Anda di halaman 1dari 7

BAB II

ALAM PIKIR MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA

Manusia dan Karakteristiknya

Manusia adalah makhluk hidup yang rata-rata terdiri dari 1012 sel penyusun tubuh berasal
dari satu sel telur berukuran 200 m yang sudah dibuahi oleh 1 sel sperma (Gambar 2.1). Saat lahir
bayi perempuan memiliki sekitar dua juta telur di dalam indung telur dan ketika perempuan masuk
masa pubertas, sebagian besar sel telur yang tersisa juga berguguran dan pada akhirnya wanita
hanya memiliki sekitar 400 sel telur yang akan melewati proses ovulasi; jumlah tersebut terus
menyusut seiring dengan pertambahan usia hingga akhirnya hilang pada masa menopause;
sementara itu pria bisa menghasilkan sperma s epanjang hidupnya (Tempo, 2014).

Gambar 2.1 Sel Telur Manusia yang Dibuahi Sel Sperma sebagai Cikal Bakal Manusia

Sumber: https://m.tempo.co/read/news/2014/06/04/095582316/kematian -dini-sel-telur

Manusia adalah makhluk yang unik dan ada manusia yang tingkah lakunya dipandang
berada di luar batas perikemanusiaan, tetapi ada manusia lain yang justru di pandang suci karena
telah mencapai tingkat insan kamil. Ridwan (2014) mendeskripsikan manusia sebagai berikut: (i)
bahwa istilah manusia yang ada di dalam al-Quran itu memiliki bermacam-macam makna,
sebagaimana kata manusia sendiri ada tiga ist ilah penyebutan dalam al-Quran yaitu, al-Insan,
al-Basyar, dan an-Naas; (ii) manusia diciptakan oleh Allah SWT di muka bumi ini adalah
sebagai khalifah-Nya, artinya bahwa manusia diberi wewenang sepenuhnya dalam mengatur
alam semesta agar tercipta kemakmuraan di muka bumi ini; (iii) bahwa tujuan diciptakannya
manusia adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT agar dalam menjalani kehidupannya
manusia senantiasa bahagia baik di dunia maupun di akhirat.

10
Menurut Afrizal (2014), dalam Islam manusia adalah makhluk yang sangat kompleks, yang
membawa misi hidup di dunia, yaitu misi menyembah Tuhan dan memakmurkan dunia serta
memiliki struktur psikis yang seca ra a umum sama dengan hewan, hanya saja ia memiliki kelebihan
yaitu berupa kalbu dengan komponennya sebagai berkut:

(i) Akal, merupakan daya yang terdapat dalam diri manusia yang dapat menahan atau
mengikat (mengendalikan) pemiliknya dari perbuatan buruk dan jahat, serta untuk
membedakan antara yang baik dan buruk;
(ii) Indra, substansi roh lainnya selain akal yang terdiri dari bagian -bagiannya yaitu melihat,
mendengar, mengecap, meraba, mencium, dan merasa;
(iii) Tenaga, yaitu daya yang menjadikan manusia mampu bergerak atau melakukan aktivitas;.
(iv) Naluri (gharizah) juga bagian dari substansi roh, yang dimiliki oleh manusia dan juga
hewan, namun tidak dimiliki oleh tumbuhan. Pada naluri/ insting inilah letak syahwat
kemaluan dan syahwat perut manusia, karena ia tidak berada di daya pikir ataupun daya
rasa;
(v) Fitrah yaitu substansi roh yang merupakan ‘program’ bawaan roh manusia yang
menjadikannya selalu merasa bahwa ia adalah makhluk yang diciptakan oleh Tuhan
Yang Mahakuasa. Allah menyematkannya di dalam roh sebelum ditiupkan ke dalam
rahim ibunya. Allah berfirman: “ Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah aku ini Tuhanmu?’ Mereka menjawab: “Benar
(Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi” (QS. al-A`raf: 172);
(vi) Firasat yaitu substansi roh yang Allah pancarkan ke dalam mata hati orang beriman; orang
yang kuat firasatnya mudah mengenal kualitas baik-buruk orang lain berkat nur Allah yang
dipancarkan ke dalam hatinya;
(vii) Iradah yaitu substansi roh yang yang ingin diraih oleh jiwa manusia seperti ingin
terhormat, berwibawa, ingin banyak amal saleh, ingin banyak harta, atau banyak
keturunan. Keinginan-keinginan ini tidak ada kaitannya dengan fisik, melainkan berkaitan
dengan psikis.
Manusia dalam kehidupannya banyak ditentukan oleh alam yang melingkunginya itu.
Alam telah memaksa manusia untuk menentukan suatu s ikap. Maka tentu saja sedikit banyak
alam telah ikut berperan di dalam proses kelahiran seni dan rasa keindahan bagi manusia;
manusia, dengan kemamuannya, menanggapi alam secara aktif sedemikian sehingga dapat
memunculkan gejala kejiwaan tertentu misalnya kecenderungan untuk mengamati, memiliki,

11
berfantasi, bermain-main, menonjolkan diri, bermasyarakat, membangun, berketuhanan, bebas,
berhubungan seks (Aesijah, 2000); termasuk gejala kejiwaan yang desktruktif terhadap alam.

Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(i) Memiliki organ tubuh yang kompleks dan memiliki organ yang spesial yang membedakanya
dengan makhkuk hidup yang lain yaitu pada organ otak;
(ii) Melangsungkan metabolism dalam tiap sel tubuhnya;
(iii) Memiliki respons terhadap tiap rangsangan dari lingkungannya;
(iv) Tumbuh, secara fisik dimulai dari bayi hingga dewasa yang menujukkan penambahan volume
tubuhnya;
(v) Berkembang biak atau dapat menghasilkan keturunan untuk kelangsungan keturunannya;
(vi) Bergerak;
(vii) Berinteraksi dengan lingkungannya.
Selain ciri-ciri disebutkan di atas, manusia juga memiliki karakter yang unik, yaitu :

(i) Memiliki Akal budi


(ii) Memilki rasa ingin tahu (kuriositas); karakter ini yang membuat manusia melahirkan ilmu
pengetahuan;
(iii) Alam pikiran yang senantiasa berkembang; suatu karekter yang berhubungan erat juga dengan
akal budi dan rasa ingi tahu.
Manusia sebagai makhluk memiliki kelebihan dibandingkan dengan penghuni bumi lainnya, yaitu :

(i) Makhluk yang berpikir dan bijaksana (Homo sapiens) yang dicerminkan dalam tindakan dan
perilakunya terhadap lingkungannya;
(ii) Makhluk pembuat alat bantu bagi kegiatan hidupnya karena sadar akan keterbatasan
inderanya;
(iii) Makhluk yang dapat berbicara/berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan;
(iv) Makhluk yang hidup bermasyarakat (Homo Sosius) dan berbudaya (Homo Humanis);
(v) Makhluk yang dapat mengadakan usaha (Homo Economicus);
(vi) Makhluk yang mempunyai kepercayaan dan beragama (Homo religious).
Sebagai makhluk hidup manusia juga memiliki naluri seperti yang dimiliki oleh hewan.
Namun, manusia memiliki kelebihan, yaitu “kemampuan berpikir”. Manusia memiliki rasa ingin
tahu yang berkembang atau dengan kata lain, manusia mempunyai kemampuan berpikir. Ia
bertanya terus setelah tahu tentang “apa” -nya, mereka juga ingin tahu “bagaimana” dan
“mengapa” begitu. Manusia mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk
dikombinasikan dengan pengetahuannya yang baru, menjadi pengetahuannya yang lebih baru. Hal

12
demikian itu berlangsung berabad-abad lamanya, sehingga terjadi suatu akumulasi pengetahuan.
Sebagai ilustrasi, kita bayangkan saja manusia purba zaman dulu yang hidup di gua -gua atau di atas
pohon. Namun karena kemampuannya berpikir tidak semata -mata didorong oleh sekedar
kelestarian hidupnya tetapi juga untuk membuat hidupnya lebih meny enangkan, maka mereka
mampu membuat rumah di atas tiang -tiang kayu yang kokoh dan bahkan sekarang manusia mampu
membuat istana atau gedung -gedung pencakar langit. Bandingkan dengan burung yang dengan
caranya membuat sarang dan perilaku makan yang relatif t idak mengalami perubahan sepanjang
masa. Demikianlah juga dengan harimau yang hidup dalam gua-gua atau monyet yang membuat
sarang di atas pohon tidak mengalami perubahan sepanjang zaman.

Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu menimbulkan
perbendaharaan pengetahuan pada manusia itu sendiri. Hal ini tidak saja meliputi kebutuhan -
kebutuhan praktis untuk hidupnya sehari -hari seperti membuat panah atau lembing yang lebih
efektif untuk berburu dan bercocok tanam, tetapi pengetahuan manusia juga berkembang sampai
kepada hal-hal yang menyangkut keindahan.

Dengan senantiasa berkembangnya pengetahuan manusia dari waktu ke waktu, tampak


nyata bahwa manusia berbeda sama sekali dengan hewan. Manusia memiliki derajat akal dan rasa
ingin tahu (curiousty) yang derajatnya jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan hewan atau
makhluk lainnya. Perkembangan rasa ingin tahu pada manusia dimulai dengan timbulnnya
pertanyaan dari sesuatu yang dilihat dan diamatinya. Adanya kemampuan berpikir pada manusia
menyebabkan terus berkembangnya rasa ingin tahu manusia terhadap alam semesta ini . Jawaban
tehadap berbagai banyak pertanyaan manusia terhadap peristiwa dan gejala yang terjadi di alam
semesta ini akhirnya menjadi ilmu pengetahuan.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan suatu ciri khas
manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda -benda di sekelilingnya, alam
sekitarnya, angkasa luar, bahkan tentang dirinya sendiri. Manusia dengan rasa ingin tahunya yang
besar, selalu berusaha mencari keterangan tentang fenomena alam yang teramati yang pada
ahirnya akan melahirkan ilmu pengetauan alam (IPA).

Perkembangan Alam Pikir Manusia

Manusia sebagai makhluk yang berpikir dibekali rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah yang
mendorong untuk mengenal, memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam. Manusia mampu
menggunakan pengetahuannya yang dahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuannya yang
baru, menjadi pengetahuan yang lebih baru.

13
Pengetahuan ini akhirnya ti dak hanya terdapat pada objek yang diamati dengan panca
indera saja, tetapi juga di luar keinderaan. Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaska n
atas dasar pengamatan maupun pengalaman saja untuk memuaskan alam pikirannya. Berbagai
pengetahuan baru yang bermunculan dan merupakan gabungan dari pengalaman dan kepercayaan
seorang disebt mitos. Adapun pengetahuan yang merupakan cerita itu disebut legenda. Mitos ini
timbul karena keterbatasan alat indera manusia seperti: (i) mata yang tidak mampu m elihat
pergerakan benda yang sangat cepat atau tidak mampu melihat jasad yang ukurannya kurang dari
500 milimikron; (ii) alat pendengar manusia hanya mampu menangkap getaran yang mempunyai
ferkuensi 30 sampai 30.000 getaran perdetik, sehingga frekuensi di luar kisaran itu tidak dapat
didengar; (iii) bau dan rasa di luar rasa manis, asam, asin dan pahit yang tidak dapat dideteksi ind era
pembau dan perasa; (iv) rangsangan baik berbentuk suhu, kelembaban, teksutur pada tingkat
tertentu yang tidak terdeteksi ol eh alat perasa. Karena keterbatasan inderanya tersebut, maka
pada batas-batas tertentu manusia mampercayai mitos dalam rangka upaya manusia untuk
memenuhi hasrat ingin tahu.

Interaksinya dengan alam dan tuntutan pemenuhan rasa ingin tahun manusia
mempengaruhi perkembangan kejiwaan dan perkembangan kebudayaan manusia. Seperti
disampaikan Landow dan Everett (2014) bahwa filsuf Perancis Auguste Comte (1798-1857), “Bapak
Sosiologi” yang terkenal dengan Filsafat Positif -nya, membagi tahapan perkembangan kebudayaan
manusia menjadi:

(i) Tahap teologi; manusia menciptakan mitos untuk memahami gejala alam yang terjadi pada
sekitarnya. Mitos adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman dan pemikiran
sederhana serta dikaitkan dengan kepercayaan akan danya kekuat an gaib. Dalam alam mitos
ini, penalaran belum terbentuk, dan yang bekerja adalah daya khayal, imajinasi dan intuisi;
(ii) Tahap metafisik; pada tahap ini manusia telah mengubah peradabannya dengan maendasarka
pengetahuannya pada keyakinan akan maha pencipta atau wahyu yang diberikan oleh sang
pencipta;
(iii) Tahap positif; tahap ini manusia memahami hukum -hukum ilmiah atau mulai menggunakan
penalaran dalam proses berpikir yang memiliki ciri -ciri logis dan analistis untuk
memperoleh/menemukan pengetahuan yang benar atau kegiatan berfikir.
Di lain pihak hingga saat ini terdapat berbagai cara untuk memperoleh kesimpulan atau
pengetahuan yang tidak berdasarkan penalaran, di antaranya ialah: pengambilan kesimpulan
berdasarkan perasaan atau intuisi, wahyu, dan tindakan trial dan error (tindakan coba-coba atau
untung-untungan). Pola pikir berdasarkan mitos ternyata juga mengajak manusia, di manapun di

14
muka bumi ini, untuk berkembang melalui tahap-tahap peradabannya dari menemukan sesuatu
yang asing menuju ke sesuatu yang dikenal; cara berpikir demikian sebagian masih bertahan sampai
sekarang.

Perkembangan alam pikir manusia dapat dilihat pada wujud perkembangan budayanya.
Ribuan tahun sebelum masehi manusia sudah mengenal pemanfaatan batu bagi berbagai keperluan
hidup seperti menciptakan alat berburu dan menciptakan api dari gesekan batu. Kebudayaan
manusia terus berkembang dari jaman batu menjadi jaman di mana manusia mengenal logam bagi
berbagai keperluan hidupnya yang ditunjukkan dengan berbagai alat terbuat dari loga m seperti
tombak atau lembing, alat masak, dan berbagai bentuk lainnya. Pada abad sebelum masehi
manusia sudah mengenal alat transportasi baik yang menggunakan hewan maupun yang bersifat
mekanik; bahkan sudah juga dikenal pelayaran dan teknologi terkaitny a. Revolusi industri pada
abad 15-16 telah banyak mengubah peradaban manusia termasuk pelayaran dalam rangka
menemukan daerah baru dan usaha untuk menguasai sumberdaya alam.

Pada jaman modern saja perkembangan pemikiran manusia selama 2-3 dasawarsa telah
mengubah peradaban manusia sangat signifikan. Pada tahun 1980-an dalam komunikasi jarak jauh
(tanpa bertatap muka) manusia mengandalkan sarana telpon kabel, tetapi pada tahun 2010 -an,
komunikasi lebih banyak dilakukan lewat hand phone yang dimediasi oleh jaringan selular/satelit.

EVALUASI

1. Sebutkan dan jelaskan kelebihan manusia dibanding makhluk lainnya!


2. Apa perbedaan rasa ingin tahu manusia dengan rasa ingin tahu binatang?
3. Perkembangan pikir manusia berkembang dari munculnya rasa ingin tahu meningkat menuju
ke permasalahan yang lebih kompleks, yang ditunjukkan dengan pertanyaan dengan kata tanya
5W (what, who, where, when, why) dan 1H (how). Buatlah daftar pertanyaan dengan
menggunakan kata tanya 5W dan 1H tentang fakta salah satu fenomena alam!
4. Manusia memperoleh pengetahuan kadangkala tanpa melalui penalaran ( pseudoscience),
sebutkan cara-cara manusia dalam memperoleh pengetahuan tersebut dan berikan
contohnya!
5. Setiap daerah yang ada di Indonesia mempunyai mitos yang sampai saat ini masih dipercaya.
Berikan contoh mitos yang ada di daerah Anda, apakah masuk akal? Jelaskan fakta yang
sesungguhnya!

15

Anda mungkin juga menyukai