk mengungkapkan keinginan atau


kebutuhan pemakainya, seperti saya ingin….
2. Jelaskanlah perkembangan (peningkatan) bahasa Indonesia berdasarkan hasil
kongres VII s.d. XI dengan menggunakan peta konsep (mind mapping).
Jawaban:

3. Bacalah artikel berikut dengan menerapkan teknik SQ3R!

Sisi Positif Parenting Budaya Jepang


Oleh: Buyung Okita

Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk
lebih mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat diimplementasikan bagi putra-
putrinya, atau sebagai bekal untuk membina rumah tangga di kemudian hari. Terdapat 4
jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan terlalu protektif.
berikut adalah sedikit penjelasan mengenai keempat gaya asuh tersebut.

1) Hubungan antara orang tua dan anak yang sangat dekat

Ibu dan anak memiliki hubungan yang sangat dekat. Setidaknya sampai usia 5 tahun anak
tidur bersama orangtuanya. Ibu juga selalu menemani di manapun anaknya berada. Tidak
jarang kita melihat ibu menggendong anaknya sambil melakukan kegiatan rumah seperti
menyapu, memasak, berbelanja, dan lain-lain. Bahkan hampir setiap perempuan yang telah
melahirkan dan menjadi ibu rela untuk berhenti bekerja dan fokus untuk mendidik anaknya
di rumah.

Pada usia 0-5 tahun, anak juga diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga dan kerabat
sehingga dapat lebih mengenal saudara dan mudah bersosialisasi. Orang tua di Jepang juga
beranggapan bahwa sebisa mungkin menemani putra-putrinya sehingga anak merasakan
kasih sayang orangtuanya.

2. Orang tua adalah cerminan anak

Setelah fase usia 5 tahun, anak boleh bereksplorasi melakukan sesuatu, lalu usia 5-15 tahun
anak mulai diajari untuk melakukan kegiatan seperti membersihkan rumah, belajar untuk
disiplin, dan melakukan apa yang dilakukan oleh orang tua. Fase ini mengajari anak-anak
untuk dapat berkontribusi melakukan cara-cara yang telah dilakukan secara turun temurun.
Pada fase ini orangtua memberikan batasan yang jelas mengenai hak dan kewajiban anak,
apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. 

Oleh karena itu kegiatan pendidikan moral di sekolah juga mulai diajarkan, tidak hanya
sebagai mata pelajaran yang diselipkan pada mata pelajaran lain. Di sini anak diajarkan dan
diberikan ruang untuk melakukan kegiatan sosial seperti saling melayani, kegiatan makan
siang di sekolah, dan kegiatan lain yang juga kerap dilakukan di sekolah-sekolah Indonesia.
Kegiatan sekolah dan rumah yang bersifat rutin, meskipun terkesan monoton merupakan
cara Jepang untuk menbuat anak-anak belajar untuk disiplin.

3. Orang tua dan anak adalah setara

Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai memberikan ruang agar anak dapat lebih
mandiri dengan mengurangi batasan yang diterapkan pada fase sebelumnya. Hubungan
tidak hanya sebagai orang tua dan anak, tetapi juga sebagai teman dan setara. Anak
didukung untuk menjadi pribadi yang mandiri, dapat berpikir dan menentukan pilihan dan
lebih bersifat demokratis.

Fase ini mempersiapkan anak untuk melakukan kegiatan keterampilan bagi dirinya sendiri
dan keluarga serta belajar bertingkah laku yang baik dan sopan (menurut adat Jepang). Anak
mulai diajarkan independent (mandiri) dan dipersiapkan untuk dapat siap menjadi orang
dewasa. Setelah usia 20 tahun anak dianggap resmi menjadi dewasa dengan biasanya
diadakan upacara hari kedewasaan yang diselenggarakan di distrik/kota setempat yang
diikuti oleh pemuda berusia 20 tahun. 

4. Memperhatikan tentang perasaan dan emosi

Selain mengajari dan mempersiapkan anak untuk dapat hidup di komunitas sosial
masyarakat yang lebih luas, anak juga diberikan semangat untuk dapat memahami dan
menghormati perasaanya sendiri. Orang tua mengajarkan anaknya untuk melakukan hal
yang tidak mempermalukannya. Contohnya tidak menegur anaknya atau menasehati
anaknya di muka umum ketika melakukan hal yang dirasa kurang pantas. Orangtua memilih
menunggu situasi dan tempat yang lebih privasi untuk menasehatinya. Anak diajarkan untuk
dapat memiliki sikap empati dan saling menghormati orang lain.

Orang tua di Jepang tidak menggangap gaya asuh mereka menjadi gaya asuh yang terbaik.
Begitu pula dewasa ini nilai budaya barat pun menginsipirasi cara orangtua di Jepang dalam
mendidik anaknya. Meskipun terjadi pergeseran dan perubahan, namun gaya asuh orang
tua di Jepang yang menyayangi putra-putrinya tidak berubah.

Setelah membaca gaya asuh orang tua di Jepang, dapat dipahami bahwa gaya asuh mereka
merupakan perpaduan antara sedikit gaya permisif dan gaya authoritative (berwibawa).
Demikian, perbedaan gaya asuh orang tua di amerika dan gaya asuh orang tua di Jepang

Dimodifikasi dari: https://www.kompasiana.com/buyungokita/%205f22b2a4d541df59d84bebe2/sisi-positif-


parenting-budaya-jepang?page=all#section2

. Survey
1. Judul
2. Sisi Positif Parenting
Budaya Jepang
3. Nama Majalah (Sumber)
4. https://
www.kompasiana.com/
buyungokita/
5. %205f22b2a4d541df59d8
4bebe2/sisi-positif-
parenting-
6. budaya- jepang?
page=all#section2
7. Bagian Pembuka
8. Parenting menjadi isu
yang hangat dewasa ini.
Semakin tinggi
9. kesadaran masyarakat
untuk lebih mempelajari
bagaimana ilmu-
10. ilmu parenting agar dapat
diimplementasikan bagi
putra-putrinya,
11. atau sebagai bekal untuk
membina rumah tangga di
kemudian hari.
12. Terdapat 4 jenis gaya
parenting, yaitu gaya asuh
otoriter,
13. berwibawa, permisif, dan
terlalu protektif.
14. Sub Judul
15. Hubungan antara orang
tua dan anak yang sangat
dekat, Orang
16. tua adalah cerminan anak,
Orang tua dan anak adalah
setara,
17. Memperhatikan tentang
perasaan dan emosi.
18. Bagian Penutup
19. Setelah membaca gaya
asuh orang tua di Jepang,
dapat dipahami
20. bahwa gaya asuh mereka
merupakan perpaduan antara
sedikit gaya
21. permisif dan gaya
authoritative (berwibawa).
Demikian, perbedaan
22. gaya asuh orang tua di
amerika dan gaya asuh
orang tua di Jepang.
23. Penulis
24. Buyung Okita
25. Tahun Terbit
a. Survey

judul Sisi positif parenting budaya jepang

Nama https://www.kompasiana.com/buyungokita/%205f22b2a4d541df59d84bebe2/sisi-
Majalah(sumber) positif-parenting-budaya-jepang?page=all#section2

Bagian Pembuka Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran
masyarakat untuk lebih mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar
dapat diimplementasikan bagi putra-putrinya, atau sebagai bekal untuk
membina rumah tangga di kemudian hari. Terdapat 4 jenis gaya
parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan terlalu
protektif
Sub judul Hubungan antara orang tua dan anak yang sangat dekat,orang tua adalah
cerminan anak,orang tua dan anak adalah setara dengan memperhatikan
tentang perasaan dan emosi
Bagian penutup Setelah membaca gaya asuh orang tua di jepang dapat dipahami bahwa
gaya asuh nereka merupakan perpaduan antara sedikit gaya permisif dan
gaya authoritative
Penulis Buyung Okita
Tahun terbit 2020

b. Question
1. Apa saja jenis jenis gaya parenting?
2. Apa saja fase fase gaya asuh orang tua di jepang?

c. Read
1. Terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif,
dan terlalu protektif
2. Fase fase gaya asuh orang tua dijepang
- Pada usia 0-5 tahun, anak juga diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga
dan kerabat sehingga dapat lebih mengenal saudara dan mudah
bersosialisasi. Orang tua di Jepang juga beranggapan bahwa sebisa mungkin
menemani putra-putrinya sehingga anak merasakan kasih sayang
orangtuanya.
- usia 5-15 tahun anak mulai diajari untuk melakukan kegiatan seperti
membersihkan rumah, belajar untuk disiplin, dan melakukan apa yang
dilakukan oleh orang tua. Fase ini mengajari anak-anak untuk dapat
berkontribusi melakukan cara-cara yang telah dilakukan secara turun
temurun. Pada fase ini orangtua memberikan batasan yang jelas mengenai
hak dan kewajiban anak, apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan. 
- Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai memberikan ruang agar anak
dapat lebih mandiri dengan mengurangi batasan yang diterapkan pada fase
sebelumnya. Hubungan tidak hanya sebagai orang tua dan anak, tetapi juga
sebagai teman dan setara. Anak didukung untuk menjadi pribadi yang
mandiri, dapat berpikir dan menentukan pilihan dan lebih bersifat
demokratis.
- Setelah usia 20 tahun anak dianggap resmi menjadi dewasa dengan biasanya
diadakan upacara hari kedewasaan yang diselenggarakan di distrik/kota
setempat yang diikuti oleh pemuda berusia 20 tahun. 
d. Recite
1. Jenis jenis gaya asuh anak
1. Pola Asuh Permisif Pola asuh permisif dapat disebut sebagai pola asuh yang
toleran atau penuh kesabaran.

2. Pola Asuh Otoritatif Gaya pengasuhan ini dikenal juga dengan pola asuh
demokratis, di mana orangtua dana nak selalu bicara bersama untuk
mendapatkan sebuah solusi bagi kedua pihak.

3. Pola Asuh Otoriter Gaya pengasuhan ini ditandai dengan aturan orangtua yang
kaku dan harapan tinggi untuk diikuti anak tanpa syarat.
4. Pola Asuh yang Tidak Terlibat Pola asuh yang tidak terlibat atau pola asuh yang
tidak diperhatikan adalah gaya pengasuhan yang paling berbahaya.

e. Review
Ada 4 jenis Parenting yaitu otoriter berwibawa permisif dan protektif di Jepang gaya
Asuh orang tua diterapkan pada beberapa fase seperti fase balita(0-5) fase anak-
anak(5-15) dan fase remaja(15-20). Pada masing-masing kayak semua orang tua di
Jepang berkembang dari gaya bereksplorasi lalu pada fase anak-anak berdasarkan
kedisiplinan hingga pada fase remaja orang tua mempersiapkan anak-anak mandiri
untuk menjadi dewasa meskipun terjadi pergeseran dan perubahan nilai budaya
barat yang menginspirasi namun gaya asuh orang tua di Jepang dalam menyayangi
anak-anak tidak berubah.

Anda mungkin juga menyukai