Anda di halaman 1dari 30

Resume Psikologi

Nama:Rafika Ridha

Nim:174210446
Konsep Manusia

PENDAHULUAN

Manusia adalah salah satu dari beberapa makhluk ciptaan Allah SWT, selain jin, malaikat, tumbuhan,
hewan, makhluk hidup lainnya. Tetapi manusia itu sendiri memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak
dimiliki oleh makhluk-makhluk ciptaan Allah SWt lainnya, akan tetapi apakah hakekat manusia itu
sendiri. Kita sebagai manusia seharusnya dan sepatutunya tahu, karena kita sendiri adalah manusia itu
sendiri..

Menurut Toto Suryana, dkk didalam bukunya Pendidikan Agama Islam PT, kehadiran manusia yang
pertama tidak terlepas dari asal-usul kehidupan alam semesta ini sehingga tidak dapat dipisahkan dari
teori tentang asal-usul manusia. Sejak saat itu, pergumulan antara yang pro dan kontra tentang
beberapa teori asal-usul manusia tersebut terus berlangsung hingga kini dan sebagian umat Islam
menerima teori itu, selebihnya menolaknya. Manusia tidak akan mampu mengungkap secara pasti
tentang hakikat dirinya. Manusia tidak mungkin dapat berdiri di tempat netral dan memandang dirinya
secara bebas dari luar dirinya sendiri. Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan adalah memahami
firman-firman Allah SWT Sang Pencipta. Hanya pencipta manusialah yang tahu tentang manusia. Untuk
itu selanjutnya pemahaman tentang manusia dirujukan kepada Al-Quran, yang merupakan firman-
firman Allah SWT Sang Pencipta. Oleh karena itu disini kami akan menjelaskan dan mengupas lebih jauh
hakikat manusia itu menurut Islam itu (Konsep Manusia, Eksistensi dan Martabat Manusia, Tanggung
Jawab manusia sebagai Hamba dan khalifah Allah) dengan dan atau berdasarkan beberapa literature-
literatur yang kami peroleh.
PEMBAHASAN

A. Konsep manusia

1. Siapakah manusia

Manusia adalah salah satu dari sekian makhluk hidup ciptaan Allah SWT yang diciptakan dari suatu
saripati (berasal) dari tanah, secara tahap demi tahap biologis melalui proses percampuran bahan dari
laki_laki dan perempuan. Serta dibekali kemampuan akal yang sempurna, pikiran, dan rasa sehingga
disebut sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk allah yang lain.

Menurut Abdul Karim al khatib, dalam bukunya Al-Muslimun wa Risalatuhum fi al-Hayat menguraikan
tentang kedudukan manusia dalam islam mengatakan, manusia sebagai ciptaan Allah adalah makhluk
yang teristimewa, yang tegak diatas kakinya sendiri diantara makhluk-makhluk lainnya

Dalam konteks sebagai hamba Allah, manusia adalah makhluk yang diciptakan dari segumpal darah,
makhluk yang memperoleh pelajaran dan pengetahuan dengan daging. Kemudian kami jadikan ia
makhluk yang lain. Maha sucilah Allah, pencipta yang paling baik. (QS. Al Mukminun : 12-14)

QS.Al mukminun 12-14

Maksud keseluruhan ayat diatas, manusia diciptakan melalui 7 tahap :

1. Sari pati tanah, yaitu makanan setelah dikonsumsi, diproses menjadi :

2. Air mani, yaitu dengan menikah air mani tersebut bertemu dengan sel
perempuan berubah menjadi :

3. Segumpal darah, berkembang menjadi :

4. Segumpal daging, berkembang menjadi :

5. Tulang-belulang, berkembang menjadi :

6. Daging, yang membungkus tulang-belulang berkembang menjadi :

7. Makhluk bentuk lain, yaitu janin, setelah lengkap barulah ditiupkan ruh (nyawa)

Maksud nutfah dalam ayat ini adalah kumpulan sel hidup yang keluar dari laki-laki yang berenang pada
saluran yang terdapat pada rahim perempuan. Kemudian, sel laki-laki itu saling memburu untuk
mendapatkan sel yang satu dari sel perempuan. Sel telur laki-laki yang bercampur dengan sel
perempuan yang satu itulah yang kemudian berproses menjadi janin. Dinamakan ‘alaqah karena setelah
percampuran antara sel laki-laki dan dua sel telur perempuan tergantung pada dinding rahim
perempuan. Dinamakan mudgah karena lebih menyerupai potongan daging yang dalam istilah
kedokteran adalah suatu keterangan tentang pertumbuhan ‘alaqah semacam sel dan proses aktivitas
sel-sel itu sendiri. Dari situ mulai tampak dan terbentuk tulang dalam mudgah kemudian mulai
berbungkus daging dan mulai tampaklah anggota badan. Sementara tampak tulang belulang dan
anggota badan, terus terbentuklah sisa anggota tubuh lainnya.

2. Persamaan dan perbedaan Manusia dengan Makhluk lain

Perbedaan :

Manusia Menurut Agama Islam

Manusia tidak akan mampu mengungkap secara pasti tentang hakikat dirinya. Manusia tidak
dapat brdiri ditempat netral dan memandang dirinya secara bebas dari luar dirinya sendiri. Oleh karena
itu, upaya yang dapat dilakukan adalah memahami firman Allah Sang Pencipta, mencari isyarat-isyarat
tentang hakekat manusia. Hanya pencipta manusialah yang paling tau tentang manusia

Potensi Manusia yang Membedakannya Dengan mahluk Lain

Daya pikir melahirkan logika yang dikembangkan dan dipertajam dengan cara mengembangkan
fenomena alam melalui proses berfikir ( tafakur ). Dengan daya ini manusia dapat menyusun konsep-
konsep, dan teori-teori. Akal atau daya pikir berfungsi pula untuk filter, menyeleksi secara nalar tentang
baik dan buruk

Akal membawa manusia pada keingintahuan yang besar untuk memahami alam sehingga dari sisi
ini manusia dapat melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Akal digunakan untuk meneliti,
memahami dan menghayati alam semesta untuk memperoleh pengetahuan dalam rangka memenuhi
hasrat dan kesejahteraan hidupnya.

Sedangkan Rasa dipertajam melalui ibadah, menghadapkan kepada Allah dan menyucikan diri
melalui proses ritual untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Rasa juga merupakan potensi manusia yang mengarah pada nilai-nilai dan melahirkan etika dan
estetika, yakni kekuatan rohaniah yang mendorong manusia untuk memiliki perasaan terhadap
keindahan, nilai-nlai etika dan norma-norma hidup

Rasa etis juga disebut sebagai rasa agama atau rasa berketuhanan yang secara potensial dimiliki
setiap manusia. Oleh karena itu, fitrah seringkali disebut sebagai kecenderungan kearah agama ( hanif ).
Setiap mannusia mengalami proses perjanjian dengan Allah, artinya secara potensial setiap orang
memiliki kecenderungan yang mengarahkannya kepada Allah, yaitu agama.
Potensi- potensi dasar diatas membentuk struktur kerohanian yang berada di dalam diri manusia
yang dapat membentuknya sebagai insan, yaitu manusia dalam kaitan ilmu pengetahuan, konsistensi
kepada nilai-nilai kebenaran, dan penyandang amanat Allah dimuka bumi.

Disamping itu, manusia memiliki pula dorongan-dorongan yang disebut nafsu atau kehendak
bebas yang melahirkan ambisi dan kreasi. Nafsu yang terkait dengan nilai-nilai etika akan melahirkan
kreatifitas yang positif, tetapi apabila terbawa pada tarikan-tarikan negative, dapat menyebabkan
manusia jatuh pada kesesatan, baik berupa kesombongan, mementingkan diri sendiri, ketamakan,
kecerobohan, dan sebagainya. Oleh karena itu, Islam tidak menganjurkan untuk membunuh nafsu,
melainkan mengendalikan, mengelolanya, serta mengarahkannya pada nilai yang mempertinggi drajat
kemanusiaanya.

Akal dan iqlab maupun nafsu bukanlah unsure-unsur yang terpisah. Bersatu padu dan utuh.
Manusia dibentuk oleh budaya dan nilai-nilai yang mendasarinya atau keinsanianya

Hal hal diatas adalah potensi-potensi yang dimiliki manusia dan membedakannya dengan mahluk
Allah yang lain, selain dalam segi asal usul, misalnya manusia dibuat Allah dari tanah, sedangkan Jin
dibuat dari api, dan malaikat dibuat dari cahaya,dan sifat-sifat yang diberikan Allah berbeda beda.

manusia

jin

malaikat

Dibuat

tanah

api

cahaya

Sifat

gabungan Akal Dan Nafsu

Nafsu

Patuh tanpa nAfsu

§ Persamaan :
1. Makhluk ciptaan Allah yang diberi nyawa dan sewaktu-waktu dapat dicabut
kembali (mati)

§ Perbedaan :

1. Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna karena dibekali akal,pikiran,


dan rasa

2. Manusia adalah makhluk yang paling tinggi derajat dan mulia di hadapan Allah
SWT.

3. Manusia memiliki dorongan-dorongan yang disebut nafsu atau kehendak bebas.

4. Manusia merupakan makhluk psiko-fisik, berbudaya, dan beragama.

5. Manusia dapat dijadikan khalifah (wakil Allah SWT) di muka bumi

6. Manusia dapat menuntut ilmu setinggi-tingginya

7. Manusia dengan kemampuan akalnya dapat melahirkan ilmu pengetahuan dan


teknologi.

8. Manusia dituntuk untuk beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

9. Manusia juga dituntut untuk beribadah (sholat, berpuasa, sedekah, infaq, dll)
kepada dan karena Allah SWT.

Perbedaan manusia dengan makhluk Allah yang lain dijelaskan dalam surat Al Israa’ : 70 berikut ini :

QS.Al Israa’ : 70

B. Eksistensi dan Martabat Manusia

Penciptaan Manusia

Manusia adalah makhluk Allah yang terdiri dari ruh dan tanah yang dilengkapi dengan potensi hati, akal
dan jasad. Potensi manusia ini merupakan kelebihan dan keutamaan dibandingkan makhluk lainnya.

Siapakah sebenarnya manusia ? Apa perannya di muka bumi ini ? Allah yang telah menciptakan manusia
memberikan sebuah tugas dan fungsi di bumi. Diantara tugasnya adalah beribadah dan sebagai khalifah.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai khalifah, manusia diciptakan dengan akal yang berbeda dengan
makhluk lainnya. Untuk berfungsi sebagai khalifah, dan mampu melaksanakan ibadahnya dengan baik,
manusia dapat mengoptimalkan peran akal dan hatinya dengan berazam. Makhluk lain tidak diberikan
fasilitas hati sedangkan manusia malah diberikan kelebihan peran hati.
Allah menciptakan manusia dengan segala keterbatasan dan kelemahannya di samping kelebihan dan
kekuatannya. Manusia diciptakan oleh Allah berdasarkan fitrahnya. Manusia dapat memelihara
fitrahnya dengan Islam akan berhasil di dunia maupun di akhirat. Sedangkan mereka yang tidak dapat
memelihara fitrah tersebut serta tidak menjalankan amanahnya akan termasuk ke dalam golongan yang
bodoh (Jahil). Tidak patut bagi manusia untuk sombong dan mengingkari Islam padahal ia diciptakan
oleh Allah sebagai makhluk lemah dibandingkan dengan kekuatanNya Yang Maha Besar.

Di dalam Al-Quran telah disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia untuk beribadah kepadaNya dan
menjadi khalifah di muka bumi. Dalil – Dalilnya :

* Al-Ahzab 72

“Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu, dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, lalu
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”

* Adz-Dzariyaat 56

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”

* Al- Baqarah 30

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi.”. Mereka berkata : “Mengapat Engkau hendak menjadikan khalifah di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”. Tuhan berfirman : “Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

* Hadist Abu Hurairah RA.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah RA, berkata Rasulullah SAW bersabda, “Allah Azza
WA Jalla Berfirman : Hai Anak Adam, luangkanlah waktu untuk beribadah kepadaKu, Aku akan
memenuhi hatimu dengan kekayaan dan Aku akan menutupu kemlaratanmu. Dan Bila kamu tidak
melakukannya, maka Aku akan mengisi hatimu dengan kesibukan dan aku tidak akan menutupi
kemlaratanmu.”

Manusia untuk Beribadah :

Manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepadaNya sehingga dari ibadah ini tumbuh ketakwaan.
Dengan takwa manusia memperoleh izzah yang menjadi bekal tugas kekhalifahannya terhadap manusia
dan alam.

Manusia Sebagai Khalifah :


Tugas manusia sebagai Khalifah adalah Al-Imarah yang artinya mebangun dan Ar-Riayah yang artinya
memelihara. Cara melaksanakan tugas ini adalah amar ma’ruf nahiy munkar. Pola penumbuhan tugas
khalifah adalah dengan membangun dan memelihara yang berkaitan dengan unsur materi dan ruhani.
Membangun alam ini dengan melakukan arahan dan meghasilkan peradaban, manakala syariat akan
menghasilkan akhlak. Memelihara alam ini dengan memberikan harapan, sehingga menghasilkan
balasan yang baik.

Khalifah berfungsi membangun dan memelihara lima perkara, yaitu :

· Diin – Agama

Manusia ditugaskan untuk memelihara dan menjaga Islam sebagai agama yang paling benar di muka
bumi.

· Nafs – Nafsu

Sebagai khalifah, manusia memiliki nafsu yang harus digunakan dengan benar. Nafsu yang dimiliki
manusia dapat berfungsi optimal bila dipergunakan dengan teapt.

· Aql - Akal

Potensi akal lebih yang dimiliki oleh manusia membuat manusia mampu untuk mengemban tugas
sebagai pembangun dan pemelihara.

· Maal - Harta

Manusia diberi amanat untuk menjaga harta dengan segenap kemampuan yang dimilikinya dari mereka
yang mengganggu.

· Nasl – Keturunan

Sebagai khalifah, manusia juga harus memiliki keturunan yang juga mengemban tugas untuk
meneruskan amanat.

1. Tujuan penciptaan manusia

Tujuan manusia diciptakan adalah mempelajari alam semesta, hukum-hukum susunan dirinya sendiri
dan proses sejarah, yang kemudian menggunakan segala kemampuan dan pengetahuan demi kebaikan
yakni ibadah atau pengabdian kepada Allah SWT. Inilah sebabnya mengapa manusia dihormati sebagai
sebaik-baiknya makhluk. Tetapi banyak manusia yang gagal menjalankan tujuannya. Karena kebanyakan
diantara mereka tidak mau melihat “ke belakang, tidak bersedia untuk mengantisipasi hari depan”, tidak
memahami tujuan moral dari perjuangan manusia dan merka (manusia) merasa cukup puas untuk hidup
hari demi hari.

Allah SWT telah memberikan banyak kelebihan kepada manusia, tidak saja dalam potensi fisik, tetapi
penciptaan alam ini pun diperuntukkan bagi manusia supaya dimanfaatkan semaksimal mungkin. Beban
amanat yang begitu besar diberikan oleh Allah kepada manusia manakala makhluk lain dianggap kurang
mampu untuk mengembannya. Dengan kelebihan manusia, maka wajarlah manusia dipilih sebagai
khalifah dimuka bumi untuk memelihara apa saja yang ada di bumi. Kelebihan inilah yang menjadikan
manusia dimuliakan dibandingkan makhluk lainnya. Dan menstinya kelebihan ini menjadikan manusia
bersyukur kepada Allah yang telah menciptakan kita dari kebaikan dan membalasnya dengan ibadah.

2. Fungsi dan Peran Manusia yang diberikan Allah SWT kepada Manusia

· Fungsi manusia yang diberikan Allah kepada Manusia

Islam adalah agama untuk penyerahan diri semata-mata karena Allah, agama semua Nabi, agama yang
sesuai dengan fitrah manusia, agama yang menjadi petunjuk bagi manusia, agama yang mengatur
hubungan dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan sesama, dan agama yang menjadi rahmat bagi
semesta alam. Islam satu-satunya agama yang diridhai Allah dan agama yang sempurna. Dengan
beragama Islam maka setiap muslim memiliki dasar/landasan hidup tauhid kepada Allah, fungsi/peran
dalam kehidupan berupa ibadah, menjalankan kekhalifahan, dan bertujuan untuk meraih ridha serta
karunia Allah SWT. Islam yang mulia dan utama itu akan menjadi kenyataan dalam kehidupan di dunia
apabila benar-benar diimani, dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh seluruh pemeluknya (orang Islam,
umat Islam) secara total atau kaffah dan penuh ketundukan atau penyerahan diri. Dengan pengamalan
Islam yang sepenuh hati dan sungguh-sungguh itu, maka terbentuk manusia muslimin yang memiliki
sifat-sifat utama: kepribadian muslim, kepribadian mukmin, kepribadian muhsin dalam arti berakhlak
mulia, dan kepribadian muttaqin (Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah/PHIWM, bab
Pandangan Islam Tentang Kehidupan).

Selain itu fungsi manusia itu sendiri adalah harus dan wajib menjaga, mengelola, melestarikan sumber
daya yang telah diberikan Allah SWT di dunia ini sesuai dengan kaidah agama Islam. Dan juga manusia
juga harus melestarikan dan menjaga kehidupan manusia itu sendiri agar sesuai dan menurut dengan
syariah atau tuntunan agama Islam.

Menurut literatur yang kami dapatkan dari artikel di Internet, yaitu artikel dari Hamka dengan judul
KERETA MAYAT yang megulas tentang fungsi manusia. Berikut adalah fungsi manusia berdasarkan
artikel dan pemikiran Hamka, Fungsi Manusia :

Ø Fungsi KEPADA ALLAH (ibadah).

Tugas pertama untuk setiap manusia di dunia ini adalah ‘mencari’ Tuhan dengan menggunakan akal dan
pikiran yang telah di berikan oleh Allah kepada setiap manusia melalui petunjuk kewujudan Allah /
adanya Allah sebagai Sang Pencipta pada setiap ciptaanNya bagi mereka yang mau berfikir. Dan Allah
akan memberikan derajat yang lebih tinggi jika manusia tersebut percaya bahwa Allah adalah Tuhan
yang menciptakan manusia dan bertakwa kepada-Nya dengan berbagai cara. (dalam hal ini beribadah
kepada Allah SWT).

Ø Fungsi KEPADA MASYARAKAT (Akhlak).


Semua manusia harus berlaku adil pada semua makhluk,baik islam atau kafir, tua atau muda, bagus atau
buruk,ini pekerjaan atau tugas semua manusia,orang kafir memperkenalkan sistem pendidikan moral
dengan meneladani tokoh2 hebat dalam sejarah, untuk apa? Tak lain untuk mewujudkan suasana hidup
yg aman dan tentram. Jadi semua manusia harus bekerja seperti layaknya khalifah2 islam yang agung
dalam hal:

-Meletakkan sesuatu pada tempat yg seharusnya(adil)

-Tidak pilih kasih

-Rendah diri(pemimpin berjiwa rakyat)

-Murah hati (sedekah)

-Kuat tapi lembut(membuat orang senang)

-Lembut tapi tidak lemah/Percaya diri(Tidak mudah terpengaruh orang lain)

Ø Fungsi PADA AGAMA (dakwah).

Perbuatan yang harus manusia lakukan untuk menjadikan hakikat fungsi seorang manusia, adalah
dengan tidak membiarkan manusia lain terkena azab Allah, kerana kita adalah makhluk yang paling
tinggi derajatnya dihadapan Allah SWT.

Dakwah adalah mengajaK, bukan mengajaR untuk dapat mengikuti kaidah-kaidah tuntunan Islam. Bagi
laki -laki soleh,tidak dapat masuk surga karena dikarenakan beberapa sebab dalam hal jika tidak
dakwah/mengajak untuk mengikuti jalan Allah SWT,yaitu :

-Isterinya

-Ibunya

-Anaknya

-Adik perempuannya

· Peran manusia yang diberikan Allah kepada Manusia

Ada 2 (dua) peran yang dipegang manusia, yaitu :

a. Sebagai khalifah Allah di muka bumi.

b. Sebagai seorang hamba yang beribadat kepada Allah

Kedua peran manusia ini merupakan kepaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika
hidup yang sarat dengan kreatifitas dan amaliah yang selalu berpihak kepada nilai-nilai kebenaran.
Peran manusia sebagai khalifah dan hamba Allah, bukan dua hal yang bertentangan, melainkan suatu
kesatuan yang padu dan tidak dapat terpisahkan.

C. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba dan khalifah Allah

1. Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah

Hamba Allah (‘abdullah) berarti orang yang taat, tunduk, dan patuh kepada perintah Allah. Hal ini
dimaksudkan dalam hubungannya dengan Tuhan, manusia (hamba Allah) menempati posisi sebagai
ciptaan, dan Tuhan sebagai pencipta-Nya, oleh karena itu ketaatan, ketundukkan, dan kepatuhan
manusia itu hanya layak diberikan kepada Allah.

Tanngung Jawab tersebut, meliputi :

1. Menyempurnakan diri sendiri. Menjadi seorang muslim yang mengikuti syariah


Allah

2. Sejagat raya ini, manusia mengarahkan kehidupannya bercirikan Islam dan diridhoi
Allah.

3. Dengan alam sekeliling, menjadi sebuah taman syurga yang dirihoi Allah.

4. Menyempurnakan nilai kemanusiaanya sebagai makhluk yang memiliki kebebasb\


ab berkreasi.

Di dalam Al-Quran Allah memerintahkan hamba-Nya untuk beriman dan bertaqwa, karena merupakan
suatu kewajiban manusia terhadap Allah SWT. Maksudnya ialah menjalankan segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya.

Sebagai bentuk manifestasi iman dan taqwa antara lain syukur atas nikmat yang Allah berikan dan sabar
atas bencana atau cobaan yang Allah timpaan. Seperti dalam firman Allah :

QS. Al-Bayyinah : 5

2. Tanggung Jawab Manusia sebagai khalifah Allah

Khalifah berarti seseorang yang menjalankan peranan sebagai wakil atau pengganti Allah yang
memegang kekuasaan dimuka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia itu bersifat kreatif yang
memungkinkan dirinya untuk mengolah serta mendayagunakan segala sesuatu di muka bumi untuk
kepentingan hidupnya. Seperti firman Allah :
QS.Al-An’aam : 15

Tanggung jawab tersebut meliputi :

1. Mewujudkan kemakmuran di muka bumi.

2. Mengajarkan kepada sesamanya kebenaran-kebenaran dalam segal ciptaan Allah.

3. Melakukan pemahaman serta penguasaan terhadap hokum-hukum kebenaran yang


terkandung dalam ciptaan Allah.

4. Menyusun konsep-konsep serta melakukan rekayas membentuk wujud baru dalam


alam kebudayaan.

5. Melahirkan kreatifitas yang dinamis berupa kebebasb memilih dan menentukan


yang bertumpu pada landasan tauhidullah.

6. Mengahlikan diri dalam mengelola alam sekitarnya.

Manusia sebagai khalifah, mereka diturunkan ke bumi untuk membawa rahmat dan cinta kasih kepada
alam seisinya. Oleh karena itu manusia mempunyai tugas dan kewajiban terhadap alam sekitarnya yakni
melestarikan dan memeliharanya dengan baik.

Sebagai khalifah, kebebasan manusia merupakan bentuk implementasi dari ketundukan dan ketaan. Ia
tidak tunduk kepada siapapun, kecuali kepada Allah. Kekhalifahan adalah realisasi dari pengabdiannya
kepada Allah yang menciptakannya. Ketidakseimbangan antara tugas dan tanggung jawab, akan
melahirkan sifat-sifat yang menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh ke tingkat yang paling rendah,
seperti firman Allah SWT :

QS.At-Thin : 4

Dalam uraian di atas dijelaskan bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki fitrah dengan
menggunakan kemampuannya sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai khalifah yang diberi kemampuan
untuk dapat menguasai dan memanfaatkan alam. Disamping potensi yang dimilikinya manusia diberi
peraturan atau sunatullah (hukum-hukum alam) agar manusia selamat mengemban amanat sebagai
khalifah, namun ia tidak boleh melupakan akan status sebagai pengabdi kepada Allah SWT.

QS.Adz-Dzaariyaat : 56
Dengan demikian landasan kedudukan manusia didunia ini adalah pengabdian kepada Allah SWT. Dan
sebagai khalifah Allah adalah manifestasi dari pengabdiannya kepada-Nya yang tercermin dalam
mengikuti hokum-hukumnya.

PENUTUP

KESIMPULAN

§ Manusia adalah salah satu dari sekian makhluk hidup ciptaan Allah SWT yang diciptakan dari suatu
saripati (berasal) dari tanah, secara tahap demi tahap biologis melalui proses percampuran bahan dari
laki_laki dan perempuan. Serta dibekali kemampuan akal yang sempurna, pikiran, dan rasa sehingga
disebut sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk allah yang lain.

§ manusia diciptakan melalui 7 tahap :

v Sari pati tanah, yaitu makanan setelah dikonsumsi, diproses menjadi :

v Air mani, yaitu dengan menikah air mani tersebut bertemu dengan sel perempuan berubah menjadi :

v Segumpal darah, berkembang menjadi :

v Segumpal daging, berkembang menjadi :


v Tulang-belulang, berkembang menjadi :

v Daging, yang membungkus tulang-belulang berkembang menjadi :

v Makhluk bentuk lain, yaitu janin, setelah lengkap barulah ditiupkan ruh (nyawa)

§ Manusia memiliki persamaan dan perbedaan dengan Makhluk lain.

§ Tujuan manusia diciptakan adlah mempelajari alam semesta, hokum-hukum susunan dirinya
sendiri dan proses sejarah, yang kemudian menggunakan segala kemampuan dan pengetahuan demi
kebaikan yakni ibadah atau pengabdian kepada Allah SWT

§ Manusia memiliki 3 fungsi yaitu fungsi kepada Allah, fungsi kepada masyarakat, fungsi kepada
agama.

§ Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah :

v Menyempurnakan diri sendiri. Menjadi seorang muslim yang mengikuti syariah Allah

v Sejagat raya ini, manusia mengarahkan kehidupannya bercirikan Islam dan diridhoi Allah.

v Dengan alam sekeliling, menjadi sebuah taman syurga yang dirihoi Allah.

v Menyempurnakan nilai kemanusiaanya sebagai makhluk yang memiliki kebebasan berkreasi.

§ Tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah :

v Mewujudkan kemakmuran di muka bumi.

v Mengajarkan kepada sesamanya kebenaran-kebenaran dalam segal ciptaan Allah.

v Melakukan pemahaman serta penguasaan terhadap hokum-hukum kebenaran yang terkandung dalam
ciptaan Allah.

v Menyusun konsep-konsep serta melakukan rekayas membentuk wujud baru dalam alam kebudayaan.

v Melahirkan kreatifitas yang dinamis berupa kebebasan memilih dan menentukan yang bertumpu pada
landasan tauhidullah.

v Mengahlikan diri dalam mengelola alam sekitarnya


DAFTAR PUSTAKA

Datuak Rajo Bandaro Basa, Dr. H Irwan Prayitno, Psi. Msc., 2005 Kepribadian Muslim. Pustaka
Tarbiatuna : Bekasi.

As, Asmaran.1992.Pengantar Studi Akhlak.Rajawali pers : Jakarta.

Suryana, Toto, dkk.1997.Pendidikan Agama Islam.Tiga Mutiara : Bandung.

Syafi’I, Ahmad, dkk.2002.Integrasi Budi PEkerti dalam Pendidikan.Yudhistira : Jakarta.

Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah/PHIWM, bab Pandangan Islam Tentang


Kehidupan).Internet.
Konsep Diri

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan masyarakat modern dewasa ini, tidak mungkin dapat dicapai tanpa kehadiran institusi
pendidikan sebagai organisasi yang menyelenggarakan pendidikan secara formal. Kegiatan pendidikan
yang berlangsung menempatkan institusi ini sebagai salah satu institusi sosial yang tetap eksis sampai
sekarang. Proses pendidikan yang berlangsung, mempunyai ukuran standarisasi dalam menilai sejauh
mana pengetahuan dan keterampilan mahasiswa tercapai.

Dalam situasi belajar yang sifatnya kompleks dan menyeluruh serta melibatkan interaksi beberapa
komponen, sering ditemukan mahasiswa yang tidak dapat meraih prestasi akademik yang setara dengan
kemampuan intelegensianya. Karena pada dasarnya prestasi akademik merupakan hasil interaksi dari
berbagai faktor yang berbeda antara satu individu dengan individu lainnya.

Konsep diri salah satunya, konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya,
seperti karakteristik pribadi, motivasi, kelemahan, kepandaian, dan lain sebagainya. Konsep diri dalam
penelitian ini merupakan pandangan pengetahuan atau evaluasi mengenai diri sendiri yang mencakup
dimensi fisik, karakteristik, pribadi, kelebihan dan kelemahan yang berpengaruh terhadap tingkah laku
individu. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin tinggi konsep diri yang dimiliki oleh seorang
siswa, sebaliknya semakin rendah skor yang didapat, maka semakin rendah konsep diri seorang siswa
tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari konsep diri?

2. Apa saja faktor-faktor konsep diri ?

3. Bagaimanakah teori tentang konsep diri ?

4. Apa saja ciri-ciri siswa yang memiliki konsep diri ?

5. Bagaimana pentingnya konsep diri dalam proses belajar ?

C. Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui pengertian konsep diri menurut beberapa ahli.

2. Mahasiswa mengetahui faktor-faktor konsep diri.

3. Mahasiswa memahami teori tentang konsep diri.

4. Mahasiswa mengetahui ciri-ciri siswa yang memiliki konsep diri.

5. Mahasiswa mengetahui pentingnya konsep diri dalam proses belajar.

PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep diri

Dariyo (2004) mengatakan, salah satu karakteristik individu yang memiliki identitas diri yang baik adalah
dengan konsep diri yang baik pula.[1] Konsep diri adalah gambaran yang diyakini individu tentang diri
termasuk didalamnya penilaian individu tentang sifat dan potensi yang dimiliki, hubungan dengan orang
lain dan lingkungan sekitar, tujuan hidup, harapan, maupun keinginan (Sunaryo, 2004).[2]

Konsep diri menurut Burn (dalam Pudjijogyanti, 1988) sebagai hubungan antara sikap dan keyakinan
tentang diri-nya sendiri.[3] Konsep diri akademik adalah penilaian seseorang terhadap kemampuan
akademiknya, yang meliputi kemampuan dalam mengikuti kuliah/ pelajaran, kemampuan dalam meraih
prestasi di bidang akademik, serta aktivitas di kampus atau di dalam kelas yang juga berkaitan dengan
persepsi, pikiran,perasaan, dan penilaian seseorang terhadap kemampuan akademiknya (Atmasari,
2009).[4]

Konsep diri adalah penilaian, pandangan, dan perasaan seseorang tentang dirinya. Konsep diri terdiri
atas dua aspek, yaitu konsep diri fisik yang tercermin pada penampilannya, dan konsep diri psikologis
yang terinci atas konsep diri akademis dan konsep diri sosial. Dalam kaitannya dengan belajar perlu
dibangun konsep diri yang positif, agar terbentuk kepercayaan diri. Hal ini senada dengan pendapat
Cooper dan Sawot (dalam Priyadharma, 2001:18), bahwa kepercayaan diri adalah kekuatan emosi yang
didasarkan atas rasa harga diri dan makna diri. Semakin besar rasa percaya diri, semakin besar peluang
untuk mencapai keberhasilan dalam segala aktivitas.

Motivasi berprestasi termasuk jenis motivasi intrinsik. McClelland (1987) menyebutkan bahwa motivasi
berprestasi adalah sebagai suatu usaha untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya dengan berpedoman
pada suatu standar keunggulan tertentu (standards of exellence). Kemudian, Heckhausen (1967)
mengemukakan bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kecakapan
pribadi setinggi mungkin dalam segala kegiatannya dengan menggunakan ukuran keunggulan sebagai
perbandingan.[5]

Ditambah hasil penelitian Rola (2006) menyimpulkan bahwa konsep diri yang dimiliki remaja
berhubungan dengan motivasi berprestasi yang dimilikinya. Hubungan antara konsep diri dengan
motivasi berprestasi bersifat positif, dimana Semakin positif konsep diri maka semakin tinggi motivasi
berprestasi yang Dimiliki remaja. Dan sebaliknya, semakin negatif konsep diri yang dimiliki remaja, maka
semakin rendah motivasi berprestasi yang dimilikinya.[6]

B. Faktor yang mempengaruhi perkembangan Konsep diri

Menurut Stuart dan sudeen ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri.
Faktor-faktor tersebut terdiri dari teori perkembangan, significant other (orang yang terpenting atau
yang terdekat) dan self perception (persepsi diri sendiri).

1. Teori Perkembangan.
Konsep diri berkembangan secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan
dirinya dan orang lain. dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpeisah dari
lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau,
pengenalan tubuh, nama panggilan pengalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada
area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi
potensi yang nyata.

2. Significant other (orang yang terpenting atau terdekat).

Konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui
cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain
terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang terdekat, remaja di pengaruhi oleh orang lain yang
dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hhidup, pengaruh
budaya dan sosial.

3. Self Perception (Persepsi diri sendiri).

Konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu dengan konsep diri yang
positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan
intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapt dilihat dari hubungan
individu dan sosial yang terganggu.[7]

Menurut Burns dalam slameto (1998:184) konsep diri:” the self concept refers to the connection of
attitude and belief we hold about ourselves”. Konsep diri adalah persepsi keseluruhan yang dimiliki
seseorang mengenai dirinya sendiri. Konsep diri merupakan suatu klepercayaan mengenai keadaan diri
sendiri yang relatif sulit dirubah.[8]

C. Pembagian Konsep Diri

Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian konsep diri tersebut dikemukakan oleh Stuart
& Sudeen (1991), yang terdiri dari :

1. Gambaran Diri (body image)

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini
mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini
dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu
(Stuart & Sudeen, 1991).Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerimastimulus dari
orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan danmulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan
(Keliat, 1992).Gambaran diri berhubungan dengan kepribadian. Cara individumemandang dirinya
mempunyai dampak yang penting pada aspekpsikologisnya. Pandangan yang realistik terhadap dirinya
menerima danmengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga terhindar darirasa cemas dan
meningkatkan harga diri (Keliat, 1992).
2. Ideal Diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku berdasarkan standart, aspirasi,
tujuan atau penilaian personal tertentu (Stuart & Sudeen, 1991). Ideal diri mulai berkembang pada masa
kanak-kanak yang dipengaruhi orang yang penting pada idrinya yang memberikan keuntungan dan
harapan pada masa remaja, ideal diri akan dibentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan
teman. Agar individu mampu berfungsi dan mendemonstrasikan kecocokan antara persepsi diri dan
ideal diri. Ideal diri ini hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari
kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai (Keliat, 1992).

3. Harga Diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh
prilaku memenuhi ideal diri (Stuart & Sudeen, 1991). Frekuensi tujuan akan menghasilkan harga diri
yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri rendah.
Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah dicintai dan menerima
penghargaan dari orang lain (Keliat,1992).

4. Peran

Peran adalah sikap dan prilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya
dimasyarakat (Keliat, 1992). Peran yang ditetapkan adalah perran dimana seseorang tidak punya pilihan,
sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu sebagai aktualisasi
diri. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan
ideal diri (Keliat, 1992).

5. Identitas

Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang
merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart &
Sudeen, 1991). Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya
berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (aspek diri sendiri), kemampuan
dan penyesuaian diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Identitas diri terus
berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri. Hal yang penting
dalam identitas adalah jenis kelamin (Keliat, 1992).[9]

D. Teori Konsep diri

Konsep diri merupakan salah satu faktor intern dan juga merupakan suatu fondasi yang sangat penting
untuk keberhasilan seseorang. Bukan hanya keberhasilan dalam bidang akademis, melainkan yang lebih
penting adalah keberhasilan hidup. Karena konsep diri merupakan pandangan seseorang terhadap
dirinya sendiri.

Konsep diri dapat terbentuk dari suatu pengalaman seseorang yang didapat baik dari keluarga,
lingkungan maupun ketika disekolah. Misalnya pengalaman dirumah. Sejak seorang anak dilahirkan,
orang tua hendaknya memberikan banyak umpan balik yang positif dan memberikan kepercayaan
kepada mereka.[10]

Konsep diri merupakan keyakinan,pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya (Rini, 2002).
Konsep diri dapat dianalogikan sebagai suatu sistem operasi yang menjalankan komputer mental, yang
mempengaruhi kemampuan berfikir dan mempunyai pengaruh sebesar 88% terhadap level kesadaran
seseorang (Gunawan, 2007). Konsep diri akan memberikan kerangka acuan yang mempengaruhi
manajemen diri terhadap situasi dan terhadap orang lain.

Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang
terhadap dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang
bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak
menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan
cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat
tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif, akan
mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang disalahkan, entah itu
menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain.

Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan
selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan
bukan dipandang sebagai kematian, namun lebih menjadikannya sebagai penemuan dan pelajaran
berharga untuk melangkah ke depan. Orang dengan konsep diri yang positif akan mampu menghargai
dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan
datang (Jasinta F Rini, e-psikologi 2002).[11]

Konsep diri memiliki dua jenis yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.Konsep diri yang positif
bukanlah kebanggaan yang besar tentang diri tetapi lebih berupa penerimaan diri.Individu dengan
konsep diri positif dapat mengenal dirinya sendiri dengan sangat baik dan dapat menerima apapun yang
ada dalam dirinya.Konsep diri negatif merupakan pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang
bersifat negatif dan tidak mampu menerima dirinya, tidak mampu mengevaluasi diri, dan bersikap
pesimis.Konsep diri negatif muncul karena pandangan seseorang tentang dirinya benar-benar tidak
teratur.Ada dua jenis konsep diri negatif yaitu, pandangan seseorang tentang dirinya sendiri benar-
benar tidak teratur dan dia benar-benar tidak tahu siapa dia, apa kekuatan dan kelemahannya, atau apa
yang dia hargai dalam hidupnya.Tipe kedua dari konsep diri negatif yaitu pandangan seseorangyang
terlalu teratur dan stabil atau kaku.[12]

E. Ciri-ciri siswa yang memiliki Konsep diri

Menurut Calhoun & Acocella (1995), konsep diri merupakan gambaran mental terhadap diri sendiri yang
terdiri dari pengetahuan tentang diri, pengharapan bagi diri dan penilaian terhadap diri sendiri. Salah
satu ciri dari konsep diri yang negatif akan terkait secara langsung dengan pengetahuan yang tidak tepat
terhadap diri sendiri, pengharapan yang tidak realistis atau mengada-ada, serta harga diri yang rendah.
Untuk menghindari hal tersebut, Sheerer (dalam Cronbach, 1963) memformulasikan ciri-ciri konsep diri
positif yang selanjutnya mengarah pada penerimaan diri individu, sebagai berikut:
mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya dalam menghadapi kehidupan yang dijalaninya.

menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat dengan manusia lainnya.

mampu menempatkan dirinya pada kondisi yang tepat sebagaimana orang lain, sehingga
keberadaannya dapat diterima oleh orang lain.

bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya.

menyadari dan tidak merasa malu akan keadaan dirinya.

kelemahan yang dimilikinya tidak membuatnya menyalahkan dirinya sendiri, sebagaimana ia mampu
menghargai setiap kelebihannya

memiliki obyektivitas terhadap setiap pujian ataupun celaan, dan

tidak mengingkari atau merasa bersalah atas dorongan-dorongan emosi yang ada pada dirinya.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep diri yang dikembangkan oleh
seseorang (positif ataupun negatif) akan sangat menentukan bagaimana ia dapat menerima kondisi yang
sedang terjadi atas dirinya, sekaligus bagaimana ia bersikap ketika sedang mengalami masalah atau
kesulitan dalam kehidupannya.[13]

Sedangkan menurut Brook dan Emmert (Suprapto, 2007:25-26) menyatakan individu yang mempunyai
konsep diri positif memiliki ciri-ciri :

a. Percaya diri dan merasa setara dengan orang lain

b. Menerima diri apa adanya, mengenal kelebihan dan kekurangan

c. Mampu memecahkan masalah dan mampu mengevaluasi diri

d. Menyadari bahwa setiap orang memiliki perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya
diterima masyarakat

e. Bersikap optimis [14]

F. Dimensi Konsep Diri

Konsep diri dapat dibagi menjadi empat bagian dasar, antara lain: actual versus ideal, and private versus
social. Perbedaan actual – ideal mengacu pada persepsi individu tentang siapa dirinya sekarang (actual
self concept) dan yang saya ingin menjadi (ideal self concept). Private self mengacu pada bagaimana
saya atau ingin menjadi diri saya (private self concept), dan social self adalah bagaimana saya dilihat
oleh orang lain atau bagaimana saya ingin dilihat oleh orang lain (social self concept) (Hawkins, 2007).

Menurut Calhoun dan Acocella (dalam Eliana, 2003) konsep diri memiliki tiga dimensi yaitu:
pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan tentang diri sendiri dan penilaian tentang diri sendiri.
a. Pengetahuan (Knowledge)

Dimensi pertama dari konsep diri adalah mengenai apa yang kita ketahui mengenai diri kita, termasuk
dalam hal ini jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, usia dsb. Kita memberikan julukan tertentu pada diri
kita.

b. Pengharapan (Expectation)

Pandangan tentang diri kita tidak terlepas dari kemungkinan kita menjadi apa di masa mendatang.
Pengharapan dapat dikatakan diri ideal. Setiap harapan dapat membangkitkan kekuatan yang
mendorong untuk mencapai harapan tersebut di masa depan.

c. Penilaian (Estimation)

Penilaian menyangkut unsur evaluasi, seberapa besar kita menyukai diri kita sendiri. Semakin besar
ketidak-sesuaian antara gambaran kita tentang diri kita yang ideal dan yang aktual maka akan semakin
rendah harga diri kita. Sebaliknya orang yang punya harga diri yang tinggi akan menyukai siapa dirinya,
apa yang dikerjakanya dan sebagainya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dimensi penilaian
merupakan komponen pembentukan konsep diri yang cukup signifikan.[15]

G. Pentingnya konsep diri dalam proses belajar

Konsep diri akan memberikan kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen diri terhadap situasi dan
terhadap orang lain. Konsep diri ada yang sifatnya positif dan negatif. Individu yang memiliki konsep diri
negatif meyakini dan memandang dirinya lemah, tidak dapat berbuat, tidak kompeten, gagal, tidak
menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Individu akan cenderung bersikap
pesimistis terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Sebaliknya individu dengan konsep
diri positif akan mampu menghargai dirinya dan melihat halhal positif yang dapat dilakukannya demi
keberhasilan dan prestasi (Wahyuni, 2007).

Faktor ini sangat berpengaruh dalam hasil belajar apabila kita lihat kepercayaan diri sangat diperlukan
dan dimiliki dalam diri siswa, bagaimana siswa tersebut menyempurnakan dirinya sebelum mengikuti
proses belajar. Untuk menyempurnakan dirinya dengan kepercayaan diri berarti siswa tersebut sudah
benar-benar siap untuk mengikuti proses belajar dikelas.[16]

Sehingga dalam kepentingan prestasi, kemajuan dan perkembangan, konsep diri mempunyai peranan
yang signifikan. Signifikannya tindakan manusia erat kaitannya bagaimana manusia mendefenisikan
dirinya. Beberapa ahli jiwa mengatakan, “Dari system pendidikan yang terbukti berhasil dari seluruh
dunia, konsep diri lebih penting dari materi pelajaran” (Ari, 2007).[17]

H. Aspek-Aspek Konsep diri

Menurut Rola (2006) konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki oleh seorang individu dan
mencakup tiga aspek yaitu pengetahuan, harapan, dan penilaian.
1. Pengetahuan

Dimensi pertama dari konsep diri adalah pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki individu merupakan
sesuatu yang individu diketahui tentang dirinya. Hal ini mengacu kepada istilah kuantitas seperti usia,
jenis kelamin, kebangsaan, pekerjaan dan lain-lain. Serta sesuatu yang merujuk kepada kualitas seperti
individu yang egois, baik hati, tenang, dan bertempramen tinggi. Pengetahuan bisa diperoleh dengan
membandingkan diri individu dengan kelompok pembandingnya. Pengetahuan individu tidaklah
menetap sepanjang hidupnya, penegtahuan bisa berubah dengan cara merubah tingkah laku individu
tersebut atau dengan cara merubah kelompok pembanding.

2. Harapan

Dimensi kedua dari konsep diri adalah harapan. Selain individu mempunyai satu set pandangan tentang
siapa dirinya, individu juga memiliki pandangan lain yaitu, tentang kemungkinan menjadi apa di masa
mendatang. Setiap individu mempunyai pengharapan bagi dirinya sendiri dan pengharapan tersebut
berbeda untuk tiap individu.

3. Penilaian

Dimenso terkhir dari konsep diri adalah penilaian terhadap diri sendiri. Individu berkedudukan sebagai
penilai terhadap dirinya setiap hari. Penilaian terhadap dirinya adalah pengukuran individu tentang
keadaannya saat ini dengan apa yang menurutnya dapat terjadi pada dirinya.[18]

I. Jenis-jenis Konsep diri

Menurut Calhoum dan Acocella (1990), dalam perkembangannya konsep diriterbagi dua, yaitu konsep
diri positif dan konsep diri negatif.

1. Konsep Diri Positif menunjukkan bahwa adanya penerimaaan diri dimana individu dengan konsep
diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali.Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervarisi.
Individu yang memiliki konsep diri positif yang dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang
sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri sehingga evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi
positif dan dapat menerima dirinya apa adanya. Individu yang memiliki konsep diri positif akan
merancang tujuan-tujuan yanbg sesuai dengan relatif, yaitu dengan yang memiliki kemungkinan besar
untuk dapat dicapai, mampu menghadapi kehidupan didepannya serta menganggap bahwa hidup
adalah suatu proses penemuan.

2. Konsep Diri Negatif Calhoun dan Acocella (1990) membagi konsep diri negatif menjadi duatipe,
yaitu:

a. Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur,tidak perasaan, kestabilan
dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya
atau yangdihargai dalam kehidupannya.
b. Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini bisa terjadi karena individu
dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan
adanyapenyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam pikirannyamerupakan cara hidup yang tepat.
(Akhanggit‟s, 2010)[19]

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep diri adalah gambaran yang diyakini individu tentang diri termasuk didalamnya penilaian individu
tentang sifat dan potensi yang dimiliki, hubungan dengan orang lain dan lingkungan sekitar, tujuan
hidup, harapan, maupun keinginan. Faktor-faktor tersebut terdiri dari teori perkembangan, significant
other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan self perception (persepsi diri sendiri).

1. Teori Perkembangan.

2. Significant other (orang yang terpenting atau terdekat).

3. Self Perception (Persepsi diri sendiri).

Konsep diri merupakan salah satu faktor intern dan juga merupakan suatu fondasi yang sangat penting
untuk keberhasilan seseorang. Bukan hanya keberhasilan dalam bidang akademis, melainkan yang lebih
penting adalah keberhasilan hidup. Karena konsep diri merupakan pandangan seseorang terhadap
dirinya sendiri.

Sheerer (dalam Cronbach, 1963) memformulasikan ciri-ciri konsep diri positif yang selanjutnya
mengarah pada penerimaan diri individu, sebagai berikut:

1. Mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya dalam menghadapi kehidupan yang dijalaninya.

2. Menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat dengan manusia lainnya.

3. Mampu menempatkan dirinya pada kondisi yang tepat sebagaimana orang lain, sehingga
keberadaannya dapat diterima oleh orang lain.

4. Bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya.

5. Menyadari dan tidak merasa malu akan keadaan dirinya.

6. Kelemahan yang dimilikinya tidak membuatnya menyalahkan dirinya sendiri, sebagaimana ia


mampu menghargai setiap kelebihannya.

7. Memiliki obyektivitas terhadap setiap pujian ataupun celaan, dan


8. Tidak mengingkari atau merasa bersalah atas dorongan-dorongan emosi yang ada pada dirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Amwalina.”Hubungan Antara Konsep Diri Akademik Dengan Kecemasann Menghadapi Ujian Nasional”.
Jurnal Psikologi, (2009), 2; 1-18.

Andinny,Yuan. ”Pengaruh Konsep Diri Dan Berpikir Positif Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa”.
Jurnal Formatif, (2013), 3; 126-135.

Budiharto, Tri.”Hubungan Antara Konsep diri dan kesadaran sejarah dengan prestasi belajar”. Widya
Sari, (2013), 2; 169-182.

Chairiyati,Lisa Ratriana. “Hubungan Antara Self-Efficacy Akademik Dan Konsep Diri Akademik Dengan
Prestasi Akademik”. Humaniora, (2013), 2; 1125-1137.

Dinata,Muhamad Riga Yoga.”Peran Konsep Diri Dan Kesiapan Kerja Terhadap Kecemasan Mahasiswa
Tingkat Akhir Dalam Menghadapi Dunia Kerja”. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, (2006), 1; 1-15.

Dwija,Wayan. “Hubungan Antara Konsep Diri, Motivasi Berprestasi Dan Perhatian Orang Tua Dengan
Hasil Belajar Sosiologi Pada Siswa Kelas Ii Sekolah Menengah Atas Unggulan Di Kota Amlapura”. Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, (2008), 1; 4-13.

Efendi,Asep Lukman.”Hubungan Antara Konsep Diri Dalam Belajar Dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi
Akademik Mahasiswa”. Jurnal Bimbingan Dan Konseling, (2014), 1; 1-13.

Novariandhini,Dinda Ayu.”Harga Diri, Efikasi Diri, Motivasi Belajar, dan Prestasi Akademik Siswa SMA
Pada Berbagai Model Pembelajaran”. Jurnal ilmu Keluarga dan Konsumen, (2012), 2; 138-146.
Pambudi,Prabawati Setyo. “Hubungan Konsep Diri dengan Prestasi Akademik pada Mahasiswa
Keperawatan”. Jurnal Nursing Studies, (2012), 1; 149 – 156.

Prabadewi, Komang Diah Laxmy dan Putu Nugrahaeni Widiasavitri. ”Hubungan Konsep Diri Akademik
dengan Motivasi Berprestasi pada Remaja Awal yang Tinggal di Panti Asuhan di Denpasar”. Jurnal
Psikologi Udayana, (2014), 2; 261-270.

Rensi dan Lucia Rini Sugiarti. “Dukungan Sosial, Konsep Diri, Dan Prestasi Belajar Siswa Smp Kristen Yski
Semarang”. Jurnal Psikologi,(2010), 2; 148-153.

Sahputra,Naam.”Hubungan Konsep diri dengan Prestasi Akademik),USU Repositoryn”. (2009), 1-62.

Solihin,Muhamad. ”Hubungan Konsep diri dan hasil belajar fisika siswa melalui pembelajaran Inkuiri
pada konsep tekanan”. ( 2011), 1-339.

Sutera,Evie.”Hubungan Konsep Diri Dengan Prestasi AkademikMahasiswa S1 Keperawatan Semester V


Stikes Nani Hasanuddin Makassar”. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, (2014), 2; 65-72.

Syafnimar,Dewi. “Hubungan Komponen Konsep Diri Dengan Prestasi Belajar Pada Remaja Awal (12-
16tahun)Dipanti Asuhan Aisyiyah Cabang Ampang”. Jurnal Keperawatan Jiwa ,( 2012), 2; 1-12.

Toni,Kantun.”Determinasi Konsep Diri, Motivasi Berprestasi Dan Disiplin Belajar Terhadap Hasil Belajar
Ipa Sd Se-Kecamatan Buleleng”. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha,
(2013), 3; 1-10.

(http://psikologi.psikomedia.com/read/Psikologi-Kepribadian/1051/Ciri-Ciri-Konsep-Diri/, diakses 11
Desember 2015).
[1] Komang Diah Laxmy Prabadewi dan Putu Nugrahaeni Widiasavitri,( Hubungan Konsep Diri Akademik
dengan Motivasi Berprestasi pada Remaja Awal yang Tinggal di Panti Asuhan di Denpasar), Jurnal
Psikologi Udayana,2 (2014),262.

[2] Prabawati Setyo Pambudi,( Hubungan Konsep Diri dengan Prestasi Akademik pada Mahasiswa

Keperawatan), Jurnal Nursing Studies,1 (2012),153.

[3] Rensi dan Lucia Rini Sugiarti,(Dukungan Sosial, Konsep Diri, Dan Prestasi Belajar Siswa Smp Kristen
Yski Semarang), Jurnal Psikologi ,2( Juni, 2010),20.

[4] Lisa Ratriana Chairiyati, ( Hubungan Antara Self-Efficacy Akademik Dan Konsep Diri Akademik Dengan
Prestasi Akademik),Humaniora, 2 (Oktober 2013),1127.

[5] Wayan Dwija,( Hubungan Antara Konsep Diri, Motivasi Berprestasi Dan Perhatian Orang Tua Dengan
Hasil Belajar Sosiologi Pada Siswa Kelas Ii Sekolah Menengah Atas Unggulan Di Kota Amlapura), Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, 1 (Januari 2008),5.

[6] Dewi Syafnimar,( Hubungan Komponen Konsep Diri Dengan Prestasi Belajar Pada Remaja Awal (12-
16tahun)Dipanti Asuhan Aisyiyah Cabang Ampang), Jurnal Keperawatan Jiwa, 2,(September 2012), 4.

[7] Muhamad Solihin,(Hubungan Konsep diri dan hasil belajar fisika siswa melalui pembelajaran Inkuiri
pada konsep tekanan),(Juni 2011),10-11.

[8] Tri Budiharto,(Hubungan Antara Konsep diri dan kesadaran sejarah dengan prestasi belajar),Widya
Sari,2(Mei 2013),170.

[9] Dinda Ayu Novariandhini,(Harga Diri, Efikasi Diri, Motivasi Belajar, dan Prestasi Akademik Siswa SMA
Pada Berbagai Model Pembelajaran),Jurnal ilmu Keluarga dan Konsumen,2,(Agustus 2012),140.

[10] Yuan Andinny,(Pengaruh Konsep Diri Dan Berpikir Positif Terhadap Prestasi Belajar Matematika
Siswa), Jurnal Formatif,3,(Agustus 2013),127.

[11] Amwalina, (Hubungan Antara Konsep Diri Akademik Dengan Kecemasan Menghadapi Ujian
Nasional), Jurnal Psikologi, 2,(Mei 2009),5.

[12] Asep Lukman Efendi, ( Hubungan Antara Konsep Diri Dalam Belajar Dan Motivasi Belajar Dengan
Prestasi Akademik Mahasiswa), Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 1,(April 2014), 4.

[13] http://psikologi.psikomedia.com/read/Psikologi-Kepribadian/1051/Ciri-Ciri-Konsep-Diri/, 11
Desember 2015.

[14] Asep Lukman Efendi,.4.


[15] Muhamad Riga Yoga Dinata,( Peran Konsep Diri Dan Kesiapan Kerja Terhadap Kecemasan
Mahasiswa Tingkat Akhir Dalam Menghadapi Dunia Kerja),Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,1, (Maret
2006), 3.

[16] Kantun Toni,( Determinasi Konsep Diri, Motivasi Berprestasi Dan Disiplin Belajar Terhadap Hasil
Belajar Ipa Sd Se-Kecamatan Buleleng), e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha,3(2013), 5.

[17] Evie Sutera,( Hubungan Konsep Diri Dengan Prestasi AkademikMahasiswa S1 Keperawatan
Semester V Stikes Nani Hasanuddin Makassar), Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 2,(2014),66.

[18] Naam Sahputra,(Hubungan Konsep diri dengan Prestasi Akademik),USU Repository,(Medan


2009),27.

[19] Prabawati Setyo Pambudi,( Hubungan Konsep Diri Dengan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa
keperawatan), Jurnal Nursing Studies, 1,(2012),150

Anda mungkin juga menyukai