Nama:Rafika Ridha
Nim:174210446
a) Kehilangan
Menurut Iyus yosep dalam buku keperawatan jiwa 2007, Kehilangan adalah suatu keadaan Individu
berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan.
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama rentang kehidupan,
sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun
dalam bentuk yang berbeda.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kehilangan merupakan suatu keadaan
gangguan jiwa yang biasa terjadi pada orang- orang yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari
keadaan semula (keadaan yang sebelumya ada menjadi tidak ada).
b) Berduka
Grieving adalah reaksi emosional dari kehilangan dan terjadi bersamaan dengan kehilangan baik karena
perpisahan, perceraian maupun kematian.Bereavement adalah keadaan berduka yang ditunjukan
selama individu melewati rekasi. Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan
yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. Dukacita adalah proses kompleks
yang normal meliputi respon dan perilaku emosional, fisik, spritual, sosial, dan intelektual yakni individu,
keluarga, dan komunitas, memasukan kehilangan, yang aktual, adaptif, atau dipersepsikan kedalam
kehidupan sehari – hari mereka.
a) Bentuk-bentuk kehilangan
2. Kehilangan kesejahteraan
Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada pemulihan dukacita yang
lambat. Kematian karena tindak kekerasan, bunuh diri, pembunuhan atau pelalaian diri akan sulit
diterima.
Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan yang ditinggalkan mengalami
keletihan emosional (Rando:1984). Penelitian menunjukan bahwa yang ditinggalkan oleh klien yang
mengalami sakit selama 6 bulan atau kurang mempunyai kebutuhan yang lebih besar terhadap
ketergantungan pada orang lain, mengisolasi diri mereka lebih banyak, dan mempunyai peningkatan
perasaan marah dan bermusuhan.
c) Tipe kehilangan
1. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama dengan individu yang mengalami
kehilangan.
Perasaan individual, tetapi menyangkut hal – hal yang tidak dapat diraba atau dinyatakan secara jelas.
3. Anticipatory Loss
Tipe dari kehilangan dipengaruhi tingkat distres. Misalnya, kehilangan benda mungkin tidak
menimbulkan distres yang sama ketika kehilangan seseorang yang dekat dengan kita. Nanun demikian,
setiap individunberespon terhadap kehilangan secara berbeda.kematian seorang anggota
keluargamungkin menyebabkan distress lebih besar dibandingkan kehilangan hewan peliharaan, tetapi
bagi orang yang hidup sendiri kematian hewan peliharaan menyebaabkan disters emosional yang lebih
besar dibanding saudaranya yang sudah lama tidak pernah bertemu selama bertahun-tahun.
Kehilangan dapat bersifat aktual atau dirasakan.Kehilangan yang bersifat actual dapat dengan mudah
diidentifikasi, misalnya seorang anak yang teman bermainya pindah rumah. Kehilangan yang dirasakan
kurang nyata dan dapat di salahartikan ,seperti kehilangan kepercayaan diri atau prestise.
3 Etiologi
3. Mengingkari kehilangan
5. Konsenterasi menurun
10. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas.
5 Jenis-Jenis Kehilangan
Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi usang berpinda tempat,
dicuri, atau rusak karena bencana alam.Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda
yang hilang bergantung pada nilai yang dimiliki orng tersebut terhadap nilai yang dimilikinya, dan
kegunaan dari benda tersebut.
2) Kehilangan lingkungan yang telah dikenal
Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal mencakup lingkungan
yang telah dikenal Selma periode tertentu atau kepindahan secara permanen. Contohnya pindah ke kota
baru atau perawatan diruma sakit. Kehilangan melalui perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal
dapat terjadi melalui situasi maturaasionol, misalnya ketika seorang lansia pindah kerumah perawatan,
atau situasi situasional, contohnya mengalami cidera atau penyakit dan kehilangan rumah akibat
bencana alam.
Orang terdekat mencakup orangtua, pasangan, anak-anak, saudara sekandung, guru, teman, tetangga,
dan rekan kerja.Artis atau atlet terkenal mumgkin menjadi orang terdekat bagi orang muda.Riset
membuktikan bahwa banyak orang menganggap hewan peliharaan sebagai orang terdekat.Kehilangan
dapat terjadi akibat perpisahan atau kematian.
Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis, atau psikologis.Kehilangan
anggota tubuh dapat mencakup anggota gerak , mata, rambut, gigi, atau payu dara. Kehilangan fungsi
fsiologis mencakupo kehilangan control kandung kemih atau usus, mobilitas, atau fungsi sensori.
Kehilangan fungsi fsikologis termasuk kehilangan ingatan, harga diri, percaya diri atau cinta.Kehilangan
aspek diri ini dapat terjadi akibat penyakit, cidera, atau perubahan perkembangan atau
situasi.Kehilangan seperti ini dapat menghilangkan sejatera individu.Orang tersebut tidak hanya
mengalami kedukaan akibat kehilangan tetapi juga dapat mengalami perubahan permanen dalam citra
tubuh dan konsep diri.
5) Kehilangan hidup
Kehilangan dirasakan oleh orang yang menghadapi detik-detik dimana orang tersebut akan meninggal.
Doka (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit yang mengancam- hidup kedalam enpat
fase.Fase presdiagnostik terjadi ketika diketahui ada gejala klien atau factor resiko penyakit.Fase akut
berpusat pada krisis diagnosis. Dalam fase kronis klien bertempur dengan penyakit dan pengobatanya
,yang sering melibatkan serangkain krisis yang diakibatkan. Akhirnya terdapat pemulihan atau fase
terminal Klien yang mencapai fase terminal ketika kematian bukan hanya lagi kemungkinan, tetapi pasti
terjadi.Pada setiap hal dari penyakit klien dan keluarga dihadapkan dengan kehilangan yang beragam
dan terus berubah Seseorsng dapat tumbuh dari pengalaman kehilangan melalui keterbukaan, dorongan
dari orang lain, dan dukungan adekuat.
c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak
jantung cepat, menangis, gelisah.
2. Fase anger/marah
d. perilaku agresif
Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit bukan saya “ seandainya saya hati-
hati “.
4. Fase depresi
a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
5. Fase acceptance
b. Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “ yah, akhirnya saya harus
operasi “
Fase Pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau mengingkari
kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjadi, dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya
itu terjadi “ atau “ itu tidak mungkin terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang didiagnosa dengan
penyakit terminal, akan terus mencari informasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih, lemah, pucat, diare, gangguan pernafasan, detak
jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam
beberapa menit atau beberapa tahun.
Fase Marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan Individu
menunjukkan rasa marah yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya
sendiri. Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan, menuduh
dokter-perawat yang tidak pecus. Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka merah, nadi cepat,
gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
Fase Tawar-menawar
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan maju ke fase tawar-
menawar dengan memohon kemurahan pada Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata “
kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa “. Apabila proses ini oleh keluarga
maka pernyataan yang sering keluar adalah “ kalau saja yang sakit, bukan anak saya”.
Fase Depresi
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang sebagai pasien sangat penurut,
tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga, ada keinginan bunuh diri, dsb.
Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain : menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido manurun.
Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat kepada obyek
atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu telah menerima kehilangan yang
dialaminya. Gambaran tentang obyek atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap
perhatiannya akan beralih kepada obyek yang baru. Fase ini biasanya dinyatakan dengan “ saya betul-
betul kehilangan baju saya tapi baju yang ini tampak manis “ atau “apa yang dapat saya lakukan agar
cepat sembuh”.
Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima dengan perasaan damai, maka dia akan
mengakhiri proses berduka serta mengatasi perasaan kehilangannya dengan tuntas. Tetapi bila tidak
dapat menerima fase ini maka ia akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan
kehilangan selanjutnya.
Faktor Predisposisi
1. Genetik
Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan sulit
mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi
proses kehilangan.
2. Kesehatan Jasmani
Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur, cenderung mempunyai kemampuan
mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik.
3. Kesehatan Mental
Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai
dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat
peka dalam menghadapi situasi kehilangan.
Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang berarti pada masa kana-kanak akan mempengaruhi
individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa (Stuart-Sundeen, 1991)
5. Struktur Kepribadian
Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa percaya diri yang
rendah yang tidak objektif terhadap stress yang dihadapi.
Faktor Presipitasi
Strees yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan dapat berupa stress nyata, ataupun imajinasi
individu seperti: kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi: kehilangan kesehatan, kehilangan
fungsi seksualitas, kehilangan peran dalam keluarga, kehilangan posisi dimasyarakat, kehilangan milik
pribadi seperti: kehilangan harta benda atau orang yang dicintai, kehilangan kewarganegaraan, dan
sebagainya.
7 Proses Kehilangan
1. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu berfikir positif –
kompensasi positif terhadap kegiatan yang dilakukan – perbaikan – mampu beradaptasi dan merasa
nyaman.
2. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu berfikir negatif – tidak
berdaya – marah dan berlaku agresif – diekspresikan ke dalam diri ( tidak diungkapkan) – muncul gejala
sakit fisik.
3. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individuberfikir negatif– tidak
berdaya – marah dan berlaku agresif – diekspresikan ke luar diri individu –berperilaku konstruktif –
perbaikan – mampu beradaptasi dan merasa kenyamanan.
Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep dan teori
berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan emosional klien
dan keluarganya dan juga rencana intervensi untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka
dan mengatasinya.Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka,
mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.
1. Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat diaplokasikan pada
seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa
tujuan.Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa
istirahat, insomnia dan kelelahan.
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin mengalami putus
asa.Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong, karena kehilangan
masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk
mengalihkan kehilangan seseorang.
d. Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum.Bisa merasa bersalah dan
sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.
e. Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari.Sehingga pada fase ini diharapkan
seseorang sudah dapat menerima kondisinya.Kesadaran baru telah berkembang.
2. Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada perilaku dan
menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
a. Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk mempercayai bahwa
telah terjadi kehilangan.Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi
pada saya!” umum dilontarkan klien.
b. Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada setiap orang dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah
sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan
merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.
c. Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk mencegah
kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat orang lain.
d. Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan tersebut.Tahap
depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
e. Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut.Kubler-Ross mendefinisikan sikap penerimaan ada
bila seseorang mampu menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau
berputus asa.
3. Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang tumpang tindih dan
tidak dapat diharapkan.Durasi kesedihan bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi
respon kesedihan itu sendiri.Reaksi yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan
dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.
4. Teori Rando
a. Penghindaran
b. Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang-ulang melawan
kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan paling akut.
c. Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai memasuki kembali secara
emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan
mereka.
ENGEL (1964)
KUBLER-ROSS (1969)
MARTOCCHIO (1985)
RANDO (1991)
Menyangkal
Penghindaran
Berkembangnya kesadaran
Marah
Restitusi
Tawar-menawar
Konfrontasi
Idealization
Depresi
Identification in bereavement
Reorganization / the out come
Penerimaan
akomodasi
9 Jenis-jenis Berduka
1. Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap
kehilangan.Misalnya, kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan menari diri dari aktivitas untuk
sementara.
2. Berduka antisipatif, yaitu proses’melepaskan diri’ yng muncul sebelum kehilangan atau kematian
yang sesungguhnya terjadi.Misalnya, ketika menerima diagnosis terminal, seseorang akan memulai
proses perpisahan dan menyesuaikan beragai urusan didunia sebelum ajalnya tiba
3. Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya,yaitu tahap
kedukaan normal.Masa berkabung seolah-olah tidak kunjung berakhir dan dapat mengancam hubungan
orang yang bersangkutan dengan orang lain.
4. Berduka tertutup, yaitu kedudukan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara
terbuka.Contohnya:Kehilangan pasangan karena AIDS, anak mengalami kematian orang tua tiri, atau ibu
yang kehilangan anaknya di kandungan atau ketika bersalin.
1. Ungkapan kehilangan
2. Menangis
3. Gangguan tidur
5. Sulit berkonsentrasi
b. Sedih berkepanjangan
c. Adanya gejala fisik yang berat
Stress
1. Pengertian Stres
tuntutan yang berasal dari berbagai situasi dengan sumber-sumber daya sistem
keadaan yang kita alami ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-
suatu keadaan tertekan baik itu secara fisik maupun psikologisnya. Stres
bersumber dari frustasi dan konflik yang dialami individu yang dapat berasal
dari berbagai bidang kehidupan manusia. Konflik antara dua atau lebih
kebutuhan atau keinginan yang ingin diacapai, yang terjadi secara berbenturan
menyatakan bahwa stres bisa diartikan sebagian reaksi fisik dan psikis yang
berupa perasaan tidak enak, tidak nyaman atau tertekan terhadap tekanan atau
sehingga individu tidak lagi bisa menghadapinya, atau stres dapat muncul
kehidupan individu.
2. Gejala-gejala Stres
Marah, hilang semangat, tidak tenang, diam, perilaku impulsif, dan lain
sebagainya.
b. Untuk gejala emosi, seseorang akan mudah gelisah, selalu sensitif dengan
kritikan, mudah tersinggung, apatis, merasa bersalah dan frustasi dan untuk
apatis.
c. Untuk gejala fisik, seseorang akan merasakan detak jantung yang semakain
cepat, berkeringat, mulut kering, penyempitan pupil mata, sakit perut, sakit
a. Gejala fisik: sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, rasa lemah, gangguan
pencernaan, rasa mual atau muntah-muntah, sakit perut, nafsu makan hilang
atau selalu ingin makan, jantung berdebar-debar, sering buang air kecil,
tekanan darah tinggi, tidak dapat tidur atau tidur berlebihan, berkeringat
tidak berdaya, perasaan kehilangan kontrol, muncul pikiran untuk bunuh diri,
Indikator stres dapat dilihat dari dua gejala, yaitu gejala fisik dan
gejala mental. Adapun yang termasuk gejala fisik antara lain: tidak peduli
apa yang harus dilakukan, suasana hati yang sulit ditebak atau tingkah laku
yang tak wajar, ketakutan atau fobia yang berlebihan, hilangnya kepercayaan
pada diri sendiri, cenderung menjaga jarak, terlalu banyak berbicara atau
menjadi benar-benar tidak komunikatif, ingatan terganggu dan dalam kasuskasus yang ekstrim benar-
benar kacau.17
3. Sumber-Sumber Stres
sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial, dan juga muncul
Pada situasi kerja, di rumah, dalam kehidupan sosial, dan lingkungan luar
lainnya.
positif.
b. Kejadian yang tidak terkontrol dan tidak terprediksi lebih membuat stres
dan avoidance.
2. Dalam komunitas dan masyarakat
a. Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang.
Emosi adalah setiap kegiatan pergolakan pikiran, perasaan, dan nafsu. Emosi
juga dapat diartikan sebagai keadaan mental seseorang. Secara umum dalam
munculnya stres antara lain sebagai berikut : perasaan cinta yang berlebihan,
rasa takut yang berlebihan, kesedihan yang berlebihan, rasa bersalah, terkejut.
b. Faktor Eksternal, yaitu faktor penyebab stres yang berasal dari luar diri
seseorang. Dalam faktor eksternal ini dapat berupa ujian atau cobaan yang
berupa kebaikan atau yang dianggap baik oleh manusia adalah keberhasilan,
persoalan dan cobaan yang menimpa kehidupan manusia yang bersifat buruk
atau yang dipandang tidak baik juga merupakan faktor dan penyebab
harta benda, kekurangan hasil panen, kekurangan dalam diri (cacat tubuh),
Stres yang menimpa seseorang tidak sama antara satu orang dengan
yang lainnya, walaupun faktor penyebabnya boleh jadi sama. Seseorang bisa
mengalami stres ringan, sedang, atau stres yang berat (stres kronis). Hal
tidak jelas kapan mulainya dan sering kali kita tidak menyadari. Berikut
a. Stres tingkat 1
Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan dan biasanya
1. Semangat besar.
b. Stres tingkat 2
Lagi cukup sepanjang hari. Keluhan yang sering dikemukakan sebagai berikut:
c. Stres tingkat 3
gejalagejala:
4. Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun dan sukar tidur kembali, atau
bangun pagi-pagi).
d. Stres tingkat 4
5. Perasaan negativistik.
6. Kemampuan konsentrasi menurun tajam.
e. Stres tingkat 5
empat diatas:
3. Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sering, sukar
buang air besar atau sebaliknya feses encer dan sering ke belakang (kamar
mandi).
f. Stres tingkat 6
2. Nafas sesak.
3. Badan gemetar.
4. Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak kuasa lagi, pingsan atau
collap.21
a. Perubahan
b. Tekanan
Kondisi dimana terdapat suatu harapan atau tuntutan yang sangat besar
c. Konflik
Kondisi ini muncul ketika dua atau lebih perilaku saling berbenturan,
d. Frustasi
2) Optimum stress
maupun "bawah" akibat proses manajemen yang baik pada dirinya. Kepuasan
4) Breakdown stress
usahanya pada kondisi yang statis, kondisi akan berkembang menjadi adanya
minuman keras, konsumsi obat tidur, dan terjadinya kecelakaan kerja. Ketika
kekurangan yaitu kekaburan perbedaan antara jenis stres ataukah tingkat stres.
stres.
Sementara kejadian sehari-hari, kondisi kesehatan fisik, tekanan baik
dari luar maupun dari dalam diri individu dan lain sebagainyajuga berpotensi
1. Faktor Lingkungan
menghindar
(approachavoidance).
diinginkan. Stres dapat muncul akibat kejadian besar dalam hidup maupun
2. Faktor Kognitif
3. Faktor Kepribadian
4. Faktor Sosial-Budaya
akibat dari kontak yang sifatnya terus menerus antara dua kelompok
meningkatnya stres.
Stres yang berat akan menyebabkan perilaku kita tidak efisien dan tidak
mengauskan sistem. Bahkan dalam kasus yang ekstrim, stres bisa membebani
diri dapat dilihat pada taraf fisiologis atau faali, dimana stres tersebut dapat
melawan virus atau bakteri. Pada taraf psikologis persepsi atas ancaman
Istilah stres bukanlah istilah yang asing bagi kita, karena setiap orang
Yang artinya:
permasalahan, manusia akan bersifat keluh kesah. Kondisi tersebut bisa saja
Yang artinya:
berdoa): Ya Tuhan kami, janganlah engkau hukum kami jika kami lupa atau
sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah engkau pikulkan kepada kami apa
yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan
sendiri. Stres juga dikategorikan sebagai ujian hidup. Boleh jadi disebabkan
kesempitan hidup mengundang stress dan tekanan yang negatif. Apalagi mereka
yang mengalami permasalahan akibat musibah. Namun hanya diri kita sendiri
yang dapat menjadikan tekanan tersebut mendatangkan kesan yang baik atau
sebaliknya.
sebagai hal yang positif, tentunya akan menghasilkan sesuatu yang baik.
Karenanya, hanya diri kita sendiri yang dapat menjadikan tekanan tersebut
Ujian dan cobaan hidup yang datang dari Allah SWT secara umum
dibagi menjadi dua macam cobaan, yaitu cobaan yang berupa kebaikan dan
ayat 35.
Yang artinya:
kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenarbenarnya). dan Hanya kepada
kamilah kamu dikembalikan.” ( QS. AlAnbiya’ ayat 35 ) 28
Termasuk dalam ujian dan cobaan yang berupa kebaikan atau yang
Yang artinya:
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. AlBaqarah: 155).30
yang bersifat buruk atau yang dipandang tidak baik dapat menyebabkan
Stres dapat terjadi karena perubahan tertentu dalam hidup. Dalam hal
kehilangan, baik dalam kejadian besar yang bersifat tiba-tiba, seperti bencana
alam, atau kehilangan hal yang berharga dalam kehidupan, seperti kehilangan
orang-orang yang dicintai. Dalam ajaran islam, segala harta benda dan
kehidupan merupakan milik Allah. Segalanya berasal dari Allah dan kembali
kepada-Nya.31
sepatutnya diteladani.
Artinya:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan
Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. Dan tidak ada
dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang tertentu)”.(QS AlRa’d Ayat 38)
agung-Nya kepada manusia dalam wujud keluarga yang terdiri atas istri,
membantu dan bertolongan dalam mengupayakan pernikahan bagi orangorang yang bersendiri (yakni
laki-laki yang tidak beristri atau perempuan yang
tidak bersuami), dan untuk itu Allah menjamin diperolahnya rezeki bagi
pernikahan, demi memelihara diri dari perbuatan haram dan bersedia memikul
Perlu kita ketahui terlebih dahulu tentang apa makna sekufu menurut
konsep islam. Banyak orang tua yang berpandangan bahwa ukuran kafaah
hanya sepadan dari sisi kekayaan, kedudukan, status sosial, dan yang semisal.
kesepadanan itu terletak pada kualitas agama saja sebab Allah telah berfirman