Rahmadalia : 210103030175
A. Latar Belakang
Saat kita berpikir dan merenungkan mengenai hakikat manusia dan jiwa
dan merasakan kehendak dan tercermin dalam perilakunya, yang dapat berupa
beragam secara psikologis. Ya, agama adalah ritual ibadah, pengabdian pada
kepentingan sesama, perilaku atau perilaku yang baik, pengorbanan untuk iman,
keteguhan iman.
tarik-menarik antara sains dan agama. Kadang mereka bekerja secara sinergis,
B. Rumusan Masalah
1
PEMBAHASAN
A. Manusia
1. Pengertian Manusia
Makna manusia dari berbagai tokoh yang sebagian menyatakan bahwa manusia
adalah sebagai “Hayawan Natiq” atau “Hewan yang berpikir” juga dikatakan bahwa
manusia ini adalah makhluk yang sangat rumit.Manusia ialah makhluk biologis sama
halnya dengan makhluk lainnya. Dan Manusia dikatakan unik karena berbeda
bedanya antar individu dan memiliki kelebihan dari pada makhluk lainnya.1
lainnya, diberikan akal yang mana akal ini tidak dimiliki oleh makhluk ciptaan Tuhan
yang lain. Karena nya, kita mesti pandai-pandai dalam menggunakan kelebihan yang
dikasih Tuhan kepada kita, salah satunya kita harus bisa menjaga dan memelihara
pemberian ini untuk kita beriman kepada Tuhan.Tentunya manusia diciptakan oleh
Makna manusia memiliki dua asal, yaitu: Dari jauh, yaitu pristiwa dari tanah.
manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Dia adalah yang sangat sempurna dari semua
makhluk yang lain dan memiliki alasan akal yang tidak dimiliki oleh makhluk lain
yang diciptakan oleh Tuhan.Oleh karna itu, harus digunakan dengan baik Manfaat
yang Tuhan berikan kepada manusia bagaimana manfaat tersebut dapat dipertahankan
dan dipertahankan untuk melayani dia. Manusia yang diciptakan Tuhan tentu
kehidupan dunia sendiri adalah seperti kemampuan yang berkembang yang ada pada
1
Iswati,dkk.Psikologi Agama.(Lampung: 2019).Hal 14
2
diri manusia melewati proses pendidikan dan pendidikan, tetapi orang juga perlu
akhirat.2
Dalam Ilmuan Psikologi sering adanya pertanyaan tentang hakikat manusia yang
sebenarnya. Mencari arti manusia sama halnya dengan kita mencari makna dari “diri
kita sendiri”. Berbagai cara untuk kita menemukan arti manusia yang sebenarnya ada
dalam diri kita sendiri,yang sejatinya mengungkapkan diri kita sendiri terutama
mengenai hal yang bersangkutan dengan tingkah laku atau juga gejala-gejala jiwa
bahwasanya makna manusia adalah suatu langkah pencarian psikologi tentang diri
Menurut Ilmu Pengetahuan dari Para Ahli mengatakan manusia itu sama halnya
dengan binatang, keduanya sama saja. Binatang ialah suatu mesin yang hanya
sebuah ilalang suatu hal yang lemah didunia, akan tetapi dikatakan manusia ilalang
2
Hawi,Akmal. Seluk Beluk Ilmu Jiwa Agama. (Jakarta: 2014). Hal 103-104
3
Prawira, Purwa Atmaja. Psikologi Umum dengan Perspektif Baru. (Jogyakarta: 2012). Hal 197-198
3
evolusinya mengartikan bahwa manusia ialah akhir dari evolusi hayati dan awal dari
evolusi.4
adam (banu) atau keturunan adam (dzurriyat adam),al-ins,al insan, al-nas atau unas
dan al-basyar. Beberapa Ulama menafsirkan ungkapan ini secara berbeda. Misalnya,
istilah al-basyar digunakan oleh Bint al-Syat untuk mendefinisikan manusia secara
fisik sebagai makhluk yang mengkonsumsi (minuman dan makanan). Ungkapan al-
ins setara dengan al-jinn, al-nas ialah nama suatu spesies. Meskipun al-insan
melampaui arti tujuan yang ada, yaitu hanya satu-satunya yang berhak sebagai
khalifah di muka bumi dan yang menerima taqlif dan amanah karena dia terkait
dengan al-ilmu, al-bayan, al-aql dan dilengkapi ; adalah al-tamyizz. (M Darwis Hude:
2006).5
Jika Anda memperhatikan perilaku orang orang di sekitar kita, kita bisa
mengetahui bahwa perilaku setiap orang sangat berbeda karena setiap orang memiliki
dengan kemampuan orang lain. Dengan kata lain, kemampuan setiap orang tidak
sama, dan ditinjau dari kemampuan berpikir, sikap dan tingkah laku secara
keseluruhan. Dalam setiap studi manusia, berulang kali ditetapkan bahwa setiap orang
4
Ibid Hal 201
5
Ibid Hal 209
4
berpikir dan merasa berbeda, yaitu. bahwa gerakan mereka juga berbeda satu sama
lain.
perilaku, orientasi tugas, berjuang dalam setiap usaha yang diperjuangkannya yaitu
bersifat individual. Pada kenyataannya, tidak ada individu yang persis sama dengan
yang lain kecuali mereka benar-benar berfungsi dalam spesies manusia berkat
karena hakikat istilah Syakhshiyyah tidak mencerminkan nilai-nilai inti Islam. Nilai-
nilai inti Islam yang merujuk pada kepribadian lebih mengacu pada substansi Manusia
meliputi materi fisik, materi spiritual dan substansi nafsanii. Ketiga zat ini bisa
dibedakan dengan jelas, tetapi tentu saja tidak dapat dipisahkan. Materi fisik adalah
aspek manusia apa itu materi. Bentuk dan keberadaannya nyata manusia sebagai
Dengan kata lain terdiri atas susunan fisik organisme. Organisme fisik manusiaa lebih
mempunyai unsur materi yang persis secara lahiriah, yaitu terbuat dari api, air,udara
dan tanah. Empat elemen merupakan bahan abiotik (mati). Dia hidup ketika diberikan
6
Ibid Hal 216-2018
5
energi kehidupan fisik (al-Thâqah al-Jismiyyah). Energi Hidup ini biasa dibilang
nyawa karena nyawa orang bisa hidup. Dengan kekuatan ini tubuh manusia bisa
bernafas, Merasa panas-dingin, haus, lapar, pahit, sakit dan sebagainya indera
apa hakikat hidup. Pikiran berbeda dengan pikiran batin Dalam terminologi psikologi,
penyebab dari pikiran lebih besar dibandingkan dengan pikiran yang lebih merupakan
Dan terakhir adalah substansi Nafsan. Sebagian besar terjemahan bahasa Indonesia
mendefinisikan nafs sebagai jiwa atau diri. Namun, nafs dalam pembahasan ini
sehingga Menciptakan peluang yang mungkin tapi sebenarnya bisa kapan orang
sedang mengerjakannya. Setiap komponen yang ada memiliki kekuatan latin yang
Agama sangatlah penting terhadap sikap dan perilaku atau perilaku seseorang
karena, agama memiliki pengaruh yang lumayan besar, karena bagaimana cara
berpikir seseorang, menghargai setiap kejadian yang terjadi dalam hidup dan
bertindak atau perilaku. Artinya apakah ada kesadaran beragama atau tidak
7
Gumiandari,Septi. Kepribadian Manusia Dalam Prespektif Psikologi Islam, Telaah
Kritis atas Psikologi Kepribadian Modern .Holistik Vol 12 Nomer 01,Juni 2011. Hal 280
6
mempengaruhi tingkah laku seseorang dalam kehidupan sehari hari atau tidak.
Kesadaran ber-agama adalah bagian atau aspek yang ada (dirasakan). dalam arti yang
dapat dicoba melalui introspeksi lebih untuk berbicara bahwa itu merupakan aspek
bahwa kesadaran manusia adalah beragama itu adalah stabilitas jiwa untuk
Orang dengan kesadaran beragama yang stabil dapat melakukan ini juga
menunjukkan kepribadian yang kuat. Hal ini karena persepsi keagamaan merupakan
2004). Karena agama mencakup semua fungsi jiwa dan raga manusia, maka persepsi
agama juga mencakup aspek kognitif (ilmu agama), afektif (perasaan ganda karena
Pertama: Faktor dari dalam, yaitu adanya sesuatu yang dibawa sejak lahir di mana
bayi yang baru lahir memiliki kemurnian (fitrah) dan mensucikan diri dari segala dosa
dan sifat religius. Kedua:Faktor dari dalam, yaitu lingkungan sosial, lingkungan
8
Surwan,Dkk. Psikologi Pekembangan Agama: Sebuah Tahapan Perkembangan Agama
dan Manusia. (Yogyakarta: 2020). Hal 2
7
2. JIWA
1. Pengertian Jiwa
Pembahasan jiwa agama dalam psikologi agama adalah sebuah disiplin ilmu
yang mempelajari hubungan antara psikologi manusia dan agama. Dalam konteks ini,
jiwa agama diartikan sebagai aspek kejiwaan manusia yang terkait dengan keyakinan,
Beberapa konsep penting yang terkait dengan jiwa agama dalam psikologi agama
antara lain:
manusia terhadap keberadaan yang lebih besar dari dirinya sendiri, seperti Tuhan
atau kekuatan kosmik lainnya. Konsep ini terkait dengan aspek keagamaan yang
seseorang terhadap hal-hal yang bersifat keagamaan. Keyakinan ini dapat berupa
dogma, doktrin, atau nilai-nilai yang diyakini oleh individu atau kelompok
keagamaan.
atau tindakan yang dikerjakan oleh seseorang atau kelompok dalam rangka
memenuhi tuntutan agama atau spiritualitas. Praktik ini dapat berupa ritual, doa,
Dalam psikologi agama, jiwa agama dipelajari dengan cara memahami bagaimana
8
meningkatkan kesejahteraan subjektif, dan memperbaiki koping dalam menghadapi
situasi sulit.
Namun, ada juga beberapa kritik terhadap penelitian tentang jiwa agama dalam
keagamaan dan keyakinan dapat membuat sulit untuk memahami secara umum
Jiwa agama dalam psikologi agama merupakan konsep yang merujuk pada
pengaruh keyakinan agama atau spiritualitas pada dimensi psikologis manusia, seperti
psikologi agama untuk memahami hubungan antara jiwa agama dan kesehatan mental
manusia.
Salah satu pendekatan yang umum digunakan adalah pendekatan kognitif yang
manusia. Keyakinan agama dan spiritualitas dapat memberikan harapan dan arti pada
hidup manusia, serta membantu dalam memahami dan menerima situasi yang sulit.
pertanyaan-pertanyaan tentang makna hidup dan kematian. Dalam hal ini, agama dan
spiritualitas dapat memberikan makna dan tujuan hidup, serta membantu manusia
agama. Pendekatan ini menekankan pada konsep-konsep psikologi yang lebih dalam,
seperti konflik dan pertahanan diri. Dalam hal ini, keyakinan agama dapat berfungsi
9
Berdasarkan penelitian, keyakinan agama dan spiritualitas dapat memberikan
manfaat kesehatan mental dan kesejahteraan pada manusia. Keyakinan agama dapat
kesulitan hidup. Namun, terdapat pula kemungkinan adanya efek negatif jika
berbagai pendekatan untuk memahami hubungan antara jiwa agama dan kesehatan
mental manusia, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa keyakinan agama dapat
Hubungan yang harmonis antar umat beragama keyakinan dan dedikasi untuk
masalah kejiwaan manusia yakni dengan sikap menyerahkan diri kepada sesuatu yang
transenden. Sikap menyerahkan diri ini memberikan sikap optimis terhadap diri sendiri
sesuatu, sehingga ada timbul perasaan positif berupa rasa senang, gembira, puas dan
Kebutuhan ini bisa kita sebut keinginan manusia untuk menemukan makna hidup.
Manusia sebagai makhluk yang selalu memberi makna pada hidupnya, dan seseorang
tidak bisa hidup tanpa makna dalam kehidupan manusia pada tingkat manusia. Itu
sebabnya orang mencari solusi melalui norma agama dan keyakinan. Manusia ingin
meninggikan jiwanya, ingin membela diri hidupnya di dunia dan di masa depan. Itu
sebabnya orang punya kebutuhan mendasar akan nilai-nilai metafisika dan aturan
10
aturan agama agar menghindari kekacauan, ketegangan, ketakutan melahirkan
keyakinan .9
9
Hamali, Syaiful. Terapi Agama Terhadap Problematika Psikis Manusia. Psikologi
Agama. Vol.IX, No.2/Juli-Desember/2014. Hal 17
11
KESIMPULAN
lainnya, diberikan akal yang mana akal ini tidak dimiliki oleh makhluk ciptaan Tuhan
yang lain. Pada hakekatnya, manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Dia adalah yang
sangat sempurna dari semua makhluk yang lain dan memiliki alasan akal yang tidak
dimiliki oleh makhluk lain yang diciptakan oleh Tuhan.Oleh karna itu, harus digunakan
dengan baik Manfaat yang Tuhan berikan kepada manusia bagaimana manfaat tersebut
Pertama: Faktor dari dalam, yaitu adanya sesuatu yang dibawa sejak lahir di mana bayi
yang baru lahir memiliki kemurnian (fitrah) dan mensucikan diri dari segala dosa dan
sifat religius. Kedua:Faktor dari dalam, yaitu lingkungan sosial, lingkungan keluarga, dan
Jiwa agama dalam psikologi agama merujuk pada pengaruh keyakinan agama
atau spiritualitas pada dimensi psikologis manusia. Terdapat berbagai pendekatan untuk
memahami hubungan antara jiwa agama dan kesehatan mental manusia, dan hasil
12
DAFTAR PUSTAKA
Kritis atas Psikologi Kepribadian Modern .Holistik Vol 12 Nomer 01,Juni 2011.
Hamali, Syaiful. Terapi Agama Terhadap Problematika Psikis Manusia. Psikologi Agama.
Vol.IX, No.2/Juli-Desember/2014.
Hawi, Akmal. Seluk Beluk Ilmu Jiwa Agama. Rajawali Pers, Jakarta: 2014.
Koenig, H. G., King, D. E., & Carson, V. B. (2012). Handbook of religion and health.
Paloutzian, R. F., & Park, C. L. (Eds.). (2013). Handbook of the psychology of religion
2012.
13