Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

“IDENTITAS NASIONAL”

DOSEN PENGAMPU :
Ida Fauziyatin Nisa, M.Pd.I

DISUSUN OLEH :
Ahmad Ibnu Arlya Nasrullah (20015185)
Alfina Rahmah (20015219)
Ika Arviyanti (20015191)

UNU SUNAN GIRI BOJONEGORO


FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan
mengenai mata kuliah Kewarganegaraan, dengan judul “IDENTITAS NASIONAL”.

Kami sadar bahwa makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, agar bisa
menjadi lebih baik lagi.

Bojonegoro, 21 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................1

Daftar isi ...........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ...........................................................................................3

1.2.Rumusan Masalah .....................................................................................3

1.3.Tujuan ........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Identitas Nasional..................................................................4-8

2.2.Faktor Pembentuk Identitas Nasional ....................................................9-10

2.3.Patameter Identitas Nasional ................................................................11-20

2.4.Faktor Pendukung Lahirnya Identitas Nasional ...................................21-23

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ...................................................................................................24

Saran .........................................................................................................24-25

Daftar Pustaka ..............................................................................................26


BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sebagai warga negara yang baik seharusnya kita mengerti dan memahami arti serta
tujuan dan apa saja yang terkandung dalam identitas nasional. Identitas nasional merupakan
pengertian dari jati diri suatu bangsa dan negara, selain itu pembentukan identitas nasional
sendiri telah menjadi ketentuan yang telah disepakati bersama. Menjunjung tinggi dan
mempertahankan apa yang telah ada dan berusaha memperbaiki segala kesalahan dan
kekeliruan di dalam diri suatu bangsa dan negara. Identitas nasional memiliki beberapa faktor
pembentuk dan faktor pendukung lahirnya.

1.2.Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Identitas Nasional ?


2. Apa Saja Faktor Pembentuk Identitas Nasional ?
3. Apa Parameter Identitas Nasional ?
4. Apa Saja Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional ?

1.3.Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Identitas Nasional


2. Untuk Mengetahui Faktor-faktor Pembentuk Identitas Nasional
3. Untuk Mengetahui Parameter Identitas Nasional
4. Untuk Mengetahui Faktor Pendukung Identitas Nasional
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL

Identitas Nasional berasal dari bahasa Inggris yaitu identity yang memiliki arti ciri-
ciri, tanda-tanda, atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakan
dengan yang lain. Dalam terminologi antropologi, identitas merupakan sifat khas yang
menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi, golongan sendiri, komunitas sendiri,
atau negara sendiri.

Kata Nasional berasal dari kata nation yang berarti bangsa yang telah
mengidentifikasi diri dalam kehidupan negara, dengan perkataan lain nasional sebagai bentuk
identitas dari suatu bangsa yang telah bernegara. Nasional memiliki arti identitas yang
melekat pada kelompok-kelompok yang disatukan oleh kesamaan-kesamaan fisik seperti
budaya, agama, suku, maupun bahasa. Juga dapat berupa kesamaan-kesamaan non fisik
seperti keinginan, cita-cita, tujuan, atau rasa senasib sepenanggungan, baik dalam cakupan
fisik atau non fisik kelompok itu sendiri.

Menurut Kaelan, identitas nasional pada hakikatnya adalah mewujudkan nilai-nilai


budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan satu bangsa (nation) dengan
ciri-ciri yang khas. Dengan ciri khas yang dimiliki suatu bangsa yang berbeda dengan bangsa
lain dalam kehidupannya.

Identitas nasional merupakan jati diri bangsa yang bersifat dinamis dan khas yang
menjadi pandangan hidup dalam mencapai cita-cita dan tujuan hidup bersama. Pada era
globalisasi ini eksistensi bangsa-bangsa di dunia sedang dihadapkan oleh tantangan yang
sangat kuat dari kekuatan internasional baik di bidang ekonomi, sosial, budaya dan politik.
Apabila bangsa tersebut tidak mempunyai atau tidak mampu mempertahankan identitas
nasional yang menjadi kepribadiannya, maka bangsa tersebut akan mudah goyah dan
terombang-ambing oleh tantangan zaman. Bangsa yang tidak mampu mempertahankan
identitas nasional akan menjadi kacau, bimbang dan kesulitan dalam mencapai cita-cita dan
tujuan hidup bersama. Kondisi suatu bangsa yang sedemikian rupa sudah tentu merupakan
hal yang mudah bagi bangsa lain yang lebih kuat untuk menguasai bahkan untuk
menghancurkan bangsa yang lemah tersebut. Oleh karena itu, identitas nasional sangat
mutlak diperlukan supaya suatu bangsa dapat mempertahankan eksistensi diri dan mencapai
hal-hal yang menjadi cita-cita dan tujuan hidup bersama.

Menurut Soemarno Soedarsono, Identitas Nasional tersebut mempunyai tiga fungsi,


yaitu :

a) Sebagai penanda keberadaan atau eksistensinya. Bangsa yang tidak mempunyai jati
diri tidak akan eksis dalam kehidupan Bangsa dan Negara.
b) Sebagai pencerminan kondisi bangsa yang menampilkan kematangan jiwa, daya
juang, dan kekuatan bangsa ini. Hal ini tercermin dalam kondisi bangsa pada
umumnya dan kondisi ketahanan bangsa pada khususnya
c) Sebagai pembeda dengan bangsa lain di dunia.

Identitas nasional sebagai suatu kesatuan ini biasanya dikaitkan dengan nilai
keterikatan dengan tanah air, yang terwujud identitas atau jati diri bangsa dan biasanya
menampilkan karakteristik tertentu yang berbeda dengan bangsa-bangsa lainnya, yang pada
umumnya dikenal dengan istilah kebangsaan atau nasionalisme.

Nasionalisme Indonesia adalah kesadaran dari masyarakat Indonesia bahwa mereka


adalah satu kesatuan bangsa (nation), baik karena perasaan senasib, sejarah, watak, tujuan,
wilayah, dan berkehendak untuk hidup bersama dalam satu negara republik Indonesia sebagai
wadah untuk mewujudkan keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan bersama.

Masyarakat dalam konteks kebangsaan tidak mengacu sekadar kepada mereka yang
berada pada status sosial yang rendah. Akan tetapi, mencakup seluruh struktur sosial yang
ada. Semua terikat untuk berpikir dan merasa bahwa mereka adalah satu. Bahkan ketika kita
berbicara tentang bangsa, wawasan kita tidak terbatas pada realitas yang dihadapi pada suatu
kondisi tentang suatu komunitas yang hidup saat ini, melainkan juga mencakup mereka yang
telah meninggal dan yang belum lahir.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hakikat identitas nasional kita sebagai
bangsa di dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang
aktualisasinya tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya
dalam Pembukaan beserta UUD 1945, sistem pemerintahan yang diterapkan, nilai-nilai etik,
moral, tradisi serta mitos, ideologi, dan lain sebagainya yang secara normatif diterapkan di
dalam pergaulan baik dalam tataran nasional maupun internasional dan lain sebagainya.

Pancasila Sebagai Identitas Nasional


Pancasila sebagai dasar falsafah, ideologi, pandangan hidup, dan dasar Negara
republik Indonesia. Pancasila dalam kebulatan makna tersebut, Pancasila juga merupakan
Identitas Nasional Bangsa Indonesia, yang memberikan ciri khas jati diri bangsa Indonesia
dalam pergaulan global yang membedakan keberadaan bangsa Indonesia dengan bangsa-
bangsa lain di dunia. Konsep Pancasila sebagai Identitas Nasional menurut Supriatnoko
(2008) meliputi hakikat eksistensi manusia, pluralistik, harmoni dan keselarasan,
kekeluargaan dan gotong royong, integralistik, kerakyatan dan kebangsaan.

a. Konsep Hakikat Eksistensi Manusia


Konsep tentang manusia merupakan konsep pokok untuk memahami dan
mendudukkan manusia. Eksistensi manusia juga tidak terlepas dari eksistensi alam
semesta. Oleh karena itu memahami eksistensi manusia tidak terlepas dengan hakikat
alam semesta, karena manusia merupakan bagian dari eksistensi alam semesta. Bahwa
dalam alam semesta tidak ada satu fenomena mandiri yang berdiri sendiri terlepas dari
fenomena lain.
b. Konsep Pluralistik
Pancasila memberikan arahan kehidupan pluralistik, baik dalam kehidupan
beragama, suku bangsa, etnik, budaya, maupun adat-istiadat, sebagaimana tertulis
dalam Lambang Negara Garuda Pancasila Bhinneka Tunggal Ika. Dengan kata lain,
bahwa keanekaragaman bukan sebagai sumber perpecahan bangsa, tetapi terikat
dalam kesatuan dan persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pandangan
pluralistik Pancasila berbeda dengan pluralistik individualis yang mengagungkan
kepentingan pribadi. Pancasila mendudukkan manusia sebagai pribadi dengan harkat
dan martabat yang sama dan memandang pluralistik masyarakat Indonesia dalam
konsep kebersamaan dalam satu wadah Negara Kesatuan Indonesia.
c. Konsep Haromoni dalam Keselarasan, Keserasian dan Keseimbangan
Alam semesta ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, tertata dengan keselarasan,
keserasian dan keseimbangan untuk tiap-tiap kehidupan dan lingkungan dalam yang
harmoni yang lestari. Setiap kehidupan dan lingkungan memiliki fungsi sesuai dengan
kodratnya. Bilamana setiap kehidupan berfungsi sebagaimana kodratnya, maka
ketertiban, keteraturan dan kedamaian akan terwujud. Manusia sebagai khalifah di
muka bumi merupakan sentral kehidupan yang mampu menciptakan kebaikan,
keharmonisan dengan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan. Manusia dapat
mewujudkan kehidupan yang harmoni, tetapi manusia dapat menghancurkan
kehidupan sesama manusia, termasuk menghancurkan kehidupan sesama manusia dan
lingkungan hidupnya. Pancasila memberikan arahan untuk terwujudnya keharmonisan
kehidupan manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia, lingkungan dan
dengan Tuhannya. Sebaliknya bila manusia mengembangkan prinsip individualitas
semata, dengan segala kemampuan yang dimilikinya, tanpa memperhatikan
keseimbangan, maka akan melahirkan manusia tamak, serakah dan rakus yang tidak
sejalan dengan arahan Pancasila, dan dapat menghancurkan kehidupan yang harmonis
serta melahirkan kesenjangan di segala bidang kehidupan.
d. Konsep Kekeluargaan dan Gotong Royong
Gotong-royong adalah kegiatan bersama-sama untuk kepentingan bersama,
atau menolong seseorang atau kelompok guna meringankan beban yang dihadapi
seseorang atau kelompok orang tersebut tanpa imbalan jasa apa pun. Prinsip gotong-
royong adalah bekerja sama dan hasilnya diperuntukkan bagi kehidupan bersama.
Kehidupan gotong-royong yang banyak dilakukan dalam kehidupan pedesaan
masyarakat Jawa sampai sekarang masih dipertahankan keberadaannya.
e. Konsep Integralistik
Konsep integralistik menurut Andulkadir Besar (Supriatnoko, 2008)
menyebutkan:
1. Terjadinya hubungan relasi interaksi saling memberi, saling tergantung antara
negara dan rakyat. Hal ini tercermin dalam tugas-tugas pemerintahan negara,
serta perwujudan hak dan kewajiban warga negara terhadap negara.
2. Bersatunya kepentingan negara dan warga negara.
3. Kedaulatan negara di tangan rakyat, bukan pada individu.
4. Kebebasan manusia saling relasional.
5. Keputusan diutamakan dengan musyawarah untuk mencapai mufakat.
f. Konsep Kerakyatan
Kerakyatan merupakan perwujudan dari kehidupan demokrasi yakni rakyat sebagai
sumber kedaulatan kenegaraan. Pada sila ke empat disebutkan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Sebelum
Amandemen UUD 1945, kekuasaan untuk memilih pelaksana eksekutif dari tingkat
kabupaten/kota sampai presiden diserahkan kepada wakil-wakil rakyat baik melalui
DPRD, DPR, maupun MPR. Setelah Amandemen UUD 1945, praktik demokrasi
didasarkan pada kepentingan bersama, rakyat memilih wakil-wakil langsung dalam
lembaga perwakilan, serta permusyawaratan, yang akan mengemban tugas pada
bidang legislatif, maupun pengawasan eksekutif, juga memilih Presiden sebagai
kepala negara dan kepala pemerintahan, memilih gubernur di tingkat provinsi serta
bupati/Walikota di tingkat kabupaten/ kota.
g. Konsep Kebangsaan
Konsep kebangsaan tidak dapat dipisahkan dengan nasionalisme. Konsep
kebangsaan mulai dibicarakan dalam pergerakan Budi Utomo, kemudian konsep
kebangsaan menjadi semakin jelas dengan terealisasinya Sumpah Pemuda tahun 1928,
serta mencapai kenyataan sebagai bangsa yang merdeka pada tanggal 17 Agustus
1945. Tekad mewujudkan kebangsaan sebagai bangsa merdeka dan bernegara
mengandung konsekuensi, bahwa kepentingan bangsa dan negara didudukkan di atas
kepentingan pribadi dan golongan.

Kesadaran terhadap Identitas Nasional sebagai Pemersatu Bangsa

Di era globalisasi pergaulan dan hubungan antar bangsa di dunia, bangsa Indonesia
tidak dapat menghindarkan diri dari pengaruh globalisasi dunia. Globalisasi yang dipelopori
negara-negara maju dari negara-negara berideologi liberal kapitalis merupakan bentuk
keberhasilan pendukung ideologi liberal kapitalis, sehingga dalam globalisasi secara tidak
langsung terjadi sosialisasi ide-ide dan konsep-konsep dari paham liberal, seperti demokrasi
untuk diberlakukan dalam pergaulan perpolitikan dunia, pasar bebas untuk persaingan bebas
dalam perdagangan dunia, hak asasi manusia untuk pergaulan dan penghormatan terhadap
harkat, derajat dan martabat manusia, dan gaya hidup sekuler, yang memisahkan perilaku di
dunia dari landasan agama.

Bagi bangsa Indonesia globalisasi dipandang sebagai konsep dan hubungan


internasional dalam berbangsa, perlu disadari globalisasi dapat berpengaruh positif juga
negatif terhadap perkembangan bangsa, yaitu dalam persaingan ekonomi, memperkaya
pengetahuan dan teknologi, dan pembangunan bangsa. Pengaruh positif globalisasi adalah
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga meningkatkan semangat bersaing
dan bekerja keras yang berorientasi pada keunggulan kompetitif berbasis kualitas. Di sisi lain
kita juga harus menyadari bahwa globalisasi juga dapat berdampak negatif bagi bangsa
Indonesia. Dampak negatif globalisasi secara tidak langsung memberikan pembenaran
terhadap perluasan ideologi liberal–kapitalis yang sekuler, perilaku individu tanpa batas, gaya
hidup bebas, semuanya dapat menjadi ancaman bagi eksistensi nilai-nilai dasar Pancasila
sebagai Identitas Nasional Bangsa Indonesia.
2.2. FAKTOR PEMBENTUKAN IDENTITAS NASIONAL
Secara historis, identitas nasional Indonesia ditandai ketika munculnya kesadaran
rakyat Indonesia sebagai bangsa yang sedang dijajah oleh bangsa asing pada tahun 1908 yang
dikenal dengan masa Kebangkitan Nasional (Bangsa).Pembentukan identitas nasional melalui
pengembangan kebudayaan Indonesia telah dilakukan jauh sebelum kemerdekaan, yakni
melalui kongres kebudayaan 1918 dan Kongres bahasa Indonesia I tahun 1938 di Solo.
Peristiwa-peristiwa yang terkait dengan kebudayaan dan kebahasaan melalui kongres telah
memberikan pengaruh positif terhadap pembangunan jati diri dan atau identitas nasional.
Secara sosiologis, identitas nasional telah terbentuk dalam proses interaksi,
komunikasi, dan persinggungan budaya secara alamiah baik melalui perjalanan panjang
menuju Indonesia merdeka maupun melalui pembentukan intensif pasca kemerdekaan.
Secara politis, bentuk identitas nasional Indonesia menjadi penciri atau pembangun
jati diri bangsa Indonesia yang meliputi bendera negara Sang Merah Putih, bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional atau bahasa negara, lambang negara Garuda Pancasila, dan lagu
kebangsaan Indonesia Raya.
Lahirnya suatu identitas nasional bangsa pasti memiliki ciri khas, sifat, serta keunikan
tersendiri yang sangat didukung oleh faktor-faktor pembentuk identitas nasional.

Faktor-faktor yang diperkirakan menjadi identitas bersama suatu bangsa meliputi:


Primordial, kondisional, sakral, tokoh, bhineka tunggal ika, sejarah, perkembangan ekonomi
dan kelembagaan, dan Unity in Deversity.

1) Faktor primordial atau faktor Objektif


Faktor primordial atau faktor objektif ini adalah faktor bawaan yang bersifat
alamiah yang melekat pada bangsa tersebut seperti geografi, ekologi dan demografi.
Kondisi geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang
beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalan komunikasi antara wilayah dunia di
Asia Tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomis,
sosial dan kultural bangsa Indonesia.
Faktor-faktor primordial ini meliputi: ikatan kekerabatan (darah) dan keluarga,
kesamaan suku bangsa, daerah asal, bahasa, dan adat istiadat. Faktor primordial
merupakan identitas yang khas untuk menyatukan masyarakat Indonesia sehingga mereka
dapat membentuk bangsa dan negara.
2) faktor kondisional atau faktor subyektif
Faktor kondisional atau faktor subyektif ini adalah keadaan yang mempengaruhi
terbentuknya identitas nasional. Faktor subyektif meliputi faktor historis, sosial, politik,
dan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Faktor historis ini mempengaruhi proses
pembentukan masyarakat dan bangsa Indonesia, beserta identitasnya, melalui interaksi
berbagai faktor yang terlibat di dalamnya. Hasil dari interaksi dari berbagai faktor
tersebut.
3) Faktor sejarah
Persepsi yang sama diantara warga masyarakat tentang sejarah mereka dapat
menyatukan diri dalam satu bangsa. Persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu,
seperti sama-sama menderita karena penjajahan, tidak hanya melahirkan solidaritas tetapi
juga melahirkan tekad dan tujuan yang sama antar anggota masyarakat itu. Perkembangan
ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi pekerjaan profesi sesuai dengan
aneka kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu dan variasi kebutuhan masyarakat,
semakin saling tergantung diantara jenis pekerjaan. Setiap orang akan saling bergantung
dalam memenuhi kebutuhan hidup. Semakin kuat saling ketergantungan anggota
masyarakat karena perkembangan ekonomi, akan semakin besar solidaritas dan persatuan
dalam masyarakat.
4) Faktor sakral
Faktor sakral dapat berupa kesamaan agama yang dipeluk masyarakat atau
ideologi doktriner yang diakui oleh masyarakat yang bersangkutan. Agama dan ideologi
merupakan faktor sakral yang dapat membentuk bangsa dan negara. Faktor sakral ikut
menyumbang terbentuknya satu nasionalitas baru. Negara Indonesia diikat oleh kesamaan
ideologi Pancasila.
5) Faktor Tokoh
Kepemimpinan dari para tokoh yang disegani dan dihormati oleh masyarakat
dapat pula menjadi faktor yang menyatukan bangsa negara. Pemimpin di beberapa negara
dianggap sebagai penyambung lidah rakyat, pemersatu rakyat dan simbol persatuan
bangsa yang bersangkutan.
6) Faktor Bhineka Tunggal Ika
Prinsip Bhineka Tunggal Ika pada dasarnya adalah kesediaan warga bangsa untuk
bersatu dalam perbedaan. Yang disebut bersatu dalam perbedaan adalah kesediaan warga
bangsa untuk setia pada lembaga yang disebut negara dan pemerintahnya, tanpa
menghilangkan keterikatannya pada suku bangsa, adat, ras dan agamanya.
7) Faktor Perkembangan Ekonomi
Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi pekerjaan
dan profesi sesuai dengan aneka kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu dan
semakin bervariasi kebutuhan masyarakat, semakin tinggi pula tingkat saling bergantung
di antara berbagai jenis pekerjaan. Setiap orang bergantung pada pihak lain dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin kuat suasana saling bergantung antar anggota
masyarakat karena perkembangan ekonomi maka semakin besar pula solidaritas dan
persatuan dalam masyarakat.
8) Faktor Kelembagaan
Faktor lain yang berperan dalam mempersatukan bangsa adalah lembaga-lembaga
pemerintahan dan politik, seperti birokrasi, angkatan bersenjata, pengadilan dan partai
politik. Lembaga-lembaga itu melayani dan mempertemukan warga tanpa membeda-
bedakan asal usul dan golongannya dalam masyarakat. Kerja dan perilaku lembaga politik
dapat mempersatukan orang sebagai satu bangsa.
9) Unity in Deversity
Prinsip kesediaan warga bangsa bersatu dalam perbedaan (unitiy in deversity).
yang disebut dengan bersatu dalam perbedaan adalah kesediaan warga bangsa untuk setia
pada lembaga yang disebut negara dan pemerintahannya tanpa menghilangkan
keterikatannya pada suku bangsa, adat, ras, agamanya. Sesungguhnya warga bangsa
memiliki kesetiaan ganda. Warga setia pada identitas primordialnya dan warga juga
memiliki kesetiaan pada pemerintah dan negara, namun mereka menunjukkan kesetiaan
yang lebih besar pada kebersamaan yang terwujud dalam bangsa negara di bawah satu
pemerintahan yang sah. Mereka pun sepakat untuk hidup bersama di bawah satu bangsa
meskipun berbeda latar belakang. Oleh karena itu, setiap warga negara perlu memiliki
kesadaran akan arti pentingnya penghargaan terhadap suatu identitas bersama yang
tujuannya adalah menegakkan Bhineka Tunggal Ika atau kesatuan dalam perbedaan.

2.3. PARAMETER IDENTITAS NASIONAL

Pengertian Parameter Identitas nasional ialah suatu ukuran atau parameter yang dapat
digunakan untuk menyatakan sesuatu yang menjadi ciri khas suatu bangsa. Sesuatu yang
diukur tersebut ialah unsur dari identitas nasional bangsa tersebut seperti kebudayaan dari
bangsa itu sendiri yang menyangkut norma, bahasa, adat istiadat, teknologi dan lain-lain.
Dalam hal parameter identitas nasional terbentuk secara alami berdasarkan letak wilayah atau
geografisnya. Sehingga terbentuk suatu ciri khas dari identitas tersebut.

Unsur-unsur yang menyangkut Identitas Nasional

Dalam hal ini akan dijelaskan mengenai unsur-unsur Identitas Nasional, yaitu :

1).Suku Bangsa

Merupakan unsur identitas nasional karena suku bangsa dari satu bangsa terhadap
bangsa lain memiliki corak yang berbeda-beda. Adapun pengertian dari suku bangsa ialah
suatu golongan manusia atau anggota-anggotanya yang mengidentifikasikan dirinya dengan
sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku
ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut seperti kesamaan
budaya, bahasa, agama, perilaku, dan ciri-ciri biologis. di Indonesia terdapat banyak sekali
suku bangsa atau kelompok etnis dengan beragam dialeg bahasa.

2).Agama

Pada dasarnya agama merupakan bagian dari unsur identitas nasional suatu Negara.
Seperti halnya di Indonesia, Adapun dasar negara Indonesia adalah Pancasila. Dari Pancasila
tersebut dijelaskan bahwa Indonesia merupakan Negara yang mengenal Tuhan. Secara tidak
langsung berarti Indonesia adalah Negara yang beragama. Ini merupakan contoh dari unsur
identitas nasional bangsa Indonesia. Menurut hukum Indonesia hanya 6 agama besar yang
dikenali sebagai agama-agama resmi di negara ini, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Buddha, dan Konghucu.

Lambang / ikon agama Budha, meliputi:  Dharmacakra, Swastika, bunga Teratai

Lambang / ikon agama Hindu, meliputi : Teratai, Swastika, dan Om

Lambang / ikon agama Islam, meliputi : Bulan Sabit

Lambang / ikon agama Kristen dan Katolik, meliputi : Salib

Lambang / ikon agama Konghuchu, meliputi : Yin Yang

Selain gambar-gambar tersebut simbol dan lambang dapat berupa kitab suci,  tuhan,


nabi, dan tempat peribadatan. Tempat ibadah agama di Indonesia antara lain: Wihara
(Budha), Pura (Hindu), Masjid (Islam), Gereja (Katolik dan Kristen) Litang dan Kelenteng
(Khonghucu
3).Kebudayaan

Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya


adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan secara kolektif di gunakan oleh
pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan
digunakan sebagai rujukan atau pedoman bertindak (dalam bentuk kelakuan dan bentuk-
bentuk kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi. Intinya kebudayaan merupakan
patokan nilai-nilai etika dan moral, baik yang tergolong sebagai Ideal atau yang seharusnya
(worldview) maupun yang operasional dan actualdidalam kehidupan sehari-hari (ethos).

4).Bahasa

Bahasa adalah salah satu atribut bangsa Indonesia di samping sebagai identitas
nasional. Bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa melayu yang merupakan bahasa
penghubung (linguafranca) berbagai etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Bahasa
melayu pada tahun 1928 ditetapkan oleh pemuda dari berbagai suku bangsa Indonesia dalam
peristiwa Sumpah Pemuda sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia.

Berikut adalah beberapa contoh Identitas Nasional Negara Republik Indonesia :

1). Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia dianggap sebagai simbol penting dalam mempersatukan


keanekaragaman suku bangsa, bentuk identitas nasionalisme bangsa, dan semangat
menentukan nasib sendiri untuk melepaskan diri dari kolonialisme.

2). Bendera negara yaitu Sang Merah Putih


Sejarah Bendera Merah Putih

Asal-usul warna merah dan putih yang kini dipakai untuk warna bendera di beberapa negara
di kawasan Asia Tenggara dan sekitarnya disebut-sebut berasal dari mitologi Austronesia.
Merah dimaknai sebagai tanah dan putih berarti langit.

Austronesia adalah rumpun bangsa dan bahasa yang tersebar dari Taiwan dan Hawaii
di ujung utara sampai Selandia Baru di ujung selatan, serta dari Madagaskar di ujung barat
sampai Pulau Paskah (Rapanui) di ujung timur. Kepulauan Nusantara termasuk dalam
rangkaian ini.

Merah dan putih kemudian digunakan untuk melambangkan dualisme alam yang
saling berpasangan: Ibu Bumi (merah) dan Bapak Langit (putih). Karim Halim dalam buku
Negara Kita (1952) menuliskan, menurut adat-istiadat Austronesia, warna merah dan putih
berpengaruh besar dalam hal kesaktian dan kepercayaan. Maka tidak mengherankan jika
sebagian negara di dalam rumpun Austronesia memakai unsur warna merah dan putih untuk
benderanya, sebut saja Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, hingga Taiwan, Madagaskar,
dan seterusnya.

Kedudukan Bendera Merah Putih

Bendera merah putih punya kedudukan khusus sebagai bendera negara Indonesia
dalam UUD 1945 Pasal 35 yang berbunyi: Bendera Negara Indonesia ialah sang Merah
Putih.Selanjutnya, kedudukan bendera negara diperjelas lagi melalui Undang-Undang (UU)
No.24 Tahun 2009 yang mengatur Tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta
Lagu Kebangsaan.
3). Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya

Ketentuan tentang Lagu kebangsaan Indonesia Raya diatur dalam UU No.24 Tahun
wong2009 mulai Pasal 58 sampai Pasal 64.Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan pertama
kali dinyanyikan pada Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928. Lagu Indonesia Raya
selanjutnya menjadi lagu kebangsaan yang diperdengarkan pada setiap upacara kenegaraan.

4). Lambang Negara yaitu Garuda Pancasila


Ketentuan tentang Lambang Negara diatur dalam Undang-Undang No. 24 Tahun
2009 mulai Pasal 46 sampai Pasal 57. Garuda adalah burung khas Indonesia yang dijadikan
lambang negara. Di tengah-tengah perisai burung Garuda terdapat sebuah garis hitam tebal
yang melukiskan khatulistiwa. Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar
Pancasila sebagai berikut:

A. Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan cahaya di bagian tengah perisai
berbentuk bintang yang bersudut lima;

B. Dasar Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan dengan tali rantai bermata
bulatan dan persegi di bagian kiri bawah perisai;

C. Dasar Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin di bagian kiri atas
perisai;

D. Dasar Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan dilambangkan dengan kepala banteng di bagian kanan atas
perisai.
E. Dasar Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan kapas dan
padi di bagian kanan atas perisai. Dengan demikian, lambang negara Garuda Pancasila
mengandung makna simbol sila-sila Pancasila. Dengan kata lain, Lambang Negara yang

5). Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika

Bhineka tunggal ika artinya adalah berbeda beda tetapi tetap satu jua. Semboyan ini
dirumuskan oleh para the founding father mengacu pada kondisi masyarakat Indonesia yang
sangat pluralis yang dinamakan oleh Herbert feith (1960),Seorang Indonesia yang
menyatakan bahwa Indonesia sebagai mozaik society. Seperti halnya sebuah lukisan mozaik
yang beraneka warna namun karena tersusun dengan baik maka keanekaragaman tersebut
dapat membentuk keindahan sehingga dapat dinikmati oleh siapa pun yang melihatnya.
Semboyanbhineka tunggal ika mengandung makna juga bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa yang heterogen, tidak ada Negara atau bangsa lain yang menyamai Indonesia dengan
keanekaragamannya, namun tetap berkeinginan untuk menjadi satu bangsa yaitu bangsa
Indonesia.

6). Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila

Pancasila memiliki sebutan atau fungsi dan kedudukan dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia. Pancasila berfungsi sebagai dasar negara, ideologi nasional, falsafah negara,
pandangan hidup bangsa, wayoflife, dan banyak lagi fungsi Pancasila. Rakyat Indonesia
menganggap bahwa Pancasila sangat penting karena keberadaannya dapat menjadi perekat
bangsa, pemersatu bangsa, dan tentunya menjadi identitas nasional. Mengapa Pancasila
dikatakan sebagai identitas nasional yang unik sebagaimana telah disebutkan sebelumnya?
Pancasila hanya ada di Indonesia. Pancasila telah menjadi kekhasan Indonesia, artinya
Pancasila menjadi penciri bangsa Indonesia. Siapa pun orang Indonesia atau yang mengaku
sebagai warga negara Indonesia, maka ia harus punya pemahaman, bersikap, dan berperilaku
sesuai dengan Pancasila. Dengan kata lain, Pancasila sebagai identitas nasional memiliki
makna bahwa seluruh rakyat Indonesia seyogianya menjadikan Pancasila sebagai landasan
berpikir, bersikap, dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila sebagai identitas
nasional tidak hanya berciri fisik sebagai simbol atau lambang, tetapi merupakan identitas

7). Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945

Konstitusi memang merupakan tonggak atau awal terbentuknya suatu negara dan
menjadi dasar utama bagi penyelenggara negara. Oleh sebab itu, konstitusi menempati posisi
penting dan strategis dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Konstitusi memberikan
arahan kepada generasi penerus bangsa dalam mengemudikan negara menuju tujuannya.
Dengan demikian, Konstitusi merupakan media bagi terciptanya kehidupan yang demokratis
bagi seluruh warga negara. Dengan kata lain, negara yang memilih demokrasi sebagai sistem
ketatanegaraannya, maka konstitusi merupakan aturan yang dapat menjamin terwujudnya
demokrasi di negara tersebut sehingga melahirkan kekuasaan atau pemerintahan yang
demokratis pula. Kekuasaan yang demokratis dalam menjalankan prinsip-prinsip demokrasi
perlu dikawal oleh masyarakat sebagai pemegang kedaulatan. Agar nilai-nilai demokrasi
yang diperjuangkan tidak diselewengkan, maka partisipasi warga negara dalam menyuarakan
aspirasi perlu ditetapkan di dalam konstitusi untuk berpartisipasi dalam proses-proses
kehidupan bernegara.
Negara Indonesia tidak terjadi begitu saja. Kemerdekaan Indonesia diraih dengan
perjuangan dan pengorbanan, bukan pemberian. Terjadinya negara Indonesia merupakan
proses atau rangkaian tahap yang berkesinambungan. Rangkaian tahap perkembangan
tersebut digambarkan sesuai dengan keempat alinea dalam pembukaan UUD 1945. Secara
teoretis, perkembangan negara Indonesia terjadi sebagai berikut:

1. Terjadinya negara tidak sekadar dimulai dari proklamasi, tetapi adanya pengakuan
akan hak setiap bangsa untuk memerdekakan dirinya. Bangsa Indonesia memiliki
tekad kuat untuk menghapus segala penindasan dan penjajahan suatu bangsa atas
bangsa lain. Inilah yang menjadi sumber motivasi perjuangan (Alinea I Pembukaan
UUD 1945).
2. Adanya perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. Perjuangan panjang
bangsa Indonesia menghasilkan proklamasi. Proklamasi barulah mengantarkan ke
pintu gerbang kemerdekaan. Jadi, dengan proklamasi tidaklah selesai kita bernegara.
Negara yang kita cita-citakan adalah menuju pada keadaan merdeka, bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur (Alinea II Pembukaan UUD 1945).
3. Terjadinya negara Indonesia adalah kehendak bersama seluruh bangsa Indonesia,
sebagai suatu keinginan luhur bersama. Di samping itu adalah kehendak dan atas
rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Ini membuktikan bangsa Indonesia adalah bangsa
yang religius dan mengakui adanya motivasi spiritual (Alinea III Pembukaan UUD
1945).
4. Negara Indonesia perlu menyusun alat-alat kelengkapan negara yang meliputi tujuan
negara, bentuk negara, sistem pemerintahan negara, UUD negara, dan dasar negara.
Dengan demikian, semakin sempurna proses terjadinya negara Indonesia (Alinea IV
Pembukaan UUD 1945).

Oleh karena itu, berdasarkan kenyataan yang ada, terjadinya negara Indonesia bukan
melalui pendudukan, pemisahan, penggabungan, pemecahan, atau penyerahan. Bukti
menunjukkan bahwa negara Indonesia terbentuk melalui proses perjuangan (revolusi).
Dokumentasi proses perjuangan dan pengorbanan dalam pembentukan negara ini tertata rapi
dalam unsur produk hukum negara ini, yaitu Pembukaan UUD 1945.

8). Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat

Kedaulatan merupakan kekuasaan untuk menentukan hukum dalam Negara.


Kedaulatan berasal dari bahasa inggris “sovereignity” dalam bahasa Perancis disebut
“souverainete” dan dalam bahasa itali disebut “sovranus” yang asal katanya berasal dari
bahasa latin “superanus” yang berati tertinggi (supreme).

Tujuan Negara adalah untuk menegakkan hukum dan menjamin kebebasan kepada
warga Negaranya. Kebebasan disini adalah kebebasan dalam batas undang-undang, karena
batas undang-undang sendiri merupakan penjelmaan dari kemauan atau kehendak rakyat.

9). Konsepsi Wawasan Nusantara


Wawasan nusantara secara harafiah selain menunjukkan isi, juga mengandung
pengertian pandangan ,tinjauan, penglihatan, dan cara tanggap indrawi. Sedangkan kata
nasional adalah kata sifat yang berbentuk nasional atau bangsa yang telah mewujudkan diri
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan demikian wawasan nusantara mengandung pengertian:

 Cara pandang bangsa Indonesia

“Mengenai diri dan lingkungannya yang serba bernilai strategis dengan


mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam
menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai
tujuan nasional.”

 Cara pandang bangsa Indonesia

“Yang menegar tentang diri dan lingkungannya dalam eksistensinya yang serba
terhubung melalui interelasi dalam pembangun lingkungan nasional, regional serta global”

Hakekat wawasan nusantara adalah menumbuhkan kesadaran nasional yang tinggi bagi
bangsa Indonesia sehingga tercipta persatuan dan kesatuan.

10). Kebudayaan sebagai puncak-puncak dari kebudayaan daerah. Kebudayaan daerah


diterima sebagai kebudayaan nasional. Berbagai kebudayaan dari kelompok-kelompok
bangsa di Indonesia yang memiliki cita rasa tinggi, dapat dinikmati dan diterima oleh
masyarakat luas sebagai kebudayaan nasional.

2.4. FAKTOR PENDUKUNG LAHIRNYA IDENTITAS NASIONAL

Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, karakteristik, dan


keunikannya sendiri, yang sebagian besar ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung
lahirnya identitas nasional. Faktor-faktor yang mendukung lahirnya identitas nasional
Indonesia meliputi:

a) Faktor objektif, yang meliputi faktor geografis-ekologis dan demografis.


b) Faktor subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki
bangsa Indonesia.
Kondisi geografis-ekologis, yang membentuk Indonesia sebagai negara kepulauan tropis dan
berada pada antarmuka komunikasi antara kawasan dunia di Asia Tenggara, juga
memengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat
Indonesia. Selain itu, faktor historis milik Indonesia juga mempengaruhi proses pembentukan
masyarakat dan bangsa Indonesia serta identitasnya melalui interaksi berbagai faktor. Hasil
interaksi berbagai faktor ini mengarah pada pembentukan masyarakat, bangsa dan negara,
serta identitas bangsa Indonesia, yang berkembang sebagai nasionalisme yang berkembang di
Indonesia pada awal abad ke-20.

Robert de Ventos, mengemukakan teori tentang kemunculan identitas nasional suatu negara
sebagai akibat dari interaksi historis antara empat faktor penting, yaitu faktor primer, faktor
pendorong, faktor penarik. faktor reaktif.

1). Faktor Primer

Faktor primer meliputi etnis, wilayah, bahasa, agama dan sejenisnya. Bagi
masyarakat Indonesia, yang terdiri dari berbagai kelompok etnis, bahasa, agama daerah,
dan bahasa daerah, mereka adalah satu, meskipun mereka berbeda dari karakteristik
masing-masing. Kesatuan ini tidak menghilangkan keanekaragaman dan ini disebut
kesatuan dalam keanekaragaman.

2). Faktor Pendorong

Faktor pendorong meliputi perkembangan komunikasi dan teknologi, kelahiran


kekuatan modern dan perkembangan lainnya dalam kehidupan negara. Dalam konteks
ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan bangsa dan negara
juga merupakan identitas nasional yang dinamis bagi suatu bangsa. Pembentukan
identitas nasional yang dinamis sangat ditentukan oleh keterampilan dan prestasi rakyat
Indonesia dalam pembangunan negara dan negara mereka. Dalam konteks ini,
persatuan dan kesatuan nasional diperlukan, serta langkah-langkah yang sama untuk
memajukan bangsa dan negara Indonesia.

3). Faktor Penarik

Faktor penarik termasuk kodifikasi bahasa dalam tata bahasa resmi,


pertumbuhan birokrasi dan penguatan sistem pendidikan nasional. Bagi masyarakat
Indonesia, bahasa unsur telah menjadi bahasa persatuan dan kesatuan nasional,
sehingga bahasa Indonesia telah menjadi bahasa resmi negara dan bangsa Indonesia.
Biroraksi dan pendidikan nasional juga telah dikembangkan dengan cara ini, meskipun
mereka masih dikembangkan.

4). Faktor Reaktif

Faktor Reaktif termasuk penindasan, dominasi, dan pencarian identitas


alternatif oleh ingatan kolektif orang. Bangsa Indonesia, yang dikendalikan selama
hampir tiga setengah abad, sangat dominan dalam mewujudkan faktor keempat melalui
ingatan kolektif rakyat Indonesia. Penderitaan, kesengsaraan hidup dan hasrat bersama
dalam perjuangan untuk kemerdekaan adalah faktor yang sangat strategis dalam
membentuk memori kolektif orang. Semangat perjuangan, pengorbanan dan kebenaran
dapat menjadi identitas untuk memperkuat persatuan dan integritas bangsa dan negara
Indonesia.

Keempat faktor ini pada dasarnya diperhitungkan dalam pembentukan identitas


nasional bangsa Indonesia, yang berkembang sebelum bangsa Indonesia merdeka dari
pendudukan bangsa itu. Itulah sebabnya pembentukan identitas nasional Indonesia terkait erat
dengan elemen-elemen lain, seperti elemen sosial, ekonomi, budaya, etnis, agama dan
geografis, yang telah dihubungkan dan dibentuk dalam proses yang panjang.

Bangsa Indonesia merupakan bangsa agraris. Sebagian besar penduduk Indonesia


bermata pencaharian sebagai petani. Sistem kemasyarakatan secara umum di sebagian besar
suku-suku di Indonesia adalah sistem Gemmeinschaaft (paguyuban/masyarakat
sosial/bersama). Suatu sistem kekerabatan dimana masyarakat mempunyai ikatan emosional
yang kuat dengan kelompoknya etnisnya. Masyarakat Indonesia biasanya mempunyai
kecenderungan membuat perkumpulan-perkumpulan apabila mereka berada di luar daerah.
Misalnya saja masyarakat Indonesia yang berada di luar negeri biasanya mereka akan
membuat organisasi paguyuban Indonesia di mana mereka tinggal. Inilah ciri khas bangsa
Indonesia yang bisa membangun identitas nasional. Nasional dalam hal ini adalah dalam
konteks bangsa (masyarakat).

Sedangkan dalam konteks bernegara, identitas nasional bangsa Indonesia tercermin


pada simbol-simbol kenegaraan, seperti bahasa nasional, bendera, lagu kebangsaan, lambang
negara, dan lain-lain. Kedua unsur identitas ini secara nyata tercermin dalam Pancasila.
Dengan demikian Pancasila merupakan identitas nasional kita dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Identitas nasional merupakan kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki
suatu bangsa yang membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lainnya. Identitas nasional
merupakan jati diri bangsa yang bersifat dinamis dan khas yang menjadi pandangan hidup.
Identitas nasional memiliki tiga fungsi yaitu, sebagai penanda keberadaan atau eksistensinya,
sebagai pencerminan kondusi bangsa, sebagai pembeda dengan bangsa lain di dunia.

Faktor pembentuk identitas nasional yaitu, faktor primordial atau faktor objektif,
faktor kondisional atau subyektif, faktor sejarah, faktor sakral, faktor tokoh, faktor bhineka
tunggal ika, faktor perkembangan ekonomi, faktor kelembagaan, dan adanya unity in
deversity (bersatu dalam perbedaan).

Pancasila sebagai dasar falsafah, ideologi, pandangan hidup, dan dasar Negara
republik Indonesia. Pancasila dalam kebulatan makna tersebut, Pancasila juga merupakan
Identitas Nasional Bangsa Indonesia, yang memberikan cirri khas jati diri bangsa Indonesia
dalam pergaulan global yang membedakan keberadaan bangsa Indonesia dengan bangsa-
bangsa lain di dunia. Konsep Pancasila sebagai Identitas Nasional menurut Supriatnoko
(2008) meliputi hakikat eksistensi manusia, pluralistik, harmoni dan keselarasan,
kekeluargaan dan gotong royong, integralistik, kerakyatan dan kebangsaan.

Paramenter identitas nasional merupakan suatu ukuran atau parameter yang dapat
digunakan untuk menyatakan sesuatu yang menjadi ciri khas bangsa. Unsur-unsur yang
menyangkut identitas nasional yaitu, suku, agama, kebudayaan, bahasa. Kemudian, ada
beberapa contoh identitas nasional negara republik Indonesia, yaitu :

1. Bahasa nasional atau bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia


2. Bendera negara yaitu sang merah putih
3. Lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya
4. Lambang negara yaitu Pancasila
5. Semboyan negara yaitu Bhineka Tunggal Ika
6. Dasar falsafah negara yaitu pancasila
7. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945
8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
9. Konsepsi wawasan nusantara
10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional

Faktor-faktor yang mendukung lahirnya identitas nasional Indonesia yaitu, faktor


objektif dan faktor subjektif. Robert de Ventos, mengemukakan teori tentang kemunculan
identitas nasional suatu negara sebagai akibat dari interaksi historis antara empat faktor
penting, yaitu faktor primer, faktor pendorong, faktor penarik. faktor reaktif.

Keempat faktor ini pada dasarnya diperhitungkan dalam pembentukan identitas


nasional bangsa Indonesia, yang berkembang sebelum bangsa Indonesia merdeka dari
pendudukan bangsa itu. Itulah sebabnya pembentukan identitas nasional Indonesia terkait erat
dengan elemen-elemen lain, seperti elemen sosial, ekonomi, budaya, etnis, agama dan
geografis, yang telah dihubungkan dan dibentuk dalam proses yang panjang.

Masyarakat Indonesia biasanya mempunyai kecenderungan membuat perkumpulan-


perkumpulan apabila mereka berada di luar daerah. Misalnya saja masyarakat Indonesia yang
berada di luar negeri biasanya mereka akan membuat organisasi paguyuban Indonesia di
mana mereka tinggal. Inilah ciri khas bangsa Indonesia yang bisa membangun identitas
nasional. Nasional dalam hal ini adalah dalam konteks bangsa (masyarakat).

Sedangkan dalam konteks bernegara, identitas nasional bangsa Indonesia tercermin


pada simbol-simbol kenegaraan, seperti bahasa nasional, bendera, lagu kebangsaan, lambang
negara, dan lain-lain. Kedua unsur identitas ini secara nyata tercermin dalam Pancasila.
Dengan demikian Pancasila merupakan identitas nasional kita dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

3.2. SARAN

Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Dalam penulisan ini kami sadari masih banyak kekurangan, saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah kami ini.
DAFTAR PUSTAKA

Sarbain, Pendidikan Kewarganegaraan. Banjarmasin: UPT MKU, 2013.


Fauzi Imron, Pendidikan Kewarganegaraan. Jember: SUPERIOR, 2013.
Ismail, Pendidikan Kewarganegaraan. Pasuruan, 2020.
Sulaiman Asep, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Bandung: Arfino
Raya, 2015.
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Pendidikan
Kewarganegaraan. Jakarta, 2016.
Sulaiman, Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Yayasan PeNa, 2016.
Endang Zaelani Sukaya, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.
Ed. III. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2002.
Kurniawan Benny, Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Jelajah Nusantara, 2015.
Buku Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Gunadarma, Jakarta, 2007.
Srijanti, Etika Kewarganegaraan. Jakarta: Salemba Empat, 2008.

Anda mungkin juga menyukai