Anda di halaman 1dari 14

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Psikologi Agama Muhammad Sandi Rosyandi,MA

Hakikat Manusia dan Jiwa


Oleh:

Fadhel Muhammad : 210103030007

Nani Sartika : 210103030139

Rahmadalia : 210103030175

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
BANJARMASIN
2023
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat kita berpikir dan merenungkan mengenai hakikat manusia dan jiwa

yang sebenarnya maka muncullah dipikiran kita pertanyaan pertanyaan yang

mengenai manusia dan jiwa.

Manusia adalah entitas psikofisik (physical-psychic entity), berpikir

dan merasakan kehendak dan tercermin dalam perilakunya, yang dapat berupa

subjek tetapi juga objek. Mampu menginternalisasi perasaan keagamaan sendiri

dan mengeksplorasi keragaman orang lain. Masalahnya, makna agama itu

beragam secara psikologis. Ya, agama adalah ritual ibadah, pengabdian pada

kepentingan sesama, perilaku atau perilaku yang baik, pengorbanan untuk iman,

keteguhan iman.

Tuhan mempraktekkan kematian sebelum kematian atau rela mati demi

iman, atau semua itu. Masalahnya lagi-lagi bagaimana menjelaskan agama

pendekatan ilmiah? Sejarah panjang kehidupan menunjukkan bahwa selalu ada

tarik-menarik antara sains dan agama. Kadang mereka bekerja secara sinergis,

kadang diam secara pasif, kadang saling menyerang dan menghakimi.

Belakangan muncul fenomena, sains mendekati spiritualitas.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Makna Manusia?

2. Bagaimana Agama berpengaruh terhadap manusia?

3. Apa makna Jiwa?

4. Bagaimana Agama berpengaruh terhadap jiwa?

1
PEMBAHASAN

A. Manusia

1. Pengertian Manusia

Makna manusia dari berbagai tokoh yang sebagian menyatakan bahwa manusia

adalah sebagai “Hayawan Natiq” atau “Hewan yang berpikir” juga dikatakan bahwa

manusia ini adalah makhluk yang sangat rumit.Manusia ialah makhluk biologis sama

halnya dengan makhluk lainnya. Dan Manusia dikatakan unik karena berbeda

bedanya antar individu dan memiliki kelebihan dari pada makhluk lainnya.1

Manusia diartikan sebagai makhluk Tuhan yang begitu sempurna diantara

lainnya, diberikan akal yang mana akal ini tidak dimiliki oleh makhluk ciptaan Tuhan

yang lain. Karena nya, kita mesti pandai-pandai dalam menggunakan kelebihan yang

dikasih Tuhan kepada kita, salah satunya kita harus bisa menjaga dan memelihara

pemberian ini untuk kita beriman kepada Tuhan.Tentunya manusia diciptakan oleh

Tuhan pastinya memiliki tujuan.

Makna manusia memiliki dua asal, yaitu: Dari jauh, yaitu pristiwa dari tanah.

Dan dari dekat, yaitu Muftah (Abdurrahman An-Nahwi 1992:54).Pada hakekatnya,

manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Dia adalah yang sangat sempurna dari semua

makhluk yang lain dan memiliki alasan akal yang tidak dimiliki oleh makhluk lain

yang diciptakan oleh Tuhan.Oleh karna itu, harus digunakan dengan baik Manfaat

yang Tuhan berikan kepada manusia bagaimana manfaat tersebut dapat dipertahankan

dan dipertahankan untuk melayani dia. Manusia yang diciptakan Tuhan tentu

memiliki tujuan tertentu, selain tujuan pembangunan manusia lainnya dalam

kehidupan dunia sendiri adalah seperti kemampuan yang berkembang yang ada pada

1
Iswati,dkk.Psikologi Agama.(Lampung: 2019).Hal 14

2
diri manusia melewati proses pendidikan dan pendidikan, tetapi orang juga perlu

berkembang kemungkinan naluri religius untuk menjaga keseimbangan dunia dan

akhirat.2

a. Pengertian Manusia Menurut Psikologi

Dalam Ilmuan Psikologi sering adanya pertanyaan tentang hakikat manusia yang

sebenarnya. Mencari arti manusia sama halnya dengan kita mencari makna dari “diri

kita sendiri”. Berbagai cara untuk kita menemukan arti manusia yang sebenarnya ada

dalam diri kita sendiri,yang sejatinya mengungkapkan diri kita sendiri terutama

mengenai hal yang bersangkutan dengan tingkah laku atau juga gejala-gejala jiwa

yang merupakan hal utama dalam objek kajian psikologi.Dapat disimpulkan

bahwasanya makna manusia adalah suatu langkah pencarian psikologi tentang diri

sendiri yang dibawa oleh pemikiran kita.

Menurut Ilmu Pengetahuan dari Para Ahli mengatakan manusia itu sama halnya

dengan binatang, keduanya sama saja. Binatang ialah suatu mesin yang hanya

diberikan makan minum dan menghasilkan pikiran, sedangkan manusia diibaratkan

sebuah ilalang suatu hal yang lemah didunia, akan tetapi dikatakan manusia ilalang

yangberpikir (Kaff, 1992).3

Charles Robert Darwin mengatakan manusia adalah makhluk mamalia tertinggi

dengan ciri seperti mamalia pada umumnya, yakni menyusui anak-anaknya,memiliki

rambut-rambut, serta memiliki kelenjer keringat. Pendapat Darwin dalam teori

2
Hawi,Akmal. Seluk Beluk Ilmu Jiwa Agama. (Jakarta: 2014). Hal 103-104
3
Prawira, Purwa Atmaja. Psikologi Umum dengan Perspektif Baru. (Jogyakarta: 2012). Hal 197-198

3
evolusinya mengartikan bahwa manusia ialah akhir dari evolusi hayati dan awal dari

evolusi.4

b. Pengertian Manusia Menurut Al-Qur’an

Manusia diartikan dengan beberapa istilah menurut Al-Qur'an, yaitu anak

adam (banu) atau keturunan adam (dzurriyat adam),al-ins,al insan, al-nas atau unas

dan al-basyar. Beberapa Ulama menafsirkan ungkapan ini secara berbeda. Misalnya,

istilah al-basyar digunakan oleh Bint al-Syat untuk mendefinisikan manusia secara

fisik sebagai makhluk yang mengkonsumsi (minuman dan makanan). Ungkapan al-

ins setara dengan al-jinn, al-nas ialah nama suatu spesies. Meskipun al-insan

melampaui arti tujuan yang ada, yaitu hanya satu-satunya yang berhak sebagai

khalifah di muka bumi dan yang menerima taqlif dan amanah karena dia terkait

dengan al-ilmu, al-bayan, al-aql dan dilengkapi ; adalah al-tamyizz. (M Darwis Hude:

2006).5

2. Tingkah Laku Manusia

Jika Anda memperhatikan perilaku orang orang di sekitar kita, kita bisa

mengetahui bahwa perilaku setiap orang sangat berbeda karena setiap orang memiliki

kualitas atau karakteristik unik yang mereka miliki.

Dilihat dari kemampuan orang, tampaknya kemampuan satu orang berbeda

dengan kemampuan orang lain. Dengan kata lain, kemampuan setiap orang tidak

sama, dan ditinjau dari kemampuan berpikir, sikap dan tingkah laku secara

keseluruhan. Dalam setiap studi manusia, berulang kali ditetapkan bahwa setiap orang

4
Ibid Hal 201
5
Ibid Hal 209

4
berpikir dan merasa berbeda, yaitu. bahwa gerakan mereka juga berbeda satu sama

lain.

Sarlito (2000) mengemukakan ciri-ciri perilaku manusia yang membedakannya

dengan makhluk hidup lainnya yaitu adanya kepekaan sosial, kesinambungan

perilaku, orientasi tugas, berjuang dalam setiap usaha yang diperjuangkannya yaitu

bersifat individual. Pada kenyataannya, tidak ada individu yang persis sama dengan

yang lain kecuali mereka benar-benar berfungsi dalam spesies manusia berkat

rekayasa genetika seperti kloning.6

3. Kepribadian Manusia dalam Psikologi Islam

Dari perspektif literatur psikologi Islam, istilah Syakhshiyah (kepribadian) mulai

populer dalam perbincangan, terutama setelah terjadinya kontak antara kebutuhan

pengembangan wacana keislaman guru dengan psikologi modern. Bukan berarti

wacana Islam kurang responsif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, tetapi

karena hakikat istilah Syakhshiyyah tidak mencerminkan nilai-nilai inti Islam. Nilai-

nilai inti Islam yang merujuk pada kepribadian lebih mengacu pada substansi Manusia

meliputi materi fisik, materi spiritual dan substansi nafsanii. Ketiga zat ini bisa

dibedakan dengan jelas, tetapi tentu saja tidak dapat dipisahkan. Materi fisik adalah

aspek manusia apa itu materi. Bentuk dan keberadaannya nyata manusia sebagai

tubuh serta anggota-anggotanya sebagai mata,telinga, kaki, tangan dan lainnya.

Dengan kata lain terdiri atas susunan fisik organisme. Organisme fisik manusiaa lebih

lengkap dibandingkan dengan fisik organisme makhluk lain. Makhluk biotik

mempunyai unsur materi yang persis secara lahiriah, yaitu terbuat dari api, air,udara

dan tanah. Empat elemen merupakan bahan abiotik (mati). Dia hidup ketika diberikan

6
Ibid Hal 216-2018

5
energi kehidupan fisik (al-Thâqah al-Jismiyyah). Energi Hidup ini biasa dibilang

nyawa karena nyawa orang bisa hidup. Dengan kekuatan ini tubuh manusia bisa

bernafas, Merasa panas-dingin, haus, lapar, pahit, sakit dan sebagainya indera

biologis-fisik lainnya. Sedangkan substansi mental adalah substansi psikis manusia

apa hakikat hidup. Pikiran berbeda dengan pikiran batin Dalam terminologi psikologi,

penyebab dari pikiran lebih besar dibandingkan dengan pikiran yang lebih merupakan

efek atau pengaruh dari pikiran.

Dan terakhir adalah substansi Nafsan. Sebagian besar terjemahan bahasa Indonesia

mendefinisikan nafs sebagai jiwa atau diri. Namun, nafs dalam pembahasan ini

merujuk pada isi psikofisik (jasmani-spiritual) seseorang yang di dalamnya terdapat

komponen-komponen yang sifat badan (jismiyah) mengacu pada komponen ruhani,

sehingga Menciptakan peluang yang mungkin tapi sebenarnya bisa kapan orang

sedang mengerjakannya. Setiap komponen yang ada memiliki kekuatan latin yang

memandu perilaku manusia.7

4. Pentingnya Agama bagi Manusia

Agama sangatlah penting terhadap sikap dan perilaku atau perilaku seseorang

karena, agama memiliki pengaruh yang lumayan besar, karena bagaimana cara

seseorang berpikir, berperilaku, bertindak dan berperilaku Individu tidak dapat

dipisahkan dari kepercayaan nya. Dan percaya membantu membangun

kepribadiannya. Manifestasi Saya percaya bahwa iman itu mempengaruhi cara

berpikir seseorang, menghargai setiap kejadian yang terjadi dalam hidup dan

bertindak atau perilaku. Artinya apakah ada kesadaran beragama atau tidak

7
Gumiandari,Septi. Kepribadian Manusia Dalam Prespektif Psikologi Islam, Telaah
Kritis atas Psikologi Kepribadian Modern .Holistik Vol 12 Nomer 01,Juni 2011. Hal 280

6
mempengaruhi tingkah laku seseorang dalam kehidupan sehari hari atau tidak.

Kesadaran ber-agama adalah bagian atau aspek yang ada (dirasakan). dalam arti yang

dapat dicoba melalui introspeksi lebih untuk berbicara bahwa itu merupakan aspek

spiritual dan kegiatan psikologis dalam agama. Jalaluddin Rahmat menjelaskan

bahwa kesadaran manusia adalah beragama itu adalah stabilitas jiwa untuk

memberikan ide sikap keagamaan mereka (Jaluddin 2012).

Orang dengan kesadaran beragama yang stabil dapat melakukan ini juga

menunjukkan kepribadian yang kuat. Hal ini karena persepsi keagamaan merupakan

motivasi psikologis seseorang yang meliputi pengetahuan keagamaan, perasaan

keagamaan, pengalaman suci, keyakinan keagamaan, sikap dan perilaku, yang

kesemuanya tersusun dalam sistem kesehatan psikologis dan kepribadian (Ramayulis,

2004). Karena agama mencakup semua fungsi jiwa dan raga manusia, maka persepsi

agama juga mencakup aspek kognitif (ilmu agama), afektif (perasaan ganda karena

motivasi agama), dan psikomotor (perilaku religius). (Koswara, 1991).

Ada dua faktor yang mempengaruhi pembentukan kesadaran beragama.

Pertama: Faktor dari dalam, yaitu adanya sesuatu yang dibawa sejak lahir di mana

bayi yang baru lahir memiliki kemurnian (fitrah) dan mensucikan diri dari segala dosa

dan sifat religius. Kedua:Faktor dari dalam, yaitu lingkungan sosial, lingkungan

keluarga, dan lingkungan sekolah atau lembaga pendidikan. (Joseph, 2000).8

8
Surwan,Dkk. Psikologi Pekembangan Agama: Sebuah Tahapan Perkembangan Agama
dan Manusia. (Yogyakarta: 2020). Hal 2

7
2. JIWA

1. Pengertian Jiwa

Pembahasan jiwa agama dalam psikologi agama adalah sebuah disiplin ilmu

yang mempelajari hubungan antara psikologi manusia dan agama. Dalam konteks ini,

jiwa agama diartikan sebagai aspek kejiwaan manusia yang terkait dengan keyakinan,

spiritualitas, dan praktik keagamaan.

Beberapa konsep penting yang terkait dengan jiwa agama dalam psikologi agama

antara lain:

a. Spiritualitas Spiritualitas dapat diartikan sebagai pengalaman atau perasaan

manusia terhadap keberadaan yang lebih besar dari dirinya sendiri, seperti Tuhan

atau kekuatan kosmik lainnya. Konsep ini terkait dengan aspek keagamaan yang

lebih mendalam dan bersifat pribadi.

b. Keyakinan (belief) Keyakinan merujuk pada pemahaman dan pandangan

seseorang terhadap hal-hal yang bersifat keagamaan. Keyakinan ini dapat berupa

dogma, doktrin, atau nilai-nilai yang diyakini oleh individu atau kelompok

keagamaan.

c. Praktik keagamaan (religious practice) Praktik keagamaan merujuk pada aktivitas

atau tindakan yang dikerjakan oleh seseorang atau kelompok dalam rangka

memenuhi tuntutan agama atau spiritualitas. Praktik ini dapat berupa ritual, doa,

meditasi, atau aktivitas sosial yang terkait dengan agama.

Dalam psikologi agama, jiwa agama dipelajari dengan cara memahami bagaimana

aspek-aspek tersebut memengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan manusia.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik keagamaan dan spiritualitas

dapat berdampak positif pada kesehatan mental, seperti mengurangi stres,

8
meningkatkan kesejahteraan subjektif, dan memperbaiki koping dalam menghadapi

situasi sulit.

Namun, ada juga beberapa kritik terhadap penelitian tentang jiwa agama dalam

psikologi agama. Beberapa peneliti berpendapat bahwa keberagaman dalam praktik

keagamaan dan keyakinan dapat membuat sulit untuk memahami secara umum

bagaimana agama memengaruhi kesehatan mental.

Jiwa agama dalam psikologi agama merupakan konsep yang merujuk pada

pengaruh keyakinan agama atau spiritualitas pada dimensi psikologis manusia, seperti

kesehatan mental, kesejahteraan, dan perilaku. Terdapat berbagai pendekatan dalam

psikologi agama untuk memahami hubungan antara jiwa agama dan kesehatan mental

manusia.

Salah satu pendekatan yang umum digunakan adalah pendekatan kognitif yang

mengkaji bagaimana keyakinan agama mempengaruhi pola pikir dan persepsi

manusia. Keyakinan agama dan spiritualitas dapat memberikan harapan dan arti pada

hidup manusia, serta membantu dalam memahami dan menerima situasi yang sulit.

Pendekatan lain adalah pendekatan eksistensial yang memfokuskan pada

pertanyaan-pertanyaan tentang makna hidup dan kematian. Dalam hal ini, agama dan

spiritualitas dapat memberikan makna dan tujuan hidup, serta membantu manusia

dalam menghadapi kematian dan kesulitan hidup.

Selain itu, pendekatan psikodinamik juga sering digunakan dalam psikologi

agama. Pendekatan ini menekankan pada konsep-konsep psikologi yang lebih dalam,

seperti konflik dan pertahanan diri. Dalam hal ini, keyakinan agama dapat berfungsi

sebagai pertahanan diri dalam menghadapi konflik internal dan kecemasan.

9
Berdasarkan penelitian, keyakinan agama dan spiritualitas dapat memberikan

manfaat kesehatan mental dan kesejahteraan pada manusia. Keyakinan agama dapat

memberikan pengharapan, pemahaman, dan dukungan sosial dalam menghadapi

kesulitan hidup. Namun, terdapat pula kemungkinan adanya efek negatif jika

keyakinan agama dipaksa atau diinternalisasi secara berlebihan.

Kesimpulannya, jiwa agama dalam psikologi agama merujuk pada pengaruh

keyakinan agama atau spiritualitas pada dimensi psikologis manusia. Terdapat

berbagai pendekatan untuk memahami hubungan antara jiwa agama dan kesehatan

mental manusia, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa keyakinan agama dapat

memberikan manfaat kesehatan mental dan kesejahteraan pada manusia.

2. Agama dalam Mengatasi Masalah Jiwa Manusia

Hubungan yang harmonis antar umat beragama keyakinan dan dedikasi untuk

masalah yang menghadapinya dapat secara signifikan menghalangi munculnya

masalah kejiwaan manusia yakni dengan sikap menyerahkan diri kepada sesuatu yang

transenden. Sikap menyerahkan diri ini memberikan sikap optimis terhadap diri sendiri

sesuatu, sehingga ada timbul perasaan positif berupa rasa senang, gembira, puas dan

sebagainya untuk menghindari perasaan tersebut frustrasi dengan kehidupan.

Kebutuhan ini bisa kita sebut keinginan manusia untuk menemukan makna hidup.

Manusia sebagai makhluk yang selalu memberi makna pada hidupnya, dan seseorang

tidak bisa hidup tanpa makna dalam kehidupan manusia pada tingkat manusia. Itu

sebabnya orang mencari solusi melalui norma agama dan keyakinan. Manusia ingin

meninggikan jiwanya, ingin membela diri hidupnya di dunia dan di masa depan. Itu

sebabnya orang punya kebutuhan mendasar akan nilai-nilai metafisika dan aturan

10
aturan agama agar menghindari kekacauan, ketegangan, ketakutan melahirkan

keyakinan .9

9
Hamali, Syaiful. Terapi Agama Terhadap Problematika Psikis Manusia. Psikologi
Agama. Vol.IX, No.2/Juli-Desember/2014. Hal 17

11
KESIMPULAN

Manusia diartikan sebagai makhluk Tuhan yang begitu sempurna diantara

lainnya, diberikan akal yang mana akal ini tidak dimiliki oleh makhluk ciptaan Tuhan

yang lain. Pada hakekatnya, manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Dia adalah yang

sangat sempurna dari semua makhluk yang lain dan memiliki alasan akal yang tidak

dimiliki oleh makhluk lain yang diciptakan oleh Tuhan.Oleh karna itu, harus digunakan

dengan baik Manfaat yang Tuhan berikan kepada manusia bagaimana manfaat tersebut

dapat dipertahankan dan dipertahankan untuk melayani dia.

Ada dua faktor yang mempengaruhi pembentukan kesadaran beragama.

Pertama: Faktor dari dalam, yaitu adanya sesuatu yang dibawa sejak lahir di mana bayi

yang baru lahir memiliki kemurnian (fitrah) dan mensucikan diri dari segala dosa dan

sifat religius. Kedua:Faktor dari dalam, yaitu lingkungan sosial, lingkungan keluarga, dan

lingkungan sekolah atau lembaga pendidikan.

Jiwa agama dalam psikologi agama merujuk pada pengaruh keyakinan agama

atau spiritualitas pada dimensi psikologis manusia. Terdapat berbagai pendekatan untuk

memahami hubungan antara jiwa agama dan kesehatan mental manusia, dan hasil

penelitian menunjukkan bahwa keyakinan agama dapat memberikan manfaat kesehatan

mental dan kesejahteraan pada manusia.

12
DAFTAR PUSTAKA

Gumiandari, Septi. Kepribadian Manusia Dalam Prespektif Psikologi Islam, Telaah

Kritis atas Psikologi Kepribadian Modern .Holistik Vol 12 Nomer 01,Juni 2011.

Hamali, Syaiful. Terapi Agama Terhadap Problematika Psikis Manusia. Psikologi Agama.

Vol.IX, No.2/Juli-Desember/2014.

Hawi, Akmal. Seluk Beluk Ilmu Jiwa Agama. Rajawali Pers, Jakarta: 2014.

Hill, P. C., & Pargament, K. I. (2008). Advances in the conceptualization and

measurementt of religion and spirituality: Implications for physical and mental

health research. Psychology of Religion and Spirituality, 3-17.

Iswati, .Psikologi Agama. Lampung, Agree Media Publishing: 2019.

Koenig, H. G., King, D. E., & Carson, V. B. (2012). Handbook of religion and health.

Oxford University Press.

Paloutzian, R. F., & Park, C. L. (Eds.). (2013). Handbook of the psychology of religion

and spirituality. Guilford Press.

Prawira, Purwa Atmaja. Psikologi Umum dengan Perspektif Baru. Ar-Ruzi,Jogyakarta:

2012.

Surwan, Dkk. Psikologi Pekembangan Agama: Sebuah Tahapan Perkembangan Agama

dan Manusia.K-Media,Yogyakarta: 2020.

13

Anda mungkin juga menyukai