Anda di halaman 1dari 183

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

BANGSA INDONESIA

A.

Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan, yang

bagian-bagiannya atau unsur-unsurnya saling berkaitan, saling


berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu
dan merupakan keseluruhan yang utuh.
Pancasila

adalah

sebuah

system

karena

pancasila

merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.


Esensi seluruh sila-silanya juga merupakan suatu kasatuan.
Pancasila berasal dari kepribadian Bangsa Indonesia dan unsurunsurnya telah dimiliki oleh Bangsa Indonesia sejak dahulu.
Secara garis besar Pancasila adalah suatu realita yang
keberadan dan kebenaraannya tidak dapat diragukan. Nilai-nilai
Pancasila

seperti

ketuhanan,

kemanusiaan,

persatuan,

kerakyatan dan keadilan harus menjadi pedoman dan tolak ukur


bagi seluruh kegiatan kemasyarakatan dan kenegaraan Bangsa
Indonesia.

B.

Pengertian Filsafat
Filsafat dalam Bahasa Inggris yaitu philosophy, adapun

istilah filsafat berasal dari Bahasa Yunani yaitu philosophia,


yang

terdiri

atas

atau philia(persahabatan,
(hikmah,

kebijaksanaan,

dua
tertarik

kata

yaitu philos (cinta)

kepada)

pengetahuan,

dan sophos
keterampilan,
1

intelegensi).

Jadi

secara

etimologi,

filsafat

berarti

cinta

kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Orangnya


disebut filosof yang dalam bahasa Arab disebutfailasuf
Menurut Roeslan Abdoelgani (1962), menyatakan bahwa
pancasila

adalah

filsafat

Negara

sebagai collection ideologies dari


Indonesia.

Filsafat

Pancasial

pada

yang

lahir

keseluruhan

bangsa

hakikatnya

merupakan

suatu realiteit atau noodzakelijkheid bagi keutuhan persatuan


Bangsa Indonesia.
Filsafat Negara kita adalah Pancasila, yang diakui dan
diterima oleh Bangsa Indonesia sebagai pandangan hidup.
Dengan demikian, Pancasila harus dijadikan pedoman dalam
kelakuan dan pergaulan sehari-hari. Sebagai pandangan hidup
bangsa, maka sewajarnyalah asas-asas pancasila disampaikan
kepada generasi baru melaluai pengajaran dan pendidikan.
Pancasila menunjukan terjadinya proses ilmu pengetahuan.
Validitas,

dan

hakikat

ilmu

pengetahuan (teori

ilmu

pengetahuan).

C.

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya

merupakan sistem filsafat. Sistem yang dimaksud dalam hal ini


adalah satu-kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan,
saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu, lazimnya
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.

Satu kesatuan bagian-bagian.

2.

Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.


2

3.

Saling berhubungan, saling ketergantungan.

4. Kesemua dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan


bersama (tujuan sistem).
5.

Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore dan


Voich, 1974:122)
Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada

hakikatnya merupakan suatu kesatuan organik. Sila-sila dalam


pancasila saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling
mengkualifikasi. Sila yang satu senantiasa dikualifikasikan oleh
sila-sila lainnya. Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya
merupakan suatu sistem, dalam pengertian bahwa bagianbagian (sila-silanya) saling berhubungan secara erat sehingga
membentuk suatu struktur yang menyeluruh. Pancasila sebagai
suatu sistem juga dapat dipahami dari pemikiran dasar yang
terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia
dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan
dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan masyarakat
bangsa dan negara.
Kenyataan Pancasila yang demikian ini disebut kenyataan
yang obyektif, yaitu bahwa kenyataan itu ada pada Pancasila
sendiri terlepas dari sesuatu yang lain atau terlepas dari
pengetahuan orang. Sehingga Pancasila sebagai suatu sistem
filsafat bersifat khas dan berbeda dengan sistem-sistem filsafat
yang lain misalnya: liberalisme, materialisme, komunisme, dan
aliran filsafat yang lain.

D.

Pendekatan-Pendekatan yang Digunakan


3

Pendekatan yang digunakan oleh pancasila dengan filsafat


pada prinsipnya sama yaitu menggunakan pendekatan induktif
dan deduktif, yaitu:
1. Pendekatan induktif pancasila, ialah karena pancasila lahir,
tumbuh, dan berkembang dari persada nusantara kita
sendiri, yang berupa adat istiadat, tadisi, budaya, pustaka
dan

keagamaan

bangsa

kita

sendiri,

maka

kemudian

berkembang menjadi adat nasional atau budaya nasional.


2. Pendekatan
pemersatu

dedutif

pancasila,

yaitu

pancasila

seluruh

kehidupan

Bangsa

sebagai

Indonesia

yang

beraneka ragam corak budayanya.

DAFTAR PUSTAKA
Amsal Bakhtiar. 2004. Filsafat Ilmu. PT. RajaGrafindo Persada.
Jakarta.
Elly

M.Setiadi.

2005. Pendidikan

pancasila, PT

Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta.


Tim

Dosen

Pancasila

Unhas,

2003.

Pendidikan

Pancasila

Perguruan Tinggi. Dicetak oleh Offset Setting Perkasa 70 Qs.


Makassar.

Pancasila
kesatuan

sebagai

yang

saling

sistem

filsafat adalah

berhubungan

untuk

satu

suatu
tujuan

tertentu,dan saling berkualifikasi yang tidak terpisahkan satu


dengan

yang

lainnya. Jadi

bagian/unit-unit

Pancasila

pada

yang saling berkaitan

dasarnya

satu

satu

sama lain,dan

memiliki fungsi serta tugas masing-masing.


Definisi Sistem :
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan, yang bagian
dan unsurnya saling berkaitan (singkron), saling berhubungan
(konektivitas), dan saling bekerjasama satu sama lain untuk
satu tujuan tertentu dan merupakan keseluruhan yang utuh

Definisi Filsafat :
Filsafat dalam Bahasa Inggris yaitu Philosophy, adapun istilah
filsafat berasal dari Bahasa Yunani yaitu Philosophia, yang
terdiri

atas

dua

(persahabatan,

kata

tertarik

yaitu

Philos

kepada)

dan

(cinta)

atau

Sophos

Philia

(hikmah,

kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, intelegensi). Jadi


secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau
kebenaran (love of wisdom). Orangnya disebut filosof yang
5

dalam bahasa Arab disebut Failasuf. Dalam artian lain Filsafat


adalah pemikiran fundamental dan monumental manusia untuk
mencari kebenaran hakiki (hikmat, kebijaksanaan); karenanya
kebenaran ini diakui sebagai nilai kebenaran terbaik, yang
dijadikan pandangan hidup (filsafat hidup, Weltanschauung).
Berbagai tokoh filosof dari berbagai bangsa menemukan dan
merumuskan sistem filsafat sebagai ajaran terbaik mereka;
yang

dapat

berbeda

antar

ajaran

filosof.

Karena

itulah

berkembang berbagai aliran filsafat: materialisme, idealisme,


spiritualisme;
rasionalisme,

realisme,

dan

humanisme,

berbagai

aliran

individualisme,

modern:

liberalisme-

kapitalisme; marxisme-komunisme; sosialisme dll.

Faktor timbulnya keinginan manusia untuk berfilsafat


adalah :
Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya
kata heran merupakan asal dari filsafat. Rasa heran itu
akan mendorong untuk menyelidiki dan mempelajari.
Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran
manusia yang akan menuntun pada kesadaran. Sikap ini
sangat berguna untuk menemukan titik pangkal yang
kemudian tidak disangsikan lagi.
Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat
jika ia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah
terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya.
Kemudian

muncul

kesadaran

akan

keterbatasan

bahwa diluar yang terbatas pasti ada sesuatu yang tdak


terbatas.
6

Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat


dalam arti Produk dan filsafat dalam arti Proses. Selain itu, ada
pengertian

lain,

yaitu

filsafat sebagai

pandangan

hidup.

Disamping itu, dikenal pula filsafat dalam arti teoritis dan


filsafat dalam arti praktis.

Filsafat dapat di klasifikasikan sebagai berikut:


Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian.
1. Filsafat

sebagai

jenis

pengetahuan,

ilmu,

konsep,

pemikiran-pemikiran dari para filsuf pada zaman dahulu


yang lazimnya merupakan suatu aliran atau sistem filsafat
tertentu,

misalnya

rasionalisme,

materialisme,

pragmatisme dan lain sebagainya.


2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh
manusia sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat. Jadi
manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari
persoalan yang bersumber pada akal manusia.
Filsafat Sebagai Suatu Proses :
1. Yaitu bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses
pemecahan suatu permaslahan dengan menggunakan
suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan
objeknya.
Definisi Pancasila:
Pancasila adalah lima sila yang merupakan satu kesatuan
rangkaian nilai-nilai luhur yang bersumber dari nilai-nilai
budaya masyarakat Indonesia yang sangat majemuk dan
beragam

dalam

artian BHINEKA

TUNGGAL

IKA. Esensi
7

seluruh

sila-silanya

merupakan

suatu

kasatuan.

Pancasila

berasal dari kepribadian Bangsa Indonesia dan unsur-unsurnya


telah dimiliki oleh Bangsa Indonesia sejak dahulu. Objek materi
filsafat adalah mempelajari segala hakikat sesuatu baik materal
konkrit (manusia,binatang,alam dll) dan abstak (nilai,ide,moral
dan pandangan hidup). Pancasila mempunyai beberapa tujuan
sebagai berikut:
Pancasila sebagai Dasar Negara. Pancasila sebagai
Dasar Negara atau sering juga disebut sebagai Dasar
Falsafah Negara ataupun sebagai ideologi Negara, hal ini
mengandung pengertian bahwa Pancasila sebagai dasar
mengatur

penyelenggaraan

pemerintahan.

Kedudukan

Pancasila sebagai Dasar Negara mempunyai fungsi dan


kedudukan sebagai kaidah Negara yang fundamental atau
mendasar, sehingga sifatnya tetap, kuat dan tidak dapat
dirubah oleh siapapun, termasuk oleh MPR/DPR hasil
pemilihan umum.
Pancasila sebagai Sumber Hukum Dasar Nasional.
Dalam ilmu hukum istilah sumber hukum berarti sumber
nilai-nilai

yang

menjadi

penyebab

timbulnya

aturan

hukum. Jadi dapat diartikan Pancasila sebagai Sumber


hukum dasar nasional, yaitu segala aturan hukum yang
berlaku di negara kita tidak boleh bertentangan dan harus
bersumber pada Pancasila.
Pancasila

sebagai

Pandangan

hidup

Bangsa

Indonesia. Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa


atau Way of Life mengandung makna bahwa semua
aktifitas kehidupan bangsa Indonesia sehari-hari harus
8

sesuai dengan sila-sila daipada Pancasila, karena Pancasila


juga merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki dan
bersumber dari kehidupan bangsa Indonesia sendiri. Nilainilai yang dimiliki dan bersumber dari kehidupan bangsa
Indonesia sendiri.
Pancasila sebagai Jiwa dan Kepribadian Bangsa
Indonesia. Pancasila sebagai jiwa bangsa lahir bersamaan
adanya Bangsa Indonesia. Jadi Pancasila lahir dari jiwa
kepribadian bangsa Indonesia yang terkristalisasi nilai-nilai
yang dimilikinya.
Pancasila

sebagai

Perjanjian

Luhur

Bangsa

Indonesia. Pada saat bangsa Indonesia bangkit untuk


hidup sendiri sebagai bangsa yang merdeka, bangsa
Indonesia

telah

sepakat

untuk

menjadikan

Pancasila

sebagai Dasar Negara. Kesepakatan itu terwujud pada


tanggal 18 Agustus 1945 dengan disahkannya Pancasila
sebagai Dasar Negara oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) yang mewakili seluruh bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai Ideologi Negara. Pancasila sebagai
Ideologi

Negara

merupakan

tujuan

bersama

Bangsa

Indonesia yang diimplementasikan dalam Pembangunan


Nasional yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur
yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila
dalam

wadah

berdaulat,

Negara

bersatu

dan

Kesatuan

RI

berkedaulatan

yang

merdeka,

rakyat

dalam

suasana perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib


dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang
merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
9

Pancasila

sebagai

Pemersatu

Bangsa. Bangsa

Indonesia yang pluralis dan wilayah Nusantara yang terdiri


dari berbagai pulau-pulau, maka sangat tepat apabila
Pancasila dijadikan Pemersatu Bangsa, hal ini dikarenakan
Pancasila

mempunyai

nilai-nilai umum

dan

universal

sehingga memungkinkan dapat mengakomodir semua


perikehidupan yang berbhineka dan dapat diterima oleh
semua pihak.
Intisari Pancasila Sebagai Sistem Filsafat:
Sebagaimana yang sudah dijelaskan pada paragraf pertama,
makna dasar Pancasila Sebagai Sistem Filsafat adalah dasar
mutlak dalam berpikir dan berkarya sesuai dengan pedoman
diatas, tentunya dengan saling mengaitkan antara sila yang
satu dengan lainnya. Misal : Ketika kita mengkaji sila kelima
yang intinya tentang kedilan. Maka harus dikaitkan dengan nilai
sila-sila yang lain artinya :
Keadilan yang ber keTuhanan (sila 1)
Keadilan yang berPrikemanusian (sila 2)
Keadilan

yang

berKesatuan/Nasionalisme,Kekeluargaan

(sila 3)
Keadilan yang Demokratis
Dan kesemua sila-sila tersebut saling mencakup,bukan hanya di
nilai satu persatu. Semua unsur (5 sila) tersebut memiliki
fungsi/makna

dan

tugas

masing-masing

memiliki

tujuan

tertentu.

10

Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa


Indonesia:
Merupakan kenyataan objektif yang hidup dan berkembang
dalam masyarakat. Pancasila memberi petunjuk mencapai
kesejahteraan

bagi

membedakan

seluruh

rakyat

suku

Indonesia
atau

tanpa
ras.

Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan


negara:
Yang dimaksud adalah bahwa semua aturan kehidupan hukum
kegiatan

dalam

kehidupan

berbangsa

dan

bernegara

berpedoman pada pancasila. Karena pancasila merupakan


sumber dari segala sumber hukum bangsa dan negara republik
indonesia.

Orang

yang

berfikir

kefilsafatan

ialah

orang

yang

tidak

meremehkan terhadap orang yang lebih rendah derajatnya dan


tidak menyepelekan masalah yang kecil, dan selalu berfikiran
positif, kritis, dan berdifat arif bijaksana, universal dan selalu
optimis.

CONTOH.
Seorang ilmuan tidak puas mengenal ilmu hanya dari segi/sudut
pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dari
konstelasi lainnya.

11

Sumber pengetahuan pancasila pada dasarnya adalah


bangsa indonesia itu sendiri yang memiliki nilai adat
istiadat serta kebudayaan dan nilai religius.
Tentang kebenaran pengetahuan pancasila berdasarkan
tingkatnya, maka pancasila mengakui kebenaran yang
bersumber pada akal manusia. Potensi yang terdapat
dalam diri manusia untuk mendapatkan kebenaran dalam
kaitannya dengan pengetahuan positif. Pancasia juga
mengakui

kebenaran

pengetahuan

manusia

yang

bersumber pada intuisi/perasaan.


Manusia pada hakikatnya kedudukan kodratnya adalah sebagai
makhluk tuhan yang maha esa, maka sesuai dengan sila
pertama pancasila juga mengakui kebenaran wahyu yang
bersifat mutlak sebagai tingkatan kebenaran yang tertinggi.
Selain itu dalam sila ke 3, ke 2, ke 4, dan ke 5, maka
epistimologis ( hakikat dan sistem pengetahuan ) pancasila juga
mengakui kebenaran konsensus terutama dalam kaitannya
dengan hakikat sifat kodrat manusia makhluk individu dan
sosial.

Dasar Axiologis ( Hakikat, Nilai, Kriteria ) Sila Sila


Pancasila
Bidang axiologis adalah cabang filsafat yang menyelidiki makna
nilai, sumber nilai, jenis & tingkatan nilai serta hakikat nilai
seperti nilai alamiah & jasmaniah, tanah subur, udara bersih, air
bersih, cahaya dan panas cahaya matahari

12

Menurut

tinggi

rendahnya,

nilai

dapat

digolongkan

menjadi 4 tingkatan sebagai berikut :


1. Nilai kebenaran, yaitu nilai bersumber pada akal, rasio,
budi atau cipta manusia
2. Nilai keindahan/nilai estetis yaitu yang bersumber pada
perasaan manusia
3. Nilai kebaikan/nilai moral, yaitu nilai yang bersumber pada
unsur kehendak manusia
4. Nilai religius yang merupakan nilai keharmonian tertinggi
dan bersifat mutlak.
Nilai ini berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan
manusia dan bersumber pada wahyu yang berasal dari tuhan
yang maha esa. Sistem Filsafat Pancasila mengandung citra
tertinggi terbukti dengan berbedanya sistem filsafat pancasila
dengan

sistem

filsafat

lainnya,

Berikut

adalah

ciri

khas

berbedanya sistem filsafat pancasila dengan sistem filsafat


lainnya:
1. Sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan system yang
bulat dan utuh (sebagai satu totalitas). Dengan pengertian
lain, apabila tidak bulat dan tidak utuh atau satu sila
dengan sila yang lainnya terpisah-pisah,maka ia bukan
pancasila.
2. Prinsip prinsip filsafat pancasila
3. Susunan pancasila dengan suatu system yang bulat dan
utuh :
Sila 1, meliputi,mendasari,menjiwa:sila 2,3,4 dan 5
13

Sila 2,diliputi,didasari,dan dijiwai sila 1,serta mendasari


dan menjiwai sila 3,4,dan 5
Sila 3,meliputi,mendasari,dan menjiwai sila 1,2 serta
mendasari jiwa ;sila 4 dan 5
Sila 4, meliputi,didasari,dan di jiwai sila 1,2,dan 3,serta
mendasari dan menjiwai sila 5
Sila 5,meliputi didasari,dan dijiwai sila 1,2,3 dan 4
Pancasila

sebagai

suatu

substansi.

Artinya

unsur

asli/permanen/primer pancasila sebagai suatu yang ada


mandiri,yaitu unsure-unsurnya berasal dari dirinya sendiri
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat memiliki beberapa
nilai yaitu Nilai Obyektif dan Subyektif.
Nilai-nilai Sistem Filsafat Pancasila adalah senagai berikut :
1. Rumusan dari sila-sila pancasila menunjukkan adanya
sifat-sifat yang umum, universal dan abstrak. Karena pada
hakikatnya pancasila adalah nilai.
2. Inti nilai-nilai Pancasila berlaku tidak terikat oleh ruang.
Artinya keberlakuannya sejak jaman dahulu, masa kini dan
juga

untuk

masa

yang

akan

dating,

untuk

bangsa

Indonesia boleh jadi untuk Negara lain yang secara


eksplisit tampak dalm adat istiadat, kebudayaan, tata
hidup kenegaraaan dan tata hidup beragama.
3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang
fundamental, sehingga merupakan suatu sumber hokum
positif di Indonesia. Oleh karena itu hierarki suatu tertib
14

hokum di Indonesia berkedudukan sebagai tertib hukum


tertinggi. Maka secara objektif tidak dapat diubah secara
hokum,

sehingga

melekat

pada

kelangsungan

hidup

Negara. Sebagai konsekwensinya jikalau nilai-nilai yang


terkandung dalam pembukaa UUD 45 itu diubah maka
sama halnya dengan membubarkan Negara proklamasi 17
Agustus 1945.
Sedangkan Nilai-nilai Sistem Filsafat Pancasila adalah senagai
berikut :
1. Nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia itu
sendiri. Nilai-nilai

yang

terdapat

dalam

pancasila

merupakan hasil dari pemikiran, panilaian, dan refleksi


filosofis dari bangsa Indonesia sendiri. Deologi pancasila
berbeda denagn ideology-ideologi lain karena isi pancasila
diambil dari nilai budaya bangsa dan religi yang telah
melekat erat, sehingga jiwa pancasila adalah jiwa bangsa
Indonesia sendiri, sedangkan ideology lain seperti liberalis,
sosialis, komunis, dan lain sebagainya merupakan hasil
dari pemikiran filsafat orang.
2. Nilai

Pancasila

merupakan

filsafat

bangsa

Indonesia. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa


Indonesia menjadi pedoman bangsa untuk mengatur
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara sekaligus
menjadi cermin jati diri bangsa yang diyakini sebagai
sumber nilai atas kebenaran, keadilan, kebaikan, dan
kebijaksanaan

dalam

kehidupan

bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

15

3. Pancasila merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan


hati nurani bangsa Indonesia, karena bersumber dari
kepribadian bangsa. Sehingga dalam perjalanannya akan
selaras dengan nilai-nilai pancasila.
Dalam kehidupan bernegara, nilai dasar Pancasila harus tampak
dalam produk peraturan perundangan yang berlaku, dengan
kata lain, peraturan perundangan harus dijiwai oleh nilai-nilai
Pancasila, sehingga tidak boleh bertentangan denagn nilai-nilai
Pancasila.

DEMOKRASI INDONESIA
Semua negara mengakui bahwa demokrasi sebagai alat ukur
dan

keabsahan

politik. Kehendak

rakyat

adalah

kehendak

utama kewenangan pemerintah menjadi basis tegaknya sistem


politik demokrasi. Demokrasi meletakkan masyarakat pada
posisi penting, hal ini di karenakan masih memegang teguh
rakyat

selaku

pemegang

kedaulatan.

Negara

yang

tidak

memegang demokrasi disebut negara otoriter. Ini menunjukkan


bahwa

demokrasi

itu

begitu

penting

dalam

kehidupan

berbangsa dan bernegara.

Pengertian Demokrasi

16

Secara etimologi, demokrasi berasal dari bahasa yunani, yaitu


demos = rakyat, dan cratos / cratein = pemerintahan atau
kekuasaan. Yang i ntinya adalah pemerintahan rakyat atau
kekuasaan rakyat.
Pelaksanaan demokrasi ini ada 2 yaitu :
Demokrasi langsung dan demokrasi tidak langsung.
Demokrasi

langsung

adalah

demokrasi

yang

seluruh

rakyatnya di ikut sertakan dalam permusyawaratan untuk


menentukan kebijakan dan mengambil keputusan
Demokrasi

tidak

dilaksanakan

langsung

melalui

sistem

adalah

demokrasi

perwakilan

ke

yang
dewan

perwakilan rakyat ( DPR ) dan mejlis permusyawaratan


rakyat ( MPR ).

Demokrasi Sebagai Sikap Hidup


demokrasi ini dipahami sebagai sikap hidup dan pandangan
hidup yang demokratis dengan didasarkan nilai-nilai demokrasi
dan membentu budaya/kultur demokrasi baik dari warga
negara maupun dari pejabat negara/pemerintah. Demokrasi
merupakan penerapan kaidah-kaidah prinsip demokrasi pada
kekuatan sistem politik kenegaraan.

Demokrasi Di Indonesia
Bangsa indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang
demokrasi meskipun bukan tingkat kenegaraan tetapi masih
17

dalam tingkat desa dan disebut demokrasi desa. Pendekatan


kontekstual demokrasi di indonesia adalah demokras pancasila
karena pancasila merupakan ideologi negara, pandangan hidup
bangsa indonesia, dan sebagai identitas nasional indonesia.
Pancasila ideologi nasional karena sebagai cita-cita masyarakat
dan sebagai pedoman membuat keputusan politik. Keterkaitan
demokrasi pancasila dengan civil society atau mayarakat
madani indonesia secara kualitatif di tandai oleh keimanan dan
ketakwaan terhadap tuhan yang maha esa.
Sistem Politik Demokrasi
Landasan sistem politik demokrasi di indonesia adalah sistem
politik demokrasi didasarkan pada nila, prinsip, prosedur dan
kelambangan yang demokratis. Sistem ini mampu menjamin
hak

kebebasan

warganegara,

membatasi

kekuasaan

pemerintah dan memberikan keadilan. Indonesia sejak awal


berdiri sudah menjadikan demokrasi sebagai pilihan sistem
politik. Negara indonesia sebagai negara demokrasi terdapat
pada,
Pancasila ( sila ke 4 ).
Uud 1945 pasal 1 ( ayat 2 ) sebelum di amandemen dan
sesudah di amandemen.
Apapun perubahannya ini membuktikan sejak berdirinya negara
indonesia telah menganut demokrasi.

18

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Rabu, 14 Januari 2015

BAB I
19

PENDAHULUAN

Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat


secara

langsung

maupun

tidak

langsung

mengakibatkan

perubahan besar pada berbagai bangsa di dunia. Gelombang


besar

kekuatan

internasional

dan

transnasional

melalui

globalisasi telah mengancam bahkan menguasai eksistensi


negara-negara kebangsaan, termasuk Indonesia.Akibat yang
langsung terlihat adalah terjadinya pergeseran nilai-nilai dalam
kehidupan

kebangsaan,

karena

adanya

perbenturan

kepentingan antara nasionalisme dan internasionalisme.


Permasalahan kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia
menjadi semakin kompleks dan rumit manakala ancaman
internasional yang terjadi di satu sisi, pada sisi yang lain
muncul masalah internal yaitu maraknya tuntutan rakyat, yang
secara obyektif mengalami suatu kehidupan yang jauh dari
kesejahteraan dan keadilan sosial.
Prinsip-prinsip dasar yang telah ditemukan oleh peletak
dasar (the founding fathers) negara Indonesia yang kemudian
diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat bernegara
itulah Pancasila. Dengan pemahaman demikan maka Pancasila
sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia saat ini mengalami
ancaman

dari

munculnya

nilai-nilai

baru

dari

luar

dan

pergeseran nilai-nilai yang terjadi.


Secara ilmiah harus disadari bahwa suatu masyarakat,
suatu bangsa, senantiasa memiliki suatu pandangan hidup atau
filsafat hidup masing-masing , yang berbeda dengan bangsa
lain di dunia dan hal inilah yang disebut sebagai local genius
20

(kecerdasan/kreatifitas

lokal)

dan

sekaligus

sebagai

local

wisdom (kearifan lokal) bangsa. Dengan demikian bangsa


Indonesia tidak mungkin memiliki kesamaan pandangan hidup
dan filsafat hidup dengan bangsa lain.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya
merupakan sistem filsafat. Pemahaman demikian memerlukan
pengkajian

lebih

lanjut

menyangkut

aspek

ontologi,

epistimologi, dan aksiologi dari kelima sila Pancasila.

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah filsafat berasala dari bahasa

yunani philein yang artinya cinta dan Sophos yang artinya


hikmah atau kebijaksanaan atau wisdom.Jadi secara harfiah
istilah filsafat mengandung makna cinta kebijaksanaan dan hal
ini sesuai dengan sajarah timbulnya ilmu pengetahuan yang
sebelumnya dibawah naungan filsafat.
Pengertian filsafat dalam hubungannya dengan lingkup
bahsannya maka mencakup banyak bidang bahasan antara lain
tentanng manusia, alam, pengetahuan, etika, logika dsb.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka muncul
filsafat yang berkaitan dengan bidang-bidang ilmu tertentu,
antara

lain

filsafat

politik,

sosial,

hukum,

bahasa,

ilmu

pengetahuan, agama dll.


Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah sbb :
21

1.

Metafisika,

yang

membahas

tentang

hal-hal

yang

bereksitensi dibalik fisis, yang meliputi bidang-bidang, ontology,


kosmologi dan antropologi.
2.

Epistemology, yang berkaitan dengan persoalan hakikat

pengetahuan.
3.

Metodologi, yang berkaitan dengan persoalan hakikat


metode dalam ilmu pengetahuan.

4.

Logika, yang berkaitan dengan persoalan filsafat berfikir,


yaitu rumus-rumus dan dalil-dalil berfikir yang benar.
5.

Etika, yang berkaitan dengan moralitas, tingkah laku

manusia.
6.

Estetika, yang berkaitan dengan persoalan hakikat

keindahan.

Filsafat secara umum dapat diberi pengertian sebagai ilmu


pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk
memperoleh kebenaran hakiki, karena filsafat telah mengalami
perkembangan

yang

cukup

lama

tentu

dipengaruhi

oleh

berbagai faktor, misalnya ruang, waktu, keadaan dan orangnya.


Itulah sebabnya maka timbul berbagai pendapatmengenai
pengertian filsafat yang mempunyai kekhususannya masingmasing, antara lain :

a.

Berfilsafat
Berfilsafat
Berfilsafat
Berfilsafat

Rationalisme mengagungkan akal


Materialisme mengagungkan materi
Individualisme mengagungkan individualitas
Hedonisme mengagungkan kesenangan

Filsafat Pancasila
22

Menurut Ruslan Abdulgani, bahwa Pancasila

merupakan

filsafat negara yang lahir sebagai collectieve Ideologie (cita-cita


bersama) dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai
filsafat, karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa
yang mendalam yang dilakukan oleh the founding father kita,
kemudian

dituangkan

dalam

suatu

sistem

yang

tepat.

Sedangkan menurut Notonagoro, Filsafat Pancasila memberi


pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakekat dari
Pancasila.
b. Karakteristik Sistem Filsafat Pancasila
Sebagai filsafat, Pancasila memiliki karakteristik sistem filsafat
tersendiri yang berbeda dengan filsafat lainnya, yaitu antara
lain :

Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang


bulat dan utuh (sebagai suatu totalitas). Dengan pengertian
lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila

lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan Pancasila.


Pancasila sebagai suatu substansi, artinya

unsur

asli/permanen/primer Pancasilasebagai suatu yang ada


mandiri, yang unsur-unsurnya berasal dari dirinya sendiri.
Pancasila sebagai suatu realita, artinya ada dalam diri
manusia Indonesia dan masyarakatnya, sebagai suatu
kenyataan

hidup

bangsa,

yang

tumbuh,

hidup

dan

berkembang dalam kehidupan sehari-hari.


c.

Prinsip-prinsip Filsafat Pancasila

Pancasila ditinjau dari kausal Aristoteles dapat dijelaskan


sebagai berikut :
a. Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan
23

dengan materi/bahan, dalam hal ini Pancasila digali dari


nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa Indonesia
sendiri.
b. Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan
dengan bentuknya, Pancasila yang ada dalam pembukaan
UUD 45 memenuhi syarat formal (kebenaran formal).
c. Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI
dalam menyusun dan merumuskan Pancasila menjadi dasar
negara Indonesia merdeka.
d. Kausa Finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya,
tujuan

diusulkannya

Pancasila

sebagai

dasar

negara

Indonesia merdeka.

B.

Rumusan

Kesatuan

Sila-Sila

Pancasila

Sebagai

Suatu Sistem.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya
merupakan suatu sisem filsafat. Pengertian system adalah
suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama

untuk

suatu

tujuan

tertentu

dan

secara

keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. System


lazimnya memiliki ciri-ciri sbb :
1.

Suatu kesatuan bagian-bagian

2.

Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri

3.

Saling berhubungan dan salaing ketergantungan

4.

Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai tujuan

tertentu
5.

Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks


24

Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila


pancasila setiap sila pada hakikatnya merupakan suatu asas
sendiri.

Fungsi

sendiri-sendiri

namun

secara

keseluruhan

merupakan suatu kesatuan yang sistematis.


1.

Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang bersifat Organis.

2.

Susunan Pancasila yang bersifat Hierarkhis dan berbentuk

Piramidal.
3.

Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang


saling mengisi dan saling mengkualifikasi.

4.

1.)

Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai suatu system filsafat.

Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat

Organis
Setiap sila merupakan unsur ( bagian yang yang mutlak )
dari pancasila, maka pancasila merupakan suatu kesatuan yang
majemuk tunggal. Dalam artian setiap unsur memiliki arti
masing-masing namun saling berhubungan.
2.)

Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkis dan

Berbentuk Piramidal
Susunan

Pancasila

adalah

hierarkhis

dan

berbentuk

piramidal, pengertian metematis piramidal digunakan untuk


menggambarkan hubungan hierarki sila-sila Pancasila dalam
urutan-urutan luas (kuantitas) dan juga dalam hal ini sifatnya
(kualitas). Diantara lima sila ada hubungan yang mengikat yang
satu dengan yang lainnya sehingga Pancasila merupapkan
suatu keseluruhan yang bulat.
25

3.)

Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila


yang saling Mengisi dan saling Mengkulifikasi
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam setiap sila terkandung

nilai keempat sila lainnya atau dengan lain perkataan dalam


setiap sila senantiasa dikulifikasi oleh keempat sila lainnya.

C.

Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai suatu Sistem

Filsafat
Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem
filsafat memiliki, dasar ontologis, dasar epistemologis dan dasar
aksiologis.

1.

Dasar Antropologis sila-sila Pancasila


Pancasila yang terdiri atas lima sila setiap sila bukanlah

merupakan asas yang berdiri sendiri-seindiri, melaikan memiliki


satu kesatuan dasar ontologis. Subjek pendukung sila-sila
Pancasila adalah manusia itu sendiri. Pancasila bahwa hakikat
dasar Antropologis sila-sila Pancasila adalah manusia.

2.

Dasar Epistemologis Sila-Sila Pancaila


Dasar Epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat

dipisahkan dengan dasar Ontologisnya. Terdapat tiga persoalan


yang mendasar dalam Epistemologi yaitu, pertama tentang
sumber pengetahuan manusi, kedua tentang teori kebenaran
pengetahuan manusia, ketiga tentang watak pengetahuan
manusia. Sebagai suatu paham Epistemologi maka Pancasila
26

mendasarkan pada pandangannya bahwa ilmu pengetahuan


pada hakikatnya tidak bebas nilai karena harus diletakan pada
kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas religius
dalam upaya untuk mandapatkan suatu tingkatan pengetahuan
yang mutlak dalam hidup manusia.
3.

Dasar Aksiologis Sila-Sila Pancasila


Sila-sila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu

kesatuan

dasar

aksiologinya

sehingga

nilai-nilai

yang

terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu


kesatuan. Terdapat berbagai macam teori tentang nilai dan hal
ini sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandangnya
masing-masing dalam menentukan tetang menentukan tentang
pengertian nilai dan hierarkhinya. Pada hakikatnya sagala
sesuatu itu bernilai, hanya nilai apa saja yang ada serta
bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia.

D.

Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi


Bangsa dan Negara Republik Indonesia

1.

Dasar Filosofis
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai

silsafat hidup Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan


suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis, findamental dan
menyeluruh. Dasar pemikiran filosofis itu terkandung dalam
setiap sila Pancasila, selain itu secara kasualitas bahwa nilainilai Pancasila bersifat objektif dan subjektif. Artinya essensi
nilai-nilai Pancasila bersifat universal.

27

2.

Nilai-nilai Pancasila sebagai Nilai Fundamental

Negara
Pancasila merupakan dasar yang fundamental bagi negara
Indonesia terutama dalam pelaksanaan dan penyelengaraan
negara. Selain itu bahwa nilai-nilai Pancasila juga merupakan
suatu landasan moral etik dalam kehidupan kenegaraan. Hal
tersebut juga meliputi moralitas para penyelengara negara dan
seluruh warga negara. Oleh karena itu bagi Bangsa Indonesia
dalam era reformasi ini seharusnya bersifat rendah hati untuk
mawas diri, agar kesengsaran rakyat tidak semakin bertambah.

E.
1.

Inti Isi Sila Pancasila


Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila ini mengandung nilai bahwa negara yang didirikan

adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai


makhluk Tuhan Yang Maha Esa.Oleh Karena itu, segala hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara
harus dijiwai dengan nilai-nilai Ketuhanan yang Maha Esa.
2.

Sila Kemanusian Yang Adil Dan Beradab


Sila

ini

mengandung

nilai-nilai

bahwa

Negara

harus

menjungjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai


mahkluk yang beradab. Oleh karena itu kehidupan kenegaraan
harus mewujudkan tercapainya tujuan keinginan harkat dan
martabat manusia. Nilai kemanusian yang beradab adalah
perwujudan nilai kemanusian sebagai mahkluk yang berbudaya,
bermoral dan beragama.
3.

Sila persatuan Indonesia


28

Dalam sila Persatuan Indonesia ini terkandung nilai bahwa


negara

adalah

sebagai

penjelmaan

sifat

kodrat

manusia

monodualis yaitu sebagai mahkluk individu dan mahkluk sosial.


Oleh karena itu perbedaan merupakan bawaan kodrat manusia
dan juga merupakan ciri khas elemen-elemen yang membentuk
negara.

4.

Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Kebijaksanaan


Dalam Permuyawaratan/Perwakilan
Nilai yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat

negara

adalah

sebagai

penjelmaan

sifat

kodrat

manusia

sebagai mahkluk individu dan mahkluk sosial. Hakikat rakyat


adalah

merupakan

sekelompok

manusia

sebagai

mahkluk Tuhan yang Maha Esa yang berastu dan bertujuan


mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah
negara. Oleh karena itu rakyat merupakan asal mula kekuasan
negara,sehingga nilai demokrasi yang secara mutlak harus
dilaksanakan dalam hidup negara. Untuk mewujudkan dan
mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan sosial demi
tercapainya tujuan bersama.
5.

Sila Keadilan Sosila Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Makna ini mengandung nilai keadilan yang harus terwujud

dalam kehidupan bersama ( Kehidupan Sosial ). Konsekuensinya


yang harus terwujud dalam kehidupan bersama adalah meliputi
:
a. Keadilan Distributif yaitu suatu hubungan antara negara
terhadap warganya.
29

b. Keadilan Legal ( Keadilan Bertaat ) yaitu suatu hubungan


keadilan antara warga negara terhadap Negara.
c. Keadilan Komutatif yaitu ssuatu hubungan keadilan antara
warga satu dengan warga yang lainnya secara timbal balik.

BAB III
KESIMPULAN

Setelah memperhatikan isi dalam pembahasan di atas, maka


dapat penulis tarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Filsafat

Pancasila

adalah hasil

berpikir/pemikiran

yang

sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap,


dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, normanorma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling
bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa
Indonesia.
2.

Fungsi utama filsafat Pancasila bagi bangsa dan negara


Indonesia yaitu :
a.

Filasafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa


Indonesia

b.

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia

c.

Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia

30

DAFTAR PUSTAKA
Prof.DR.Kaelan. M.S, 2010, Pendidikan Pancasila, Paradigma,
Yogyakarta.

Rabu, 29 Oktober 2014


Unsur-Unsur Pancasila Sebagai Sistem Filsafat & Perbandingan
Sistem Filsafat Lain Di Dunia

1.

Unsur Ketuhanan
Secara ontologik ada manusia sebagai yang diciptakan

menunjukkan adanya pencipta yaitu Tuhan. Manusia adalah


makhluk Tuhan yang paling sempurna, mempunyai sifat sebagai
individu

sebagai

makhluk

sosial.

Karena

Tuhan

adalah
31

sempurna maka manusia tidak sempurna. Namun diantara


makhluk, manusia adalah yang paling sempurna.
pengalaman sejarah sebelum datangnya agama Hindu,
Budha, Islam dan Kristen. Bangsa Indonesia telah mempunyai
kepercayaan. Karena keadaan alam sedemikian rupa maka
bangsa

Indonesia

berusaha

mempertahankan

dan

mengembangkan hidupnya untuk bisa mengatasi tantangan


alam tersebut. Salah satu jawaban yang diberikan berupa
pandangan hidup atau kepercayaan bahwa alam ini ada yang
menciptakan. Karena pengalaman hidup mereka sehari-hari dan
karena

kemampuan

yang

mereka

miliki,

maka

bentuk

kepercayaan yang menguasai alam, adanya kekuatan gaib yang


terdapat pada alam ini dan lain sebagainya. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa bangsa Indonesia pada waktu itupun
sudah percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Setelah agama
Hindu dan Budha datang di Indonesia, bangsa Indonesia banyak
memeluk agama-agama tersebut. Demikian pula agama islam
yang telah dipeluk oleh sebagian besar bangsa Indonesia
dengan penuh keyakinan. Pada masa itu pengaruh agama
dalam kehidupan sehari-hari terbukti adanya pengaruh agama
dalam kehidupan sehari-hari terbukti adanya peninggalan,
tulisan dan adat istiadat.
2.

Unsur Kemanusiaan
Sebagai bangsa yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa dengan
sendirinya bangsa kita mempunyai rasa kemanusiaan yang
luhur. Pada hakekatnya kemanusiaan adalah bawaan kodrat
manusia. Perikemanusiaan adalah nilai khusus yang bersumber
pada

nilai

kemanusiaan.

Perikemanusiaan

adalah

yang
32

bersumber

pada

kemanusiaan,

jiwa

yang

membedakan

manusia dengan makhluk lain. Berdasarkan pengertian tersebut


sebenarnya semua bangsa mesti mempunyai kemanusiaan,
begitu pula bangsa Indonesia bahkan kemanusiaannya adalah
adil dan beradab. Adil berarti memberikan kepada orang lain
apa yang menjadi haknya dan tahu apa haknya sendiri.
Beradab artinya mempunyai adab, mempunyai sopan santun,
mempunyai susila, artinya ada kesediaan menghormati bangsa
lain, menghormati pandangan pendirian dan sikap Bangsa lain.
Sejak dahulu bangsa Indonesia selalu menerima bangsa lain
dengan ramah tamah, karena suatu bangsa tidak akan hidup
sendirian terlepas dari bangsa lain.
3.

Unsur Persatuan
Bangsa Indonesia dengan ciri-cirinya rukun, bersatu dan
kekeluargaan, bertindak bukan semata-mata atas perhitungan
untung rugi dan pamrih serta kepentingan pribadi. Oleh karena
itu

unsur

persatuan

sudah

terdapat

didalam

kehidupan

masyarakat Indonesia bahkan sudah dilaksanakan oleh mereka.


4.

Unsur Kerakyatan
Istilah kerakyatan berarti bahwa yang berdaulat atau yang
berkuasa adalah rakyat. Dalam bahasa lain Kerakyatan disebut
Demokrasi berasal dari kata Yunani Demos yang berarti Rakyat
Kratos yang berarti Berdaulat. Demokrasi bukan hal yang baru
bagi bangsa Indonesia. Meskipun sebelum tanggal 17 Agustus
1945 di Indonesia belum pernah ada pemerintahan yang
bersifat Demokratik seperti sekarang ini namun sebenarnya
unsur-unsurnya sudah ada, yang selama itu tidak pernah
dimanfaatkan secara Nasional formal.
33

5.

Unsur Keadilan
Istilah adil yaitu menunjukkan bahwa orang harus memberi
kepada orang lain apa yang menjadi haknya dan tahu mana
haknya sendiri serta tahu apa kewajibannya kepada orang lain
dan dirinya. Sosial berarti tidak mementingkan diri sendiri saja,
tetapi mengutamakan kepentingan umum, tidak individualistik
dan egoistik, tetapi berbuat untuk kepentingan bersama.
Sebenarnya istilah gotong royong yang berarti bekerja sama
dan

membagi

hasil

karya

bersama

tepat

sekali

untuk

menerangkan apa arti Keadilan Sosial.


Istilah

sistem

sering

digunakan

dalam

menyebutkan

sesuatu, misalnya sistem pemerintahan , sistem pendidikan dan


lain sebagainya. Namun dalam hal ini pengertian system
dikaitkan

dengan

sistem

pancasila.Sebelum

membahas

pancasila sebagai suatu system ada baiknya kita pahami


pengertian sistem terlebih dahulu. Sistem adalah bekerjanya
masing-masing unsure atau elemen yang berbeda dalam suatu
kelompok dimana yang satu dan yang lainya saling terkait dan
saling bergantungan untuk mencapai tujuan tertentu demi
mencapai

kesuksesan

bersama.

Misal

sepeda

merupakan

sebuah sistem yang didalamnya terdapat nsure-unsur yang


satu dan yang lain saling terkait, Unsur tersebut velg. Ban luar,
ban dalam, pentil, rantai, stang dan bagian yang lainya. Masing
masing

unsure

tersebut

saling

terkait

sehingga

sepeda

tersebut dapat digunakan sebagai alat transportasi untuk


mengantarkan manusia dari suatu tempat ketempat yang lain.
Jika salh satu nsure tidak ada, misalnya pentil yang berpungsi
sebagai utuk menahan udara yang berda di dalam ban maka
34

banya akan kempes, sistem sepeda tadi bisa berjalan akan


tetapi perjalananya tidak normal seperti biasanya. Nah dari situ
terlihat betapa pentingnya setiap nsure yang memiliki pungsi
dan tugas masing-masing.
Pancasila sebagai suatu sistem memiliki unsur-unsur yang
berbeda, hal ini dapat kita lihat dalam sila-sila pancasila yang
memiliki ragam makna yang berbeda, namun system dalam
pancasila mempunyai suatu kesatuan yang utuh dan bulat. Silasila dalam pancasila saling berhubungan satu dengan yang lain
untuk mencapai tujuan tertentu. Diantaranya pancasila sebagai
dasar Negara mempunyai fungsi sepagai pedoman di dalam
berbangsa dan bernegara juga sebagai moral bangsa Indonesia
dalam membentuk suatu Negara.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas pancasila sebagai suatu
sistem yang dimana sila-silanya mencakup seluruh aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sudah diatur
sedemikian rupa sehingga membentuk suatu susunan yang
teratur dan tidak bisa dibolak balik. Dalam sila pancasila
memiliki suatu makna yang beruntun. Artinya, sila pertama
lebih luas makanya sehinga menjiwai sila-sila dibawahnya.
Itulah makna pancasila sebagai suatu system.

PERBANDINGAN SISTEM FILSAFAT LAIN DI DUNIA

Sistem adalah suatu kesatuan prosedur atau komponen


yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, bekerja sama
sesuai dengan aturan yang diterapkan, sehingga membentuk
suatu tujuan yang sama.Filsafat adalah pandangan hidup
35

seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep


dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan.
Sistem

Filsafat adalah

pemikiran/ajaran

yang

saling

kumpulan

atau

berhubungan

kesatuan

dan

mampu

menjangkau seluruh realitas yang ada, mencakup pemikiran


teoritis tentang realitas adanya tuhan, alam, dan manusia,
untuk mencapai tujuan tertentu.
- Perbandingan Filsafat Pancasila Dengan Sistem Filsafat
Lainnya Di Dunia Secara filosofis, Pancasila sebagai suatu
kesatuan

sistem

filsafat

memiliki

dasar

ontologis,

dasar

epistemologis dan dasar aksiologis sendiri yang berbeda


dengan sistem filsafat yang lainnya misalnya materialisme,
liberalisme, pragmatisme, komunisme, idealisme dan lain-lain
paham filsafat di dunia.
1.

Dasar Antologis Sila-sila Pancasila

Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia


yang memiliki hakikat mutlak,
oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut sebagai dasar
antropologis. Subjek pokok pendukung sila-sila Pancasila adalah
manusia.
2.

Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila

Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu sistem


pengetahuan.
Pancasila

Kalau

maka

manusia

dengan

merupakan

demikian

basis

mempunyai

ontologi
implikasi

terhadap bangunan epistemologis dari Pancasila. Terdapat tiga


persoalan yang mendasar dalam epistemologis, yaitu : pertama
tentang sumber pengetahuan manusia, kedua tentang teori
36

kebenaran

pengetahuan

manusia,

ketiga

tentang

pengetahuan
Pancasila

mendasarkan

watak

manusia.
pada

pandangannya

bahwa

ilmu

pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena harus


diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta
moralitas religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu
tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia.
3.

Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila

Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai


macam apa saja yang ada serta bagaimana hubungan nilai
tersebut dengan manusia. Menurut Notonegoro, nilai-nilai
tersebut dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
a. Nilai Material : segala sesuatu yang berguna bagi jasmani
manusia.
b. Nilai Vital : segala sesuatu yang berguna bagi manusia
untuk mengadakan suatu aktivitas atau kegiatan.
c. Nilai Kerohanian : segala sesuatu yang berguna bagi rohani
manusia yang dapat dibedakan atas empat tingkatan
sebagai berikut :
Nilai kebenaran : nilai yang bersumber pada akal, rasio,
budi atau cipta manusia.
Nilai keindahan/estetis : nilai yang bersumber pada
perasaan manusia.
Nilai kebaikan/moral : nilai yang bersumber pada unsur
kehendak (will, wollen, karsa) manusia
Nilai religius : nilai kerohanian tertinggi dan bersifat
mutlak yang berhubungan dengan kepercayaan dan
37

keyakinan manusia serta bersumber pada wahyu Tuhan


Yang Maha Esa.

Pengetahuan Sistem Filsafat Perbandingan dengan Sistem


Filsafat lainnya
Secara ilmiah harus disadari bahwa suatu masyarakat suatu
bangsa, senantiasa memeliki suatu pandangan hidup atau
filsaat hidup masing-masing, yang berbeda dengan bangsa lain
didunia. Inilah yang disebut sebagai local genius (kecerdasan /
kreatifitas local ) dan sekaligus sebagai local wisdom (kearifan
local) bangsa. Dengan demikian, bangsa Indonesia tidak
mungkin memiliki kesamaan pandangan hidup dan filsafat
hidup dengan bangsa lain. Ketika para pendiri Negara Indonesia
menyiapkan berdirinya Negara Indonesi merdeka, mereka sadar
sepenuhnya

untuk

menjawab

suatu

pertanyaan

yang

fundamental di atas dasar apakah Negara Indonesia merdeka


ini didirikan? jawaban atas pertanyaan mendasar ini akan
selalu menjadi dasar dan tolak ukur utama bangsa ini mengIndonesia. Dengan kata lain, jati diri bangsa selalu bertolak ukur
pada nilai-nilai pancasila sebagai filsafat bangsa. Pancasila yang
terdiri atas lima sila pada hakekatnya merupakan system
filsafat.
1.

Filsafat: Secara etimologis cinta akan kebijaksanaan, tapi


dapat pula diartikan sebagai keinginan yang sungguhsungguh untuk mencari kebenaran yang sejati.

2.

Filsafat Pancasila: Kebenaran dari sila-sila Pancasila sebagai


dasar negara atau dapat pula diartikan bahwa Pancasila
merupakan satu kesatuan sistem yang utuh dan logis.
38

Menurut Ruslan Abdul Gani, bahwa pancasila merupakan filsafat


Negara yang lahir collective ideologie (cita-cita bersama). Dari
seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai filsafat, karena
pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam
yang dilakukan olehthe founding father bangsa Indonesia,
kemudian dituangkan dalam suatu system yang tepat.
Adapun

menurut Notonagoro,

filsafat

pancasila

memberi

pengetahuan dan pengertian ilmiah, yaitu tentang hakikat


pancasila.
Filsafat Pancasila merupakan refleksi kritis dan rasional tentang
Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan bahwa budaya
bangsa

dengan

pengertian

tujuan

secara

untuk

mandasar

mendapatkan
dan

pokok-pokok

menyeluruh.

Adapun

perbandingan Filsafat Pancasila dengan Filsafat lainnya yaitu


sebagai berikut:
1.

Filsafat Komunisme

Filsafat ini tidak mementingkan adanya hal-hal ketuhanan.


Semua hal diatur oeh satu kelompok yang paling berkuasa.
Dalam filsafat ini, semua kebebasan dihapuskan. Semua hal
diatur oleh penguasa tunggal sehingga sumber dari segala
sumber hukum yang berlaku tidak berasal dari suara rakyat,
namun dari penguasa tunggal yang ada dimana filsafat komunis
itu berada.
2.

Filsafat Liberalisme

Dalam hal ini, semua hal tidak memiliki batasan, sehingga


memungkinkan adanya benturan-benturan dalam masyarakat.
Tidak ada yang mengatur tentang penanggulangan benturanbenturan tersebut,. masyarakat hanya akan menegur bila
39

merasa teranggu oleh orang lain, namun apabila tidak merasa


terganggumaka mereka cenderung untuk bersikap masa bodoh.
3.

Filsafat Individualisme

Filsafat ini lebih cenderung lebih kekehidupan masing-masing


orang dimana antara orang yang saru dengan orang yang lain
tidak mempunya ikatan sosial atau dengan kata lain, mereka
berdiri masing-masing. Tidak terdapat kebersamaan, persatuan
atau tujuan bersama.

Minggu, 18 Januari 2015


makalah PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat
Pancasila yang dibina oleh Bapak Drs. Salamun HS, M. Pd
Disusun oleh:
HUSRIN
SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM SUFYAN TSAURI
(STAIS) MAJENANG

Jln. K.H Sufyan Tsauri Majenang 53257 2014

KATA PENGANTAR

40

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena


atas limpahan Karunia, Rahmat, dan Hidayah-Nya yang berupa
kesehatan, sehingga makalah yang berjudul PANCASILA SEBAGAI
SISTEM FILSAFAT dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun sebagai tugas individu mata kuliah


Filsafat

Pancasila.

Saya berusaha

menyusun

makalah

ini

dengan segala kemampuan, namun saya menyadari bahwa


makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi
penulisan maupun segi penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun akan saya terima dengan
senang hati demi perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bisa memberikan informasi mengenai
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat dan bermanfaat bagi para
pembacanya. Atas perhatian dan kesempatan yang diberikan
untuk membuat makalah ini saya ucapkan terima kasih..
Majenang, 23 September 2014
Penulis
DAFTAR ISI

Kata

Pengantar

i
Daftar

Isi

ii
BAB

PENDAHULUAN
1
1.1.

Latar

Belakang
1
41

1.2.

Rumusan
1

1.3.

Tujuan

Masalah
Penulisan

2
1.4.

Manfaat
2

BAB

II
2.1

Pengertian
3

2.2

Arti
6

Pancasila
Indonesia

PEMBAHASAN
3

2.3
Kedudukan dan
sebagai

Filsafat

Pancasila

dan

sebagai

pandangan

Dasar

Filsafat

filsafat

bangsa

integralistik

Pancasila
sistem

.filsafat

2.4 Dasar sehingga Pancasila di jadikan Sebagai Sistem


Filsafat
bangsa
Indonesia
BAB

9
III

PENUTUP
10
Kesimpulan
10
Saran

10
Daftar

Pustaka

11

42

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap negara atau bangsa di dunia ini mempunyai sistem
nilai (filsafat) tertentu yang menjadi pegangan bagi anggota
masyarakat

dalam

menjalankan

kehidupan

dan

pemerintahannya. Filsafat negara merupakan pandangan hidup


bangsa yang diyakini kebenarannnya dan diaplikasikan dalam
kehidupan

masyarakat

yang

mendiami

negara

tersebut.

Pandangan hidup bangsa merupakan nilai-nilai yang dimiliki


oleh setiap bangsa. Nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi
segala aspek suatu bangsa. Nilai adalah suatu konsepsi yang
secara eksplisit maupun implisit menjadi milik atau ciri khas
seseorang atau masyarakat. Pada konsep tersembunyi bahwa
pilihan nilai merupakan suatu ukuran atau standar yang
memiliki kelestarian yang secara umum digunakan untuk
mengorganisasikan sistem tingkah laku suatu masyarakat
(Prayitno, 1989:1).
Sistem

nilai

filsafat)

yang

dianut

suatu

bangsa

merupakan filsafat masyarakat budaya bangsa. Bagi suatu


bangsa, filsafat merupakan sumber dari segala sumber hukum
yang berlaku dalam suatu masyarakat, bangsa, dan negara.
Oleh

karena

itu,

filsafat

berfungsi

dalam

menentukan

pandangan hidup suatu masyarakat dalam menghadapi suatu


43

masalah,

hakikat

dan

sifat hidup,

hakikat

kerja,

hakikat

kedudukan manusia, etika dan tata krama pergaulan dalam


ruang dan waktu, serta hakikat hubungan manusia dengan
manusia lainnya (Prayitno, 1989:2).
Indonesia adalah salah satu negara yang juga memiliki
filsafat seperti bangsa-bangsa lain. Filsafat ini tak lain adalah
yang kita kenal dengan nama Pancasila yang terdiri dari lima
sila. Pancasila merupakan filsafat hidup bangsa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang nantinya akan dibahas dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1.2.1 Pengertian filsafat dan dasar filsafat pancasila,
1.2.2 Arti Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia,
1.2.3

Kedudukan dan

pandangan

integralistik

Pancasila

sebagai sistem filsafat ,


1.2.4

Dasar sehingga Pancasila di jadikan Sebagai Sistem

Filsafat bangsa Indonesia .

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1.

Untuk

mengetahui arti

Pancasila

dalam

kedudukannya sebagai filsafat bangsa Indonesia.


2.

Untuk mengetahui kedudukan dan pandangan integralistik


Pancasila sebagai sistem filsafat.
44

3.

Untuk mengetahui dasar sehingga Pancasila di jadikan


Sebagai Sistem Filsafat bangsa Indonesia.

4.

Bagi dosen, sebagai tolak ukur atau penilaian terhadap


mahasiswa dalam memahami Pancasila sebagai sistem
filsafat.

5.

Bagi

penulis,

sebagai

sarana

untuk

memperoleh

keterampilan dalam melakukan penulisan dan pengetahuan


tentang pancasila sebagai sistem filsafat.

1.4 Manfaat
Setelah menentukan latar belakang, rumusan masalah dan
tujuan dari makalah ini, maka saya menemukan beberapa
manfaat khususnya bagi saya pribadi dimana dapat menambah
pengetahuan saya akan makna filsafat dan dasar filsafat
pancasila serta kedudukan pancasila sebagai sistem filsafat
bangsa.

Dengan

demikian,

saya

lebih

mengetahui

lagi

akan peranan pancasila dalam kedudukannya sebagai filsafat


bangsa

sehingga

tidaklah

salah

jika

pancasila

dijadikan

fundamental bangsa Indonesia.

45

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat Dan Dasar Filsafat Pancasila


Secara etimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu
philosophia. Kata itu terdiri dari kata philo, philos, philein yang
mempunyai arti cinta / pecinta / mencintai dan sophia yang
berarti kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran. Jadi
secara harfiah istilah filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan
atau kebenaran yang hakiki.
Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu
filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk. Selain
itu, ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai ilmu dan filsafat
sebagai pandangan hidup. Disamping itu, dikenal pula filsafat
dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis. Pancasila
dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat
sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal itu
berarti Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai
pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku, dan
perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan

46

bermasyarakat,

berbangsa,

dan

bernegara

bagi

bangsa

Indonesia dimanapun mereka berada.


Apabila kita bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut
diperhatikan, yaitu filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai
suatu pandangan, keduanya sangat berguna untuk memahami
Pancasila.

Di

sisi

lain,

kesatuan

sila-sila

Pancasila

pada

hakikatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat


formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis,
dasar epistemologi dan dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila.
Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang
Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa
dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertian
secara mendasar dan menyeluruh. Pembahasan filsafat dapat
dilakukan secara deduktif (dengan mencari hakikat Pancasila
serta

menganalisis

dan

menyusunnya

secara

sistematis

menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif dan secara


induktif

(dengan

mengamati

gejala-gejala

sosial

budaya

masyarakat, merefleksikannya dan menarik arti dan makna


yang hakiki dari gejala-gejala itu). Dengan demikian, filsafat
Pancasila akan mengungkapkan konsep-konsep kebenaran yang
bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan bagi
manusia pada umumnya
Kedudukan dan fungsi Pancasila harus dipahami sesuai
dengan konteksnya, misalnya Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat negara Republik
Indonesia, sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia.
Seluruh kedudukan dan fungsi Pancasila itu bukanlah berdiri
secara sendiri-sendiri namun bilamana dikelompokan maka
47

akan kembali pada dua kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu


sebagai dasar filsafat negara dan pandangan hidup bangsa
Indonesia.
Ada beberapa dasar yang menjadikan pancasila sebagai
filsafat bangsa Indonesia yaitu :

1.

Landasan Ontologis Pancasila


Ontologi,

menurut

Aristoteles

adalah

ilmu

yang

menyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau


eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika. Jadi
ontologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki makna yang
ada (eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada, dan
hakikat ada, termasuk ada alam, manusia, metafisika dan
kesemestaan atau kosmologi. Dasar ontologi Pancasila adalah
manusia

yang

memiliki hakikat mutlak monopluralis,

oleh

karenanya disebut juga sebagai dasar antropologis. Subyek


pendukungnya adalah manusia, yakni : yang berketuhanan,
yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan
dan yang berkeadilan pada hakikatnya adalah manusia. Hal
yang sama juga berlaku dalam konteks negara Indonesia,
Pancasila adalah filsafat negara dan pendukung pokok negara
adalah rakyat (manusia).

2.

Landasan Epistemologis Pancasila


Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki

asal, syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan.


Pengetahuan

manusia

sebagai

hasil

pengalaman

dan
48

pemikiran,

membentuk

budaya.

Bagaimana

manusia

mengetahui bahwa ia tahu atau mengetahui bahwa sesuatu itu


pengetahuan menjadi penyelidikan epistemologi. Dengan kata
lain, adalah bidang/cabang yang menyelidiki makna dan nilai
ilmu

pengetahuan,

sumbernya,

syarat-syarat

dan

proses

terjadinya ilmu, termasuk semantik, logika, matematika dan


teori ilmu.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada
hakikatnya adalah suatu sistem pengetahuan. Dalam kehidupan
sehari-hari Pancasila menjadi pedoman atau dasar bagi bangsa
Indonesia dalam memandang realitas alam semesta, manusia,
masyarakat, bangsa, dan negara tentang makna hidup serta
sebagai dasar bagi manusia Indonesia untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan. Pancasila
dalam pengertian seperti itu telah menjadi suatu sistem citacita atau keyakinan-keyakinan (belief system) sehingga telah
menjelma menjadi ideologi yang mengandung tiga unsur yaitu :
a.

Logos (rasionalitas atau penalaran)

b.

Pathos (penghayatan)

c.

Ethos (kesusilaan).

3.

Landasan Aksiologis Pancasila


Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran dan

atau ilmu/teori. Menurut Brameld, aksiologi adalah cabang


filsafat yang menyelidiki
a.

Tingkah laku moral, yang berwujud etika,


49

b. Ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan


keindahan,
c. Sosio politik yang berwujud ideologi.
Kehidupan manusia sebagai mahluk subyek
budaya, pencipta dan penegak nilai, berarti manusia secara
sadar mencari memilih dan melaksanakan (menikmati) nilai.
Jadi nilai merupakan fungsi rohani jasmani manusia. Dengan
demikian, aksiologi adalah cabang fisafat yang menyelidiki
makna nilai, sumber nilai, jenis nilai, tingkatan nilai dan hakikat
nilai,

termasuk

estetika,

etika,

ketuhanan

dan

agama.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikemukakan pula


bahwa yang mengandung nilai itu bukan hanya yang bersifat
material

saja

tetapi

juga

sesuatu

yang

bersifat

nonmaterial/rokhaniah. Nilai-nilai material relatif mudah diukur


yaitu dengan menggunakan indra maupun alat pengukur
lainnya, sedangkan nilai rokhaniah alat ukurnya adalah hati
nurani manusia yang dibantu indra manusia yaitu cipta, rasa,
karsa serta keyakinan manusia.

2.2 Arti Pancasila Sebagai Filsafat


Bangsa Indonesia sudah ada sejak zaman Sriwijaya dan
zaman

Majapahit

dalam

satu

kesatuan.

Namun,

dengan

datangnya bangsa barat persatuan dan kesatuan itu dipecah


oleh mereka dalam rangka menguasai daerah Indonesia yang
kaya raya ini. Arti Pancasila sebagai dasar filsafat negara
adalah sama dan mutlak bagi seluruh tumpah darah Indonesia.
50

Tidak ada tempat bagi warga negara Indonesia yang pro dan
kontra, karena Pancasila sudah ditetapkan sebagai filsafat
bangsa Indonesia.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai fungsi filsafat
Pancasila perlu dikaji tantang ilmu-ilmu yang erat kaitannya
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Fungsi filsafat
secara umum, sebagai berikut :
1.

Memberi

jawaban

atas

pernyataan

yang

bersifat

fundamental atau mendasar dalam kehidupan bernegara.


Segala

aspek

yang

erat

kaitannya

dengan

kehidupan

masyarakat bangsa tersebut dan yang berkaitan dengan


kelangsungan hidup dari negara bersangkutan. Oleh karena
itu, fungsi Pancasila sebagai filsafat dalam kehidupan
bernegara, haruslah memberikan jawaban yang mendasar
tentang hakikat kehidupan bernegara. Hal yang fundamental
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, susunan politik
atau sistem politik dari negara, bentuk negara, susunan
perekonomian

dan

dasar-dasar

pengembangan

ilmu

pengetahuan. Dalam hal ini Pancasila yang dikaji dari sudut


fungsinya telah mampu memberikan jawabannya.
2.

Filsafat

Pancasila

mampu

memberikan

dan

mencari

kebenaran yang substansi tentang hakikat negara, ide


negara, dan tujuan negara. Dasar Negara kita ada lima dasar
dimana setap silanya berkaitan dengan sila yang lain dan
merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak terbagi dan tidak
terpisahkan. Saling memberikan arah dan sebagai dasar
kepada sila yang lainnya. Tujuan negara akan selalu kita
temukan dalam setiap konstitusi negara bersangkutan.
51

Karenanya

tidak

selalu

sama

dan

bahkan

ada

kecenderungan perbedaan yang jauh sekali antara tujuan


disatu negara dengan negara lain. Bagi Indonesia secara
fundamental tujuan itu ialah Pancasila dan sekaligus menjadi
dasar berdirinya negara ini.
3.

Pancasila sebagi filsafat bangsa harus mampu menjadi


perangkat

dan

pemersatu

dari

berbagai

ilmu

yang

dikembangkan di Indonesia. Fungsi filsafat akan terlihaat


jelas, kalau di negara itu sudah berjalan keteraturan
kehidupan bernegara.

2.3 Kedudukan Dan Pandangan Integralistik Pancasila


Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Dalam sistem
itu masing-masing silanya saling kait mengkait merupakan satu
kesatuan yang menyeluruh. Di dalam Pancasila tercakup filsafat
hidup dan cita-cita luhur bangsa Indonesia tentang hubunagan
manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama
manusia, hubungan manusia dengan lingkungannya. Menurut
Driyakarya, Pancasila memperoleh dasarnya pada eksistensi
manusia sebagai manusia, lepas dari keadaan hidupnya yang
tertentu. Pancasila merupakan filsafat tentang kodrat manusia.
Dalam pancasila tersimpul hal-hal yang asasi tentang manusia.
Oleh karena itu, pokok-pokok Pancasila bersifat universal.
Berdasarkan hal tersebut, dapat diperoleh unsur inti yang tetap
dari Pancasila, yang tidak mengalami perubahan dalam dunia
yang selalu berubah ini. Sifatnya yang abstrak, umum dan
universal ini mengemukakan Pancasila dalam isi dan artinya
52

sama dan mutlak bagi seluruh bangsa, diseluruh tumpah darah


dan sepanjang waktu sebagai cita-cita bangsa dalam Negara
Republik Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.
Secara lebih lanjut dapat dikemukakan pula bahwa dasar
filsafat

bangsa

Indonesia

bersifat

majemuk

tunggal

(monopluralis), yang merupakan persatuan dan kesatuan dari


sila-silanya. Akan tetapi bukan manusia yang menjadi dasar
persatuan dan kesatuan dari sila-sila Pancasila itu, melainkan
dasar persatuan dan kesatuan itu terletak pada hakikat
manusia. Secara hakiki, susunan kodrat manusia terdiri atas
jiwa dan badan, sifat kodratnya adalah sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial, dan kedudukan kodratnya adalah
sebagai makhluk Tuhan dan makhluk yang berdiri sendiri
(otonom). Aspek-aspek hakikat kodrat manusia itu dalam
realitasnya saling berhubungan erat, saling brkaitan, yang satu
tidak dapat dipisahkan dari yang lain. Jadi bersifat monopluralis,
dan hakiikat manusia yang monopluralis itulah yang menjadi
dasar

persatuan

dan

kesatuan

sila-sila

Pancasila

yang

merupakan dasar filsafat Negara Indonesia.


Pancasila yang bulat dan utuh yang bersifat majemuk
tunggal itu menjadi dasar hidup bersama bangsa Indonesia
yang bersifat majemuk tunggal pula. Dalam kenyataannya,
bangsa Indonesia itu terdiri dari berbagai suku bangsa, adat
istiadat, kebudayaan dan agama yang berbeda. Dan diantara
perbedaan yang ada sebenarnya juga terdapat kesamaan.
Secara hakiki, bangsa Indonesia yang memiliki perbedaanperbedaan

itu

juga

memiliki kesamaan,.bangsa

Indonesia

berasal dari keturunan nenek moyang yang sama, jadi dapat


53

dikatakan memiliki kesatuan darah. Dapat diungkapkan pula


bahwa bangsa Indonesia yang memiliki perbedaan itu juga
mempunyai kesamaan sejarah dan nasib kehidupan. Secara
bersama bangsa Indonesia pernah dijajah, berjuang melawan
penjajahan, merdeka dari penjajahan. Dan yang lebih penting
lagi

adalah

bahwa

setelah

merdek,

bangsa

Indonesia

mempunyai kesamaan tekad yaitu mengurus kepentingannya


sendiri dalam bentuk Negara yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur. Kesadaran akan perbedaan dan kesamaan
inilah yang menumbuhkan niat, kehendak (karsa dan Wollen)
untuk selalu menuju kepada persatuan dan kesatuan bangsa
atau yang lebih dikenal dengan wawasan bhineka tunggal ika
.
Pernyataan

lebih

lanjut

adalah

bagaimana

bangsa

Indonesia melaksanakan kehidupan bersama berlandaskan


kepada dasar filsafat Pancasila sebagai asas persatuan dan
kesatuan sebagai perwujudan hakikat kodrat manusia. Pada
saat mendirikan Negara Indonesia, para pendiri sepakat untuk
mendirikan Negara Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan
sifat dan corak masyarakat Indonesia,yaitu Negara yang
berdasar atas aliran pikiran Negara (staatsidee) negara yang
integralistik, negara yang bersatu dengan seluruh rakyatnya,
yang mengatasi seluruh golongan dalam bidang apapun.
Jadi negara sebagai susunan dari seluruh masyarakat
dimana

segala

golongan,

segala

bagian

anggotanya berhubungan erat satu dengan

dan

seluruh

lainnya dan

merupakan persatuan dan kesatuan yang organis. Kepentingan


individu dan kepentingan bersama harus diserasikan dan
54

diseimbangkan antara satu dengan lainnya. Hidup kenegaraan


diatur dalam prinsip solidaritas, menuntut bahwa kebersamaan
dan individu tidak dapat dipertentangkan satu dengan lainnya.
Negara harus dipandang sebagai institusi seluruh rakyat yang
memberi tempat bagi semua golongan dan lapisan masyarakat
dalam bidang apapun. Sebaliknya negara juga bertanggung
jawab atas kemerdekaan dan kesejahteraan semua warga
negara. Tujuan Negara adalah kesejahteraan umum. Oleh
karena itu negara tidak mempersatukan diri dengan golongan
terbesar, juga tidak mempersatukan diri dengan golongan yang
paling
dengan

kuat,

melainkan

memperhatikan

Negara
semuua

mengusahakan
golongan

tujuannya

dan

semua

perseorangan. Negara mempersatukan diri dengan seluruh


lapisan masyarakat.

2.4

Dasar Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Negara kita Indonesia dalam pengelolaan atau pengaturan

kehidupan bernegaranya dilandasi oleh filsafat atau ideologi


pancasila. Fundamen negara ini harus tetap kuat dan kokoh
serta tidak mungkin diubah. Mengubah fundamen, dasar, atau
ideologi

berarti

mengubah

eksistensi

dan

sifat

negara.

Keutuhan negara dan bangsa bertolak dari sudut kuat atau


lemahnya bangsa itu berpegang kepada dasar negaranya.
Alasan pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia adalah
sebagai berikut:
1.

Secara prktis-fungsional, dalam tata-budaya masyarakat


Indonesia pra-kemerdekaan nilai Pancasila diakui sebagai
filsafat hidup atau pandangan hidup yang dipraktekkan.
55

2.

Secara

formal-konstitusional,

bangsa

Indonesia

mengakui Pancasila dalah dasar negara (filsafat negara) RI.


3.

Secara psikologis dan kultural, bangsa dan budaya


Indonesia sederajat dengan bangsa dan budaya manapun.
Karenanya, wajar bangsa Indonesia sebagaimana bangsabangsa lain (Cina, India, Arab, Eropa) mewarisi sistem
filsafat dalam budayanya. Jadi, Pancasila adalah filsafat
yang diwarisi dalam budaya Indonesia.

4.

Secara potensial, filsafat Pancasila akan berkembang


bersama

dinamika

budaya;

filsafat

Pancasila

akan

berkembang secara konsepsional, kaya konsepsional dan


kepustakaan

secara

kuantitas

dan

kualitas.

Filsafat

Pancasila merupakan bagian dari khasanah dan filsafat


yang ada dalam kepustakaan dan peradaban modern.

56

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
filsafat

adalah

cinta

akankebijakan.

Sedangkan

Pancasila

sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian


yang saling berhubungan, saling bekerjasama antara sila yang
satu dengan sila yang lain untuk tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh yang
mempunyai

beberapa

inti

sila,

nilai

dan

landasan

yang

mendasar.

3.2 Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan
saran kepada pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui
sejauh

mana

kita

mempelajari

tentang

filsafat,

filsafat

pancasila, dan pancasila sebagai sistem filsafat. Semoga


dengan makalah ini para pembaca dapat menambah cakrawala
ilmu pengetahuan.
57

Jumat, 16 Agustus 2013


Makalah Pendidikan Pancasila
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Disusun oleh :
Jalaluddin ( 201231052 )
Kelas: 2.2 Agroteknologi
JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KALTARA TANJUNG SELOR 2013

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

MOTTO

: Belajar memahami arti penting pancasila sebagai

Filsafat akan membuat kita mengerti lebih jauh apa arti yang
terkandung dalam pancasila itu sendiri.

Persembahan

: 1.

Untuk Pak Zubair yang telah

memberikan tugas ini

58

2.

Untuk

Rekan-rekan

kami

yang

telah

membantu kami

59

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat

secara

langsung

ataupun

tidak

langsung

mengakibatkan

perubahan besar pada berbagai bangsa di dunia.Gelombang


besar

kekuatan

internasional

dan

transnasional

melalui

globalisasi telah mengancam, bahkan mengasai eksistensi


Negara-negara kebangsaan, termasuk Indonesia. Akibat yang
langsung terlihat adalah terjadinya pergeseran nilai-nilai dalam
kehidupan kebangsaan karena adanya perbenturan
kepentingan
Permasalahan

antara

nasionalisme

kebangsaan

dan

dan

internasionalisme.

kenegaraan

di

Indonesia

menjadi semakin kompleks dan rumit manakala ancaman


internasional yang terjadi di satu sisi, pada sisi yang lain
muncul masalah internal, yaitu maraknya tunttan rakyat, yang
secara objektif mengalami suatu kehidupan yang jauh dari
kesejahteraan dan keadilan sosial. Paradoks antara kekuasaan
global dengan kekuasaan nasional ditambah komplik internal
seperti gambaran di atas, mengakibatkan suatu tarik menarik
kepentingan yang secara langsung mengancam jati diri bangsa.
Nilai-nilai baru yang masuk, baik secara sujektif maupun
objektif, serta terjadinya pergeseran nilai di tengah masyarakat
yang

pada

akhirnya

mengancam-prinsip-prinsip

hidup

berbangsa masyarakat Indonesia. Prinsip dasar yang telah


ditemukan oleh peletak dasar (The founding fathers) Negara
60

Indonesia yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip


dasar filsafat bernegara, itulah pancasila. Dengan pemahaman
demikian,

maka

pancasila

sebagai

filsafat

hidup

bangsa

Indonesia saat ini mengalami ancaman dengan munculnya nilai


nilai baru dari nuar dan pergeseran nilai-nilai yang terjadi
Secara ilmiah harus disadari bahwa suatu masyarakat suatu
bangsa, senantiasan memeliki suatu pandangan hidup atau
filsaat hidup masing-masing, yang berbeda dengan bangsa lain
didunia.

Inilah

yang

(kecerdasan/kreatifitas

disebut
lokal)

dan

sebagai

local

sekaligus

sebagai

genius
local

wisdom (kearifan local) bangsa. Dengan demikian, bangsa


Indonesia tidak mungkin memiliki kesamaan pandangan hidup
dan filsafat hidup dengan bangsa lain.
Ketika para pendiri Negara Indonesia menyiapkan berdirinya
Negara Indonesi merdeka, mereka sadar sepenuhnya untuk
menjawab suatu pertanyaan yang fundamental di atas dasar
apakah Negara Indonesia merdeka ini didirikan? jawaban atas
pertanyaan mendasar ini akan selalu menjadi dasar dan tolak
ukur utama bangsa ini meng-Indonesia. Dengan kata lain, jati
diri bangsa selalu bertolak ukur pada nilai-nilai pancasila
sebagai filsafat bangsa. Pancasila yang terdiri atas lima sila
pada

hakikatnya

merupakan

sistim

filsafat.

Pemahaman

demikian memerlukan pengkajian lebih lanjut menyangkut


aspek ontology, epistemology, dan aksiologi dari kelima sila
pancasila.

1.2

Tujuan

61

Adapun Tujuan Umum dan Khusus dari pembuatan makalah ini


yaitu:
1.
2.

Agar kami mendapatkan nilai dari tugas Dosen mata kuliah


mengetahui aspek dari isi pencasila sebagai filsafat

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
a. Guna menambah wawasan para mahasiswa mengenai
materi yang dibahas dalam makalah ini.
b.

Mengembangkan agar kami bisa mengetahui tujuan


khusus pancasila

c.

Meningkatkan

keterampilan

para

mahasiswa

dalam

membuat makalah dengan benar

62

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Filsafat
Secara etimologi, filsafat adalah istilah atau kata yang
berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Kata itu terdiri
dari dua kata yaitu philo, philos, philein, yang mempunyai arti
cinta/ pecinta/ mencintai dan sophia yang berarti kebijakan,
kearifan, hikmah, hakikat kebenaran. Jadi secara harafiah istilah
filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran yang
hakiki.

Berfilsafat

berarti

berpikir

sedalam-dalamnya

(merenung) terhadap sesuatu secara metodik, sistematik,


menyeluruh dan universal untuk mencari hakikat sesuatu.
Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang paling umum yang
mengandung usaha mencari kebijaksanaandan cinta akan
kebijakan. Kata filsafat untuk pertama kali digunakan oleh
Phythagoras (582 496 SM). Dia adalah seorang ahli pikir dan
pelopor matematika yang menganggap bahwa intisari dan
hakikat dari semesta ini adalah bilangan. Namun demikian,
banyaknya pengertian filsafat sebagaimana yang diketahui
sekarang ini adalah sebanyak tafsiran para filsuf itu sendiri. Ada
tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu :
1. Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata
heran merupakan asal dari filsafat. Rasa heran itu akan
mendorong untuk menyelidiki.
2. Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran
manusia yang akan menuntun pada kesadaran. Sikap ini

63

sangat berguna untuk menemukan titik pangkal yang


kemudian tidak disangsikan lagi.
3. Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika
ia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama
bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Kemudian
muncul kesadaran akan keterbatasan bahwa diluar yang
terbatas pasti ada sesuatu yang tdak terbatas.
Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu
filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk. Selain
itu, ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai ilmu dan filsafat
sebagai pandangan hidup. Disamping itu, dikenal pula filsafat
dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.
Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk,
filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti
praktis. Hal itu berarti Pancasila mempunyai fungsi dan peranan
sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku, dan
perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan
bermasyarakat,

berbangsa,

dan

bernegara

bagi

bangsa

Indonesia dimanapun mereka berada.


Pancasila adalah dasar Filsafat Negara Republik Indonesia
yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus
1945 dan tercantum dalam UUD 1945, dundangkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia tahun II No. 7 bersama
dengan UUD 1945.
Nilai-nilai yang tertuang dalam rumusan sila-sila Pancasila
adalah landasan filosofis yang dianggap, dipercaya dan diyakini
sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang
paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan
64

paling

sesuai

sebagai

dasar

Negara

Kesatuan

Republik

digolongkan

sebagai

Indonesia.
Bentuk

Filsafat

Pancasila

sendiri

berikut :
1.

Bersifat religius yang berarti dalam hal kebijaksanaan


dan kebenaran mengenal adanya kebenaran mutlak yang
berasal dari Tuhan Yang Maha Esa (kebenaran religius) dan
sekaligus mengakui keterbatasan kemampuan manusia.

2. Memiliki

arti

pemahamannya

praktis

yang

tidak sekedar

berarti

dalam

proses

mencari kebenaran

dan

kebijaksanaan, serta hasrat ingin tahu, tapi hasil pemikiran


yang berwujud filsafat pancasila tersebut dipergunakan
sebagai

pedoman

hidup

sehari-hari

(way

of

life

weltanschaung) agar mencapai kebahagiaan lahir dan bathin


(Pancasilais).

2.1.1. Obyek Filsafat


Filsafat merupakan kegiatan pemikiran yang tinggi dan murni
(tidak terikat langsung dengan suatu obyek), yang mendalam
dan daya pikir subyek manusia dalam memahami segala
sesuatu untuk mencari kebenaran. Berpikir aktif dalam mencari
kebenaran adalah potensi dan fungsi kepribadian manusia.
Ajaran filsafat merupakan hasil pemikiran yang sedalamdalamnya

tentang

kesemestaan,

secara

mendasar

(fundamental dan hakiki). Filsafat sebagai hasil pemikiran


pemikir (filsuf) merupakan suatu ajaran atau sistem nilai, baik
berwujud pandangan hidup (filsafat hidup) maupun sebagai
65

ideologi yang dianut suatu masyarakat atau bangsa dan


negara. Filsafat demikian, telah tumbuh dan berkembang
menjadi suatu tata nilai yang melembaga sebagai suatu paham
(isme) seperti kapitalisme, komunisme, fasisme dan sebagainya
yang cukup mempengaruhi kehidupan bangsa dan negara
modern. Filsafat sebagai kegiatan olah pikir manusia menyelidik
obyek yang tidak terbatas yang ditinjau dari dari sudut isi atau
substansinya dapat dibedakan menjadi :
a. obyek material filsafat : yaitu obyek pembahasan filsafat
yang mencakup segala sesuatu baik yang bersifat material
kongkrit seperti manusia, alam, benda, binatang dan lainlain, maupun sesuatu yang bersifat abstrak spiritual seperti
nilai-nilai, ide-ide, ideologi, moral, pandangan hidup dan lain
sebagainya.
b. obyek formal filsafat : cara memandang seorang peneliti
terhadap objek
material tersebut.
Suatu obyek material tertentu dapat ditinjau dari berbagai
sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu, terdapat
berbagai macam sudut pandang filsafat yang merupakan
cabang-cabang filsafat. Adapun cabang-cabang filsafat yang
pokok adalah :
a.

Metafisika,

yang

membahas

tentang

hal-hal

yang

bereksistensi di balik fisis yang meliputi bidang : ontologi


(membicarakan teori sifat dasar dan ragam (kenyataan),
kosmologi (membicarakan tentang teori umum mengenai
proses kenyataan, dan antropologi.
66

b.

Epistemologi,

adalah

pikiran-pikiran

dengan

hakikat

pengetahuan atau kebenaran.


c. Metodologi, adalah ilmu yang membicarakan cara/jalan untuk
memperoleh pengetahuan.
d. Logika, dalah membicarakan tentang aturan-aturan berpikir
agar dapat mengambil kesimpulan yang benar.
e. Etika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan tingkah
laku manusia tentang baik-buruk
f. Estetika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan
hakikat keindahan kejelekan.

2.1.2. Aliran-Aliran Filsafat


Aliran-aliran utama filsafat yang ada sejak dahulu hingga
sekarang adalah sebagai berikut :
a. Aliran Materialisme, aliran ini mengajarkan bahwa hakikat
realitas kesemestaan, termasuk mahluk hidup dan manusia
ialah materi. Semua realitas itu ditentukan oleh materi
(misalnya benda ekonomi, makanan) dan terikat pada
hukum alam, yaitu hukum sebab-akibat (hukum kausalitas)
yang bersifat objektif.
b. Aliran Idealisme/Spiritualisme, aliran ini mengajarkan bahwa
ide

dan

spirit

manusia

yang

menentukan

hidup

dan

pengertian manusia. Subjek manusia sadar atas realitas


dirinya

dan

kesemestaan

karena

ada

akal

budi

dan

kesadaran rohani manusia yang tidak sadar atau mati sama


67

sekali tidak menyadari dirinya apalagi realitas kesemestaan.


Jadi hakikat diri dan kenyataan kesemestaan ialah akal budi
(ide dan spirit)
c. Aliran Realisme, aliran ini menggambarkan bahwa kedua
aliran diatas adalah bertentangan, tidak sesuai dengan
kenyataan

(tidak

realistis).

Sesungguhnya,

realitas

kesemestaan, terutama kehidupan bukanlah benda (materi)


semata-mata. Kehidupan seperti tampak pada tumbuhtumbuhan, hewan, dan manusia mereka hidup berkembang
biak, kemudian tua dan akhirnya mati. Pastilah realitas
demikian lebih daripada sekadar materi. Oleh karenanya,
realitas adalah panduan benda (materi dan jasmaniah)
dengan yang non materi (spiritual, jiwa, dan rohaniah).
Khusus pada manusia tampak dalam gejala daya pikir, cipta,
dan budi. Jadi menurut aliran ini, realitas merupakan sintesis
antara jasmaniah-rohaniah, materi dan nonmateri.

2.2. Pancasila sebagai sestem filsafat


2.2.1. Pancasila Sebagai Jati diri Bangsa Indonesia
Kedudukan dan fungsi Pancasila harus dipahami sesuai
dengan konteksnya, misalnya Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat negara Republik
Indonesia, sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia.
Seluruh kedudukan dan fungsi Pancasila itu bukanlah berdiri
secara sendiri-sendiri namun bilamana dikelompokan maka
akan kembali pada dua kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu
sebagai dasar filsafat negara dan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value
68

system)

yang

merupakan

kristalisasi

nilai-nilai

luhur

kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang sejarah, yang berakar


dari unsur-unsur kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara
keseluruhannya

terpadu

menjadi

kebudayaan

bangsa

Indonesia.
Hal itu bisa dilihat dari proses terjadinya Pancasila yaitu
melalui suatu proses yang disebut kausa materialisme karena
nilai-nilai dalam Pancasila sudah ada dan hidup sejak jaman
dulu yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Pandangan
yang diyakini kebenarannya itu menimbulkan tekad bagi
bangsa Indonesia untuk mewujudkan dalam sikap dan tingkah
laku serta perbuatannya. Di sisi lain, pandangan itu menjadi
motor penggerak bagi tindakan dan perbuatan dalam mencapai
tujuannya. Dari pandangan inilah maka dapat diketahui cita-cita
yang ingin dicapai bangsa, gagasan kejiwaan apa saja yang
akan

coba

diwujudkan

dalam

kehidupan

bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Satu pertanyaan yang sangat


fundamental disadari sepenuhnya oleh para pendiri negara
Republik Indonesia adalah :di atas dasar apakah Negara
Indonesia didirikan ketika mereka bersidang untuk pertama
kali di lembaga BPUPKI. Mereka menyadari bahwa makna hidup
bagi bangsa Indonesia harus ditemukan dalam budaya dan
peradaban

bangsa

Indonesia

sendiri

yang

merupakan

perwujudan dan pengejawantahan nilai-nilai yang dimiliki,


diyakini dan dihayati kebenarannya oleh masyarakat sepanjang
masa dalam sejarah perkembangan dan pertumbuhan bangsa
sejak lahirnya.

69

Nilai-nilai

itu

adalah

buah

hasil

pikiran-pikiran

dan

gagasan-gagasan
dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik.
Mereka menciptakan tata nilai yang mendukung tata kehidupan
sosial dan tata kehidupan kerohanian bangsa yang memberi
corak, watak dan ciri masyarakat dan bangsa Indonesia yang
membedakannya dengan masyarakat dan bangsa lainnya.
Kenyataan yang demikian itu merupakan suatu kenyataan
objektif yang merupakan jatidiri bangsa Indonesia.
Jadi nilai-nilai Pancasila itu diungkapkan dan dirumuskan
dari sumber nilai utama yaitu :
a. nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal, mutlak, dan
abadi dari Tuhan Yang Maha Esa yang tercermin dalam inti
kesamaan ajaranajaran agama dalam kitab suci
b. nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan
intisari dari nilai-nilai yang luhur budaya masyarkat (inti
kesatuan adat-istiadat yang baik) yang tersebar di seluruh
nusantara.
2.2.2. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu
Sistem
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya
merupakan suatu sistem filsafat. Pengertian sistem adalah
suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan

suatu

kesatuan

yang

utuh.

Lazimnya

sistem

memiliki ciri-ciri sebagai berikut :


a. suatu kesatuan bagian-bagian
70

b. bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri


c. saling berhubungan dan saling ketergantungan
d. kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan
bersama (tujuan sistem)
e. terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu
asas sendirisendiri, fungsi sendiri-sendiri namun demikian
secara keseluruhan adalah suatu kesatuan yang sistematis
dengan tujuan (bersama) suatu masyarakat yang adil

dan

makmur berdasarkan Pancasila.

2.2.3. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat


Organis
Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan peradaban, dalam arti, setiap sila merupakan unsur
(bagian yang mutlak) dari kesatuan Pancasila. Oleh karena itu,
Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal,
dengan akibat setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri
terlepas dari sila-sila lainnya. Di samping itu, di antara sila satu
dan lainnya tidak saling bertentangan. Kesatuan si;a-sila yang
bersifat organis tersebut pada hakikatnya secara

filisofis

bersumber pada hakikat dasar ontologis manusia sebagai


pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu hakikat
manusia monopluralis yang memiliki unsur-unsur susunan
kodrat jasmani-rohani, sifat kodrat individu-mahluk sosial, dan
kedudukan kodrat sebagai pribadi berdiri sendiri-mahluk Tuhan

71

Yang Maha Esa. Unsur-unsur itu merupakan suatu kesatuan


yang bersifat organis harmonis.
2.2.4. Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hirarkhis Dan Berbentuk
Piramida
Hirarkhis dan piramidal mempunyai pengertian yang
sangat matematis yang digunakan untuk menggambarkan
hubungan

sila-sila

Pancasila

dalam

hal

urut-urutan

luas

(kuantitas) dan juga dalam hal isi sifatnya. Susunan sila-sila


Pancasila menunjukkan suatu rangkaian tingkatan luas dan isi
sifatnya dari silasila sebelumnya atau diatasnya.
Dengan

demikian,

dasar

susunan

sila-sila

Pancasila

mempunyai ikatan yang kuat pada setiap silanya sehingga


secara keseluruhan Pancasila merupakan suatu keseluruhan
yang bulat. Oleh karena itu, sila pertama yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa menjadi basis dari sila-sila Pancasila berikutnya.
Secara ontologis hakikat Pancasila mendasarkan setiap
silanya pada landasan, yaitu : Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat,
dan Adil. Oleh karena itu, hakikat itu harus selalu berkaitan
dengan sifat dan hakikat negara Indonesia. Dengan demikian
maka, sila pertama adalah sifat dan keadaaan negara harus
sesuai dengan hakikat Tuhan; sila kedua sifat dan keadaan
negara harus sesuai dengan hakikat manusia; sila ketiga sifat
dan keadaan negara harus satu; sila keempat adalah sifat dan
keadaan negara harus sesuai dengan hakikat rakyat; dan sila
kelima adalah sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan
hakikat adil. Contoh rumusan Pancasila yang bersifat hirarkis
dan berbentuk pyramidal adalah : sila pertama, Ketuhanan Yang
Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai sila-sila kemanusiaan
72

yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang


dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratanperwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2.2.5. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang
Saling Mengisi Dan Saling Mengkualifikasi
Kesatuan

sila-sila

Pancasila

yang

majemuk

tunggal,

hirarkhis pyramidal juga memiliki sifat saling mengisi dan salng


mengkualifikasi.

Hal

itu

dimaksudkan

bahwa

setiap

sila

terkandung nilai keempat sila lainnya, dengan kata lain, dalam


setiap sila Pancasila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila
lainnya. Contoh rumusan kesatuan sila-sila Pancasila yang
mengisi dan saling mengkualifikasi adalah sebagai berikut : sila
Ketuhanan Yang Maha Esa adalah berkemanusiaan yang adil
dan beradab, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang
dipimpin

oleh

hikmat

permusyawaratan/perwakilan

kebijaksanaan
dan

berkeadilan

dalam

sosial

bagi

seluruh rakyat Indonesia.


2.2.6. Pancasila Sebagai Ilmu
Filsafat seabagai induk ilmu pengetahuan. Pengetahuan
dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian pancasila sebagai
system

filsafat.

Pancasila

sebagai

system

filsafat

adalah

pengungkapan. Filsafat sebagai ilmu atau metode dan filsafat


sebagai pandangan hidup hakikat pancasila sebagai suatu
system pengetahuan. Pancasila sebagai system filsafat pada
syarat-syarat filsafat sebagai ilmu adalah pengetahuan hidup
atau filsafat Negara republic Indonesia yang berdasarkan uud45 dan pancasila.
73

Filsafat ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara
substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas
dari

peranan

filsafat,

sebaiknya

perkembangan

ilmu

memperkuat keberadaan filsafat. Kelahiran filsafat di Yunani


menunjukkan pola pemikiran bangsa Yunani dari pandangan
mitologi akhirnya lenyap dan pada gilirannya rasiolah yang
dominan.
Perubahan dari pola pikir mite-mite kerasio membawa
implikasi yang tidak kecil. Alam dengan segala gejalanya, yang
selama itu ditakuti kemudian didekati dan bahkan bisa dikuasai.
Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum
alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang
terjadi, baik alam semesta maupun pada manusia sendiri.
Filsafat mengambil peran penting karena dalam filsafat kita
bias

menjumpai

pandangan-pandangan

tentang

apa

saja

(kompleksitas, mendiskusikan dan menguji kesahihan dan


akuntabilitas pemikiran serta gagasan-gagasan

yang bisa

dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan intelektual (Bagir,


2005). Menurut kamus Webster New World Dictionary, kata
science berasal dari kata latin, scire yang artinya mengetahui.
Secara bahasa science berarti keadaan atau fakta mengetahui
dan sering diambil dalam arti pengetahuan (knowledge) yang
dikontraskan melalui intuisi atau kepercayaan. Namun kata ini
mengalami perkembangan dan perubahan makna sehingga
berarti pengetahuan yang sistematis yang berasal dari 11
observasi, kajian, dan percobaan-percobaan yang dilakukan
untuk menetukan sifat dasar atau prinsip apa yang dikaji.
Sedangkan dalam bahasa Arab, ilmu (ilm) berasal dari kata
74

alima yang artinya mengetahui. Jadi ilmu secara harfiah tidak


terlalu berbeda dengan science yang berasal dari kata scire.
Namun ilmu memiliki ruang lingkup yang berbeda dengan
science (sains).
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau
sering juga disebut epistimologi. Epistimologi berasal dari
bahasa

Yunani

yakni

episcmc

yang

berarti

knowledge,

pengetahuan dan logos yang berarti teori. Istilah ini pertama


kali dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1854 yang membuat dua
cabang filsafat yakni epistemology dan ontology, ontology
2.2.7. Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa dan Negara
Indonesia
Keberadaan

Pancasila

telah

terbukti

mampu

mempersatukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)


dari

perpecahan.

Dengan

konsep

Bhinneka

Tunggal

Ika,

Pancasila menjadi nilai rujukan kebersamaan atas beragam


budaya dan etnis dari Sabang sampai Merauke. Dari kenyataan
inilah maka fungsi dan peranan Pancasila meliputi:
a. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia
b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
c. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
d. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia
e. Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia
f. Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan
bangsa Indonesia
75

g. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia


h. Pancasila sebagai moral pembangunan
i. Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila

Filsafat

Pancasila

Sebagai

Pandangan

Hidup

Bangsa

Indonesia adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki bangsa


itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad
pada bangsa itu untuk mewujudkannya menjadi negara yang
sejahtera (Wellfare State).

2.3. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat


Apabila kita bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut
diperhatikan, yaitu filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai
suatu pandangan, keduanya sangat berguna untuk memahami
Pancasila.

Di

sisi

lain,

kesatuan

sila-sila

Pancasila

pada

hakikatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat


formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis,
dasar epistemologi dan dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila.
Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang
Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa
dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertian
secara mendasar dan menyeluruh. Pembahasan filsafat dapat
dilakukan secara deduktif (dengan mencari hakikat Pancasila
serta

menganalisis

dan

menyusunnya

secara

sistematis

menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif dan secara


induktif

(dengan

mengamati

gejala-gejala

sosial

budaya

masyarakat, merefleksikannya dan menarik arti dan makna


76

yang hakiki dari gejala-gejala itu). Dengan demikian, filsafat


Pancasila akan mengungkapkan konsep-konsep kebenaran yang
bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan bagi
manusia pada umumnya.
1. Aspek Ontologis
Ontologi menurut Runes, adalah teori tentang adanya
keberadaan

atau

eksistensi.

Sementara

Aristoteles,

menyebutnya sebagai ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu


dan disamakan artinya dengan metafisika. Jadi ontologi adalah
bidang filsafat yang menyelidiki makna yang ada (eksistensi
dan keberadaan), sumber ada, jenis ada, dan hakikat ada,
termasuk ada alam, manusia, metafisika dan kesemestaan atau
kosmologi. Dasar ontologi Pancasila adalah manusia yang
memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh karenanya disebut
juga sebagai dasar antropologis. Subyek pendukungnya adalah
manusia, yakni : yang berketuhanan, yang berkemanusiaan,
yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan yang berkeadilan
pada hakikatnya adalah manusia. Hal yang sama juga berlaku
dalam konteks negara Indonesia, Pancasila adalah filsafat
negara dan pendukung pokok negaraadalah rakyat (manusia).
2. Aspek Epistemologi
Epistemologi adalah bidang/cabang filsafat yang menyelidiki
asal, syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan.
Pengetahuan
pemikiran,

manusia
membentuk

sebagai
budaya.

hasil

pengalaman

Bagaimana

dan

manusia

mengetahui bahwa ia tahu atau mengetahui bahwa sesuatu itu


pengetahuan menjadi penyelidikan epistemologi. Dengan kata
77

lain, adalah bidang/cabang yang menyelidiki makna dan nilai


ilmu

pengetahuan,

sumbernya,

syarat-syarat

dan

proses

terjadinya ilmu, termasuk semantik, logika, matematika dan


teori ilmu.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya
adalah suatu sistem pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari
Pancasila menjadi pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia
dalam

memandang

realitas

alam

semesta,

manusia,

masyarakat, bangsa, dan negara tentang makna hidup serta


sebagai dasar bagi manusia Indonesia untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan. Pancasila
dalam pengertian seperti itu telah menjadi suatu sistem citacita atau keyakinan-keyakinan (belief system) sehingga telah
menjelma menjadi ideologi (mengandung tiga unsur yaitu :
1. logos (rasionalitas atau penalaran)
2. pathos (penghayatan), dan
3. ethos (kesusilaan).
3. Aspek Aksiologi
Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran dan atau
ilmu/teori. Menurut Brameld, aksiologi adalah cabang filsafat
yang menyelidiki :
a. tingkah laku moral, yang berwujud etika,
b. ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan
keindahan,
c. sosio politik yang berwujud ideologi.

78

Kehidupan

manusia

sebagai

mahluk

subyek

budaya,

pencipta dan penegak nilai, berarti manusia secara sadar


mencari memilih dan melaksanakan (menikmati) nilai. Jadi nilai
merupakan fungsi rohani jasmani manusia. Dengan demikian,
aksiologi adalah cabang fisafat yang menyelidiki makna nilai,
sumber nilai, jenis nilai, tingkatan nilai dan hakikat nilai,
termasuk estetika, etika, ketuhanan dan agama. Berdasarkan
uraian tersebut maka dapat dikemukakan pula bahwa yang
mengandung nilai itu bukan hanya yang bersifat material saja
tetapi juga sesuatu yang bersifat nonmaterial/rokhaniah. Nilainilai material relatif mudah diukur yaitu dengan menggunakan
indra maupun alat pengukur lainnya, sedangkan nilai rokhaniah
alat ukurnya adalah hati nurani manusia yang dibantu indra
manusia yaitu cipta, rasa, karsa serta keyakinan manusia.

2.4. Nilai-Nilai Pancasila Menjadi Dasar Dan Arah Keseimbangan


Antara Hak Dan Kewajiban
Pandangan mengenai hubungan antara manusia dan
masyarakat merupakan falsafah kehidupan masyarakat yang
memberi

corak

dan

warna

bagi

kehidupan

masyarakat.

Pancasila memandang bahwa kebahagiaan manusia

akan

tercapai jika ditumbuh-kembangkan hubungan yang serasi


antara manusia dengan masyarakat serta hubungan manusia
dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Apabila memahami nilai-nilai dari sila-sila Pancasila akan
terkandung beberapa hubungan manusia yang melahirkan
keseimbangan antara hak dan kewajiban antar hubungan
tersebut, yaitu sebagai berikut :
79

1. Hubungan Vertikal
Adalah hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa
sebagai penjelmaan dari nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dalam hubungannya dengan itu, manusia memiliki kewajibankewajiban

untuk

melaksanakan

perintah-Nya

dan

menjauhkan/menghentikan larangan-Nya, sedangkan hak-hak


yang diterima manusia adalah rahmat yang tidak terhingga
yang diberikan dan pembalasan amal perbuatan di akhirat
nanti.
2. Hubungan Horisontal
Adalah hubungan manusia dengan sesamanya baik dalam
fungsinya sebagai warga masyarakat, warga bangsa maupun
warga negara. Hubungan itumelahirkan hak dan kewajiban
yang seimbang.
3. Hubungan Alamiah
Adalah hubungan manusia dengan alam sekitar yang
meliputi hewan,tumbuh-tumbuhan dan alam dengan segala
kekayaannya. Seluruh alam dengansegala isinya adalah untuk
kebutuhan manusia. Manusia berkewajiban untuk melestarikan
karena alam mengalami penyusutan sedangkan manusia terus
bertambah. Oleh karena itu, memelihara kelestrian alam
merupakan kewajiban manusia, sedangkan hak yang diterima
manusia

dari

alam

sudah

tidak

terhingga

banyaknya.

Kesimpulan yang bisa diperoleh dari filsafat Pancasila adalah


Pancasila

memberikan

jawaban

yang

mendasar

dan

menyeluruh atas masalah-masalah asasi filsafat tentang negara


Indonesia.
80

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Setelah membaca seluruh isi daripada makalah ini, maka
kami mengambil beberapa kesimpulan dari atas adalah filsafat
adalah ilmu yang paling umum yang mengandung usaha
mencari kebijaksanaandan cinta akan kebijakan. Pancasila
dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat
sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal itu
berarti Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai
pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku, dan
perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan
bermasyarakat,

berbangsa,

dan

bernegara

bagi

bangsa

Indonesia dimanapun mereka berada.

3.2. Saran
Berdasarkan uraian di atas menurut saya Warganegara
Indonesia merupakan sekumpulan orang yang hidup dan tinggal
di negara Indonesia Oleh karena itu sebaiknya warga negara
Indonesia

harus

menghormati,

lebih

meyakini

menghargai

atau

menjaga,

mempercayai,

memahami

dan

melaksanakan segala hal yang telah dilakukan oleh para


pahlawan

khususnya

dalam

pemahaman

bahwa

falsafah

Pancasila adalah sebagai dasar falsafat negara Indonesia.


Sehingga kekacauan yang sekarang terjadi ini dapat diatasi dan
81

lebih memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara


Indonesia ini.

DAFTAR PUSTAKA
-

ttp://kumpulanilmu2.blogspot.com/2013/01/contohmakalah-filsafat-pancasila 3875.html Diakses pada tanggal


02 juni 2013

http://bazrinakperblogku.blogspot.com/2012/12/makalahpancasila-sebagaiSistem-filsafat.html Diakses pada tanggal 02 juni 2013

http://kutukuliah.blogspot.com/2012/07/pancasila-sebagaisistem- filsafat.html Diakses pada tanggal 02 juni 2013

http://cara2rico.wordpress.com/2013/03/10/makalahkewarganegaraan-pancasila-

sebagai-sistem-

filsafat/

Diakses pada tanggal 02 juni 2013

82

makalah tentang
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Dalam pembuatan makalah ini mulai dari perancangan,
pencarian bahan, sampai penulisan, penulis mendapat bantuan,
saran, petunjuk, dan bimbingan dari banyak pihak baik secara
langsung

maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terimakasih dan kepada teman-teman yang ikut


berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
perbaikan di masa yang akan datang, dan penulis juga
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Binjai ,

April 2014

Penulis

83

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................. ii
....................................................................................................
BAB IPENDAHULUAN..................................................................1
A.

Latar Belakang.......................................................................1

B.

Rumusan Masalah.................................................................1

C.

Tujuan....................................................................................2

D.

Manfaat..................................................................................2

E.

Kerangka berfikir....................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................3

A.

Pengertian filasat.....................................................................
3

B.

PPancasila Sebagai suatu system filsafat...............................


4
BAB III PENUTUP ........................................................................ 8

A.

Kesimpulan ............................................................................8

B.

Saran.....................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................9

84

BAB I

A.

Latar Belakang
Pancasila yang terdiri atas lima sila, pada hakekatnya

merupakan sistem filsafat. Yang dimaksud dengan sistem


adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan,
saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Pancasila

sebagai

system

filsafat

adalah

merupakan

kenyataan pancasila sebagai kenyataan yang obyektif, yaitu


bahwa kenyataan itu ada pada pancasila sendiri terlepas dari
sesuatu yang lain atau terlepas dari pengetahuan orang.
Kenyataan obyekrif yang ada dan terletak pada pancasila,
sehingga pancasila sebagai suatu system filsafat bersifat khas
dan berbeda dalam system-sistem filsafat yang lain. Hal ini
secara ilmiah disebut sebagai filsafat secara obyektif. Dan
untuk

mendapatkan

makna

yang

lebih

mendalam

dan

mendasar, kita perlu mengkaji nilai-nilai pancasila dari kajian


filsafat secara menyeluruh,

B.

Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar

dalam penulisan ini penulis memperoleh hasil yang diinginkan,


85

maka

penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah.

Rumusan masalah itu adalah:


1.
2.

Apakah pengertian Filsafat dan Filsafat Pancasila?


Apa yang dimaksud Pancasila sebagai suatu sistem
filsafat ?

3.

Apakah fungsi utama filsfat Pancasila bagi bangsa dan


negara Indonesia?

C.

Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:

1.
2.

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pancasila.


Untuk menambah pengetahuan tentang Pancasila dari
aspek filsafat.

3.

Untuk

mengetahui

pengertian

filsafat

dan

filsafat

Pancasila.
4.

Untuk mengetahui fungsi utama filsafat Pancasila bagi


bangsa dan negara Indonesia.

D. Manfaat
Manfaat yang didapat dari makalah ini adalah:
1.

Mahasiswa

dapat

menambah

pengetahuan

tentang

Pancasila dari aspek filsafat.


2.

Mahasiswa dapat mengetahui pengertian filsafat dan


filsafat pancasila.

3.

Mahasiswa dapat mengetahui fungsi utama filsafat


Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia.
86

E.

Kerangka Berfikir
Dilihat dari sejarah bahwa Pancasila sebagai dasar negara

republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, penulis


menggunakan kerangka berfikir melalui pendekatan filsafat
Pancasila dan sejarahnya.
Di bentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia Bung
Karno diangkat jadi ketua PPKI dan Bung Hatta menjadi wakil
ketua. Cepat dan tindaknya kemerdekaan Indonesia sangat
tergantung pada bangsa Indonesia sendiri setelah bekerja keras
tanpa mengenal lelah dan dukungan seluruh rakyat Indonesia
khususnya pemuda pemuda kita, pada tanggal 17 Agustus
1945 jam 10.00 di dalam rapat terbuka gedung pegangsaan 56
Jakarta, kemerdekaan indonesia di proklamasikan oleh Bung
Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Pengertian Filsafat
Dari segi etimologi istilah filsafat dalam bahasa

Indonesia mempunyai padanan falsafah dalam kata Arab.


Sedangkan menurut kata inggris philosophy, kata latin
philosophia, kata belanda philosophie, yang kesemuanya
itu diterjemahan dalam kata Indonesia Filsafat. Philosophia
87

ini adalah kata benda yang merupakan hasil dari kegiata


philosophien sebagai kata kerjanya. Sedangkan kegiatan ini
dilakukan oleh philosophos atau filsuf sebagai subjek yang
berfilsafat. Menurut Dr. Harun Nasution, istilah falsafah
berasal dari bahasa yunani philein dan kata ini mengandung
arti

cinta

dan

sophos

dalam

arti

hikmah

(wisdom)

(Nasution, 1973).
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, bagsa
Yunani-lah

yang

mula-mula

berfilsafat

seperti

lazimnya

dipahami oleh orang sampai sekarang. Kata ini bersifat


majemuk, berasal dari kata philos yag berarti sahabat dan
kata Sophia yang berarti pengetahuan yang bijaksana
(wished) dalam bahasa Belanda, atau wisdom kata inggris, dan
hikmat menurut kata Arab. Maka philosophia menurut arti
katanya berarti cinta pada pengetahuan yang bijaksana, oleh
karena

itu

mengusahakannya.

(Sidi

Gazalba,

1977).

Jadi

terdapat sedikit perbedaan arti, disatu pihak menyatakan


bahwa filsafat merupakan bentuk majemuk dari philein dan
sophos,

(Dr.Harun

Nasution,1973)

di

lain

pihak

filsafat

dinyatakan dalam bentuk majemuk dari philos dan Sophia


(Sidi Gazalba, 1977) namun secara sistematis memiliki makna
yang sama.
Dengan demikian filsafat yang dimaksudkan sebagai
kata majemuk dari philein dan sophos mengandung arti
menintai hal-hal yang sifatnya bijaksana, sedangkan filsafat
yang merupakan bentuk majemuk dari philos dan Sophia
berkonotasi teman dari kebijaksanaan.

88

Jadi istilah filsafat merupakan suatu istilah yang pada


mulanya secara umum dipergunakan untuk menyebutkan
usaha kearah keutamaan mental (the persuit of mental
exellance) (Ali mudhofir, 1980).

B.

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat


Pancasila yang terdiri atas lima sila, pada hakekatnya

merupakan sistem filsafat. Yang dimaksud dengan sistem


adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan,
saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakekatnya bukanlah
hanya merupakan kesatuan yang bersifat formal logis saja,
namun

juga

meliputi

kesatuan

dasar

ontologis,

dasar

epistimologis, serta dasar aksiologis dari sila Pancasila.


a.

Dasar Ontologis
Dasar Ontologis Pancasila pada hakekatnya adalah

manusia yang memiliki hakekat mutlak. Subyek pendukung


pokok-pokok Pancasila adalah manusia, hal ini dijelaskan
sebagai berikut :
Bahwa yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan,
yang

berkerakyatan

yang

dipimpin

oleh

hikmah

permusyawaratan/perwakilan, serta yang berkeadilan social


adamah manusia (Notonegoro, 1975:23). Demikian juga jikalau
kita pahami dari segi filsafat Negara, adapun pendukung pokok
Negara adalah rakyat, dan unsure rakyat adalah manusia itu
89

sendiri, sehingga tepatlah jikalau dalam filsafat Pancasila bahwa


hakekat dasar ontopologis sila-sila pancasila adalah manusia.
Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila pancasila
secara ontologism memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri
atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani, sifat
kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk
social, serta kedudukan kodrat manusia sebagai pribadi berdiri
sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena
itu kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri
sendiri dan sebagai makhluk Tuhan inilah maka secara hirarkis
sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari dan menjiwai
keempat sila-sila pancasila lainnya (notonegoro, 1975-53).
b.

Dasar Epistemologis
Dasar epistimologis Pancasila sebagai suatu system

filsafat

pada

pengetahuan.

hakekatnya
Dalam

juga

merupakan

kehidupan

suatu

sehari-hari

system

pancasila

merupakan pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam


memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat,
bangsa dan Negara tentang makna hidup serta sebagai dasar
bagi manusia dalam menyelesaikan masalah yang terjadi dalam
hidup

dan

demikian

kehidupan.

ini

telah

Pancasila

menjadi

dalam

suatu

pengertian

system

cita-cita

yang
atau

keyakinan-keyakinan yang telah menyengkut praksis, karena


dijadikan landasan bagi cara hidup manusia atau suatu
kelompok

masyarakat

dalam

berbagai

bidang

kehidupan

masyarakat. Hal ini berarti filsafat telah menjelma menjadi


ideology (Abdul Gani, 1998). Sebagai suatu ideology maka

90

panasila memiliki 3 unsur pokok agar dapat menarik loyalitas


dari para pendukungnya yaitu :
1.

Logos, yaitu rasionalitas atau penalarannya

2.

Pathos, yaitu penghayatannya

3.

Ethos, yaitu kesusilaannya (Wibisono, 1996:3)


Sebagai suatu system filsafat atau ideology maka

pancasila

harus

memiliki

unsur

rasional

terutama

dalam

kedudukannya sebagai suatu system pengetahuan.

c.

Dasar Aksiologis
Sila-sila pancasila sebagai suatu system filsafat juga

memiliki satu kesatuan dasar aksiologisnya, sehingga nilai-nilai


yang terkandung dalam pancasila pada hakekatnya juga
merupakan satu kesatuan. Pada hakekatnya segala sesuatu itu
bernilai, hanya nilai macam apa saja yang ada serta bagaimana
hubungan nilai tersebut dengan manusia.
Nilai-nilai pancasila termasuk nilai kerohanian, tetapi
nilai-nilai kerohanian yang mengakui nilai material dan vital.
Dengan

demikian

nilai-nilai

pancasila

tergolong

nilai

kerohanian, yang juga mengandung nilai-nilai lain secara


lengkap dan harmonis, yaitu nilai material, nilai vital, nilai
kebenaran, nilai keindahan, atau estetis, nilai kebaikan atau
nilai moral ataupun nilai kesucian yang secara keseluruhan
bersifat sistematik hierarkhis, dimana sila pertama sebagai
basisnya sampai sila kelima sebagai tujuannya (Darmo diharjo).

91

3.

Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa dan

Negara Indonesia
a.

Filsafat

Pancasila

Sebagai

Dasar

Negara

Republik Indonesia.
Pancasila dirumuskan oleh The Founding Fathers dan
lahir dari ways of life bangsa Indonesia, melalui penelitian dan
penyelidikan kesepakatan yang ada pada siding BPUPKI.
Dalam pidatonya Bung Karno 1 juni 1945 mengatakan,
bahwa

mengenai

pentingnya

satu

weltanschauung

(alat

pemersatu bangsa) lebih kurang beliau mengatakan : we want


to estabilished a state not for a single individual or for onr group
even not for aristocration, but we want to estabilished a state
one for all and all for all. Demikian pula dengan berbagai
masukan dari para The foundings Fathers kita yang lain seperti
Mr. Mohammad Yamin, Ki Hadi Bagoes Koesoemo, Mr. Soepomo,
dan lain-lain juga menghendaki adanya satu Philloosophy
Groundslag / filsafat dasar sebuah Negara, hingga diberikanlah
nama mengenai philosophy Grounslag / filsafat dasar Bangga
dan Negara Indonesia adalah PANCASILA.

b.

Filsafat

Pancasila

Sebagai

Pandangan

Hidup

Bangsa Indonesia.
Prinsip-prinsip

dasar

kehidupan

bangsa

Indonesia

ditemukan oleh para peletak dasar Negara tersebut yang


diangkat dari dasar filsafathidup bangsa Indonesia, yang
kemudian diabstraksikan menjadi prinsip dasar filsafat Negara,
yaitu pancasila. Hal inilah sebagai suatu alasan ilmiah rasional
92

dalam ilmu filsafat bahwa salah satu lingkup pengertian filsafat


adalah

fungsinya

sebagai

suatu

pandangan

hidup

suatu

masyarakat atau bangsa tertentu (Harold Titus, 1984).


Berdasarkan suatu kenyataan sejarah tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa filsafat pancasila sebagai suatu
pandangan

hidup

bangsa

Indonesia,

merupakan

suatu

kenyataan obyektif yang hidup dan berkembang dalam suatu


masyarakat Indonesia.

c.

Filsafat Pancasila Sebagai Sumber dari hukum

dasar Indonesia.
Sebagaimana terkandung dalam pembukaan UUD 1945
alenia

IV,

susunan

tersebut

menunjuk

bahwa

pancasila

merupakan dasar, kerangka dan pedoman bagi Negara dan


tertib hokum Indonesia, yang pada hakekatnya tersimpul salam
asas kerohanian Pancasila. Dengan demikian konsekuensinya
pancasila asas yang mutlak bagi adanya tertib hokum Indonesia
yang pada akhirnya perlu direalisasikan dalam setiap aspek
penyelenggaraan Negara.
Dalam pengertian inilah maka pancasila berkedudukan
sebagai sumber dari hokum dasar Indonesia, atau dengan kata
lain perkataan sebagai sumber tertib hukum Indonesia yang
tercantum dalam ketentuan tertib hukum tertinggi. Yaitu
pembukaan UUD 1945.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada
hakikatnya adalah sebagaimana nilai-nilainya yang bersifat
fundamental menjadi suatu sumber dari segala sumber hukum
93

dalam negara Indonesia, menjadi wadah yang fleksibel bagi


faham-faham positif untuk berkembang dan menjadi dasar
ketentuan yang menolak faham-faham yang bertentangan
seperti Atheisme dan segala bentuk kekafiran tak beragama,
Kolonialisme, Diktatorisme, Kapitalis, dan lain-lain.
Istilah filsafat dipergunakan dalam berbagai konteks tapi
kita harus tahu dulu apa itu filsafat dan fungsi filsafat serta
kegunaan

filsafat

dengan

uraian

yang

singkat

ini

saya

mengharapkan agar timbul kesan pada diri kita bahwa filsafat


adalah suatu yang tidak sukar dan dapat di pelajari oleh semua
orang di samping itu saya menghrapkan

agar

kita

tak

beranggapan filsafat sebagai suatu hasil potensi belaka dan


tidak berpijak realita dengan cara ini saya mengharapkan dapat
menggunakan sebagai modal untuk mempelajari pancasila dari
sudut pandang filsafat.
Dan

kita

mengenal

filsafat

pancasila

dari

sejarah

pelaksanaannya diantara bangsa bangsa barat tersebut


bangsa belandalah yang akhirnya dapat memegang peran
sebagai penjajah yang benar benar yang menghancurkan
rakyat

Indonesia

mengingat

keadaan

perjuangan

bangsa

Indonesia kita harus mengetahui perjuangan sebelum tahun


1900.
Sebenarnya

sejak

waktu

itu

pula

mempertahankan

kemerdekaan dengan cara bermacam macam perlawanan


rakyat Indonesia untuk menentang kolonialisme, belanda telah
berjalan dengan hebat. Akan tetapi masih berjalan sendiri
sendiri dan belum ada kerja sama melalui organisasi yang
teratur .Dan kita harus mengetahui unsur unsur Pancasila
94

yang

menjiwai

perlawanan

terhadap

kolonialisme

jika

perjuangan bangsa Indonesia mengetahui dan teliti dengan


seksama maka unsur unsur pancasila merupakan semangat
dan jiwa perjuangan tersebut kita harus menganalisa dalam
pembahasan seperti:
1. Apa unsur unsur keTuhanan dalam penjajahan belanda.
2.

Unsur

kemanusiaan

menghancurkan

dalam

rakyat

penjajahan

indonesia

belanda

dengan

tidak

yang
ada

perikemanusiaan, suatu siksaaan yang di derita rakyat


Indonesia.
3.

Unsur

persatuan

terhadap

penjajahan

belanda

yang

memecah belah persatuan.


4. Unsur kerakyatan terhadap penjajahan belanda tentang
kebebasan untuk mendapatkan pendidikan dan seolah olah
rakyat kecil tidak ada artinya.
5. Unsur yang terakhir yaitu keadilan tentang penjajahan
belanda tidak ada keadilan untuk mendapatkan kebutuhan
kebebasan hak.

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Setelah memperhatikan isi dalam pembahasan di atas,

maka dapat penulis tarik kesimpulan sebagai berikut:


95

1.

Filsafat Pancasila adalah hasil berpikir/pemikiran yang


sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap,
dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, normanorma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling
bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa
Indonesia.

2.

Fungsi utama filsafat Pancasila bagi bangsa dan negara


Indonesia yaitu:
a)

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia

b)

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia

c)

Pancasila sebagai sumber hukum dasar bangsa

Indonesia

B.

Saran
Warganegara Indonesia merupakan sekumpulan orang

yang hidup dan tinggal di negara Indonesia Oleh karena itu


sebaiknya warga negara Indonesia harus lebih meyakini atau
mempercayai, menghormati, menghargai menjaga, memahami
dan melaksanakan segala hal yang telah dilakukan oleh para
pahlawan

khususnya

dalam

pemahaman

bahwa

falsafah

Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara Indonesia.


Sehingga kekacauan yang sekarang terjadi ini dapat diatasi dan
lebih memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara
Indonesia ini.

DAFTAR PUSTAKA
96

Arifin. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. Sumedang: STKIP


Sebelas April Press.
Hamid Darmadi, (2010), Pendidikan Pancasila, Konsep Dasar
dan Implementasi, Alfabeta; Bandung. 144-163

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSFAT


Makalah Ini Ditujukan
Untuk

Memenuhi

Tugas

Terstruktur

Mata

Kuliah

Kewarganegaraan
Drs. M. Rozikin, M.Si
Oleh :
NAMA
NIM

: DODY PUTRA WIJAYA


: 125030100111173

JURUSAN

: ADMINISTRASI PUBLIK

KELAS

:H

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012

97

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sebagai
Pancasila

sistem

filsafat

memegang peranan

di

indonesia,

yang sangat

tentu

saja

penting

bagi

paradigma dan arah hidup bangsa indonesia baik sebagai


pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai
alat pemersatu dalam kehidupan berbangsa, serta sebagai
pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia seharihari. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus
1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan
Pancasila yang benar berdasarkan ketentuan adalah Satu,
Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan
beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang
dipimpin

oleh

hikmat

kebijaksanaan

dalam
98

permusyawaratan/perwakilan.

Lima,

Keadilan

sosial

bagi

seluruh rakyat Indonesia.


Pancasila sebagai filsafat negara Indonesia yang harus
diketahui

oleh

seluruh

warga

negara

Indonesia

agar

menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan nilai nilai


yang terkandung di dalam nya, bukan hanya sebagai nilai
tertulis atau nilai simbolik semata, melainkan di jadikan sebagai
acuan untuk menjalankan proses kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh
perumus Pancasila itu ialah, Mr. Mohammad Yamin, Prof. Mr.
Soepomo, dan Ir. Soekarno. Dapat dikemukakan mengapa
Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan
kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena secara
intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa
yang menantang Pancasila berarti dia menentang toleransi.
Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang
harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar
menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa
yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan
proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara
Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap
meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa
adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa dan negara Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang nantinya akan dibahas dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
99

1.2.1 Pengertian Filsafat,


1.2.2 Manfaat Mempelajari Filsafat,
1.2.3 Pengertian Filsafat Pancasila,
1.2.4 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1.

Untuk mengetahui pengertian tentang Filsafat.

2.

Mengetahui manfaat dalam mempelajari Filsafat.

3.

Mengetahui pengertian tentang Filsafat Pancasila.

4.

Mengetahui Pancasila sebagai sitem Filsafat.

5.

Bagi dosen, sebagai tolak ukur atau penilaian terhadap


mahasiswa dalam memahami Pancasila sebagai sistem
filsafat.

6. Bagi penulis, sebagai sarana yang bermanfaat untuk


memperoleh keterampilan dalam melakukan penulisan dan
perbendaharaan pengetahuan tentang pancasila sebagai
sistem filsafat.

II KAJIAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN FILSAFAT
Pengertian Filsafat menurut para ahli adalah sebagai berikut :
Pengertian

filsafat

menurut

Pudjo

Sumedi

AS.,

Drs.,M.Ed. dan Mustakim, S.Pd.,MM,


Istilah dari filsafat berasal bahasa Yunani : philosophia.
Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam
100

berbagai bahasa, seperti : philosophic dalam kebudayaan


bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; philosophy dalam
bahasa

Inggris;

philosophia

dalam

bahasa

Latin;

dan

falsafah dalam bahasa Arab.


Pengertian filsafat menurut Plato
Filsafat

adalah

pengetahuan

yang

berminat

mencapai

pengetahuan kebenaran yang asli.


Pengertian filsafat menurut Aristoteles
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran
yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
Pengertian filsafat menurut Al Farabi
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam maujud
bagaimana hakikat yang sebenarnya.
Pengertian filsafat menurut Cicero
Filsafat adalah sebagai ibu dari semua seni (the mother of all
the arts ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni
kehidupan)
Pengertian filsafat menurut Johann Gotlich Fickte (17621814)
Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni
ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan
sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan
seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari
seluruh kenyataan.
Pengertian filsafat menurut Paul Nartorp (18541924)
101

Filsafat

sebagai

menentukan

Grunwissenschat

kesatuan

(ilmu

pengetahuan

dasar

hendak

manusia

dengan

menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya.


Pengertian filsafat menurut Imanuel Kant (17241804)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan
pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup
empat persoalan.

Apakah
Apakah
Sampai
Apakah

yang dapat kita kerjakan? (jawabannya metafisika)


yang seharusnya kita kerjakan? (jawabannya Etika)
dimanakah harapan kita? (jawabannya Agama)
yang dinamakan manusia? (jawabannya Antropologi)

Pengertian filsafat menurut Notonegoro


Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari
sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang
disebut hakekat.
Pengertian filsafat menurut Driyakarya
Filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya
tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang
kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai mengapa yang
penghabisan
Pengertian filsafat menurut Sidi Gazalba
Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran
untuk kebenaran , tentang segala sesuatu yang di masalahkan,
dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.
Pengertian filsafat menurut Harold H. Titus (1979)
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan
terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara
102

tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran


terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi;
Filsafat

adalah

suatu

usaha

untuk

memperoleh

suatu

pandangan keseluruhan;
Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang
arti kata dan pengertian (konsep);
Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian
manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
Pengertian filsafat menurut Hasbullah Bakry
Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala
sesuatu

dengan

semesta

dan

mendalam
manusia

mengenai

sehingga

Ke-Tuhanan,

dapat

alam

menghasilkan

pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya


setelah mencapai pengetahuan itu.

Pengertian filsafat menurut Prof. Dr.Mumahamd Yamin


Filsafat ialah pemusatan pikiran, sehingga manusia
menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu
dialamiya kesungguhan.
Pengertian filsafat menurut Prof.Dr.Ismaun, M.Pd.
Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia
dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh, yakni
secara kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan
radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki
(pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
Pengertian filsafat menurut Bertrand Russel
103

Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah


antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi, filsafat berisikan
pemikiran-pemikiran

mengenai

masalah-masalah

yang

pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak


bisa dipastikan; namun, seperti sains, filsafat lebih menarik
perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun
otoritas wahyu.

III PEMBAHASAN
3.1 PENGERTIAN FILSAFAT
Oleh founding-fathers, Pancasila digali dari nilai-nilai sosiobudaya bangsa Indonesia dan diperkaya oleh nilai-nilai dan
masukan

pengalaman

bangsa-bangsa

lain.

Pancasila

adalah weltanschauung (way of life) bangsa Indonesia. Uniknya,


nilai-nilai

Pancasila

yang

bertumbuh

kembang

sebagai

kepribadian bangsa itu merupakan filsafat sosial yang wajar


(natural social philosophy). Nilai-nilai itu bukan hasil pemikiran
tunggal atau suatu ajaran dari siapa pun.
Lazim dipahami setelah menjadi konsensus nasional dan
ditetapkan sebagai dasar negara (filsafat negara) Republik
Indonesia,

Pancasila

adalah

pedoman

sekaligus

cita-cita

bersama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan


bernegara. Secara formal, yuridis-konstitusional, kedudukan
dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara bersifat imperatif.
Namun, kita juga menyadari bahwa pengamalannya dalam
keseharian hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
masih akan selalu menghadapi berbagai ancaman, tantangan,
104

hambatan dan gangguan. Demikian pula tentang pelestarian


dan pewarisannya kepada generasi penerus.
Dalam era kesemrawutan global sekarang, ideologi asing
mudah

dalam

aneka

bentuknya

dan

menjadi

pesaing

Pancasila. Hedonisme (aliran yang mengutamakan kenikmatan


hidup) dan berbagai isme penyerta, misalnya, semakin terasa
menjadi pesaing yang membahayakan potensialitas Pancasila
sebagai kepribadian bangsa. Nilai intrinsik Pancasila pun masih
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor kondisional. Padahal,
gugatan terhadap Pancasila sebagai dasar negara dengan
sendirinya

akan

menjadi

gugatan

terhadap

esensi

dan

eksistensi kita sebagai manusia dan warga bangsa dan negara


Indonesia.
Untuk menghadapi kedua ekstrim (memandang nilai-nilai
Pancasila terlalu sulit dilaksanakan oleh segenap bangsa
Indonesia di satu pihak dan di pihak lain memandang nilai-nilai
Pancasila kurang efektif untuk memperjuangkan pencapaian
masyarakat adil dan makmur yang diidamkan seluruh bangsa
Indonesia) diperlukan usaha bersama yang tak kenal lelah guna
menghayati Pancasila sebagai warisan budaya bangsa yang
bernilai luhur, suatu sistem filsafat yang tidak bertentangan
dengan nilai-nilai agama, bersifat normatif dan ideal, sehingga
pengamalannya merupakan tuntutan batin dan nalar setiap
manusia Indonesia.
Tapi, benarkah Pancasila adalah suatu sistem filsafat? Berikut
akan diuraikan secara singkat aspek ontologis, epistemologis
dan aksiologis Pancasila (disariolahulang dari Pancasila sebagai

105

Sistem Filsafat oleh M. Noor Syam dalam Dialog Manusia,


Falsafah, Budaya dan Pembangunan YP2LM Malang:1980
Aspek Ontologis
Ontologi,

menurut

Aristoteles

adalah

ilmu

yang

menyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau


eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika. Masalah
ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatu itu? Apakah
realitas yang tampak ini merupakan suatu realitas sebagai
wujudnya, yaitu benda? Apakah ada suatu rahasia di balik
realitas itu, sebagaimana yang tampak pada makhluk hidup?
dan seterusnya. Bidang ontologi menyelidiki tentang makna
yang ada (eksistensi dan keberadaan) manusia, benda, alam
semesta (kosmologi), metafisika. Secara ontologis, penyelidikan
Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila
yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas
yang berdiri sendiri, malainkan memiliki satu kesatuan dasar
ontologis.
Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah
manusia. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang berketuhan
Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab,
yang bersatu, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan serta yang
berkeadilan sosial, yang pada hakikatnya adalah manusia.
Sedangkan

manusia

sebagai

pendukung

pokok

sila-sila

Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu


terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani.
Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan
106

makhluk sosial serta sebagai makhluk pribadi dan makhluk


Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila pertama
mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya (Notonagoro,
1975: 53).
Ontologi ialah penyelidikan hakikat ada (esensi) dan
keberadaan (eksistensi) segala sesuatu: alam semesta, fisik,
psikis, spiritual, metafisik, termasuk kehidupan sesudah mati,
dan Tuhan. Ontologi Pancasila mengandung azas dan nilai
antara lain:
Tuhan

yang

kesemestaan.

mahaesa
Ontologi

adalah

sumber

ketuhanan

eksistensi

bersifat

religius,

supranatural, transendental dan suprarasional;


Ada kesemestaan, alam semesta (makrokosmos) sebagai
ada tak terbatas, dengan wujud dan hukum alam, sumber
daya

alam

yang

merupakan

prwahana

dan

sumber

kehidupan semua makhluk: bumi, matahari, zat asam, air,


tanah subur, pertambangan, dan sebagainya;
Eksistensi subyek/ pribadi manusia: individual, suku,
nasional,

umat

manusia

(universal).

Manusia

adalah

subyek unik dan mandiri baik personal maupun nasional,


merdeka dan berdaulat. Subyek pribadi mengemban
identitas unik: menghayati hak dan kewajiban dalam
kebersamaan dan kesemestaan (sosial-horisontal dengan
alam dan sesama manusia), sekaligus secara sosialvertikal universal dengan Tuhan. Pribadi manusia bersifat
utuh dan unik dengan potensi jasmani-rohani, karya dan
kebajikan sebagai pengemban amanat keagamaan;
Eksistensi tata budaya, sebagai perwujudan martabat dan
kepribadian

manusia

yang

unggul.

Baik

kebudayaan
107

nasional maupun universal adalah perwujudan martabat


dan

kepribadian

kelembagaan

hidup

manusia:

sistem

seperti

nilai,

keluarga,

sistem

masyarakat,

organisasi, negara. Eksistensi kultural dan peradaban


perwujudan teleologis manusia: hidup dengan motivasi
dan cita-cita sehingga kreatif, produktif, etis, berkebajikan;
Eksistensi bangsa-negara yang berwujud sistem nasional,
sistem kenegaraan yang merdeka dan berdaulat, yang
menampilkan

martabat,

kepribadian

dan

kewibawaan

nasional. Sistem kenegaraan yang merdeka dan berdaulat


merupakan puncak prestasi perjuangan bangsa, pusat
kesetiaan, dan kebanggaan nasional.
Secara garis besar, interelasi eksistensi manusia sebagai
pribadi dan warganegara, yang menghayati kedudukan dan
fungsinya, hak dan kewajibannya untuk berbakti dan mengabdi
dapat digambarkan sebagai berikut:
T Eksistensi Tuhan yang mahaesa sebagai sumber semua
eksistensi,

sumber

motivasi

dan

cita-cita

kebajikan,

puncak proses teleologis eksistensi kesemestaan. Subyek


manusia sadar atau tidak menuju dan kembali kepadaNya.
AS Eksistensi

Alam

Semesta,

sebagai

prawahana

kehidupan manusia dan makhluk semesta.


SM Eksistensi Subyek Manusia yang unik,
merdeka,
kepribadian

berdaulat,

dengan

potensi

yang

mengemban

mandiri,

martabat

amanat

dan

ketuhanan/

keagamaan, sosial, nasional dan kemanusiaan.


SB Eksistensi Sosio-Budaya sebagai kreasi, karya dan
wahana kehidupan manusia.
108

SK Eksistensi Sistem Kenegaraan sebagai perwujudan


puncak prestasi bangsa-bangsa; perwujudan identitas
nasional,

kemerdekaan,

kedaulatan

dan

kewibawaan

nasional.
P Pribadi manusia, sebagai eksistensi tunggal, utuh dan
unik, berada dalam antarhubungan fungsional dengan
semua eksistensi horisontal. Artinya, pribadi berada di
dalam, dipengaruhi dan untuk semua eksistensi horisontal
itu. Secara khusus dengan Tuhan yang mahaesa, pribadi
manusia menghayati hubungannya dengan Tuhan secara
secara vertikal sebagai sumber motivasi dan harapan,
rohani, religius.
Pengertian menurut arti katanya, kata filsafat dalam
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani Philosophia
terdiri dari kata
Kebijaksanaan.

Phile artinya Cinta dan

Filsafat

berarti

Cinta

Sophia artinya

Kebijaksanaan,

cinta

artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang


sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya Kebenaran sejati atau
kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau
keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.
Pengertian Filsafat Menurut Tokoh-Tokoh Filsafat
Socrates (469-399 s.M.)
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang
bersifat reflektif atau berupa perenungan terhadap azas-azas
dari kehidupan yang adil dan bahagia. Berdasarkan pemikiran
tersebut

dapat

dikembangkan

bahwa

manusia

akan

menemukan kebahagiaan dan keadilan jika mereka mampu

109

dan mau melakukan peninjauan diri atau refleksi diri sehingga


muncul koreksi terhadap diri secara obyektif.
Plato (472-347 s. M.)
Dalam karya tulisnya Republik Plato menegaskan
bahwa

para

filsuf

adalah

pencinta

pandangan

tentang

kebenaran (vision of truth). Dalam pencarian dan menangkap


pengetahuan mengenai

ide yang abadi dan tak berubah.

Dalam konsepsi Plato, filsafat merupakan pencarian yang


bersifat spekulatif atau terhadap pandangan tentang seluruh
kebenaran. Filsafat Plato ini kemudan digolongkan sebagai
filsafat spekulatif.
Ada dua cakupan dari pengertian filsafat, yaitu:
Filsafat sebagai Produk mencakup:
Filsafat sebagai jenis Pengetahuan, ilmu, konsep-konsep,
pemikiran-pemikiran (rasionalisme, materialisme, pragmatisme)
1.

Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh


manusia sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat. Manusia
mencari suatu kebenaran yang timbul dari suatu persoalan
yang bersumber pada akal manusia.

2.

Filsafat sebagai suatu Proses mencakup:

Filsafat sebagai suatu proses, dalam hal ini filsafat diartikan


dalam

bentuk

suatu

aktivitas

berfilsafat

dalam

proses

pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu


cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objeknya.
Filsafat

secara umum dapat diberi pengertian

sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala


sesuatu untuk memperoleh kebenaran hakiki, karena filsafat
110

telah

mengalami

perkembangan

yang

cukup

lama

tentu

dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya ruang, waktu,


keadaan dan orangnya. Itulah sebabnya maka timbul berbagai
pendapat

mengenai

pengertian

filsafat

yang

mempunyai

kekhususannya masing-masing, antara lain:

Berfilsafat
Berfilsafat
Berfilsafat
Berfilsafat

2.2

Rationalisme mengagungkan akal


Materialisme mengagungkan materi
Individualisme mengagungkan individualitas
Hedonisme mengagungkan kesenangan

MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT

Ilmu harus didasari oleh asumsi filsafat agar keberadaan


ilmu itu tidak rancu. Karena ilmu tanpa didasari oleh filsafat
akan mengalami kehancuran dan menyalahi aturan-aturan.
sebab

filsafat

di

sini

berfungsi

sebagai

penyelaras

dan

membuat manusia cinta terhadap kebijaksanaan dan dalam


mengiplikasinya akan dibarengi dengan prilaku yang baik dan
membuahkan

hasil

yang

sangat

bermakna.

Filsafat

juga

berperan sebagai induk dari segala ilmu dan prinsip prinsip


dasar ilmu itu diambil dari filsafat (ilmu lahir dari filsafat), dan
untuk mengkaji ilmu diperlukan filsafat, karena asumsi filsafat
lebih berpikir secara mendalam untuk mencapai kebenaran,
kebaikan dan menjawab setiap persoalan yang ada, sehingga
ilmu yang ada kini bisa kita rasakan manfaatnya karena telah
melewati pengkajian yang mendalamdan dapat dibuktikan
kebenarannya.
Orang

berfilsafat

sama

halnya

dengan

berfikir

yakni

menafsirkan sesuatu hal yang sedang dihadapi atau yang akan


111

dihadapi tetapi perbedaanya kalau berfikir hanya menafsirkan


sesuatu

hal

tersebut

denga

biasa

dalam

arti

kurang

mengandung makna dan belum tentu kebenaranya juga tanpa


dibarengi pengetahuan kebijaksaaan dan hikmah.
a. Berpikir biasa adalah bagaimana manusia berfikir untuk
memenuhi segala kebutuhan hidupnya artinya berfikir untuk
kepentingan pribadinya.
b. Berpikir Ilmiah adalah berfikir secara logis yaitu secara nyata
dan apa yang kita pikirkan bias dipertanggung jawabkan
c. Berfikir Filsafat adalah berfikir untuk terus menerus maju
dan mencari kepuasan pikiran, tidak merasa dirinya ahli,
tidak

menyerah

mengembangkan

pada

kemalasan,

penalarannya

terus

untuk

menerus

mendapatkan

kebenaran.
Sebaliknya berfilsafat berarti berpikir itu memang benar
adanya karena, berfilsafat akan selalu berusaha untuk berpikir
guna mencapai kebaikan dan mencari kebenaran dari berbagai
teori atau ilmu-ilmu, maka dengan berfilsafat itu berarti
penyelidikan tentang apanya, bagaimananya dan untuk apa,
berpikir dengan mengacu pada kaidah-kaidah tertentu secara
disiplin

dan

mendalam.

Orang

yang

berfilsafat

akan

menggunakan pemikiran yang bermakna seperti:


a. Berfikir radikal, yaitu berfikir sampai keakar-akarnya dan
tidak tanggung tanggung tidak ada sesuatu yang terlarang
untuk dipikirkan
b. Sistematik yaitu berfikir logis yang bergerak selangkah demi
selangkah dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

112

c. Universal,yaitu berfikir secara menyeluruh tidak terbatas


pada bagian2 tertentu tetapi mencakup keseluruhan aspek
yang kongkrit dan abstrak.
2.2 PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan,
nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi
pembentukan

ideologi

Pancasila.

Filsafat

Pancasila

dapat

didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional


tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya
bangsa,

dengan

tujuan

untuk

mendapatkan

pokok-pokok

pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila


dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil
permenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh the faounding father kita, yang
dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani). Filsafat
Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu
tentang hakikat dari Pancasila (Notonagoro).

2.3 PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


Pengertian Sistem
Sistem memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Suatu kesatuan bagian-bagian/unsur/elemen/komponen,
2) Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri,
3) Saling berhubungan dan saling ketergantungan,
4)

Keseluruhannya

dimaksudkan

untuk

mencapai

tujuan

tertentu (tujuan sistem),


113

5)

Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore &

Voich, 1974).
Pancasila sebagai suatu SISTEM:
-

Pancasila merupakan kesatuan bagian-bagian (yaitu silasila pancasila),

Tiap sila pancasila mempunyai fungsi sendiri-sendiri,

Tiap sila pancasila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak


saling bertentangan,

Keseluruhan sila pancasila merupakan suatu kesatuan


yang sistematis (majemuk tunggal).

Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain:


1.

Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang


bulat dan utuh. Dengan kata lain, apabila tidak bulat dan
utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah maka
itu bukan Pancasila.

2.

Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan


utuh itu dapat digambarkan sebagai berikut:
Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5;
Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan
menjiwai sila 3, 4 dan 5;
Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan
menjiwai sila 4, 5;
Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari
dan menjiwai sila 5;
Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.
Inti sila-sila Pancasila meliputi:
Tuhan, yaitu sebagai kausa prima.
Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial.
Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri.
114

Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja


sama dan gotong Royong.
Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan
orang lain yang menjadi haknya.
Membahas
mengungkapkan

Pancasila

konsep-konsep

sebagai
kebenaran

filsafat

berarti

Pancasila

yang

bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga


bagi manusia pada umumnya. Wawasan filsafat meliputi bidang
atau

aspek

penyelidikan

Ontologis,

Epistemologis,

dan

Aksiologis. Ketiga bidang tersebut dapat dianggap mencakup


kesemestaan.
Landasan Ontologis Pancasila
Ontologi,

menurut

Aristoteles

adalah

ilmu

yang

menyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau


eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika. Masalah
ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatu itu? Apakah
realitas yang tampak ini merupakan suatu realitas sebagai
wujudnya, yaitu benda? Apakah ada suatu rahasia di balik
realitas itu, sebagaimana yang tampak pada makhluk hidup?
dan seterusnya. Bidang ontologi menyelidiki tentang makna
yang ada (eksistensi dan keberadaan) manusia, benda, alam
semesta (kosmologi), metafisika. Secara ontologis, penyelidikan
Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila
yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas
yang berdiri sendiri, malainkan memiliki satu kesatuan dasar
ontologis.

115

Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah


manusia. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang berketuhan
Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab,
yang bersatu, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan serta yang
berkeadilan sosial, yang pada hakikatnya adalah manusia.
Sedangkan

manusia

sebagai

pendukung

pokok

sila-sila

Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu


terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani.
Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial serta sebagai makhluk pribadi dan makhluk
Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila pertama
mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya (Notonagoro,
1975: 53).
Landasan Epistemologis Pancasila
Epistemologi adalah cabang filsafat

yang menyelidiki

asal, syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan.


Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat
terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan.
Epistemologi adalah ilmu tentang teori terjadinya ilmu atau
science of science. Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga
persoalan yang mendasar dalam epistemologi, yaitu:
1.

Tentang sumber pengetahuan manusia;

2.

Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;

3.

Tentang watak pengetahuan manusia.


Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai

filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat


116

Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Pancasila sebagai


sistem

filsafat

pada

hakikatnya

juga

merupakan

sistem

pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah menjadi suatu belief


system, sistem cita-cita, menjadi suatu ideologi. Oleh karena itu
Pancasila harus memiliki unsur rasionalitas terutama dalam
kedudukannya sebagai sistem pengetahuan.
Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat
dipisahkan

dengan

dasar

ontologisnya,

sehingga

dasar

epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep


dasarnya tentang hakikat manusia. Pancasila sebagai suatu
obyek pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah sumber
pengetahuan dan susunan pengetahuan Pancasila.
-Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana
telah dipahami bersama adalah nilai-nilai yang ada pada
bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai tersebut merupakan kausa
materialis Pancasila.
-Tentang

susunan

Pancasila

sebagai

suatu

sistem

pengetahuan, maka Pancasila memiliki susunan yang bersifat


formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila Pancasila maupun
isi arti dari sila-sila Pancasila itu. Susunan kesatuan sila-sila
Pancasila adalah bersifat hirarkis dan berbentuk piramidal.
Sifat hirarkis dan bentuk piramidal itu nampak
dalam susunan Pancasila, dimana sila pertama Pancasila
mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya, sila kedua
didasari sila pertama dan mendasari serta menjiwai sila ketiga,
keempat dan kelima, sila ketiga didasari dan dijiwai sila
pertama dan kedua, serta mendasari dan menjiwai sila keempat
dan kelima, sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama,
117

kedua dan ketiga, serta mendasari dan menjiwai sila kelima, sila
kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga dan
keempat. Dengan demikian susunan Pancasila memiliki sistem
logis baik yang menyangkut kualitas maupun kuantitasnya.
Susunan isi arti Pancasila meliputi tiga hal, yaitu:
1. Isi arti Pancasila yang Umum Universal, yaitu hakikat sila-sila
Pancasila

yang

merupakan

intisari

Pancasila

sehingga

merupakan pangkal tolak dalam pelaksanaan dalam bidang


kenegaraan dan tertib hukum Indonesia serta dalam realisasi
praksis dalam berbagai bidang kehidupan yang konkrit.
2. Isi arti Pancasila yang Umum Kolektif, yaitu isi arti Pancasila
sebagai pedoman kolektif negara dan bangsa Indonesia
terutama dalam tertib hukum Indonesia.
3. Isi arti Pancasila yang bersifat Khusus dan Konkrit, yaitu isi
arti Pancasila dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang
kehidupan sehingga memiliki sifat khusus konkrit serta
dinamis (Notonagoro, 1975: 36-40)
Menurut

Pancasila,

hakikat

manusia

adalah

monopluralis, yaitu hakikat manusia yang memiliki unsur pokok


susunan kodrat yang terdiri atas raga dan jiwa. Hakikat raga
manusia memiliki unsur fisis anorganis, vegetatif, dan animal.
Hakikat

jiwa

memiliki

unsur

akal,

rasa,

kehendak

yang

merupakan potensi sebagai sumber daya cipta manusia yang


melahirkan pengetahuan yang benar, berdasarkan pemikiran
memoris, reseptif, kritis dan kreatif.
Selain
meresapkan

itu,

potensi

pengetahuan

atau
dan

daya

tersebut

mampu

menstranformasikan
118

pengetahuan dalam demontrasi, imajinasi, asosiasi, analogi,


refleksi, intuisi, inspirasi dan ilham. Dasar-dasar rasional logis
Pancasila menyangkut kualitas maupun kuantitasnya, juga
menyangkut isi arti Pancasila tersebut.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberi landasan
kebenaran pengetahuan manusia yang bersumber pada intuisi.
Manusia pada hakikat kedudukan dan kodratnya adalah sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, maka sesuai dengan sila
pertama Pancasila, epistemologi Pancasila juga mengakui
kebenaran wahyu yang bersifat mutlak. Hal ini sebagai tingkat
kebenaran yang tinggi. Dengan demikian kebenaran dan
pengetahuan manusia merupakan suatu sintesa yang harmonis
antara potensi-potensi kejiwaan manusia yaitu akal, rasa dan
kehendak manusia untuk mendapatkan kebenaran yang tinggi.
Selanjutnya dalam sila ketiga, keempat, dan kelima,
maka epistemologi Pancasila mengakui kebenaran konsensus
terutama dalam kaitannya dengan hakikat sifat kodrat manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai suatu
paham

epistemologi,

maka

Pancasila

mendasarkan

pada

pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak


bebas karena harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat
manusia

serta

moralitas

religius

dalam

upaya

untuk

mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam


hidup manusia.

Landasan Aksiologis Pancasila


Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita
membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Istilah aksiologi
119

berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat, dan
logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori.
Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan,
disukai atau yang baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat
nilai, kriteria nilai, dan kedudukan metafisika suatu nilai. Nilai
(value dalam bahasa Inggris) berasal dari kata Latin valere
yang artinya kuat, baik, berharga. Dalam kajian filsafat merujuk
pada sesuatu yang sifatnya abstrak yang dapat diartikan
sebagai keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness).
Nilai itu sesuatu yang berguna, nilai juga mengandung harapan
akan sesuatu yang diinginkan, nilai adalah suatu kemampuan
yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan
manusia (dictionary of sosiology a related science), nilai itu
suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu obyek. Ada
berbagai macam teori tentang nilai yaitu:
Max Scheler mengemukakan bahwa nilai ada tingkatannya
dan dapat dikelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu:
1)

Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat nilai


yang mengenakkan dan nilai yang tidak mengenakkan,
yang menyebabkan orang senang atau menderita.

2)

Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilainilai

yang

penting

dalam

kehidupan

seperti

kesejahteraan, keadilan, dan kesegaran.


3)

Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilainilai kejiwaan (geistige werte) yang sama sekali tidak
tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan.
Nilai-nilai semacam ini misalnya, keindahan, kebenaran,
dan pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat.
120

4)

Nilai-nilai kerohanian: dalam tingkat ini terdapat


moralitas nilai yang suci dan tidak suci. Nilai semacam
ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi (Driyarkara,
1978).

Walter G. Everet menggolongkan nilai-nilai manusia ke


dalam delapan kelompok yaitu:
1)

Nilai-nilai ekonomis: ditunjukkan oleh harga pasar


dan meliputi semua benda yang dapat dibeli.

2)

Nilai-nilai kejasmanian: membantu pada kesehatan,


efisiensi dan keindahan dari kehidupan badan.

3)

Nilai-nilai hiburan: nilai-nilai permainan dan waktu


senggang

yang

dapat

menyumbangkan

pada

pengayaan kehidupan.
4)

Nilai-nilai

sosial:

bermula

dari

berbagai

bentuk

perserikatan manusia.
5)

Nilai-nilai

watak:

keseluruhan

dari

keutuhan

kepribadian dan sosial yang diinginkan.


6)

Nilai-nilai estetis: nilai-nilai keindahan dalam alam dan


karya seni.

7)

Nilai-nilai

intelektual:

nilai-nilai

pengetahuan

dan

pengajaran kebenaran.
8)

Nilai-nilai keagamaan.

Notonagoro membagi nilai menjadi tiga macam yaitu:


1)

Nilai material, yaitu sesuatu yang berguna bagi

manusia.
121

2)

Nilai vital, yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia


untuk dapat melaksanakana kegiatan atau aktivitas.

3)

Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna


bagi rohani yang dapat dibedakan menjadi empat
macam:
a.

Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (rasio,


budi, cipta) manusia.

b.

Nilai keindahan atau nilai estetis, yang bersumber


pada unsur perasaan manusia.

c.

Nilai kebaikan atau nilai moral, yang bersumber


pada unsur kehendak manusia.

d.

Nilai religius, yang merupakan nilai kerohanian


tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber
kepada kepercayaan atau keyakinan manusia.

Dalam filsafat Pancasila, disebutkan ada tiga


tingkatan nilai, yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai
praktis.
1. Nilai dasar adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil
yang bersifat mutlak, sebagai sesuatu yang benar atau tidak
perlu dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari Pancasila
adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan,
nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
2. Nilai instrumental adalah nilai yang berbentuk norma sosial
dan norma hukum yang selanjutnya akan

terkristalisasi

dalam peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga negara.


3. Nilai praktis adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan
dalam kenyataan. Nilai ini merupakan batu ujian apakah nilai
122

dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam


masyarakat.
Nilai-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau
nilai moral merupakan
intrumental

dan

nilai dasar

selanjutnya

yang mendasari nilai

mendasari

semua

aktivitas

kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.


Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan
pendukung nilai-nilai Pancasila (subscriber of value Pancasila),
yaitu bangsa yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang
berpersatuan, yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial.
Pengakuan,

penerimaan

dan

penghargaan

atas

nilai-nilai

Pancasila itu nampak dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan


bangsa Indonesia sehingga mencerminkan sifat khas sebagai
Manusia Indonesia.

III.PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Objek materi filsafat adalah mempelajari segala hakikat
sesuatu baik materal konkrit (manusia,binatang,alam dll) dan
abstak (nilai,ide,moral dan pandangan hidup)
Pancasila adalah lima sila yang merupakan satu kesatuan
rangkaian nilai-nilai luhur yang bersumber dari nilai-nilai
budaya masyarakat Indonesia yang sangat majemuk dan
beragam dalam artian Bhineka Tunggal Eka. Pancasila sebagai
sistem filsafat adalah suatu kesatuan yang saling berhubungan
123

untuk satu tujuan tertentu,dan saling berkualifikasi yang tidak


terpisahkan satu dengan yang lainnya.
Filsafat

Pancasila

sebagai

pandangan

hidup

bangsa

Indonesia yang merupakan kenyataan objektif yang hidup dan


berkembang dalam masyarakat. Pancasila memberi petunjuk
mencapai kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa
membedakan suku atau ras. Jadi Pancasila pada dasarnya satu
bagian/unit-unit

yang

saling

berkaitan

satu

sama

lain,dan memiliki fungsi serta tugas masing-masing.


3.2 Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran
kepada pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui sejauh
mana kita mempelajari tentang filsafat, filsafat pancasila, dan
pancasila sebagai sistem filsafat. Semoga dengan makalah ini
para pembaca dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

Notonagoro. 1975. Pancasila Dasar Filsafat Negara RI I.II.III


K.Wantjik, Saleh. 1978. Kitab Kumpulan Peraturan Perundang
RI, Jakarta: PT. Gramedia.
Kartohadiprojo, Soediman. 1970. Beberapa Pikiran Sekitar
Pancasila, Bandung. Alumni.
Darmodiharjo, Darji. 1978. Pokok-pokok Filsafat Hukum, Jakarta:
PT. Gramedia.

124

Driyarkara,

SJN.,

1978,

Percikan

Filsafat,

Jakarta:

PT.

Pembangunan.
Frondizi, Risieri. 1963. What Is Value?. New York: Open Court
Publising Company.
Kaelan. 2002. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Kaelan. 2002. Filsafat Pancasila Pandangan Hidup Bangsa.
Yogyakarta: Paradigma.
Kodhi,

S.A.,

dan

Soejadi,

R.

1994.

Filsafat,

Ideologi,dan

Wawasan Bangsa Indonesia.


Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya.
Nasution, Harun. 1970. Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang
137.
Notonagoro. 1974. Pancasila Dasar Filsafat Negara. Jakarta:
Cetakan Ke-4, Pantjuran Tudjuh.
Poespowardoyo, Soenaryo. 1989. Filsafat Pancasila. Jakarta:
Gramedia
Sumargono, Suyono, Tanpa Tahun. Ideologi Pancasila sebagai
penjelmaan Filsafat

MAKALAH PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA


DAN NEGARA

PANCASILA SEBAGAI IDIOLOGI BANGSA DAN NEGARA


dibina oleh
Bapak Drs.M.Rozikin,M.Si
125

NAMA
NIM
JURUSAN
KELAS

: DODY PUTRA
: 125030100
: ADMINISTRASI PUBLIK
:

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia

sebagai

negara

yang

mempunyai

dasar

Negara yaitu pancasila yang memiliki sebuah arti penting


memiliki ideologi. Setiap bangsa dan negara ingin berdiri
kokoh, tidak mudah terombang-ambing oleh kerasnya
persoalan hidup berbangsa dan bernegara.Tidak terkecuali
negara Indonesia. Negara yang ingin berdiri kokoh dan
kuat, perlu memiliki ideologi negara yang kokoh dan
kuat pula. Tanpa itu, maka bangsa dan negara akan rapuh.
Di era yang serba modern ini, makna pancasila sebagai
ideologi bangsa dan negara Indonesia sedikit dilupakan
oleh sebagian rakyat Indonesia dan digantikan oleh
perkembangan tekhnologi yang sangat canggih. Padahal
sejarah perumusan Pancasila melalui proses yang sangat
panjang dan rumit. Pancasila merupakan kesatuan yang
tidak bisa dipisahkan, karena dalam masing-masing sila
tidak bisa di tukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa
Indonesia, pancasila merupakan pandangan hidup bangsa
dan negara Indonesia. Mempelajari Pancasila lebih dalam
menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia yang
memiliki jati diri dan harus diwijudkan dalam pergaulan
126

hidup sehari-hari untuk menunjukkan identitas bangsa


yang lebih bermatabat dan berbudaya tinggi. Untuk itulah
diharapkan dapat menjelaskan Pancasila sebagai ideologi
negara, menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi
negara

dan

karakteristik

Pancasila

sebagai

ideologi

negara.
Pengetahuan ideologi mempunyai arti tentang gagasangagasan.

Ideologi

secara

fungsional

merupakan

seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau


tentang masyarakat dan negara yang dianggap baik.
Ciri-ciri

ideologi

membedakan

pancasila

dengan

merupakan

ideologi

yang

ideologi
lainnya.

yang
Ciri-ciri

tersebut yang pertama adalah Tuhan Yang Maha Esa yang


berarti pengakuan bangsa Indonesia terhadap Tuhan
sebagai pencipta dunia dengan segala isinya.Kedua adalah
penghargaan kepada sesama umat manusia, suku bangsa
dan bahasanya sesuai dengan Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, Ketiga adalah bangsa Indonesia menjunjung
tinggi

persatuan

bangsa,

keempat

adalah

bahwa

kehidupan kita dalam kemasyarakatan dan bernegara


berdasarkan atas sistem demokrasi. Makalah ini juga
dapat

dijadikan

bekal

keterampilan

agar

dapat

menganalisis dan bersikap kristis terhadap para petinggi


negara yang menyimpang dari Ideologi bangsa dan negara
Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa arti Pancasila sebagai Ideologi bangasa dan
Negara Indonesia?
127

1.2.2

Bagaimana Perjalanan Pancasila Sebagai Ideologi

dari Masa ke Masa?


1.2.3

Apa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila

sebagai Ideologi Bangsa dan Negara


Indonesia?
1.2.4 Apa fungsi Pancasila sebagai Ideologi bangsa dan
Negara Indonesia?

II.KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pegertian Ideologi
Pengertian Ideologi menurut beberapa ahli adalah debagai
berikut,
Pengertian Ideologi - Ideologi berasal dari kata yunani
yaitu iden yang berarti melihat, atau idea yang berarti raut
muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan kata logi
yang berarti ajaran. Dengan demikian ideologi adalah
ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau
science des ideas (AL-Marsudi, 2001:57).
Puspowardoyo (1992) menyebutkan bahwa ideologi
dapat dirumuskan sebagai komplek pengetahuan dan nilai
secara keseluruhan menjadi landasan seseorang atau
masyarakat
seisinya

untuk

serta

memahami
menentukan

jagat
sikap

raya

dan

dasar

bumi
untuk

mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang dihayatinya

128

seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan


tidak benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.
Menurut pendapat Harol H. Titus. Definisi dari ideologi
adalah: Aterm used for any group of ideas concerning
various

political

and

aconomic

issues

and

social

philosophies often applied to a systematic scheme of ideas


held by groups or classes, artinya suatu istilah yang
digunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai bebagai
macam masalah politik ekonomi filsafat sosial yang sering
dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis tentang
suatu cita-cita yang dijalankan oleh kelompok atau lapisan
masyarakat.
Pengertian Ideologi menurut Ibnu Sina adalah Mabda
secara etimologis adalah
badaayabdau
permulaan.
mendasar
(cabang

badan
Secara

yang
)[dalam

mashdar
wa

mabdaan

terminologis

dibangun

mimi

diatas

Al-Mausuah

dari
yang

berarti

kata
berarti

pemikiran

pemikiran-pemikiran

al-Falsafiyah,

entry

al-

Mabda]. Al-Mabda(ideologi) : pemikiran mendasar (fikrah


raisiyah) dan patokan asasi (al-qaidah al-asasiyah) tingkah
laku. Dari segi logika al-mabda adalah pemahaman
mendasar dan asas setiap peraturan. Secara garis besar
dapat

disimpulkan

bahwa

Ideologi(mabda)

adalah

pemikiran yang mencakup konsepsi mendasar tentang


kehidupan dan memiliki metode untuk merasionalisasikan
pemikiran

tersebut

berupa

pemikiran

tersebut

agar

fakta,

tidak

metode

menjadi

menjaga

absurd

dari

129

pemikiran-pemikiran

yang

lain

dan

metode

untuk

menyebarkannya.
Sehingga dalam Konteks definisi ideologi inilah tanpa
memandang sumber dari konsepsi Ideologi, maka Islam
adalah

agama

yang

mempunyai

kualifikasi

sebagai

Ideologi dengan padanan dari arti kata Mabda dalam


konteks bahasa arab.
Apabila kita telusuri seluruh dunia ini, maka yang kita
dapati hanya ada tiga ideologi (mabda). Yaitu Kapitalisme,
Sosialisme termasuk Komunisme, dan Islam. Untuk saat ini
dua mabda pertama, masing-masing diemban oleh satu
atau beberapa negara. Sedangkan mabda yang ketiga
yaitu Islam, saat ini tidak diemban oleh satu negarapun,
melainkan

diemban

oleh

individu-individu

dalam

masyarakat. Sekalipun demikian, mabda ini tetap ada di


seluruh penjuru dunia.
Sumber konsepsi ideologi kapitalisme dan Sosialisme
berasal dari buatan akal manusia, sedangkan Islam
berasal dari wahyu Allah SWT (hukum syara).
Ibnu Sina mengemukakan masalah tentang ideologi dalam
Kitab-nya "Najat", dia berkata:"Nabi dan penjelas hukum
Tuhan

serta

kesinambungan

ideologi
ras

jauh

manusia,

lebih
dan

dibutuhkan
bagi

bagi

pencapaian

manusia akan kesempurnaan eksistensi manusiawinya,


ketimbang tumbuhnya alis mata, lekuk tapak kakinya, atau
hal-hal lain seperti itu, yang paling banter bermanfaat bagi
kesinambungan ras manusia, namun tidak perlu sekali." Al
- Marsudi
130

Ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan


buah pikiran atau science des ideas
Puspowardoyo
Menyebutkan
sebagai

bahwa

komplek

ideologi

pengetahuan

dapat
dan

dirumuskan
nilai

secara

keseluruhan menjadi landasan seseorang atau masyarakat


untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya serta
menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan
pemahaman

yang

dihayatinya

seseorang

dapat

menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar, serta


apa yang dinilai baik dan tidak baik.
Harol H. Titus
Ideologi adalah suatu istilah yang digunakan untuk
sekelompok cita-cita mengenai bebagai macam masalah
politik ekonomi filsafat sosial yang sering dilaksanakan
bagi suatu rencana yang sistematis tentang suatu cita-cita
yang dijalankan oleh kelompok atau lapisan masyarakat.
Ali Syariati
Mendefenisikan ideologi sebagai keyakinan-keyakinan
dan gagasan-gagasan yang ditaati oleh suatu kelompok,
suatu klas sosial, suatu bangsa atau satu ras tertentu
Destutt de Tracy
Mengartikan ideology sebagai Science of ideas,
dimana didalamnya ideologi dijabarkan sebagai jumlah
program

yang

diharapkan

membawa

perubahan

institusional dalam suatu masyarakat.


Kirdi Dipoyudo
131

Ideologi sebagai suatu kesatuan gagasan-gagasan


dasar yang sistematis dan menyeluruh tentang manusia
dan kehidupanya baik individual maupun sosial, termasuk
kehidupan Negara.
Sastra Pratedja
Ideologi
pemikiran

sebagai

yang

suatu

kompleks

beerorientasi

pada

gagasan
tindakan

atau
yang

diorganisir menjadi suatu sistem yang teratur.


C.C. Rodee
Ideologi adalah kumpulan gagasan yang secara logis
berkaitan

dan

mengidentifikasikan

nilai-nilai

yang

memberi keabsahan bagi institusi politik dan pelakunya.


Ideologi dapat di gunakan untuk membenarkan status quo
atau membenarkan usaha untuk mengubahnya (dengan
atau tanpa dengan kekerasan).
Gunawan Setiardjo
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan atau
aqidah 'aqliyyah (akidah yang sampai melalui proses
berpikir) yang melahirkan aturan-aturan dalam kehidupan.
Thomas H
Ideologi

adalah

suatu

cara

untuk

melindungi

kekuasaan pemerintah agar dapat bertahan dan mengatur


rakyatnya.
Muhammad Ismail
Ideologi (Mabda) adalah Al-Fikru al-asasi al-ladzi
hubna Qablahu Fikrun Akhar, pemikiran mendasar yang
132

sama

sekali

tidak

dibangun

(disandarkan)

di

atas

pemikiran pemikiran yang lain.


Dr. Hafidh Shaleh
Ideologi adalah sebuah pemikiran yang mempunyai ide
berupa konsepsi rasional (aqidah aqliyah), yang meliputi
akidah

dan

solusi

atas

seluruh

problem

kehidupan

manusia. Pemikiran tersebut harus mempunyai metode,


yang meliputi metode untuk mengaktualisasikan ide dan
solusi

tersebut,

metode

mempertahankannya,

serta

metode menyebarkannya ke seluruh dunia.


Taqiyuddin An - Nabhani
Ideology adalah suatu aqidah aqliyah yang melahirkan
peraturan, yang dimaksud aqidah adalah pemikiran yang
menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan hidup,
serta

tentang

apa

yang

ada

sebelum

dan

setelah

kehidupan, di samping hubungannya dengan Zat yang ada


sebelum dan sesudah alam kehidupan di dunia ini. Atau
Mabda

adalah

suatu

ide

dasar

yang

menyeluruh

mengenai alam semesta, manusia, dan hidup. Mencakup


dua bagian yaitu, fikrah dan thariqah.
Karl Marx
Mengartikan Ideologi sebagai pandangan hidup yang
dikembangkan berdasarkan kepenti-ngan golongan atau
kelas sosial tertentu dalam bidang politik atau sosial
ekonomi.
Notonegoro

133

Mengemukakan bahwa Ideologi negara dalam arti


cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi dasar bagi
suatu sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa
yang bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas
kerokhanian

yang

antara

lain

memiliki

ciri:

1) Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup


kebangsaan dan kenegaraan;
2) Mewujudkan suatu asas kerokhanian, pandangan dunia,
pedoman

hidup,

pegangan

hidup

yang

dipelihara,

dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada generasi


berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan
kesediaan berkorban.
Kamus Bahasa Indonesia ,319
Ideologi adalah kumpulan konsep bersistem yang
dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah
dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Atau cara berfikir
seseorang

atau

suatu

gagasan.

Destutt de Tray ( 1801-orang yang pertama


mengemukakan

ideologi)

Ideologi

adalah

ilmu

yang

tentang gagasan yang menunjukan jalan yang benar


menuju masa depan.

Moerdiono

Ideology adalah kompleks pengetahuan dan nilai, yang


secara

keseluruhan

menjadi

landasan

bagi

seorang

( masyarakat ) untuk memahami jagad raya dan bumi


134

seisinya

serta

menentukan

sikap

dasar

untuk

mengelolanya.
Alfian
Ideology

Alfian

mendefinisikan

ideologi

sebagai

akumulasi nilai-nilai yang dianggap baik dan benar tentang


tujuan yang ingin dicapai masyarakat, sekaligus menjadi
pedoman dan cita-cita pengatur perilaku masyarakat
dalam berbagai kehidupan. Karenanya, ideologi berfungsi
menjadi tujuan dan cita-cita bersama masyarakat, serta
menjadi

pedoman

dan

alat

ukur

perilaku

dalam

hubungannya dengan kebijakan negara serta sebagai


pemersatu

masyarakat

karena

menjadi

prosedur

penyelesaian konflik yang muncul dalam masyarakat


tersebut. (Alfian, Idiologi, Idealisme dan Integrasi Nasional,
Prisma,1976).
Destutt de Tray
Ideology adalah untuk menujuk suatu ilmu, yaitu analsisis
ilmiah dari pikiran manusia.
Napoleon
Ideology adalah kumpulan ide ( pendapat ) yang abstrak
(

tidak

realities).

Karl Mark

Ideology

adalah

dalam

arti

khusus,

yaitu

ideology

digolongkan bersama dengan agama, filsafat, dan moral.


Laboratorium IKIP Malang
135

Ideology adalah seperangkat ide, nilai, dan cita-cita


beserta

pedoman

dan

metode

melaksanakan

atau

mewujudkan.
Pengertian ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai
kumpulan gagasan, idea, keyakinan, kepercayaan, yang
menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut:
a. Bidang Politik (termasuk Pertahanan dan Keamanan)
b. Bidang Sosial
c. Bidang Kebudayaan
d. Bidang Keagamaan
2.2 Pengertian Pancasila sebagai Ideologi bangsa
dan Negara
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia
yang tak lain adalah ideologi terbuka. Pancasila sebagai
ideologi terbuka artinya nilai-nilai dasar Pancasila bersifat
tetap, namun dapat dijabarkan menjadi nilai instrumental
yang berubah dan berkembang secara dinamis dan kreatif
sesuai

dengan

kebutuhan

perkembangan

masyarakat

tiga

fleksibelitas

Indonesia .
Tatanan

nilai

mempunyai

tingkatan

ideology pancasila mengandung nilai-nilai sebagai berikut :


a. Nilai Dasar
b. Nilai Instrumental
c. Nilai Praktis
Menurut Alfian, kekutan suatu ideology tergantung pada
3 dimensi yang terkandung di dalamnya yaitu sebagai
berikut :
a. Dimensi Realitas
136

b. Dimensi idealis
c. Dimensi fleksibel

III. PEMBAHASAN

3.1 Arti pancasila sebagai Ideologi bangasa dan


Negara Indonesia
Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Pengertian Ideologi - Ideologi berasal dari kata yunani
yaitu iden yang berarti melihat, atau idea yang berarti raut
muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan kata logi
yang berarti ajaran. Dengan demikian ideologi adalah
ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau
science des ideas (AL-Marsudi, 2001:57).
Puspowardoyo (1992 menyebutkan bahwa ideologi dapat
dirumuskan

sebagai

komplek

pengetahuan

dan

nilai

secara keseluruhan menjadi landasan seseorang atau


masyarakat
seisinya

untuk

serta

memahami
menentukan

jagat
sikap

raya

dan

dasar

bumi
untuk

mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang dihayatinya


seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan
tidak benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.
Menurut pendapat Harol H. Titus. Definisi dari ideologi
adalah: Aterm used for any group of ideas concerning
various

political

and

aconomic

issues

and

social

philosophies often applied to a systematic scheme of ideas


held by groups or classes, artinya suatu istilah yang
137

digunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai bebagai


macam masalah politik ekonomi filsafat sosial yang sering
dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis tentang
suatu cita-cita yang dijalankan oleh kelompok atau lapisan
masyarakat.
Bila kita terapkan rumusan ini pada Pancasila dengan
definisi-definisi
Pancasila

filsafat
itu

dapat
ialah

kita

simpulkan,

usaha

maka

pemikiran

manusia Indonesia untuk mencari kebenaran, kemudian


sampai

mendekati

atau

menanggap

sebagai

suatu

kesanggupan yang digenggamnya seirama dengan ruang


dan waktu.
Hasil pemikiran manusia yang sungguh-sungguh secara
sistematis radikal itu kemuduian dituangkan dalam suatu
rumusan rangkaian kalimat yang mengandung suatu
pemikiran yang bermakna bulat dan utuh untuk dijadikan
dasar, asas, pedoman atau norma hidup dan kehidupan
bersama dalam rangka perumusan satu negara Indonesia
merdeka, yang diberi nama Pancasila.
Kemudian isi rumusan filsafat yang dinami Pancasila
itu kemudian diberi status atau kedudukan yang tegas dan
jelas serta sistematis dan memenuhi persyaratan sebagai
suatu

sistem

filsafat.

Termaktub

dalam

Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat maka filsafat


Pancasila itu berfungsi sebagai Dasar Negara Republik
Indonesia yang diterima dan didukung oleh seluruh bangsa
atau warga Negara Indonesia.

138

Demikian isi rumusan sila-sila dari Pancasila sebagai satu


rangkaian kesatuan yang bulat dan utuh merupakan dasar
hukum,

dasar

moral,

kaidah

fundamental

bagi

peri

kehidupan bernegara dan masyarakat Indonesia dari pusat


sampai ke daerah-daerah.
Sebagai

ideologi

suatu

bangsa

yang

menjadi

pandangan dan pegangan hidup masyarakatnya, Pancasila


haruslah bersifat universal mencakup segala macam nilainilai sosial dan budaya Indonesia serta menjadi orientasi
dalam hidup oleh seluruh masyarakatnya. Sebagai ideologi
bangsa, maka keberadaannya selalu diimplementasikan
ke dalam perilaku kehidupan dalam rangka berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat. Kalau dikaji dari butir-butir
kelima sila dalam ideologi Pancasila tersebut, sebenarnya
sudah

mencakup

manusia

Indonesia

gambaran
yang

pembentukan

ideal,

sebagai

karakter

mana

yang

diharapkan para penggali dari pancasila itu sendiri.


Gambaran pembentukan manusia Indonesia seutuhnya itu,
dapat diilustrasikan Pada sila pertama tersirat bagaimana
manusia Indonesia berhubungan dengan Tuhannya atau
kepercayaannya. Pada sila kedua tergambar bagaimana
manusia Indonesia harus bersikap hidup dengan orang lain
sebagaimana layaknya manusia yang punya pikiran dan
ahklak hingga dia bisa bersikap sebagai mahkluk yang
tertinggi dibandingkan dengan mahkluk lainnya yaitu
binatang. Sila ketiga menerangkan bagaiama manusia
Indonesia

menciptakan

suatu

pandangan

betapa

pentingnya arti persatuan dan kesatuan bangsa dari pada


bercerai berai seperti pada pepatah bersatu kita teguh dan
139

bercerai kita runtuh.

Sila keempat telah menegaskan

bagaimana manusia Indonesia mengimplementasikan cara


bersikap dan berpendapat serta memutuskan sesuatu
menyangkut

kepentingan

umum

secara

bijak

demi

kelangsungan kehidupan berdemokrasi yang terlindungi


antara menyuarakan hak dan kewajibannya berimbang
dalam mengimplementasikannya.
Pada sila kelima dijabarkan bagaimana manusia
Indonesia mewujudkan suatu keadilan dan kemakmuran
bagi

seluruh

masyarakat

Indonesia

itu

sendiri.

Dari

penjabaran kelima sila tersebut di atas, maka sudah


sepantasnya bahwa Pancasila beserta kelima silanya itu
layak dijadikan sebagai pandangan dan pegangan hidup
serta dijadikan sebagai pembimbing dalam menciptakan
kerangka berpikir untuk menjalankan roda demokratisasi
dan diimplementasikan dalam segala macam praktik
kehidupan

menyangkut

bermasyarakat
Indonesia

di

dalam

tercinta

mengamankan

ini.

Pancasila

berbangsa,
Negara
maka

bernegara

kesatuan

Republik

mengamalkan

sebagai

dan

dasar

dan

Negara

mempunyai sifat imperatif dan memaksa, artinya setiap


warga Negara Indonesia harus tunduk dan taat kepadanya.
Siapa saja yang melangggar Pancasila sebagai dasar
Negara, harus ditindak menurut hukum yakni hukum yang
berlaku di Indonesia. Dengan kata lain pengamalan
Pancasila sebagai dasar Negara disertai sanksi-sanksi
hukum.

Sedangkan

pengamalan

Pancasila

sebagai

weltanschuung, yaitu pelaksanaan Pancasila dalam hidup


sehari-hari

tidak

disertai

sanksi-sanksi

hukum

tetapi
140

mempunyai

sifat

mengikat,

artinya

setiap

manusia

Indonesia terikat dengan cita-cita yang terkandung di


dalamnya

untuk

kehidupanya,

mewujudkan

sepanjang

tidak

dalam

hidup

melanggar

dan

peraturan

perundang-undangan yang barlaku di Indonesia.


Jadi, jelaslah bagi kita bahwa mengamalkan dan
mengamankan Pancasila sebagai dasar Negara Republik
Indonesia

mempunyai

sifat

imperatif

memaksa.

Sedangkan

pengamalan

atau

pelaksanaan

Pancasila

sebagai pandangan hidup dalam hidup sehari-hari tidak


disertai sanksi-sanksi hukum tetapi mempunyai sifat
mengikat.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara dihubungkan
fungsinya

sebagai

dasar

Negara,

yang

merupakan

landasan idiil bangsa Indonesia dan Negara Republik


Indonesia dapatlah disebut pula sebagai ideologi nasional
atau ideologi Negara.

3.2 Perjalanan Pancasila Sebagai Ideologi dari Masa


ke

Masa
Berawal dari sidang pleno BPUPKI pertama yang

diadakan pada tanggal 28 Mei 1945 hingga 1 Juni 1945.


Ketika itu, dr. Radjiman Widyodiningrat dalam pidato
pembukaannya

selaku

ketua

BPUPKI

mengajukan

pertanyaan kepada seluruh anggota sidang mengenai


dasar negara apa yang akan dibentuk untuk Indonesia.
Pertanyaan

ini

menjadi

persoalan

paling

dominan

sepanjang 29 Mei-1 Juni 1945 dan memunculkan sejumlah


141

pembicara yang mengajukan gagasan mereka mengenai


dasar filosofis Indonesia.
Pada tanggal 1 Juni 1945, secara eksplisit Ir. Soekarno
mengemukakan
Indonesia

gagasannya

dalam

Pancasila.

mengenai

pidatonya

Menurut

yang

Drs.

dasar

berjudul

Mohammad

negara

Lahirnya

Hatta,

pidato

tersebut bersifat kompromis dan dapat meneduhkan


pertentangan

tajam

mempertahankan

antara

Negara

pendapat

Islam

dan

yang

mereka

yang

menghendaki dasar negara sekuler. Perdebatan tersebut


pada akhirnya dimenangkan kelompok yang menginginkan
Islam

sebagai

dasar

negara,

terbukti

dengan

dikeluarkannya Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945.


Namun,

dalam

beberapa

perkembangan

rumusan

menimbulkan

Piagam

kekecewaan

selanjutnya,
Jakarta

umat

ternyata

diganti

Islam

dan

terhadap

pemerintahan Soekarno dan Mohammad Hatta dan terus


berkembang

hingga

masa

pemerintahan

Soeharto,

sampai-sampai Carol Gluck mengatakan bahwa Indonesia


adalah negara yang terlalu banyak meributkan masalah
ideologi dibandingkan negara-negara lain. Melihat pada
perkembangan perumusan Pancasia sejak 1 Juni sampai 18
Agustus

1945,

dapat

diketahui

bahwa

Pancasila

mengalami perkembangan fungsi. Pada tanggal 1 dan 22


Juni, Pancasila yang dirumuskan Panitia Sembilan dan
disepakati oleh Sidang Pleno BPUPKI merupakan modus
kompromi antara kelompok yang memperjuangkan dasar
negara nasionalisme dan kelompok yang memperjuangkan
dasar negara Islam. Akan tetapi, pada tanggal 18 Agustus
142

1945

Pancasila

yang

dirumuskan

kembali oleh

PPKI

berkembang menjadi kompromi antara kaum nasionalis,


Islam dan Kristen-Katolik dalam hidup bernegara.
Pada era Orde Lama, dinamika perdebatan ideologi
paling sering dibicarakan oleh kebanyakan orang. Tampak
ketika akhir tahun 1950-an, Pancasila sudah bukan lagi
merupakan kompromi atau titik temu bagi semua ideologi.
Dikarenakan Pancasila telah dimanfaatkan sebagai senjata
ideologis
pengakuan

untuk

melegitimasi

tuntutan

negara atas Islam

yang

Islam

bagi

kemudian

pada

rentang tahun 1948-1962 terjadi pemberontakan Darul


Islam terhadap pemerintah pusat. Setelah pemberontakan
berhasil ditumpas, atas desakan AH Nasution, selaku
Pangkostrad dan kepala staf AD, pada 5 Juli 1959 Ir.
Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden untuk kembali
pada UUD 1945 sebagai satu-satunya konstitusi legal
Republik Indonesia dan pemerintahannya dinamai dengan
Demokrasi Terpimpin.
Pada masa Demokrasi Terpimpin pun ternyata tidak
semulus yang diharapkan. Periode labil ini justru telah
membubarkan partai Islam terbesar, Masyumi, karena
dianggap
berideologi

ikut

andil

Islam.

dalam
Bahkan,

pemberontakan
Soekarno

regional

membatasi

kekuasaan partai politik yang ada serta mengusulkan agar


rakyat

menolak

menentang

partai-partai

konsep

politik

musyawarah

dan

karena

mereka

mufakat

yang

terkandung dalam Pancasila. Soekarno juga menganjurkan


sebuah konsep yang dikenal dengan NASAKOM yang
143

berarti

persatuan

antara

nasionalisme,

agama

dan

komunisme. Kepentingan politis dan ideologis yang saling


bertentangan menimbulkan struktur politik yang sangat
labil sampai pada akhirnya melahirkan peristiwa G 30S/PKI
yang berakhir pada runtuhnya kekuasaan Orde Lama.
Selanjutnya

pada

masa

Orde

Baru,

Soeharto

berusaha meyakinkan bahwa rezim baru adalah pewaris


sah dan konstitusional dari presiden pertama. Soeharto
mengambil

Pancasila

sebagai

dasar

negara

dan

ini

merupakan cara yang paling tepat untuk melegitimasi


kekuasaannya. Berbagai bentuk perdebatan ternyata tidak
semakin membuat stabilitas negara berjalan dengan baik,
tetapi

justru

struktur

politik

labil

yang

semakin

mengedepan dikarenakan Soeharto seringkali mengulang


pernyataan tegas bahwa perjuangan Orde Baru hanyalah
untuk

melaksanakan

Pancasila

secara

murni

dan

konsekuen, yang berarti bahwa tidak boleh ada yang


menafsirkan

resmi

tentang

Pancasila

kecuali

dari

pemerintah yang berkuasa.


Pada masa reformasi (setelah rezim Soeharto runtuh),
seolah menandai adanya jaman baru bagi perkembangan
perpolitikan nasional sebagai anti-tesis dari Orde Baru
yang dianggap menindas dengan konfrimitas ideologinya.
Pada

era

ini

timbul

keingingan

untuk

membentuk

masyarakat sipil yang demokratis dan berkeadilan sosial


tanpa kooptasi penuh dari negara. Lepas kendalinya
masyarakat seolah menjadi fenomena awal dari tragedi
besar dan konflik berkepanjangan. Tampaknya era ini
144

mengulang problem perdebatan ideologi yang terjadi pada


masa Orde Lama, Orde Baru, yang berakhir dengan
instabilitas politik dan perekonomian secara mendasar.
Berbagai
cenderung

bentuk

interpretasi

mengaburkan

dan

monolitik

selama

menguburkan

ini

makna

substansial Pancasila dan berakibat pada Pancasila yang


menjadi sebuah mitos, selalu dipahami secara politisideologis untuk kepentingan kekuasaan serta nilai-nilai
dasar Pancasila menjadi nilai yang distopia, bukan sekedar
utopia
3.3 Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia
Nilai

nilai

Pancasila

yang

terkandung

di

dalamnya

merupakan nilai nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,


kerakyatan, keadilan. Ini merupakan nilai dasar bagi
kehidupan

kewarganegaraan,

kemasyarakatan.

Nilai-nilai

kebangsaan,

pancasila

tergolong

dan
nilai

kerohanian yang di dalamnya terkandung nilai-nilai lainnya


secara lengkap dan harmonis, baik nilai material, vital,
kebenaran, atau kenyataan. Estetis, estis maupun religius.
Nilai-nilai-nilai Pancasila bersibat obyektif dan subyektif,
artinya hakikat nilai-nilai pancasila bersifat universal atau
berlaku dimanapun, sehingga dapat diterapkan di negara
lain.
Nilai nilai pancasila bersifat objektif, maksutnya :
1. Rumusan dari pancasila itu sendiri memiliki makna
yang terdalam menunjukkan adanya sifat umum
universal dan abstrak
145

2. Inti dari nilai pancasila akan tetap ada sepanjang


masa dalam kehidupan bangsa Indonesia
3. Pancasila dalam pembukaan UUD 1945 merupakan
sumber dari segala sumber hukum di Indonesia
Sedangkan nilai-nilai pancasila bersifat subjektif bahwa
keberadaan nilai-nilai pancasila itu terlekat pada bangsa
Indonesia sendiri karena,
1. Nilai- nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia
2.

Nilai-nilai

pancasila

merupakan

pandangan

hidup

bangsa Indonesia
Nilai-nilai pancasila terkandung nilai kerohanian yang
sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia.
3.4 Fungsi Pancasila sebagai Ideologi bangsa dan
Negara Indonesia
Sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya sebagai
dasar

Negara

kesatuan

republik

Indonesia

Pancasila

berkedudukan juga sebagai ideologi nasional Indonesia


yang dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan
bernegara.
Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila
sebagai ikatan budaya (cultural bond) yang berkembangan
secara alami dalam kehidupan masyarakat Indonesia
bukan secara paksaan atau Pancasila adalah sesuatu yang
sudah

mendarah

daging

dalam

kehidupanehari-hari

bangsa Indonesia. Sebuah ideologi dapat bertahan atau


pudar

dalam

menghadapi

perubahan

masyarakat

tergantung daya tahan dari ideologi itu.


146

Alfianmengatakan bahwa kekuatan ideologi tergantung


pada kualitas tiga dimensi yang dimiliki oleh ideologi itu,
yaitu dimensi realita, idealisme, dan fleksibelitas. Pancasila
sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi tersebut:
1. Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada
ideologi itu yang mencerminkan realita atau kenyataan
yang hidup dalam masyarakat dimana ideologi itu lahir
atau muncul untuk pertama kalinya paling tidak nilai
dasar

ideologi

itu

mencerminkan

realita masyarakat pada awal kelahirannya.


2. Dimensi Iidalisme, adalah kadar atau kualitas ideologi
yang

terkandung

dalam

nilai

dasar

itu

mampu

memberikan harapan kepada berbagai kelompok atau


golongan masyarakat tentang masa depan yang lebih
baik melalui pengalaman

dalam

praktik kehidupan

bersama sehari-hari.
3. Dimensi Fleksibelitas atau dimensi pengembangan,
yaitu kemampuan ideologi dalam mempengaruhi dan
sekaligus menyesuaikan

diri dengan perkembangan

masyarakatnya. Mempengaruhi artinya ikut wewarnai


proses perkembangan zaman tanpa menghilangkan jati
diri ideologi itu sendiri yang tercermin dalam nilai
dasarnya. Mempengaruhi berarti pendukung ideologi itu
berhasil menemukan tafsiran tafsiran terhadap nilai
dasar dari ideologi itu yang sesuai dengan realita -realita
baru

yang

muncul

di

hadapan

mereka

sesuai

perkembangan zaman.

147

Menurut Dr.Alfian Pancasila memenuhi ketiga dimensi ini


sehingga pancasila dapat dikatakan sebagai ideologi
terbuka. Fungsi Pancasila sebagai ideologi Negara, yaitu :
1. Memperkokoh

persatuan

bangsa

karena

bangsa

Indonesia adalah bangsa yang majemuk.


2. Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan
menggerakkan serta membimbing bangsa Indonesia
dalam melaksanakan pembangunan.
3. Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa
dan sebagai dorongan dalam pembentukan karakter
bangsa berdasarkan Pancasila.
4. Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai
kedaan bangsa dan Negara.
Pancasila jika akan dihidupkan secara serius, maka
setidaknya dapat menjadi etos yang mendorong dari
belakang

atau

menarik

dari

depan

akan

perlunya

aktualisasi maksimal setiap elemen bangsa. Hal tersebut


bisas saja terwujud karena Pancasila itu sendiri memuat
lima prinsip dasar di dalamnya, yaitu: Kesatuan/Persatuan,
kebebasan, persamaan, kepribadian dan prestasi. Kelima
prinsip inilah yang merupakan dasar paling sesuai bagi
pembangunan sebuah masyarakat, bangsa dan personalpersonal di dalamnya.
Menata sebuah negara itu membutuhkan suatu
konsensus bersama sebagai alat lalu lintas kehidupan
berbangsa dan bernegara. Tanpa konsensus tersebut,
masyarakat akan memberlakukan hidup bebas tanpa
menghiraukan aturan main yang telah disepakati. Ketika
Pancasila

telah

disepakati

bersama

sebagai

sebuah
148

konsensus, maka Pancasila berperan sebagai payung


hukum dan tata nilai prinsipil dalam penyelenggaraan
kehidupan bernegara.
Dan sebagai ideologi yang dikenal oleh masyarakat
internasional,

Pancasila

juga

mengalami

tantangan-

tantangan dari pihak luar/asing. Hal ini akan menentukan


apakah Pancasila mampu bertahan sebagai ideologi atau
berakhir seperti dalam perkiraan David P. Apter dalam
pemikirannya The End of Idiology. Pancasila merupakan
hasil galian dari nilai-nilai sejarah bangsa Indonesia sendiri
dan berwujud lima butir mutiara kehidupan berbangsa dan
bernegara, yaitu religius monotheis, humanis universal,
nasionalis

patriotis

yang

berkesatuan

dalam

keberagaman,demokrasi dalam musyawarah mufakat dan


yang

berkeadilan

bukanlah

imitasi

mencerminkan

sosial.
dari

nilai

Dengan
ideologi

amanat

demikian
negara

penderitaan

Pancasila

lain,
rakyat

tetapi
dan

kejayaan leluhur bangsa. Keampuhan Pancasila sebagai


ideologi tergantung pada kesadaran, pemahaman dan
pengamalan para pendukungnya. Pancasila selayaknya
tetap bertahan sebagai ideologi terbuka yang tidak
bersifat

doktriner

ketat.

Nilai

dasarnya

tetap

dipertahankan, namun nilai praktisnya harus bersifat


fleksibel. Ketahanan ideologi Pancasila harus menjadi
bagian misi bangsa Indonesia dengan keterbukaannya
tersebut.
Pada akhirnya, semoga seluruh bangsa dan negara
Indonesia serta Pancasila sebagai ideologinya akan tetap
149

bertahan dan tidak goyah meskipun dihantam badai


globalisasi dan modernisme. Sebagai generasi penerus,
marilah kita menjaga Indonesia dan Pancasila agar saling
berdampingan dan tetap utuh hingga anak cucu kita
nantinya sebagai penerus kelangsungan negara ini.
Nilai nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan
suatu cerminan dari kehidupan masyarakat Indonesia
(nenek moyang kita) dan secara tetap telah menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan bangsa
Indonesia. Untuk itu kita sebagai generasi penerus bangsa
harus mampu menjaga nilai nilai tersebut. Untuk dapat
hal tersebut maka perlu adanya berbagai upaya yang
didukung oleh seluruh masyarakat Indonesia. Upaya
upaya tersebut antara lain :
1.

Melalui dunia pendidikan, dengan menambahkan mata


pelajaran

khusus

pancasila

pada

setiap

satuan

pendidikan bahkan sampai ke perguruan tinggi.


2. Lebih memasyarakatkan pancasila.
3.

Menerapkan nilai nilai tersebut dalam kehidupan


sehari hari.

4.

Memberikan sanksi kepada pihak pihak yang


melakukan pelanggaran terhadap pancasila.

5.

Menolak

dengan

tegas

faham

faham

yang

bertentangan dengan pancasila.

IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
150

Pancasila sebagai Ideologi bangsa dan negara Indonesia


itu sangat penting.Karena Ideologi

merupakan alat yang

paling ampuh untuk menciptakan negara Indonesia yang


kokoh, bermartabat dan berbudaya tinggi.
Tanpa Ideologi bangsa akan rapuh dan hilang jati
dirinya. Pancasila sebagai sumber nilai menunjukkan
identitas bangsa Indonesia yang memiliki nilai-nilai
kemanusiaan yang luhur, hal ini menandakan bahwa
denganPancasila bangsa Indonesia menolak segala
bentuk

penindasan,

penjajahan

darisatu

bangsa

terhadap bangsa yang lain. Ideologi bangsa Indonesia itu


adalah Pancasila.
Indonesia mempunyai Ideologi Pancasila diharapkan
mampu

untuk

membawa

bangsa

Indonesia

bangsa yang lebih bagus dari sekarang.


diharapkan

mampu

untuk

menjadi

Ideologi juga

membangkitkan

kesadaran

bangsa. Setiap pengambilan keputusan harus berdasarkan


ideologi negara Indonesia yaitu Pancasila. Supaya dalam
pengambilan keputusan keputusan tidak keluar dari aturan
dan kaidah negara Indonesia.
Tidak

hanya

negara

yang

menganut

ideologi

Pancasila, tetapi juga masyarakat Indonesia, masyarakat


Indonesia dalam bertingkah laku juga harus berpedoman
teguh pada ideologi Pancasila supaya cita-cita yang
diharapkan oleh masyarakat tersebut dapat terwujud
dengan benar
4.2 Saran
151

Dalam makalah ini penulis berkeinginan supaya makalah


ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah
pengetahuan tentang Pancasila sebagai ideology bangsa
dan Negara.

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSFAT


Makalah Ini Ditujukan
Untuk
Memenuhi
Tugas
Terstruktur
Mata
Kewarganegaraan
Drs. M. Rozikin, M.Si
Oleh :
NAMA
: DODY PUTRA WIJAYA
NIM
: 125030100111173
JURUSAN
: ADMINISTRASI PUBLIK
KELAS
:H

Kuliah

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2012

152

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagai sistem filsafat di indonesia, tentu saja
Pancasila memegang peranan yang sangat penting bagi
paradigma dan arah hidup bangsa indonesia baik sebagai
pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga
sebagai alat pemersatu dalam kehidupan berbangsa, serta
sebagai
Indonesia

pandangan

hidup

sehari-hari.

untuk

Pancasila

kehidupan
lahir

manusia

Juni

1945,

ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan


UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar
berdasarkan ketentuan adalah Satu, Ketuhanan Yang Maha
Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga,
153

Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang dipimpin


oleh

hikmat

kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan/perwakilan. Lima, Keadilan sosial bagi


seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila sebagai filsafat negara Indonesia yang
harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar
menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan nilai
nilai yang terkandung di dalam nya, bukan hanya sebagai
nilai tertulis atau nilai simbolik semata, melainkan di
jadikan

sebagai

acuan

untuk

menjalankan

proses

kehidupan berbangsa dan bernegara.


Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara
tokoh perumus Pancasila itu ialah, Mr. Mohammad Yamin,
Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Dapat dikemukakan
mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari
guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah
karena secara intrinsik dalam Pancasila itu mengandung
toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila berarti dia
menentang toleransi.
Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia
yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia
agar

menghormati,

menghargai,

menjaga

dan

menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para


pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah
berjuang

untuk

kemerdekaan

negara

Indonesia

ini.

Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap meyakini


Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya

154

keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan


bangsa dan negara Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang nantinya akan dibahas dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1.2.1 Pengertian Filsafat,
1.2.2 Manfaat Mempelajari Filsafat,
1.2.3 Pengertian Filsafat Pancasila,
1.2.4 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:

5.

1.

Untuk mengetahui pengertian tentang Filsafat.

2.

Mengetahui manfaat dalam mempelajari Filsafat.

3.

Mengetahui pengertian tentang Filsafat Pancasila.

4.

Mengetahui Pancasila sebagai sitem Filsafat.

Bagi dosen, sebagai tolak ukur atau penilaian terhadap


mahasiswa

dalam memahami Pancasila sebagai sistem

filsafat.
6. Bagi penulis, sebagai sarana yang bermanfaat untuk
memperoleh keterampilan dalam melakukan penulisan
dan perbendaharaan pengetahuan tentang pancasila
sebagai sistem filsafat.

II KAJIAN PUSTAKA
155

2.1 PENGERTIAN FILSAFAT


Pengertian Filsafat menurut para ahli adalah sebagai
berikut :
Pengertian

filsafat

menurut

Pudjo

Sumedi

AS.,

Drs.,M.Ed. dan Mustakim, S.Pd.,MM,


Istilah dari filsafat berasal bahasa Yunani : philosophia.
Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam
berbagai

bahasa,

kebudayaan

seperti

bangsa

Jerman,

philosophic

Belanda,

dan

dalam
Perancis;

philosophy dalam bahasa Inggris; philosophia dalam


bahasa Latin; dan falsafah dalam bahasa Arab.
Pengertian filsafat menurut Plato
Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai
pengetahuan kebenaran yang asli.
Pengertian filsafat menurut Aristoteles
Filsafat

adalah

kebenaran

yang

ilmu

(pengetahuan)

terkandung

yang

didalamnya

meliputi
ilmu-ilmu

metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan


estetika.
Pengertian filsafat menurut Al Farabi
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam maujud
bagaimana hakikat yang sebenarnya.
Pengertian filsafat menurut Cicero
Filsafat adalah sebagai ibu dari semua seni (the mother
of all the arts ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars
vitae (seni kehidupan)
156

Pengertian filsafat menurut Johann Gotlich Fickte


(1762-1814)
Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu ,
yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu
membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan.
Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis
ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
Pengertian filsafat menurut Paul Nartorp (1854
1924)
Filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak
menentukan

kesatuan

menunjukan

dasar

pengetahuan

akhir

yang

manusia

sama,

yang

dengan
memikul

sekaliannya.
Pengertian filsafat menurut Imanuel Kant (1724
1804)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok
dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya
tercakup empat persoalan.
Apakah

yang

dapat

kita

kerjakan?

(jawabannya

metafisika)
Apakah yang seharusnya kita kerjakan? (jawabannya
Etika)
Sampai dimanakah harapan kita? (jawabannya Agama)
Apakah yang dinamakan manusia? (jawabannya
Antropologi)
Pengertian filsafat menurut Notonegoro

157

Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya


dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah ,
yang disebut hakekat.
Pengertian filsafat menurut Driyakarya
Filsafat

sebagai

perenungan

yang

sedalam-

dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat,


perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya
sampai mengapa yang penghabisan
Pengertian filsafat menurut Sidi Gazalba
Berfilsafat

ialah

mencari

kebenaran

dari

kebenaran untuk kebenaran , tentang segala sesuatu yang


di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan
universal.
Pengertian filsafat menurut Harold H. Titus (1979)
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan
terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima
secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau
pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung
tinggi;
Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu
pandangan keseluruhan;
Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan
tentang arti kata dan pengertian (konsep);
Filsafat

adalah

kumpulan

masalah

yang

mendapat

perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh


para ahli filsafat.
158

Pengertian filsafat menurut Hasbullah Bakry


Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala
sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam
semesta

dan

pengetahuan

manusia sehingga dapat menghasilkan


tentang

bagaimana

sikap

manusia

itu

sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.


Pengertian

filsafat

menurut

Prof.

Dr.Mumahamd

Yamin
Filsafat
manusia

ialah

menemui

pemusatan

pikiran,

sehingga

seraya

didalam

kepribadiannya

kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.


Pengertian filsafat menurut Prof.Dr.Ismaun, M.Pd.
Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan
manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguhsungguh, yakni secara kritis sistematis, fundamentalis,
universal,

integral

dan

radikal

untuk

mencapai

dan

menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan


kearifan atau kebenaran yang sejati.
Pengertian filsafat menurut Bertrand Russel
Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengahtengah antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi,
filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalahmasalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai
sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan; namun, seperti sains,
filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada
otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.

159

III PEMBAHASAN
3.1PENGERTIAN FILSAFAT
Oleh founding-fathers, Pancasila digali dari nilai-nilai
sosio-budaya bangsa Indonesia dan diperkaya oleh nilainilai

dan

masukan

pengalaman

bangsa-bangsa

Pancasila adalah weltanschauung (way

lain.

of life) bangsa

Indonesia. Uniknya, nilai-nilai Pancasila yang bertumbuh


kembang sebagai kepribadian bangsa itu merupakan
filsafat sosial yang wajar (natural social philosophy). Nilainilai itu bukan hasil pemikiran tunggal atau suatu ajaran
dari siapa pun.
Lazim dipahami setelah menjadi konsensus nasional
dan ditetapkan sebagai dasar negara (filsafat negara)
Republik Indonesia, Pancasila adalah pedoman sekaligus
cita-cita
berbangsa

bersama

dalam

kehidupan

dan

bernegara.

Secara

bermasyarakat,
formal,

yuridis-

konstitusional, kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai


dasar

negara

bersifat

imperatif.

Namun,

kita

juga

menyadari bahwa pengamalannya dalam keseharian hidup


bermasyarakat, berbangsa dan bernegara masih akan
selalu

menghadapi

hambatan

dan

berbagai

gangguan.

ancaman,

Demikian

tantangan,

pula

tentang

pelestarian dan pewarisannya kepada generasi penerus.


Dalam era kesemrawutan global sekarang, ideologi
asing mudah dalam aneka bentuknya dan menjadi pesaing
Pancasila. Hedonisme (aliran

yang

mengutamakan

kenikmatan hidup) dan berbagai isme penyerta, misalnya,


semakin terasa menjadi pesaing yang membahayakan
160

potensialitas Pancasila sebagai kepribadian bangsa. Nilai


intrinsik Pancasila pun masih sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor kondisional. Padahal, gugatan terhadap
Pancasila sebagai dasar negara dengan sendirinya akan
menjadi gugatan terhadap esensi dan eksistensi kita
sebagai manusia dan warga bangsa dan negara Indonesia.
Untuk menghadapi kedua ekstrim (memandang nilainilai Pancasila terlalu sulit dilaksanakan oleh segenap
bangsa

Indonesia

di

satu

pihak

dan

di

pihak

lain

memandang nilai-nilai Pancasila kurang efektif untuk


memperjuangkan
makmur

yang

pencapaian

diidamkan

masyarakat

seluruh

bangsa

adil

dan

Indonesia)

diperlukan usaha bersama yang tak kenal lelah guna


menghayati Pancasila sebagai warisan budaya bangsa
yang bernilai luhur, suatu sistem filsafat yang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai agama, bersifat normatif
dan ideal, sehingga pengamalannya merupakan tuntutan
batin dan nalar setiap manusia Indonesia.
Tapi, benarkah Pancasila adalah suatu sistem filsafat?
Berikut akan diuraikan secara singkat aspek ontologis,
epistemologis dan aksiologis Pancasila (disariolahulang
dari Pancasila
Syam dalam

sebagai
Dialog

Sistem
Manusia,

Filsafat

oleh

Falsafah,

M.

Budaya

Noor
dan

Pembangunan YP2LM Malang:1980


Aspek Ontologis
Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang
menyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan
atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika.
161

Masalah ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatu itu?


Apakah realitas yang tampak ini merupakan suatu realitas
sebagai wujudnya, yaitu benda? Apakah ada suatu rahasia
di balik realitas itu, sebagaimana yang tampak pada
makhluk

hidup?

dan

seterusnya.

Bidang

ontologi

menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan


keberadaan) manusia, benda, alam semesta (kosmologi),
metafisika.
sebagai

Secara

filsafat

ontologis,

dimaksudkan

penyelidikan
sebagai

Pancasila

upaya

untuk

mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila


yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan
asas

yang

berdiri

sendiri,

malainkan

memiliki

satu

kesatuan dasar ontologis.


Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila
adalah manusia. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang
berketuhan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang
adil dan beradab, yang bersatu, yang berkerakyatan yang
dipimpin

oleh

hikmat

permusyawaratan/perwakilan

kebijaksanaan
serta

yang

dalam

berkeadilan

sosial, yang pada hakikatnya adalah manusia. Sedangkan


manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila
secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri
atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani.
Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial serta sebagai makhluk pribadi dan makhluk
Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila pertama
mendasari

dan

menjiwai

sila-sila

Pancasila

lainnya

(Notonagoro, 1975: 53).


162

Ontologi ialah penyelidikan hakikat ada (esensi) dan


keberadaan (eksistensi) segala sesuatu: alam semesta,
fisik,

psikis,

spiritual,

metafisik,

termasuk

kehidupan

sesudah mati, dan Tuhan. Ontologi Pancasila mengandung


azas dan nilai antara lain:
Tuhan

yang

mahaesa

adalah

sumber

eksistensi

kesemestaan. Ontologi ketuhanan bersifat religius,


supranatural, transendental dan suprarasional;
Ada kesemestaan, alam semesta (makrokosmos)
sebagai ada tak terbatas, dengan wujud dan hukum
alam, sumber daya alam yang merupakan prwahana
dan

sumber

kehidupan

semua

makhluk:

bumi,

matahari, zat asam, air, tanah subur, pertambangan,


dan sebagainya;
Eksistensi subyek/ pribadi manusia: individual, suku,
nasional, umat manusia (universal). Manusia adalah
subyek unik dan mandiri baik personal maupun
nasional, merdeka dan berdaulat. Subyek pribadi
mengemban identitas unik: menghayati hak dan
kewajiban

dalam

kebersamaan

dan

kesemestaan

(sosial-horisontal dengan alam dan sesama manusia),


sekaligus

secara

sosial-vertikal

universal

dengan

Tuhan. Pribadi manusia bersifat utuh dan unik dengan


potensi jasmani-rohani, karya dan kebajikan sebagai
pengemban amanat keagamaan;
Eksistensi tata budaya, sebagai perwujudan martabat
dan

kepribadian

kebudayaan

manusia

nasional

yang

maupun

unggul.

universal

Baik
adalah

perwujudan martabat dan kepribadian manusia: sistem


163

nilai, sistem kelembagaan hidup seperti keluarga,


masyarakat, organisasi, negara. Eksistensi kultural dan
peradaban
dengan

perwujudan

motivasi

manusia:

hidup

cita-cita

sehingga

kreatif,

produktif, etis, berkebajikan;


Eksistensi bangsa-negara yang

berwujud

sistem

nasional,

sistem

dan

teleologis

kenegaraan

yang

merdeka

dan

berdaulat, yang menampilkan martabat, kepribadian


dan kewibawaan nasional. Sistem kenegaraan yang
merdeka dan berdaulat merupakan puncak prestasi
perjuangan bangsa, pusat kesetiaan, dan kebanggaan
nasional.
Secara
sebagai

garis
pribadi

besar,
dan

interelasi

eksistensi

warganegara,

yang

manusia

menghayati

kedudukan dan fungsinya, hak dan kewajibannya untuk


berbakti

dan

mengabdi

dapat

digambarkan

sebagai

berikut:
T Eksistensi Tuhan yang mahaesa sebagai sumber
semua

eksistensi,

kebajikan,

puncak

sumber
proses

motivasi

dan

teleologis

cita-cita
eksistensi

kesemestaan. Subyek manusia sadar atau tidak


menuju dan kembali kepada-Nya.
AS Eksistensi Alam Semesta, sebagai

prawahana

kehidupan manusia dan makhluk semesta.


SM Eksistensi Subyek Manusia yang unik, mandiri,
merdeka, berdaulat, dengan potensi martabat dan
kepribadian yang mengemban amanat ketuhanan/
keagamaan, sosial, nasional dan kemanusiaan.

164

SB Eksistensi Sosio-Budaya sebagai kreasi, karya dan


wahana kehidupan manusia.
SK Eksistensi Sistem Kenegaraan sebagai perwujudan
puncak prestasi bangsa-bangsa; perwujudan identitas
nasional, kemerdekaan, kedaulatan dan kewibawaan
nasional.
P Pribadi manusia, sebagai eksistensi tunggal, utuh
dan unik, berada dalam antarhubungan fungsional
dengan semua eksistensi horisontal. Artinya, pribadi
berada di dalam, dipengaruhi dan untuk semua
eksistensi horisontal itu. Secara khusus dengan Tuhan
yang

mahaesa,

pribadi

manusia

menghayati

hubungannya dengan Tuhan secara secara vertikal


sebagai sumber motivasi dan harapan, rohani, religius.
Pengertian menurut arti katanya, kata filsafat
dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani
Philosophia terdiri dari kata Phile artinya Cinta dan
Sophia

artinya

Kebijaksanaan.

Filsafat

berarti

Cinta

Kebijaksanaan, cinta artinya hasrat yang besar atau yang


berkobar-kobar

atau

yang

sungguh-sungguh.

Kebijaksanaan artinya Kebenaran sejati atau kebenaran


yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan
yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.
Pengertian Filsafat Menurut Tokoh-Tokoh Filsafat
Socrates (469-399 s.M.)
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang
bersifat reflektif atau berupa perenungan terhadap azasazas dari kehidupan yang adil dan bahagia. Berdasarkan
165

pemikiran tersebut dapat dikembangkan bahwa manusia


akan menemukan kebahagiaan dan keadilan jika mereka
mampu dan mau melakukan peninjauan diri atau refleksi
diri sehingga muncul koreksi terhadap diri secara obyektif.
Plato (472-347 s. M.)
Dalam

karya

tulisnya

Republik

Plato

menegaskan bahwa para filsuf adalah pencinta pandangan


tentang kebenaran (vision of truth). Dalam pencarian dan
menangkap pengetahuan mengenai ide yang abadi dan
tak berubah. Dalam konsepsi Plato, filsafat merupakan
pencarian

yang

bersifat

spekulatif

atau

terhadap

pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini


kemudan digolongkan sebagai filsafat spekulatif.
Ada dua cakupan dari pengertian filsafat, yaitu:
Filsafat sebagai Produk mencakup:
Filsafat sebagai jenis Pengetahuan, ilmu, konsepkonsep, pemikiran-pemikiran (rasionalisme, materialisme,
pragmatisme)
1.

Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi

oleh manusia sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat.


Manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari suatu
persoalan yang bersumber pada akal manusia.
2.

Filsafat sebagai suatu Proses mencakup:

Filsafat sebagai suatu proses, dalam hal ini filsafat


diartikan dalam bentuk suatu aktivitas berfilsafat dalam
proses

pemecahan

suatu

permasalahan

dengan
166

menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang


sesuai dengan objeknya.
Filsafat secara umum dapat diberi pengertian
sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala
sesuatu untuk memperoleh kebenaran hakiki, karena
filsafat telah mengalami perkembangan yang cukup lama
tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya ruang,
waktu, keadaan dan orangnya. Itulah sebabnya maka
timbul berbagai pendapat mengenai pengertian filsafat
yang mempunyai kekhususannya masing-masing, antara
lain:

2.2

Berfilsafat
Berfilsafat
Berfilsafat
Berfilsafat

Rationalisme mengagungkan akal


Materialisme mengagungkan materi
Individualisme mengagungkan individualitas
Hedonisme mengagungkan kesenangan

MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT


Ilmu

harus

didasari

oleh

asumsi

filsafat

agar

keberadaan ilmu itu tidak rancu. Karena ilmu tanpa


didasari oleh filsafat akan mengalami kehancuran dan
menyalahi aturan-aturan. sebab filsafat di sini berfungsi
sebagai penyelaras dan membuat manusia cinta terhadap
kebijaksanaan dan dalam mengiplikasinya akan dibarengi
dengan prilaku yang baik dan membuahkan hasil yang
sangat bermakna. Filsafat juga berperan sebagai induk
dari segala ilmu dan prinsip prinsip dasar ilmu itu diambil
dari filsafat (ilmu lahir dari filsafat), dan untuk mengkaji
ilmu diperlukan filsafat, karena asumsi filsafat lebih
167

berpikir secara mendalam untuk mencapai kebenaran,


kebaikan dan menjawab setiap persoalan yang ada,
sehingga ilmu yang ada kini bisa kita rasakan manfaatnya
karena telah melewati pengkajian yang mendalamdan
dapat dibuktikan kebenarannya.
Orang berfilsafat sama halnya dengan berfikir yakni
menafsirkan sesuatu hal yang sedang dihadapi atau yang
akan dihadapi tetapi perbedaanya kalau berfikir hanya
menafsirkan sesuatu hal tersebut denga biasa dalam arti
kurang mengandung makna dan belum tentu kebenaranya
juga

tanpa

dibarengi pengetahuan

kebijaksaaan

dan

hikmah.
a. Berpikir biasa adalah bagaimana manusia berfikir
untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya artinya
berfikir untuk kepentingan pribadinya.
b. Berpikir Ilmiah adalah berfikir secara logis yaitu secara
nyata dan apa yang kita pikirkan bias dipertanggung
jawabkan
c. Berfikir Filsafat adalah berfikir untuk terus menerus
maju dan mencari kepuasan pikiran, tidak merasa
dirinya ahli, tidak menyerah pada kemalasan, terus
menerus

mengembangkan

penalarannya

untuk

mendapatkan kebenaran.
Sebaliknya berfilsafat berarti berpikir itu memang
benar adanya karena, berfilsafat akan selalu berusaha
untuk berpikir guna mencapai kebaikan dan mencari
kebenaran dari berbagai teori atau ilmu-ilmu, maka
dengan berfilsafat itu berarti penyelidikan tentang apanya,
bagaimananya dan untuk apa, berpikir dengan mengacu
168

pada

kaidah-kaidah

tertentu

secara

disiplin

dan

mendalam. Orang yang berfilsafat akan menggunakan


pemikiran yang bermakna seperti:
a. Berfikir radikal, yaitu berfikir sampai keakar-akarnya
dan tidak tanggung tanggung tidak ada sesuatu yang
terlarang untuk dipikirkan
b. Sistematik yaitu berfikir logis yang bergerak selangkah
demi selangkah dengan penuh kesadaran dan tanggung
jawab.
c. Universal,yaitu
terbatas

pada

berfikir

secara

bagian2

tertentu

menyeluruh
tetapi

tidak

mencakup

keseluruhan aspek yang kongkrit dan abstrak.


2.2 PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA
Pancasila

sebagai

filsafat

mengandung

pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi


substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat
Pancasila

dapat

didefinisikan

secara

ringkas

sebagai

refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar


negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan
untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang
mendasar dan menyeluruh. Pancasila dikatakan sebagai
filsafat, karena Pancasila merupakan hasil permenungan
jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh the faounding father kita,
yang dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani).
Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian
ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasila (Notonagoro).

169

2.3 PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


Pengertian Sistem
Sistem memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)

Suatu

kesatuan

bagian-

bagian/unsur/elemen/komponen,
2)

Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-

sendiri,
3) Saling berhubungan dan saling ketergantungan,
4)

Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai tujuan

tertentu (tujuan sistem),


5)

Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore

& Voich, 1974).


Pancasila sebagai suatu SISTEM:
-

Pancasila merupakan kesatuan bagian-bagian (yaitu silasila pancasila),

Tiap sila pancasila mempunyai fungsi sendiri-sendiri,

Tiap sila pancasila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak


saling bertentangan,

Keseluruhan sila pancasila merupakan suatu kesatuan


yang sistematis (majemuk tunggal).

Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain:


1.

Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem


yang bulat dan utuh. Dengan kata lain, apabila tidak bulat
dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah
maka itu bukan Pancasila.
170

2.

Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan


utuh itu dapat digambarkan sebagai berikut:
Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan
5;
Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari
dan menjiwai sila 3, 4 dan 5;
Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari
dan menjiwai sila 4, 5;
Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari
dan menjiwai sila 5;
Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.

Inti sila-sila Pancasila meliputi:


Tuhan, yaitu sebagai kausa prima.
Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial.
Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri.
Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama
dan gotong
Royong.
Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan
orang lain yang menjadi haknya.
Membahas

Pancasila

sebagai

filsafat

berarti

mengungkapkan konsep-konsep kebenaran Pancasila yang


bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan
juga bagi manusia pada umumnya. Wawasan filsafat
meliputi

bidang

atau

aspek

penyelidikan

Ontologis,

Epistemologis, dan Aksiologis. Ketiga bidang tersebut


dapat dianggap mencakup kesemestaan.
171

Landasan Ontologis Pancasila


Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang
menyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan
atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika.
Masalah ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatu itu?
Apakah realitas yang tampak ini merupakan suatu realitas
sebagai wujudnya, yaitu benda? Apakah ada suatu rahasia
di balik realitas itu, sebagaimana yang tampak pada
makhluk

hidup?

dan

seterusnya.

Bidang

ontologi

menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan


keberadaan) manusia, benda, alam semesta (kosmologi),
metafisika.
sebagai

Secara

filsafat

ontologis,

dimaksudkan

penyelidikan
sebagai

Pancasila

upaya

untuk

mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila


yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan
asas

yang

berdiri

sendiri,

malainkan

memiliki

satu

kesatuan dasar ontologis.


Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila
adalah manusia. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang
berketuhan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang
adil dan beradab, yang bersatu, yang berkerakyatan yang
dipimpin

oleh

hikmat

permusyawaratan/perwakilan

kebijaksanaan
serta

yang

dalam

berkeadilan

sosial, yang pada hakikatnya adalah manusia. Sedangkan


manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila
secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri
atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani.
Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan
172

makhluk sosial serta sebagai makhluk pribadi dan makhluk


Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila pertama
mendasari

dan

menjiwai

sila-sila

Pancasila

lainnya

(Notonagoro, 1975: 53).


Landasan Epistemologis Pancasila
Epistemologi

adalah

cabang

filsafat

yang

menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan validitas


ilmu

pengetahuan.

Epistemologi

meneliti

sumber

pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan,


batas

dan

validitas

ilmu

pengetahuan.

Epistemologi

adalah ilmu tentang teori terjadinya ilmu atau science of


science. Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan
yang mendasar dalam epistemologi, yaitu:
1.

Tentang sumber pengetahuan manusia;

2.

Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;

3.

Tentang watak pengetahuan manusia.


Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai

filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat


Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Pancasila
sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan
sistem pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah menjadi
suatu belief system, sistem cita-cita, menjadi suatu
ideologi. Oleh karena itu Pancasila harus memiliki unsur
rasionalitas terutama dalam kedudukannya sebagai sistem
pengetahuan.
Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak
dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya, sehingga
173

dasar

epistemologis

dengan

konsep

Pancasila

Pancasila

dasarnya

sebagai

sangat

tentang

suatu

obyek

berkaitan

hakikat

erat

manusia.

pengetahuan

pada

hakikatnya meliputi masalah sumber pengetahuan dan


susunan pengetahuan Pancasila.
-Tentang

sumber

pengetahuan

Pancasila,

sebagaimana telah dipahami bersama adalah nilai-nilai


yang

ada

pada

bangsa

Indonesia

sendiri.

Nilai-nilai

tersebut merupakan kausa materialis Pancasila.


-Tentang susunan Pancasila sebagai suatu sistem
pengetahuan, maka Pancasila memiliki susunan yang
bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila
Pancasila maupun isi arti dari sila-sila Pancasila itu.
Susunan

kesatuan

sila-sila

Pancasila

adalah

bersifat

hirarkis dan berbentuk piramidal.


Sifat hirarkis dan bentuk piramidal itu nampak
dalam susunan Pancasila, dimana sila pertama Pancasila
mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya, sila kedua
didasari sila pertama dan mendasari serta menjiwai sila
ketiga, keempat dan kelima, sila ketiga didasari dan dijiwai
sila pertama dan kedua, serta mendasari dan menjiwai sila
keempat dan kelima, sila keempat didasari dan dijiwai sila
pertama, kedua dan ketiga, serta mendasari dan menjiwai
sila kelima, sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama,
kedua, ketiga dan keempat. Dengan demikian susunan
Pancasila memiliki sistem logis baik yang menyangkut
kualitas maupun kuantitasnya.
Susunan isi arti Pancasila meliputi tiga hal, yaitu:
174

1.Isi arti Pancasila yang Umum Universal, yaitu hakikat


sila-sila

Pancasila

yang

merupakan

intisari

Pancasila

sehingga merupakan pangkal tolak dalam pelaksanaan


dalam bidang kenegaraan dan tertib hukum Indonesia
serta dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang
kehidupan yang konkrit.
2.Isi arti Pancasila yang Umum Kolektif, yaitu isi arti
Pancasila sebagai pedoman kolektif negara dan bangsa
Indonesia terutama dalam tertib hukum Indonesia.
3.Isi arti Pancasila yang bersifat Khusus dan Konkrit, yaitu
isi arti Pancasila dalam realisasi praksis dalam berbagai
bidang kehidupan sehingga memiliki sifat khusus konkrit
serta dinamis (Notonagoro, 1975: 36-40)
Menurut

Pancasila,

hakikat

manusia

adalah

monopluralis, yaitu hakikat manusia yang memiliki unsur


pokok susunan kodrat yang terdiri atas raga dan jiwa.
Hakikat raga manusia memiliki unsur fisis anorganis,
vegetatif, dan animal. Hakikat jiwa memiliki unsur akal,
rasa, kehendak yang merupakan potensi sebagai sumber
daya cipta manusia yang melahirkan pengetahuan yang
benar, berdasarkan pemikiran memoris, reseptif, kritis dan
kreatif.
Selain itu, potensi atau daya tersebut mampu
meresapkan

pengetahuan

pengetahuan

dalam

dan

demontrasi,

menstranformasikan
imajinasi,

asosiasi,

analogi, refleksi, intuisi, inspirasi dan ilham. Dasar-dasar


rasional logis Pancasila menyangkut kualitas maupun
kuantitasnya, juga menyangkut isi arti Pancasila tersebut.
175

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberi landasan


kebenaran pengetahuan manusia yang bersumber pada
intuisi. Manusia pada hakikat kedudukan dan kodratnya
adalah sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, maka
sesuai

dengan

sila

pertama

Pancasila,

epistemologi

Pancasila juga mengakui kebenaran wahyu yang bersifat


mutlak. Hal ini sebagai tingkat kebenaran yang tinggi.
Dengan demikian kebenaran dan pengetahuan manusia
merupakan suatu sintesa yang harmonis antara potensipotensi kejiwaan manusia yaitu akal, rasa dan kehendak
manusia untuk mendapatkan kebenaran yang tinggi.
Selanjutnya dalam sila ketiga, keempat, dan
kelima, maka epistemologi Pancasila mengakui kebenaran
konsensus terutama dalam kaitannya dengan hakikat sifat
kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial. Sebagai suatu paham epistemologi, maka Pancasila
mendasarkan

pada

pandangannya

bahwa

ilmu

pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas karena harus


diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta
moralitas religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu
tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia.

Landasan Aksiologis Pancasila


Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita
membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Istilah aksiologi
berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat,
dan logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori.
176

Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan,


disukai atau yang baik. Bidang yang diselidiki adalah
hakikat nilai, kriteria nilai, dan kedudukan metafisika suatu
nilai. Nilai (value dalam bahasa Inggris) berasal dari kata
Latin

valere yang artinya kuat, baik, berharga. Dalam

kajian filsafat merujuk pada sesuatu yang sifatnya abstrak


yang dapat diartikan sebagai keberhargaan (worth) atau
kebaikan (goodness). Nilai itu sesuatu yang berguna,
nilai juga mengandung harapan akan sesuatu yang
diinginkan, nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai
yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia
(dictionary of sosiology a related science), nilai itu suatu
sifat atau kualitas yang melekat pada suatu obyek. Ada
berbagai macam teori tentang nilai yaitu:

Max

Scheler

mengemukakan

bahwa

nilai

ada

tingkatannya dan dapat dikelompokkan menjadi empat


tingkatan, yaitu:
1)

Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat nilai


yang

mengenakkan

dan

nilai

yang

tidak

mengenakkan, yang menyebabkan orang senang atau


menderita.
2)

Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilainilai

yang

penting

dalam

kehidupan

seperti

kesejahteraan, keadilan, dan kesegaran.


3)

Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilainilai kejiwaan (geistige werte) yang sama sekali tidak
tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan.
Nilai-nilai

semacam

ini

misalnya,

keindahan,
177

kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai


dalam filsafat.
4)

Nilai-nilai kerohanian: dalam tingkat ini terdapat


moralitas nilai yang suci dan tidak suci. Nilai semacam
ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi (Driyarkara,
1978).

Walter

G.

Everet

menggolongkan

nilai-nilai

manusia ke dalam delapan kelompok yaitu:


1)

Nilai-nilai ekonomis: ditunjukkan oleh harga pasar


dan meliputi semua benda yang dapat dibeli.

2)

Nilai-nilai

kejasmanian:

membantu

pada

kesehatan, efisiensi dan keindahan dari kehidupan


badan.
3)

Nilai-nilai hiburan: nilai-nilai permainan dan waktu


senggang

yang

dapat

menyumbangkan

pada

pengayaan kehidupan.
4)

Nilai-nilai sosial: bermula dari berbagai bentuk


perserikatan manusia.

5)

Nilai-nilai

watak:

keseluruhan

dari

keutuhan

kepribadian dan sosial yang diinginkan.


6)

Nilai-nilai estetis: nilai-nilai keindahan dalam alam


dan karya seni.

7)

Nilai-nilai intelektual: nilai-nilai pengetahuan dan


pengajaran kebenaran.

8)

Nilai-nilai keagamaan.
178

Notonagoro membagi nilai menjadi tiga macam yaitu:


1)

Nilai material, yaitu sesuatu yang berguna bagi


manusia.

2)

Nilai vital, yaitu sesuatu yang berguna bagi


manusia untuk dapat melaksanakana kegiatan atau
aktivitas.

3)

Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang


berguna bagi rohani yang dapat dibedakan menjadi
empat macam:
a.

Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal


(rasio, budi, cipta) manusia.

b.

Nilai

keindahan

atau

nilai

estetis,

yang

bersumber pada unsur perasaan manusia.


c.

Nilai

kebaikan

atau

nilai

moral,

yang

bersumber pada unsur kehendak manusia.


d.

Nilai

religius,

yang

merupakan

nilai

kerohanian tertinggi dan mutlak. Nilai religius


ini

bersumber

kepada

kepercayaan

atau

keyakinan manusia.

Dalam filsafat Pancasila, disebutkan ada tiga


tingkatan nilai, yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan
nilai praktis.
1. Nilai dasar adalah asas-asas yang kita terima sebagai
dalil yang bersifat mutlak, sebagai sesuatu yang benar
179

atau tidak perlu dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari


Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan,
nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
2. Nilai instrumental adalah nilai yang berbentuk norma
sosial dan norma hukum yang selanjutnya akan
terkristalisasi

dalam

peraturan

dan

mekanisme

lembaga-lembaga negara.
3. Nilai praktis adalah nilai yang sesungguhnya kita
laksanakan dalam kenyataan. Nilai ini merupakan batu
ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu
benar-benar hidup dalam masyarakat.
Nilai-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau
nilai moral merupakan nilai dasar yang mendasari nilai
intrumental dan selanjutnya mendasari semua aktivitas
kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Secara
pendukung

aksiologis,
nilai-nilai

bangsa
Pancasila

Indonesia

merupakan

(subscriber

of

value

Pancasila), yaitu bangsa yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan
berkeadilan

sosial.

Pengakuan,

penerimaan

dan

penghargaan atas nilai-nilai Pancasila itu nampak dalam


sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia
sehingga

mencerminkan

sifat

khas

sebagai

Manusia

Indonesia.

III.PENUTUP

180

3.1 KESIMPULAN
Objek materi filsafat adalah mempelajari segala hakikat
sesuatu baik materal konkrit (manusia,binatang,alam dll)
dan abstak (nilai,ide,moral dan pandangan hidup)
Pancasila adalah lima sila yang merupakan satu
kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur yang bersumber dari
nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia yang sangat
majemuk dan beragam dalam artian Bhineka Tunggal Eka.
Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan
yang saling berhubungan untuk satu tujuan tertentu,dan
saling berkualifikasi yang tidak terpisahkan satu dengan
yang lainnya.
Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia yang merupakan kenyataan objektif yang hidup
dan berkembang dalam masyarakat. Pancasila memberi
petunjuk mencapai kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia tanpa membedakan suku atau ras. Jadi Pancasila
pada dasarnya satu bagian/unit-unit yang saling berkaitan
satu sama lain,dan memiliki fungsi serta tugas masingmasing.
3.2 Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan
saran kepada pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui
sejauh mana kita mempelajari tentang filsafat, filsafat
pancasila, dan pancasila sebagai sistem filsafat. Semoga
dengan makalah ini para pembaca dapat menambah
cakrawala ilmu pengetahuan.
181

DAFTAR PUSTAKA

Notonagoro. 1975. Pancasila Dasar Filsafat Negara RI I.II.III


K.Wantjik,

Saleh.

1978.

Kitab

Kumpulan

Peraturan

Perundang RI, Jakarta: PT. Gramedia.


Kartohadiprojo, Soediman. 1970. Beberapa Pikiran Sekitar
Pancasila, Bandung. Alumni.
Darmodiharjo, Darji. 1978. Pokok-pokok Filsafat Hukum,
Jakarta: PT. Gramedia.
Driyarkara, SJN., 1978, Percikan Filsafat, Jakarta: PT.
Pembangunan.
Frondizi, Risieri. 1963. What Is Value?. New York: Open
Court Publising Company.
Kaelan.

2002.

Pendidikan

Pancasila.

Yogyakarta:

Paradigma.
Kaelan. 2002. Filsafat Pancasila Pandangan Hidup Bangsa.
Yogyakarta: Paradigma.
Kodhi, S.A., dan Soejadi, R. 1994. Filsafat, Ideologi,dan
Wawasan Bangsa Indonesia.
Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya.
Nasution, Harun. 1970. Filsafat Agama. Jakarta: Bulan
Bintang 137.
Notonagoro.

1974.

Pancasila

Dasar

Filsafat

Negara.

Jakarta: Cetakan Ke-4, Pantjuran Tudjuh.


182

Poespowardoyo,

Soenaryo.

1989.

Filsafat

Pancasila.

Jakarta: Gramedia
Sumargono, Suyono, Tanpa Tahun. Ideologi Pancasila
sebagai penjelmaan Filsafat

183

Anda mungkin juga menyukai