Anda di halaman 1dari 24

HUKUM PERUSAHAAN

“Firma (Vennootschap onder Firma)”

KELOMPOK 3

FARAH DIBA 1703101010053

INTAN MULYANI 1703101010095

CUT RAHMAWATI 1703101010010

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

FAKULTAS HUKUM

2020/2021
Abstrak

Bentuk usaha adalah badan usaha yang menjadi wadah penggerak setiap jenis
kegiatan usaha, yang disebut bentuk hukum perusahaan. Dilihat dari bentuk hukumnya,
perusahaan diklasifikasikan menjadi perusahaan badan hukum dan perusahaan bukan badan
hukum. Perusahaan badan hukum ada yang dimiliki oleh pihak swasta, yaitu perseroan
terbatas dan koperasi, ada yang dimiliki oleh Negara, yaitu perusahaan umum dan perusahaan
perseroan. Perusahaan badan hukum perseroan terbatas dan koperasi selalu berupa
persekutuan, sedangkan perusahaan bukan badan hukum dapat berupa perusahaan
perseorangan dan perusahaan persekutuan, dan hanya dimiliki oleh pihak swasta.
Berdasarkan klasifikasi tersebut, dapat ditentukan ada tiga jenis bentuk hukum perusahaan,
yaitu perusahaan perseorangan, perusahaan bukan badan hukum, dan perusahaan badan
hukum. Badan usaha yang menjalankan kegiatan perekonomian mempunyai bentuk hukum
tertentu, seperti perusahaan dagang (PD), Firma (Fa), persekutuan komanditer (CV),
perseroan terbatas (PT), perusahaan umum (Perum), perusahaan perseroan (Persero), dan
Koperasi.1 Firma sebagai sebuah badan usaha pada dasarnya merupakan sebuah
perkumpulan, yang didrikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama, kongsi,
kerja sama.2

Kata Kunci : Firma, Bentuk Usaha, Badan Hukum dan Non Badan Hukum.

1
Yohana. 2015. “Tanggung Jawab Hukum Atas Bentuk Usaha Badan Hukum dan Bentuk Usaha Non Badan
Hukum”, Jurnal Mercatoria, PT. Sutraco Reca Persada, Volume 8, Nomor 1.
2
Abdul Rasyid dan Hermansyah dan Ahmad Jalis, 2007, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori & Contoh
Kasus, Jakarta: Kencana, Halaman 107.

2
Daftar Isi

Cover 1

Abstrak 2

Daftar Isi 3

Kata Pengantar 5

BAB 1 PENDAHULUAN 6

1.1 Latar Belakang 6

1.2 Rumusan Masalah 7

1.3 Tujuan Pembahasan 7

1.4 Manfaat Penelitian 8

1.5 Metode Penelitian 8

1.6 Sumber Data 9

BAB 2 PEMBAHASAN 10

2.1 Firma Sebagai Bentuk Badan Usaha 10

2.2 Persekutuan Firma (Fa) 11

A. Pengertian dan Dasar Hukum Firma 11

B. Ciri-Ciri Firma 12

C. Karakteristik Firma 13
D. Sekutu dan Tanggung Jawabnya Terhadap Firma 14

3
E. Harta Kekayaan Firma 15

F. Keuntungan dan Kerugian 15

G. Kewajiban Membuat Pembukuan 16

H. Klasifikasi Pendirian Firma 16

I. Proses Pendirian Firma 16

J. Berakhir dan Pembubaran Firma 19

K. Kelebihan dan Kekurangan Firma 20

BAB 3 PENUTUP 22

3.1 Kesimpulan 22

Daftar Pustaka 24

Kata Pengantar

4
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.

Makalah ini berisikan tentang penjelasan mengenai Persekutuan Firma. Terima kasih
juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-
idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang khususnya
pembaca dan semoga Allah SWT. senantiasa meridhai segala urusan kami. Amin.

Banda Aceh, 25 Februari 2020

Penulis

BAB 1

5
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi di suatu negara tidak terlepas dari semakin bertambahnya


pelaku usaha serta perkembangan kegiatan bisnis. Dalam menjalankan kegiatan usaha, para
pelaku usaha dapat memilih suatu bentuk badan usaha (perusahaan) baik badan usaha yang
berbentuk badan hukum maupun badan usaha yang tidak berbadan hukum.3

Secara umum perusahaan artinya tempat terjadinya kegiatan produksi dan


berkumpulnya semua faktor produksi untuk digunakan dan dikoordinir demi memuaskan
kebutuhan dengan cara yang menguntungkan. Berdasarkan definisi di atas maka dapat dilihat
adanya lima unsur penting dalam sebuah perusahaan, yaitu organisasi, produksi, sumber
ekonomi, kebutuhan dan cara yang menguntungkan. Setiap perusahaan ada yang terdaftar di
pemerintah dan ada pula yang tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka
mempunyai badan usaha untuk perusahaannya. Badan usaha ini adalah status dari perusahaan
tersebut yang terdaftar di pemerintah secara resmi. Adapun perusahaan itu sendiri dibagi
menjadi 3 jenis, yaitu:

Perusahaan Perseorangan atau disebut juga Perusahaan Individu adalah badan usaha
yang kepemilikannya dimiliki oleh satu orang. Individu dapat membuat badan usaha
perseorangan tanpa izin dan tata cara tertentu. Semua orang bebas membuat bisnis personal
tanpa adanya batasan untuk mendirikannya. Pada umumnya perusahaan perseorangan
bermodal kecil, terbatasnya jenis serta jumlah produksi, memiliki tenaga kerja/buruh yang
sedikit dan penggunaan alat produksi teknologi sederhana. Perusahaan Perseorangan dapat
berbentuk Perusahaan Dagang/Jasa (Toko Swalayan, Biro Konsultan) dan Perusahaan
Industri. Contoh perusahaan perseorangan seperti toko kelontong, tukang bakso keliling,
pedagang asongan, dan lain sebagainya.

Perusahaan Persekutuan Badan Hukum yang dapat berbentuk Perseroan Terbatas


(PT), Koperasi, dan BUMN. Perseroan terbatas adalah organisasi bisnis yang memiliki badan
hukum resmi yang dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya
berlaku pada perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada di
dalamnya. Di dalam PT pemilik modal tidak harus memimpin perusahaan, karena dapat

3
Annurdi. 2017. “Tanggung Jawab Sekutu Firma Atas Kepailitan”, Jurnal Hukum Tanjungpura, Fakultas
Hukum Universitas Panca Bhakti Pontianak, Volume 1, Nomor 1.

6
menunjuk orang lain di luar pemilik modal untuk menjadi pimpinan. Untuk mendirikan
PT/perseroan terbatas dibutuhkan sejumlah modal minimal dalam jumlah tertentu dan
berbagai persyaratan lainnya.

Perusahaan Persekutuan bukan Badan Hukum atau disebut juga Perusahaan


persekutuan yang artinya badan usaha yang dimiliki oleh dua orang atau lebih yang secara
bersama-sama bekerja sama untuk mencapai tujuan bisnis. Yang termasuk dalam badan usaha
persekutuan adalah Perusahaan Dagang/Usaha Dagang, Industri Rumah (home industry), dan
Perseroan (Firma dan CV).

Salah satu bentuk perusahaan di Indonesia yang akan dibahas pada kali ini adalah
Firma. Nama Firma memang jarang terdengar di telinga masyarakat luas karena Firma tidak
seperti Perseroan Terbatas (PT) yang mempunyai pergerakan luas hingga mencakup kegiatan
di bursa efek. Meskipun begitu, bentuk perusahaan Firma tidak selalu lebih kecil daripada
Perseroan Terbatas (PT) ataupun Perseroan Komanditer (CV) karena perseroan Firma yang
tergolong besar dapat mempunyai modal lebih dari Rp. 10 Milyar. Ditambah lagi, ada
berbagai kebaikan yang akan didapatkan jika mendirikan perusahaan berbentuk Firma.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka secara umum rumusan masalah
pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Firma berserta ciri-cirinya?
2. Apa saja kebaikan dan keburukan dari Firma?
3. Apa dasar hukum Firma beserta isinya?
4. Siapa saja yang menjadi sekutu dalam pembentukan Firma?
5. Bagaimana proses pendirian Firma?
6. Bagaimana proses pembubaran Firma?

1.3 Tujuan Pembahasan


Tujuan dalam pembahasan makalah ini, yang berjudul “Firma” berdasarkan rumusan
masalah di atas, adalah untuk membahas hal-hal yang sesuai dengan permasalahan yang
diajukan antara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian mengenai Firma.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan Firma serta ciri-ciri bentuk Firma.
3. Untuk mengetahui dasar hukum Firma.

7
4. Untuk siapa saja yang menjadi sekutu dalam pembentukan Firma?
5. Untuk mengetahui proses pendirian Firma beserta sekutunya.
6. Untuk mengetahui proses pembubaran Firma beserta sekutunya.

1.4 Manfaat Penelitian


Selain tujuan daripada penulisan makalah, perlu pula diketahui bersama bahwa
manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Secara toeritis, pembahasan terhadap masalah-masalah yang telah dirumuskan akan
memperkenalkan tentang Firma serta menimbulkan pemahaman dan pandangan baru
mengenai Firma.
2. Secara Praktis
Secara praktis, penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
pemahaman yang lebih mendalam bagi para remaja, mahasiswa, pelajar ataupun pada
khalayak ramai sehingga akan lebih mengetahui bagaimana menjalankan suatu badan usaha
yang ingin di bentuk.

1.5 Metode Penelitian


Metode penelitian adalah suatu metode cara kerja untuk dapat menghasilkan
informasi yang bersangkutan. Metode adalah pedoman cara seorang ilmuan dalam
mempelajari dan memahami lingkungan dan yang ditelitinya, sebagai berikut :
1. Metode Pendekatan
Pendekatan penelitian adalah salah satu pola pemikiran secara ilmiah dalam suatu
penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah metode pendekatan normative,
karena yang diteliti adalah aspek-aspek hukum, kaedah-kaedah hukum dan kedudukan
hukum tentang Firma.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penulisan makalah ini adalah
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dimaksudkan untuk
memberikan data seteliti mungkin.4 Jenis Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
gambaran tentang Firma, serta untuk memaparkan kenyataan dan aturan yang diundangkan
sebagai orientasi daripada Firma.

4
Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, Halaman 12.

8
1.6 Sumber Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data yang meliputi :
a) Penelitian Kepustakaan
Penelitian Kepustakaan ini digunakan untuk mendapatkan data sekunder, untuk
memperoleh dasar teori dalam memecahkan masalah yang timbul dengan bahan-bahan
sebagai berikut:
(1) Bahan hukum primer (yaitu bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan
mengikat) yang terdiri dari:
a) Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
b) Kitab Undang-undang Hukum Dagang.
(2) Bahan Hukum Sekunder (yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan
hukum primer). Bahan hukum sekunder terdiri dari :
a) Buku-buku mengenai keperdataan.
b) Buku-buku mengenai hukum perusahaan.
c) Buku-buku mengenai hukum bisnis.
d) Buku-buku mengenai badan usaha.

BAB 2

PEMBAHASAN

9
2.1 Firma Sebagai Bentuk Badan Usaha

Sebagaimana telah diuraikan di atas, salah satu faktor yang mempengaruhi


pertumbuhan ekonomi suatu negara ialah kegiatan bisnis yang dilakukan oleh badan usaha
(perusahaan). Ada pun beberapa pengertian perusahaan, sebagai berikut:

a) Menurut pemerintah Belanda ketika membacakan Memorie van Toelicthing


(Penjelasan) Rencana Undang-Undang Perubahan Pasal 2-5 Wetboek van
Koophandel di muka parlemen menyebutkan, bahwa perusahaan adalah keseluruhan
perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus, dengan terang-terangan dalam
kedudukan tertentu, dan untuk mencari laba bagi dirinya sendiri.5
b) Menurut Molengraaf, perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan
secara terus, bertindak keluar untuk mendapatkan penghasilan, dengan cara
memperniagakan barang-barang atau mengadakan perjanjian perdagangan.6
c) Polak berpendapat bahwa, baru ada perusahaan jika diperlukan adanya perhitungan
laba rugi yang dapat diperkirakan dan segala sesuatu dicatat dalam pembukuan.7

Sebagaimana telah diuraikan diatas mengenai pengertian dari perusahaan, dapatlah


diketahui bahwa yang menjadi tujuan utama perusahaan dalam menjalankan kegiatan
usahanya adalah untuk memperoleh laba atau keuntungan. Dalam menjalankan kegiatan
usahanya sebuah perusahaan memerlukan sebuah wadah (organisasi). Adapun bentuk dari
wadah (organisasi), antara lain sebagai berikut:8

a. Organisasi perusahaan perseorangan


b. Organisasi perusahaan dalam bentuk persekutuan perdata
1) Firma
2) Persekutuan komanditer
c. Organisasi perusahaan yang berbadan hukum
1) Perseroan Terbatas (PT)
2) Koperasi
3) Badan Usaha Milik Negara
a) Perusahaan Perseroan (Persero)

5
Ridwan Khairandy, 2014, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, Yogyakarta: FH UII Press, Halaman 15.
6
Ibid.
7
Ibid.
8
Ibid, Halaman 16.

10
b) Perusahaan Umum (Perum)
4) Badan Usaha Milik Daerah
a) Badan Usaha Milik Daerah yang berbentuk Perusahaan Daerah
b) Badan Usaha Milik Daerah yang berbentuk Perseroan Terbatas

Berdasarkan uraian di atas, dapatlah diketahui bahwa Firma merupakan salah satu
bentuk perusahaan yang dapat dipilih oleh para pelaku usaha, adapun pengertian Firma
berdasarkan Pasal 16 KUHD adalah suatu perseroan yang didirikan untuk menjalankan suatu
usaha di bawah satu nama Bersama.

2.2 Persekutuan Firma (Fa)


A. Pengertian dan Dasar Hukum Firma

Firma (dari bahasa Belanda venootschap onder Firma; secara harfiah: perserikatan
dagang antara beberapa perusahaan atau sering juga disebut Fa, adalah sebuah bentuk badan
usaha untuk menjalankan usaha antara dua orang atau lebih (disebut Firmant) dengan
memakai nama bersama atau satu nama yang digunakan bersama untuk memperluas
usahanya. Menurut Manulang (1975) persekutuan dengan Firma adalah persekutuan untuk
menjalankan perusahaan dengan memakai nama bersama. Jadi ada beberapa orang yang
bersekutu untuk menjalankan suatu perusahaan. Nama perusahaan seperti umumnya adalah
nama dari salah seorang sekutu. Firma sebagai persekutuan (maatschap) adalah kerja sama
diantara orang yang bersifat pertemanan atau perkawanan ataupun persekutuan, bisa teman
sesama profesi atau teman dalam perdagangan.9

Adapun pengertian Firma berdasarkan Pasal 16 KUHD adalah “Yang dinamakan


perseroan Firma ialah tiap-tiap perserikatan yang didirikan untuk menjalankan sesuatu
perusahaan di bawah satu nama bersama.”

Dalam Firma semua anggota bertanggung jawab sepenuhnya baik sendiri maupun
bersama terhadap utang-utang perusahaan kepada pihak lain. Bila perusahaan mengalami
kerugian akan ditanggung bersama, bila perlu dengan seluruh kekayaan pribadi mereka.
Firma dapat dibentuk oleh 2 orang atau lebih yang semuanya belum memiliki usaha. Pemilik
Firma terdiri dari beberapa orang yang bersekutu dan masing-masing anggota persekutuan
menyerahkan kekayaan pribadi sesuai yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan.

9
Harahap, Yahya, 2011, Hukum Perseroan Terbatas, Edisi 1, Cet.III, Jakarta: Sinar Grafika, Halaman 8.

11
Firma bukan merupakan badan usaha yang berbadan hukum karena tidak ada
pemisahan harta kekayaan antara persekutuan dan pribadi sekutu‐sekutu, artinya setiap
sekutu bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan. Dan tidak ada keharusan
pengesahan akta pendirian oleh Menteri Hukum dan HAM. Firma berakhir apabila jangka
waktu yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir.

Tujuan dari Firma adalah untuk memperluas usaha dan menambah modal agar lebih
kuat dan mampu bersaing perusahaan yang lain. Firma juga biasa disebut Persekutuan
(Partnership), sebab perusahaan yang berbentuk Firma memang didirikan oleh orang-orang
atau sekutu-sekutu sebagai pemilik dari Firma. Dengan demikian pemilik Firma biasa disebut
anggota atau sekutu atau partner. Perusahaan dengan berbentuk Firma bisa dijumpai pada
berbagai jenis perusahaan. Seperti perusahaan penerbitan, perusahaan perdagangan,
perusahaan jasa, juga kantor-kantor konsultan hukum, dan akuntansi politik

Landasan hukum Firma dapat ditemukan dalam Kitab Undang-Undang Hukum


Dagang (Wetboek van Koophandel) Bab Ketiga Bagian Kedua pada Pasal 16 sampai dengan
Pasal 35 KUHD. Mengenai sumber hukum Firma selain dapat ditemukan di dalam KUHD,
serta dalam ketentuan yang terdapat pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(Burgerlijke Wetboek) yakni pada Pasal 1618 sampai dengan 1652 KUHPerdata. Mengenai
pemberlakuan ketentuan KUHPerdata sebagai sumber hukum Firma ditegaskan dalam Pasal
15 KUHD, yang menyatakan: “Persekutuan-persekutuan yang disebut di dalam titel ini diatur
oleh perjanjian-perjanjian antara pihak-pihak oleh kitab undang-undang ini dan oleh hukum
perdata”. Sehingga dapat diketahui bahwa selain KUHD sebagai sumber hukum bagi Firma,
terdapat pula KUHPerdata, dimana ketentuan di dalam KUHPerdata berlaku sebagai lex
generalis sedangkan KUHD berlaku sebagai lex specialis.

B. Ciri-Ciri Firma

Secara umum, ciri-ciri dan sifat Firma yang dapat dilihat yaitu:

1. Anggota Firma biasanya sudah saling mengenal dan saling mempercayai.


2. Memakai nama bersama dalam kegiatan usaha.
3. Adanya tanggung jawab dan resiko kerugian yang tidak terbatas
4. Apabila terdapat hutang tak terbayar, maka setiap pemilik wajib melunasi dengan
harta pribadi
5. Setiap anggota Firma memiliki hak untuk menjadi pemimpin.

12
6. Seorang anggota tidak berhak memasukkan anggota baru tanpa seizin anggota yang
lainnya.
7. Tidak ada keharusan pengesahan akta pendirian oleh Menteri Hukum dan HAM
8. Tidak ada keharusan pemisahan harta kekayaan antara pesekutuan dan pribadi sekutu-
sekutu.
9. Dalam Firma, pendirian harus dilakukan dengan akta notaris meskipun itu bukan
merupakan persyaratan yang mutlak

Berdasarkan ciri-ciri di atas, di dalam Firma semua anggota adalah pemilik yang
sekaligus merangkap pengelola yang secara langsung aktif melaksanakan usaha perusahaan.

C. Karakteristik Firma

Firma memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan bentuk organisasi


perusahaan yang lain. Maka dari itu, Drebin (1982) membagi karakteristik Firma itu menjadi
5 yaitu:

1. Mutual Agency (saling mewakili), setiap anggota dalam menjalankan usaha Firma
merupakan wakil dari anggota Firma yang lain. Apabila ada salah seorang anggota
beroperasi dalam bidang usaha Firma, maka secara tidak langsung anggota tersebut
mewakili anggota Firma yang lain.
2. Limited Life (umur terbatas), Firma yang didirikan oleh beberapa anggota memiliki
umur yang terbatas. Artinya adalah jika ada anggota yang keluar berarti Firma
tersebut dinyatakan bubar secara hukum, demikian juga apabila ada anggota baru
yang bergabung. Firma dinyatakan masih beroperasi atau bubar jika tidak ada
perubahan dalam komposisi keanggotaannya.
3. Unlimited Liability (tanggung jawab terhadap kewajiban Firma tidak terbatas),
tanggung jawab atas hutang tidak terbatas pada kekayaan yang dimiliki Firma saja,
tapi juga sampai harta milik pribadi para anggota Firma. Jadi jika dalam keadaan
tertentu Firma memiliki hutang pada kreditur dan Firma tersebut tidak mampu
membayar karena jumlah kekayaan tidak mencukupi maka kreditur berhak menagih
kepada para anggota Firma sampai harta milik pribadi.
4. Ownership of an Interest in a Partnership, bahwa kekayaan setiap anggota yang
sudah ditanamkan dalam Firma merupakan kekayaan bersama dan tidak dapat
dipisahkan secara jelas. Masing-masing anggota adalah sebagai pemilik bersama atas
kekayaan Firma. Tanpa seizin anggota lain, anggota lain tidak boleh menggunakan

13
kekayaan Firma. Hak anggota terhadap kekayaan Firma akan terlihat dalam saldo
modal akhir para anggota Firma yang terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:
penanaman modal awal, penanaman modal tambahan, pengambilan privat,
penambahan dari pembagian laba, dan pengurangan dari pembagian rugi.
5. Participating in Partnership Profit, laba atau rugi sebagai hasil operasi Firma akan
dibagikan kepada setiap anggota Firma berdasarkan partisipasi para anggota di dalam
Firma. Jika ada seorang anggota yang aktif menjalankan usaha Firma, maka anggota
tersebut berhak atas bagian laba yang lebih besar daripada anggota yang lain
meskipun modal yang ditanamkan lebih kecil daripada modal yang ditanam oleh
anggota yang tidak aktif atau dapat ditentukan secara lain atas persetujuan anggota
lainnya. Ketentuan mengenai besarnya pembagian laba rugi ini harus dicantumkan
secara rinci dan jelas dalam akta pendirian Firma tersebut.

D. Sekutu dan Tanggung Jawabnya Terhadap Firma

Dalam Persekutuan Firma hanya terdapat satu macam sekutu, yaitu sekutu
komplementer atau Firmant. Sekutu komplementer menjalankan perusahaan dan mengadakan
hubungan hukum dengan pihak ketiga sehingga bertanggung jawab pribadi untuk
keseluruhan. Hubungan antara sekutu baik secara intern maupun ekstern setidaknya telah
diatur dalam Pasal 17 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang menjelaskan, “tiap-tiap
persero yang tidak dikecualikan dari satu sama lain, berhak untuk bertindak untuk
mengeluarkan dan menerima uang atas nama perseroan, pula untuk mengikat perseroan itu
dengan pihak ketiga dan pihak ketiga dengannya. Segala tindakan yang tidak bersangkut-
pautan dengan perseroan tersebut, atau yang para persero tidak berhak melakukannya tidak
termasuk dalam ketentuan di atas”. Meskipun sekutu kerja tersebut dikeluarkan
wewenangnya atau tidak diberi wewenang untuk mengadakan hubungan hukum dengan
pihak ketiga, namun hal ini tidak menghilangkan sifat tanggung jawab pribadi untuk
keseluruhan, sebagaimana diatur dalam Pasal 18 KUHD. Sekutu Firma sifatnya sama dengan
sekutu komplementer dalam CF, yaitu:

1. Para sekutu bertugas untuk mengurus perusahaan.


2. Para sekutu berhubungan dengan pihak ketiga.
3. Memiliki tanggung jawab tidak terbatas.

14
Adapun yang dimaksud dengan sekutu komplementer adalah sekutu aktif, yaitu
sekutu yang bertugas mengurus perusahaan dan bertanggung jawab tidak terbatas atau
pribadi. Tugas dari sekutu ini sama dengan tugas dari anggota direksi, tetapi berbeda dalam
hal tanggung jawabnya. Pada Firma tanggung jawab tidak terbatas pada tiap-tiap anggota
secara tanggung-menanggung, bertanggung jawab untuk seluruhnya atas perikatan Firma
yang disebut dengan tanggung jawab solider. Cara menggunakan nama bersama:

1. Nama seorang sekutu


2. Nama seorang sekutu dengan tambahan
3. Kumpulan nama semua sekutu
4. Nama lain berupa tujuan perusahaan

E. Harta Kekayaan Firma

Berdasarkan jurisprudensi dan pendapat para ahli yang berlaku, Firma adalah badan
hukum (juristic entity) yang bisa mempunyai kekayaan terpisah dari kekayaan para mitra
dengan pemisahan kekayaan Firma dari kekayaan setiap mitra secara perseorangan.10

Sebagai konsekuensi, para kreditor Firma yang mempunyai tagihan pada kekayaan
Firma harus didahulukan dari para kreditor setiap mitra perseorangan. Para kreditor Firma
bisa melakukan tagihan langsung pada kekayaan Firma, sedangkan kreditor mitra
perseorangan bisa menagih hanya apabila barang-barang atau kekayaan sudah menjadi
kekayaan mitra pribadi, setelah likuidasi atau penutupan Firma dan menjual asetnya.11

F. Keuntungan dan Kerugian

Perihal pembagian keuntungan dan kerugian dalam persekutuan Firma diatur dalam
Pasal 1633 sampai dengan Pasal 1635 KUHPerdata yang mengatur cara pembagian
keuntungan dan kerugian yang diperjanjikan dan yang tidak diperjanjikan di antara pada
sekutu. Dalam hal cara pembagian keuntungan dan kerugian diperjanjikan oleh sekutu,
sebaiknya pembagian tersebut diatur di dalam perjanjian pendirian persekutuan. Dengan
batasan ketentuan tersebut tidak boleh memberikan seluruh keuntungan hanya kepada salah
seorang sekutu saja dan boleh diperjanjikan jika seluruh kerugian hanya ditanggung oleh

10
Wijaya, I.G. Rai, 2005, Hukum Perusahaan dan Undang-undang dan Peraturan Pelaksanaan di Bidang
Usaha, Jakarta: Kesaint Blanc, Halaman 49.
11
Ibid.

15
salah satu sekutu saja. Penetapan pembagian keuntungan oleh pihak ketiga tidak
diperbolehkan.

Apabila cara pembagian keuntungan dan kerugian tidak diperjanjikan, maka


pembagian didasarkan pada perimbangan pemasukan secara adil dan seimbang dan sekutu
yang memasukkan berupa tenaga kerja hanya dipersamakan dengan sekutu yang
memasukkan uang atau benda yang paling sedikit.

G. Kewajiban Membuat Pembukuan

Persekutuan Firma dalam menjalankan usahanya diwajibkan untuk membuat


pembukuan (Pasal 6 ayat (1) KUHD). Pembukuan dapat dilakukan oleh seorang pihak ketiga
yang bukan sekutu atau sekutu berhak untuk melihat, memeriksa, atau mengawasi
pembukuan (Pasal 12 KUHD).12

H. Klasifikasi Pendirian Firma


1. Kecil : Untuk pendirian Firma dengan modal ditempatkan dan disetor diatas Rp. 50
juta sampai dengan Rp. 500 juta
2. Menengah : Untuk pendirian Firma dengan modal ditempatkan dan disetor diatas Rp.
500 juta sampai dengan Rp. 10 milyar
3. Besar : Untuk pendirian Firma dengan modal ditempatkan dan disetor diatas Rp. 10
milyar.

I. Proses Pendirian Firma

Pendirian Firma telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dengan
cukup lengkap, terutama dalam Pasal 22 hingga Pasal 29 Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang. Mengenai tata cara pendirian suatu Firma pada prinsipnya terdiri atas tiga prosedur.
Ketiga prosedur tersebut tersebut secara singkat akan diuraikan sebagai berikut :

a. Pendirian/pembentukan

Hal yang menyangkut pendirian atau pembentukan suatu Firma harus dilakukan
secara autentik (Pasal 22 KUHD) dengan membuat suatu perjanjian secara tertulis yang
menunjukkan kesepakatan di antara para pendirinya untuk mendirikan suatu badan usaha

12
Abdul Rasyid dan Hermansyah dan Ahmad Jalis, 2007, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan : Teori & Contoh
Kasus, Jakarta: Kencana, Halaman 108.

16
yang berbentuk Firma. Perjanjian autentik inilah yang disebut dengan Akta Pendirian Firma.
Akan tetapi ketiadaan akta demikian tidak dapat ditemukan untuk merugikan pihak ketiga.

Ada tiga unsur penting dalam isi Pasal di atas, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Firma harus didirikan dengan akta autentik;


2. Firma dapat didirikan tanpa akta autentik;
3. Akta yang tidak autentik tidak boleh merugikan pihak ketiga.

Bentuk umumnya perjanjian yang tertuang dalam akta pendirian Firma biasanya berisi
tentang hal-hal berikut:

1. Nama dan alamat Firma.


2. Jenis usaha Firma, misalnya usaha dalam bidang jasa, perdagangan, atau manufaktur.
3. Hak dan kewajiban para anggota, misalnya siapa yang menjadi manajer serta tugas
dan wewenang anggota lainnya.
4. Jumlah modal yang ditanamkan pertama kali oleh para anggota, termasuk uraian
lengkap tentang aktiva non-kas yang diserahkan (bila ada) yang digunakan dalam
operasi Firma.
5. Pembagian laba-rugi yang biasanya ditunjukkan dalam bentuk rasio antara anggota
yang satu dengan yang lain.
6. Syarat-syarat pengambilan modal (prive) dan penambahan modal.
7. Prosedur penerimaan anggota baru Firma.
8. Prosedur keluarnya anggota Firma.
9. Prosedur pembubaran Firma apabila Firma di likuidasi.
10. Dan uraian penting lainnya.

Dapat disimpulkan, bahwa akta dalam pembentukan Firma hanyalah berfungsi


sebagai alat bukti untuk memudahkan pembuktian berdirinya suatu Firma dan perincian hak
dan kewajiban masing-masing anggota.

b. Pendaftaran

Setelah pembuatan akta pendirian, selanjutnya akta tersebut harus didaftarkan kepada
Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Firma
yang bersangkutan (Pasal 23 KUHD), dan pendaftaran Firma dapat berupa petikan akta saja
(Pasal 23-25 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, yang diatur lebih lanjut dalam Undang-

17
undang Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan). Hal-hal yang perlu
didaftarkan adalah :

(1) Akta pendirian atau


(2) Ikhtisar resmi dari akta pendirian Firma dapat dilihat di Pasal 26 KUHD yang harus
memuat sebagai berikut:
a) Nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para sekutu Firma.
b) Pernyataan Firmanya dengan menunjukkan apakah persekutuan itu umum
ataukah terbatas pada suatu cabang khusus perusahaan tertentu dan dalam hal
terakhir dengan menunjukkan cabang khusus itu.
c) Penunjukan para sekutu yang tidak diperkenankan bertanda tangan atas nama
Firma.
d) Saat mulai berlakunya persekutuan dan saat berakhirnya.
e) Dan selanjutnya, pada umumnya bagian-bagian dari perjanjiannya yang harus
dipakai untuk menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para sekutu.

Apabila akta Firma tersebut tidak didaftarkan kepada Panitera, maka pendirian Firma
tersebut hanya dianggap sebagai persekutuan umum, didirikan tanpa batas, dianggap tidak
ada sekutu yang dikecualikan bertindak atas nama Firma (Pasal 29 Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang) bahkan tiap sekutu berhak menandatangani dan berbuat perbuatan hukum
bagi persekutuannya. Tetapi karena Firma bukan merupakan badan hukum, maka akta
pendirian Firma tidak memerlukan pengesahan dari Departemen Hukum dan HAM RI.

c. Pengumuman

Selanjutnya ikhtisar resmi dari akta pendirian tersebut harus diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia (Pasal 28 KUHD) atau Tambahan Berita Negara. Kewajiban
mengumumkan ini disertai dengan sanksi apabila para pendiri melalaikan kewajiban tersebut,
persekutuan Firma yang didirikan akan dianggap sebagai persekutuan pedata biasa yang
bersifat umum.

Selama akta pendirian belum didaftarkan dan diumumkan, maka pihak ketiga
menganggap Firma sebagai persekutuan umum yang menjalankan segala macam usaha,
didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas serta semua sekutu berwenang
menandatangani berbagai surat untuk Firma ini sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 29
KUHD.

18
J. Berakhir dan Pembubaran Firma

Karena persekutuan Firma adalah sebenarnya persekutuan perdata, maka mengenai


bubarnya persekutuan Firma sama dengan persekutuan perdata, yang diatur dalam Pasal 1646
sampai dengan 1652 KUH Perdata, yaitu sebagai berikut:

1. Lampaunya waktu di mana persekutuan perdata didirikan;


2. Musnahnya barang atau telah diselesaikannya usaha yang menjadi tugas pokok
persekutuan perdata;
3. Adanya penguduran diri
4. Kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu;
5. Salah seorang sekutu meninggal dunia atau di bawah pengampuan atau dinyatakan
pailit.

Pengaturan Firma dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak hanya


mengatur mengenai pendirian Firma, tetapi telah mengatur hingga mengenai pembubaran
Firma. Pembubaran Firma telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
terutama di dalam Pasal 31 hingga Pasal 35, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Perubahan harus dinyatakan dengan data autentik.


2. Perubahan akta harus didaftarkan kepada Panitra Pengadilan Negri;
3. Perubahan akta harus diumumkan dalam berita negara;
4. Perubahan akta yang tidak diumumkan akan mengikat pihak ketiga;
5. Pemberesan oleh persero adalah pihak lain yang disepakati atau yang ditunjuk oleh
Pengadilan.

Firma dari suatu perseroan yang telah dibubarkan dapat dilanjutkan oleh seorang atau
lebih, baik atas kekuatan perjanjian pendiriannya maupun bila diizinkan dengan tegas oleh
bekas pescro yang namanya disebut di situ, atau bila dalam hal adanya kematian, para ahli
warisnya tidak menentangnya, dan dalam hal itu unttuk membuktikannya harus dibuat akta,
dan mendaftarkannya dan mengumumkannya dalam surat kabar resmi atas dasar dan dengan
cara yang ditentukan dalam Pasal 23 dan berikutnya, serta dengan ancaman hukuman yang
tercantum dalam Pasal 29.

Pembubaran sebuah perseroan Firma sebelum waktu yang ditentukan dalam


perjanjian, atau terjadi karena pelepasan diri atau penghentian, perpanjangan waktu setelah
habis waktu yang ditentukan, demikian pula segala perubahan yang diadakan dalam

19
pertikaian yang asli yang berhubungan dengan pihak ketiga, diadakan juga dengan akta
autentik, dan terhadap ini berlaku ketentuan-ketentuan pendaftaran dan pengumuman dalam
surat kabar resmi seperti telah disebut. Kelalaian dalam hal itu mengakibatkan, bahwa
pembubaran, pelepasan diri, penghentian atau perubahan itu tidak berlaku terhadap pihak
ketiga. Terhadap kelalaian mendaftarkan dan mengumumkan dalam hal perpanjangan waktu
perseroan, berlaku ketentuan-ketentuan Pasal 29 (KUHPerd. 1646 dst.; KUHD 22, 26, 30).
Cara Pembubarannya:

1. Dengan akta autentik (Notaris) supaya tidak ada yang dapat dituntut karena nama-
namanya jelas.
2. Di daftarkan ke Paniteraan Pengadilan Negri.
3. Diumumkan di Tambahan Berita Negara. Jika tidak didaftarkan, maka tidak berlaku
pembubaran, pengunduran diri, dan perubahan terhadap pihak ketiga (Pasal 31
KUHD).

K. Kelebihan dan Kekurangan Firma

Setiap bentuk-bentuk usaha pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Begitu pula
firma, pasti memiliki kelebihan dan keburukan-keburukan yang harus dipertimbangkan.
Berikut adalah kekurangan dari firma, yaitu:

1. Kelebihan Firma
a) Jumlah modalnya relatif besar dari usaha perseorangan sehingga lebih mudah
untuk memperluas usahanya.
b) Lebih mudah memperoleh kredit karena mempunyai kemampuan finansial
yang lebih besar yang merupakan gabungan modal yang dimiliki beberapa
orang.
c) Kemampuan manajemen lebih besar karena adanya pembagian kerja di antara
para anggota. Di samping itu, semua keputusan di ambil bersama-sama.
Sehingga keputusan-keputusan menjadi lebih baik
d) Tergabung alasan-alasan rasional.
e) Perhatian sekutu yang sungguh-sungguh pada perusahaan.
f) Prosedur pendirian relatif mudah.
2. Kekurangan Firma
a) Tanggung jawab pemilik tidak terbatas seluruh utang perusahaan.

20
b) Pimpinan dipegang oleh lebih dari satu orang. Hal yang demikian ini
memungkinkan timbulnya perselisihan paham di antara para sekutu.
c) Kesalahan seorang firmant harus ditanggung bersama.
d) Kelangsungan hidup perusahaan tidak terjamin, sebab bila salah seorang
anggota keluar, maka firma pun bubar.
e) Utang usaha perusahaan ditanggung oleh kekayaan pribadi para anggota firma.

21
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat di simpulkan bahwa Firma merupakan sebuah


bentuk badan usaha untuk menjalankan usaha antara dua orang atau lebih dengan memakai
nama bersama atau satu nama yang digunakan bersama untuk memperluas usahanya. Unsur-
unsur yang berkaitan dengan Persekutuan Firma itu sendiri adalah: Persekutuan Perdata
(pasal 1618 BW), Menjalankan Perusahaan (pasal 16 KUHD), Dengan nama bersama atau
Firma (pasal 26 KUHD) dan Tanggung jawab sekutu bersifat pribadi untuk keseluruhan
(pasal 18 KUHD).

Kemudian daripada itu, Firma sendiri memiliki beberapa kebaikan dan beberapa
keburukan. Kebaikan Firma dapat disimpulkan bahwa modalnya yang didapat dari usaha
perorangan lebih besar sehingga mempunyai kemampuan finansial yang lebih besar pula.
Bahkan prosedur pendiriannya mudah untuk dilakukan. Tetapi keburukannya yang
merugikan yaitu karena tanggung jawabnya ditanggung bersama, maka jika ada utang semua
harus ikut bertanggung jawab, bahkan mudah terjadi perselisihan akibat pemimpin lebih dari
satu orang dan jika salah satu Firmant keluar maka Firma akan dibubarkan.

Berdasarkan pengertian Firma bahwa ciri-ciri Persekutuan Firma itu anggotanya


biasanya sudah saling mengenal dan saling percaya, memakai nama bersama untuk
membentuk usahanya, tanggung jawab dan risikonya ditanggung bersama, setiap anggotanya
punya hak untuk memimpin bahkan membubarkan. Semua mengenai Firma itu sudah diatur
dalam KUHD dalam Pasal 16 sampai dengan Pasal 35.

Dalam Mendirikan Persekutuan Firma harus didirikan dengan akta otentik dan dibuat
oleh/di depan Notaris. Akta pendirian tersebut harus sesuai dengan Isi ikhtisar resmi.
Kemudian Firma harus didaftarkan kepada Panitera Pengadilan Negeri dan harus diumumkan
dalam Berita Negara Rakyat Indonesia (BNRI) atau Tambahan Berita Negara. Jika tidak,
maka pendirian Firma hanya dianggap sebagai persekutuan umum, didirikan tanpa batas,
dianggap tidak ada sekutu yang dikecualikan bertindak atas nama bahkan tiap sekutu berhak

22
menandatangani dan berbuat perbuatan hukum bagi persekutuannya. Hubungan Firma sendiri
dengan tanggung jawabnya itu terbagi dua, yaitu Hubungan Hukum antara sekutu Firma dan
Hubungan hukum antara sekutu Firma dengan Pihak Ketiga.

Persekutuan Firma dapat bubar karena berakhirnya jangka waktu yang telah di
tetapkan dalam akta pendirian, bisa pula akibat pengunduran diri/pemberhentian sekutu dan
bisa juga karena terjadi bangkrut. Cara pembubarannya hampir mirip dengan pendiriannya
yaitu harus dengan akta otentik, didaftarkan di ke Paniteraan Pengadilan Negri dan harus
diumumkan di Tambahan Berita Negara. Jika tidak maka pembubaran, pengunduran diri, dan
perubahan terhadap pihak ketiga tidak berlaku.

23
Daftar Pustaka

A. Buku
Abdul R. Saliman, dkk. 2007. Hukum Bisnis untuk Perusahaan: Teori & Contoh Kasus.
Jakarta: Kencana.
I.G Rai, Widjaya. 2005. Hukum Perusahaan dan Undang-undang dan Peraturan
Pelaksanaan di Bidang Usaha. Jakarta: Kesaint Blanc.

Ridwan, Khairandy. 2014. Pokok-Pokok Hukum Dagang. Yogyakarta: FH UII Press.

Soekanto, Soerjano. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: IU Press.

Yahya, Harahap. 2011. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika

B. Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23).

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23).

C. Jurnal

Annurdi. 2017. “Tanggung Jawab Sekutu Firma Atas Kepailitan”, Jurnal Hukum
Tanjungpura, Volume 1, Nomor 1.

Yohana. 2015. “Tanggung Jawab Hukum Atas Bentuk Usaha Badan Hukum dan Bentuk
Usaha Non Badan Hukum”, Jurnal Mercatoria, Volume 8, Nomor 1.

24

Anda mungkin juga menyukai