PUTUS P ER K A W I NA N ,
K , S A NK S I P ID A NA D A L A M
MASA I DD A H , R U JU
, D A N P ER K A W I NA N A N T A R
HUKUM P ER K A W I N AN
M A D A N S TA T U S
(PEMELUK) AGA A
N Y AN G B ER B E D
KEWARGANEGARAA
HASIL OBSERVASI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah hukum perdata islam
Oleh: kelompok 7
Talak adalah ikrar suami dihadapan pengadilan agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan.
Berdasarkan gugatan perceraian yaitu perceraian yang disebabkan adanya gugatan dari salah satu pihak, khususnya istri ke
pengadilan.
3. Keputusan pengadilan.
Berakhirnya perkawinan yang didasarkan atas putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Putusnya perkawinan serta akibatnya di atur dalam bab VIII, pasal 38 sampai dengan
pasal 41 undang-undang perkawinan
Selain itu juga diatur dalam kompilasi hukum islam bab XVI, putusan perkawinan,
bagian kesatu, umum, pasal 113 sampai dengan pasal 116
Akibat putusnya perkawinan
Akibat talak
Akibat perceraian
Akibat putusnya perkawinan karena perceraian diatur dalam pasal 156 inpres nomor 1
tahun 1991 ada tiga akibat putusnya perkawinan karena perceraian yaitu :
1. Terhadap anak-anaknya
2. Terhadap harta bersama
3. Terhadap muth’ah
Dalam pasal 41 UU nomor 1 tahun 1974 disebutkan tiga akibat putusnya perkawinan karena
perceraian terhadap anak-anaknya sebagai berikut :
1. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata
berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak,
pengadilan memberi keputusannya.
2. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan
anak itu, bilaman bapak dalam kenyataannya tidak dapat memberi kewajiban tersebut pengadilan
dapat menentukan bahwa ikut memikul biaya tersebut.
3. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan/atau
menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas isteri.
TATA CARA PERCERAIAN
1. Tata cara perceraian menurut kompilasi hukum islam , bagian kedua, pasal 129-pasal 138 dan juga pasal
140-148.
2. Tata cara perceraian menurut inpres no.9 tahun 1975 tentang pelaksanaan UU no.1 tahun 1974 tentang
perkawinan, bab V, tata cara perceraian pasal 14 sampai pasal 36
MASA IDDAH (WAKTU TUNGGU)
Masa ‘iddah (waktu tunggu) adalah seorang istri yang putus perkawinannya dari suaminya, baik putus
karena perrceraian, kematian, maupun atas keputusan pengadilan. Arti ‘iddah menurut istilah fiqih ialah waktu
tunggu bagi wanita yang di talak atau ditinggal mati suaminya, untuk mengetahui dengan yakin bebas atau
tidaknya wanita itu dari hamil. Masa ‘iddah hanya berlaku bagi istri yang sudah melakukan hubungan suami-
istri.
Bagi istri merupakan kesempatan / saat untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya:
3. Sedang hamil
4. Tidak sedang hamil
RUJUK (PENGERTIAN DAN TATA CARANYA)
Pengertian rujuk dalam pasal 163 KHI yaitu: seorang suami dapat merujuk isterinya yang dalam masa
iddah. Dengan demikian jelas bahwa rujuk hanya dapat dilakukan ketika mantan isteri dalam masa iddah.
TATA CARA PELAKSANAAN RUJUK
Dalam kompilasi hukum islam pasal 167 sampai dengan pasal 169 dijelaskan mengenai tata cara
melaksanakan rujuk.
Ketentuan tentang pencatatan rujuk ini hanya didasarkan kepada konsep maslahat mursalah, karena tidak
ada nash yang mengaturnya. Dasar konsep ini adalah untuk membangun suatu hukum untuk mewujudkan
kemaslahatan umat, sebab sebagaimana nikah rujuk pun hanya bisa dibuktikan dengan akta. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga ketertiban hukum dan administrasi dalam masyarakat
SANKSI PIDANA DALAM HUKUM PERKAWINAN
Sanksi pidana dalam hukum perkawinan adalah hukuman yang akan di terima oleh pihak-pihak
tertentu yang melanggar hukum perkawinan.
Ketentuan tentang sanksi pidana dalam perkawinan hanya diatur dalam peraturan pemerintah no. 9
tahun 1975 pasal 45, tidak ditegaskan dalam undang-undang nomor 1 tahun 1974.
Peraturan pemerintah no. 9 tahun 1975 pasal 45 yang berbunyi:
2. Tindak pidana yang dimaksud dalam ayat (1) di atas merupakan pelanggaran.
PERKAWINAN ANTAR (PEMELUK) AGAMA DAN STATUS
KEWARGANEGARAAN YANG BERBEDA
Status kewarganegaraan adalah posisi keanggotaan seseorang sebagai warga negara untuk tinggal dan
berpartisipasi dalam suatu negara,yang diakui oleh undang-undang atau peraturan yang berlaku di negara
tersebut.
Status kewarganegaraan dapat diperoleh melalui 3 cara yaitu: kewarganegaraan karena kelahiran,
kewarganegaraan melalui pewarganegaraan(citizenship by naturalization), dan kewarganegaraan melalui
registrasi (citizenship by registration)
شك ْ ًرا كَثِي ْ ًرا
ُ
َ س َن ْال
(ج َزاء َ حْ اَ ُ ج َزا ُك ُم ال
ه َ َو ه َخي ْ ًرا َكثِي ْ ًرا
ُ َج َزا ُك ُم ال )
Terima kasih banyak
(Semoga Allah SWT akan membalas kalian dengan kebaikan yang banyak dan
semoga Allah SWT akan membalas kalian dengan balasan yang terbaik.)