Anda di halaman 1dari 10

HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM

Disusun Oleh:

Putri Wiyanita (L1A019097)

AGAMA ISLAM

KELAS C

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MATARAM

1
BAB I

PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah ciptaan Allah SWT yang diberikan akal, fikiran, serta memilki
peranan yang penting dalam kehidupan di muka bumi. Manusia juga dipandang sebagai
makhluk yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah SWT.
Manusia diciptakan untuk menjalankan serta mengerjakan seluruh perintah dari Allah SWT
serta menjauhi pula segala larangan dari Allah SWT. Karena manusia diciptakan dengan
kelebihan yang diberikan dibandingkan dengan makhluk lainnya, yaitu akal fikiran yang
dapat membedakan mana yang benar dan salah. Kemampuan berfikir itulah yang diperintah
oleh Allah SWT agar dipergunakan sebagaimana mestinya, seperti mendalami wujud ataupun
hakekat dirinya.

Pada kenyataannya manusia tidak pernah berhenti berfikir, kecuali ia dalam keadaan
tidur. Manusia bahkan berfikir tentang segala sesuatu yang terlihat oleh pancainderanya
bahkan yang tak terlihat sekalipun. Adapun tidak sedikit usaha manusia dalam memikirkan
hakekat dirinya sendiri atau (bisa dikatakan mecari jati diri), meskipun sebenarnya lebih
banyak yang lebih focus terhadap yang ada di sekitarnya. Sehinga dalam makalah ini akan
membahas bagaimana hakekat manusia itu dalam pandangan islam, tujuan, serta fungsi
manusia hidup di dunia ini. Sehingga kita bersama dapat menambah ilmu pengetahuan
bersama.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Dari Manusia dan Hakekat?


2. Bagaimana Tujuan dan Fungsi Dari Manusia?
3. Bagaimana Hakekat Manusia Menurut Islam?

1.3 Manfaat dan Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Manusia dan Hakekat.


2. Untuk Mengetahui Tujuan dan Fungsi Dari Manusia.
3. Untuk Mengetahui Hakekat Manusia Menurut Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manusia

Secara terminology kata manusia dalam bahasa sansekerta ‘manu’ dan ‘mens’ yang
berarti berfikir, berakal atau makhluk yang berakal budi. Kemudian dalam kamus besar
bahasa Indonesia, manusia diartikan sebagai makhluk yang berakal budi dalam artian lain
manusia mampu menguasai makhluk lainnya. Sehingga dari pengertian tersebut dapat ditarik
garis besarnya, manusia adalah makhluk Tuhan yang diberi akal, budi, nalar, serta moral
untuk menguasai makhluk lainnya demi kemakmuran serta kemaslahatannya. Adapun dalam
bahasa arab, kata (manusia) sepadan dengan kata nas, basyar, insan, marú, ins serta lainnya.
Meskipun bersinonim, namun kata-kata tersebut memilki perbedaan dalam makna
spesifiknya. Contohnya kata nas lebih merujuk pada makna manusia sebagai makhluk sosial,
sedangakan kata basyar lebih merujuk pada makna manusia sebagai makhluk biologis, dan
lain sebagainya. Secara istilah manusia dapat diartikan sebagai sebuah konsep atau sebuah
fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok atau seorang individu. Manusia adalah
makhluk paling sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki
manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi serta tugas mereka nsebagai khalifah di muka
bumi ini.

Manusi dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat bergantung metodologi yang


digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari. Para penganut teori psikoanalisis menyebut
manusia sebagai homo volens (makhluk berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah
makhluk yang memiliki prilaku interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan
social (superego). Di dalam diri manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan
moral (nilai).

Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus


(manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang
menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang
berbicara tentang alam bawa sadar yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis prilaku
yang Nampak saja.  Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil
proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek.

3
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia
berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang bereaksi
secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori kognitif
mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak
mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami, dan
sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.

Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna
manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas.
Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : innama anaa basyarun
mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata basyar selalu
dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau lempung kering (al-
hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuum : 33). Kata insan
disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5), yaitu allamal insaana
maa lam ya’ (dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya). Konsep islam selalu
dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir,
diberi ilmu, dfan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang menjadi
(becoming) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan. Kata al-nas disebut sebanyak 240
kali, seperti al-zumar : 27 walakad dlarabna linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal
(sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam al-quran ini setiap macam
perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk social atau
secara kolektif. Dengan demikian al-quran memandang manusia sebagai makhluk biologis,
psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak
biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain. Sebenarnya maniusia itu terdiri
dari tiga unsur yaitu:
1. Jasmani, Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.
2. Ruh, Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
3. Jiwa (an nafsun/rasa dan perasaan), Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu
kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki
manusia dapat di kelompokkan pada dua hal yaitu potensi fisik dan potensi rohania.

Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah
makhluk social dan sekaligus makhluk ekonomi. Manusia adalah makhluk social untuk
menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan

4
baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain manusia baru bisa mencapai kepuasan dan
memenuhi segala kepuasannya bila hidup berkumpul bersama manusia.

2.2 Pengertian Hakekat

Secara bahasa hakekat atau hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-
benarnya. Dapat juga dikatakan hakikat adalah inti dari segala sesuatu, Karena itu dapat
diartikan hakikat syariat adalah inti dan jiwa suatu dari syariat itu sendiri. Dikalangan tasauf
orang yang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri
mencari sebenar-benar diri. Begitu pula dengan pengertian mencari hakikat jasad, hati, roh,
nyawa, serta rahasia. Hakikat merupakan unsur utama yang mewujudkan sesuatu. Hakikat
mengacu pada factor otama yang lebih mendasar, factor utama tersebut wajib ada dan
merupakan suatu kepastian. Hakikat selalu ada dalam keadaan dan sifatnya tidak berubah-
ubah. Tanpa factor utama tersebut, sesuatu tidak akan bermakna sebagai wujudnya. Karena
keberadaan hakikat di setiap tempat dan waktu tidak berubah, dengan kata lain hakikat
merupakan pokok atau inti dari yang ada.

2.3 Tujuan dan Fungsi Manusia Diciptakan

Allah SWT menciptakan segala sesuatu pasti memilki tujuan. Tidaklah semata-mata
dalam menciptakan makhluk-makhlukNya. Begitu pula dengan menciptakan manusia, tujuan
dari penciptaaan manusia yang utama ialah untu menyembah, bertakwa, serta beriman kepada
Allah SWT dengan menjalankan segala perintahNya serta menjauhi laranganNya. Selain itu,
Allah SWT juga menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi, yang bertujuan
memimpin untuk memimpin manusia dan mensejahterakan manusia satu sam lain serta alam.
Maka dari itu manusia diperintahkan untuk beramal, karena setelah beramal manusia akan
berilmu, dan jika manusia berilmu maka manusia dapat memimpin manusia lainnya dengan
menyebarkan ilmu yang dimilkinya.

Dan dari sekian banyaknya makhluk ciptaan Allah, hanya ada satu golongan makhluk
ciptaan yang sempurna yang mempunyai akal pikiran, akhlak dan pengetahuan, bahkan lebih
mulia dibanding makhluk ciptaan Allah yang lain. Tidak lain dan tidak bukan, yaitu manusia.
Allah berfirman dalam QS. Al-Isra:70 yang artinya: “Dan sungguh Kami telah muliakan
keturunan Adam, dan Kami angkat mereka di daratan dan di lautan dan Kami beri rezeki
dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dari kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.”

5
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan kesempurnaan tersebut Allah
menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Pengertian khalifah disini adalah
penguasa atau pengganti Allah yang mengatur segala sesuatu yang terkandung di bumi. Agar
bisa dimanfaatkan untuk kepentingan umat manusia.
Dengan demikian, Allah telah memilih manusia untuk dijadikan khalifah di muka
bumi. Walaupun manusia itu dikenal sebagai perusak yang akan selalu menumpahkan darah
di muka bumi, Dibanding malaikat yang selalu memuji, bertasbih, kepada Allah Sang
Pencipta. Semua ini hanya Allah lah yang tahu, kehendak Allah tak terbatas, meliputi langit,
bumi dan seluruh alam semesta. Selain itu Allah hanya meridhoi bahwa kehalifahan itu
dipegang oleh hamba-Nya yang shalih, yang dapat mengemban tugasnya dengan baik.

Manusia sebagai khalifah di muka bumi, memunyai peranan penting yang dijalankan
samapai akhir zaman ataupun kiamat, dan peranan penting ini pun sebagai bagian dari fungsi
manusia sebagai khalifah, diantaranya :
1. Memakmurkan Bumi (al'imarah), Berupa pembangunan materi, dengan
memanfaatkan kekayaan alam yang telah disediakan Allah di muka bumi tercinta ini
dengan arahan dan syariat yang lurus, yaitu berdasarkan Al-Quran (hikmah) dan As-
Sunah (hadist). Khalifah pun berupaya untuk menjadikan umatnya atau manusia pada
zamannya yang bermoral dan memiliki peradaban yang baik.
2. Memelihara Bumi (arri'ayah), Khalifah dalam menjalankan tugasnya harus
memilki tujuan yaitu dengan menciptakan akidah dan akhlakulkarimah. Selain dari
menciptakan juga agar selalu terpeliharanya akidah dan akhlakulkarimah tersebut.
Menjaga bumi dari kerusakan atau kehancuran alam, baik yang disebabkan alam
sendiri maupun oleh tangan-tangan jahil para manusia.
3. Perlindungan, Khalifah memiliki fungsi untuk melindungi bumi dan seisinya,
yang terkandung atas lima pokok kehidupan yaitu, agama (aqidah), jiwa
manusia,harta kekayaan,akal pikiran, dan keturunan (kehormatan). Tugas yang ketiga
ini sangat berat diembannya, dan apabila dapat dilaksanakan, jika seorang khalifah
tersebut dapat menunjukkan suatu kebenaran sebagai kebenaran dan dapat
menegakkan di tengah-tengah kehidupan umat manusia. Serta dapat menunjukkan
kepada umat manusia, bahwa kebatilan adalah kebatilan dan dapat mengajak seluruh
umat manusia untuk menumbangkannya bersama demi mencapai tujuan bersama
yang diharapkan.

6
2.4 Hakekat Manusia Menurut Islam

Dalam islam, ada enam peranan yang merupakan hakekat diciptakannya manusia oleh
Allah SWT. Berikut adalah hakekat manusia berdasarkan pandangan Agama Islam:

A. Sebagai Hamba Allah SWT

Sebagai hamba atau abdi Allah SWT merupakan hakekat manusia yang paling utama.
Sebagai seorang hamba maka manusia wajib mengabdi kepada Allah SWT dengan cara
menjalani segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Sebagai seorang hamba,
seorang manusia juga wajib menjalankan ibadah seperti shalat wajib, puasa ramadhan, zakat,
haji, serta melakukan ibadah lainnya dengan penuh keikhlasan dan segenap hati sebagaimana
yang disebutkan dalam Al-Qur’an.

B. Sebagai Al-Nas

Dalam al- Qur’an manusia juga disebut dengan al- nas. Kata al nas dalam Alquran
cenderung mengacu pada hakikat manusia dalam hubungannya dengan manusia lain atau
dalam masyarakat. Manusia sebagaimana disebutkan dalam ilmu pengetahuan, adalah
makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa keberadaan manusia lainnya. Sebagaimana yang
dijelaskan dalam firman Allah SWT berikut:

“Hai sekalian manusia, bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istirinya, dan dari pada keduanya Alah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah dengan (mempergunakan) namanya kamu saling meminta satu sama lain dan
peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu.” (QS: An Nisa:1).

“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu disisi Allah adalah yang
paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(QS: Al Hujurat :13)

C. Sebagai Khalifah

7
Telah disebutkan dalam tujuan penciptaan manusia bahwa pada hakikatnya, manusia
diciptakan oleh Allah SWT sebagai khlaifah atau pemimpin di muka bumi.

“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (peguasa) di muka bumi, maka
berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu. Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. …”(QS Shad:26).

Sebagai seorang khalifah maka masing-masing manusia akan dimintai pertanggung


jawabannya kelak di hari akhir.

D. Sebagai Bani Adam

Manusia disebut sebagai bani Adam atau keturunan Adam agar tidak terjadi
kesalahpahaman bahwa manusia merupakan hasil evolusi kera sebagaimana yang disebutkan
oleh Charles Darwin. Islam memandang manusia sebagai bani Adam untuk menghormati
nilai-nilai pengetahuan dan hubungannya dalam masyarakat. Dalam Alqur’an Allah SWT
berfirman:

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik.
Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, semoga mereka selalu
ingat. Hai anak Adam janganlah kamu ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah
mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, …” (QS : Al araf 26-27).

E. Sebagai Al-insan

Tidak hanya disebut sebagai al nas, dalam Alqur’an manusia juga disebut sebagai Al
insan merujuk pada kemampuannya dalam menguasai ilmu dan pengetahuan serta
kemampuannya untuk berbicara dan melakukan hal lainnya. Sebagaimana disebutkan dalam
surat Al hud berikut ini

“Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian rahmat itu kami cabut
dari padanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS: Al Hud:9).

F. Sebagai Makhluk Biologis (Al-Basyar)

8
Manusia juga disebut sebagai makhluk biologis atau al basyar karena manusia
memiliki raga atau fisik yang dapat melakukan aktifitas fisik, tumbuh, memerlukan makanan,
berkembang biak dan lain sebagainya sebagaimana ciri-ciri makhluk hidup pada umumnya.
Sama seperti makhluk lainnya di bumi seperti hewan dan tumbuhan, hakikat manusia sebagai
makhluk biologis dapat berakhir dan mengalami kematian, bedanya manusia memiliki akal
dan pikiran serta perbuatannya harus dapat dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manusia tidak sepenuhnya sempurna, dalam berbagai hal manusia juga mempunyai
banyak kekurangan. Maka dari itu sesame manusia harus saling menghargai karena segala
hakekat yang ada pada diri manusia merupakan fitrah yang telah diberikan oleh Alllah SWT.
Agar manusia dapat menjalan peran serta fungsinya dalam kehidupan dunia maupun akhirat.
Manusia sendiri juga harus dapat mengemban tugas serta perannya, sehingga tidak
menghilangkan hakekat utama penciptaNya yaitu Allah SWT.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hamty, Ukka. 2013. Hakekat Manusia Menurut Islam. Diakses dari


https://www.academia.edu/12524371/Hakekat_Manusia_Menurut_Islam pada 27 April 2020
pukul 00.03.

Anwar, Aswin. 2012. Hakikat Manusia Menurut Islam. Diakses dari


https://konsepblackbook.blogspot.com/2012/03/hakikat-manusia-menurut-islam.html pada 28
April 2020 pukul 04.14.

Yuda, Iin. 2011. Hakikat Manusia Dalam Pandangan Islam. Diakses dari
https://www.academia.edu/12242806/HAKIKAT_MANUSIA_DALAM_PANDANGAN_IS
LAM pada 28 April 2020 pukul 04.18.

Dalamislam. 2019. Hakikat Manusia Menurut Islam. Diakses dari


https://dalamislam.com/info-islami/hakikat-manusia-menurut-islam pada 28 April 2020 pukul
04.28.

Zawjane, Amsi. 2011. Hakikat Manusia Dalam Islam. Diakses dari


https://www.kompasiana.com/amsi/5500b386813311eb18fa7bd4/hakikat-manusia-dalam-
islam pada 29 April 2020 pukul 00.13.

KreasiAB. 2017. Hakikat Manusia Menurut Islam. Diakses dari


https://fatonikeren.blogspot.com/2017/08/konsep-manusia-dalam-islam.html pada 29 April
2020 pukul 01.00.

10

Anda mungkin juga menyukai