Pendahuluan
Modul ini merupakan modul ke-2 dari 12 modul mata kuliah PAI.
Tuhan dalam Bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari kata lord
dalam bahasa Ingris, segnor dalam bahasa Latin, senhor dari baha-
sa Portugis, dan maulaya/sayyidi dalam bahasa Arab. Semua kata di
atas menyaran pada makna “tuan”. Kata Tuhan berasal dari kata “tuan”
yang mengalami gejala bahsa paramasuai sehingga diberi bunyi “h”
seperti empas menjadi hempas, embus menajdi hembus.
Makna sejati Tuhan itu sebenarnya apa? Sampai detik ini makna
sejati Tuhan tidak ada kata sepakat dikalangan sarjana theology dan
masih memusingkan manusia selama berabad-abad. Dalam khazanah
pemikiran Islam diskusi tentang Tuhan adalah pembicaraan yang ti-
dak pernah tuntas dan selalu menjadi polemik. Dalam kajian Islam
ilmu yang membicarakan tentan Ketuhanan disebut “Ilmu Kalam” dan
pengkajinya disebut dengan Mutakalim, adapun dalam kajian Tuhan
di dunia Kristen atau Barat, disebut ilmu Theologi. Pembuktian Tuhan
dapat dilakukan melalui pendekatan psyikologi, theologis, sosiologis
dan filososfis.
Pembahasan tentang spiritualitas tidak pernah bisa dilepaskan dari
pembahasan tentang Tuhan. Hal itu mengingat spirit yang dalam baha-
sa al-Qur’an sering disebut roh, merupakan anugrah Tuhan yang dile-
takan dalam diri manusia. Adayanya roh atau spirit membuat manusia
mengenal Tuhan dan dapat merasakan nikmatya patu pada sesuatu
yang dianggap suci. Dalam prespektif Islam “spirit” sering didiskripsikan
sebagai jiwa yang halus yang ditiupkan oleh Tuhan ke dalam diri ma-
nusia atau sering disebut dengan istilah roh. Roh merupakan fitrah
manusia yang dnegan roh manusia mampu berhubungan dengan Tu-
han sebgaai kebenaran sejati. Roh menuurt Islam adalah suci, karena
Ia adalah karunia ilahi yang dipancarkan dari zat Tuhan. Roh berse-
mayam di dalam hati (qalb) sehingga dari hati memancarkan keinga-
nan, kemampuan dan perasaan. Salah satu pengaruh roh dalam diri
manusia adalah adanya potensi untuk mengenal yang baik dan buruk.
Dengan roh, manusia bisa mengetahui bahwa seharusnya Ia mengi-
kuti dan menjalankan hal-hal yang baik dan meninggalkan yang buruk.
Dengan adanya roh, manusia memiliki bakat untuk menjadi makhluk
yang baik dan berorientasi kepada kebenaran dan kebaikan Tuhan.
Pengalaman bertuhan (spritualitas) adalah pengalaman yang unik
dan autentik. Setiap manusia memiliki pengalaman yang khas dalam
merasakan kehadiran Tuhan. Pengalaman kebertuhanan sangat ber-
pengaruh terhadap kepribadian manusia. Saat ini manusia masuk pada
era modern yang dipengaruhi oleh arus globalisasi. Orientasi kehidupan
masyarakat modern adalah lebih menekankan aspek fisik-materialis.
Orientasi ini berdampak pada menjadikan aspek keberagamaan dan
spiritualitas terpojok ke wilayah pinggiran. Modernitas di segala bidang
sebagai akibat dari kemajuan ilmu dan teknologi melahirkan sikap
hidup yang materialistis, konsumtif, hedonis, mekanis, individualistis.
Akibatnya mansuai modern banyak kehilangan kehangatan spiritual,
ketenangan, dan kedamaian.
Dalam prespektif Islam manusia diciptakan seagai makhluk sem-
purna. Kesempurnaan manusia ditandai dengan kesiapan untuk ber-
bakti kepada Tuhan karena dalam dirinya telah ditiupkan salah satu
tajjali Tuhan yaitu roh. Ketika manusia masih menjaga dan memeliha-
ra fitrahnya itu, manusia hidup dekat dengan Tuhan. Namun, karena
godaan materi maka manusia sedikit demi sedikit mulai kehilangan
nuansa spiritual dan kehilangan superioritas roh sebagai penggerak
kehidupan manusia dalam koridor visi ilahi.
Dalam prespektif tasawuf kejatuhan manusia membuat Ia sema-
kin jauh dari Tuhan. Ketika manusia semakin jauh dari Tuhan maka
ia semakin jauh dari kebenaran dan kebaikan Tuhan. Manusia adalah
makhluk yang mneyimpan kotradiksi di dalam dirinya. Di satu sisi ma-
nusia adalah makhluk spiritual yang mengadung kebajikan, disisi lain
adalah makhluk material yang cenderung kepada keburukan. Dalam
kahzanah Islam ada tipologi jiwa manusia: 1) jiwa yang selalu tergerak
melakukan keburukan (an-nafs al-amarah bi as-su’), 2) jiwa yang selalu
tergerak pada mencela diri (an-nafs al-lawwamah), 3) Jiwa yang tenag
(an-nafs al-mutma’innah).
Dalam modul ini kita mengkaji tentang konsep dan pembuktian
Tuhan, konsep spritualitas sebagai landasan kebertuhanan, alasan
manusia membutuhkan spiritualitas dan landasan ketuhanan dalam
membangun Islam yang damai. Setelah menguasai modul Kedua ini,
mahasiswa dapat menjelaskan dan memahami konsep dan pembuk-
tian Tuhan, konsep spritualitas sebagai landasan kebertuhanan, alasan
manusia membutuhkan spiritualitas dan landasan ketuhanan dalam
membangun Islam yang damai.
Secara lebih khusus setelah mempelajari modul ini anda diharapkan
dapat menjelaskan dan memahami:
1. Pembuktian Tuhan pendekatan theologis, psyikologis, sosiolo-
gis, filosofis
2. Konsep spritulitas dalam Islam
3. Alasan manusia membutuhkan spritualitas
4. Landasan ketuhanan membentuk hidup yang damai
Modul ini dibagi dalam 2 Kegiatan Belajar (KB):
1. Kegiatan belajar 1 : Pengertian Tuhan Dalam Islam
2. Kegiatan belajar 2 : Ketuhanan Sebagai Landasan Pelaksanaan
Ajaran Islam Yang Damai
Agar dapat berhasil dengan baik dalam mmepelajari modul ini, ikuti-
lah petunjuk belajar sebagai berikut:
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai
anda memahami untuk mempelajari modul ini, dan bagaimana
cara mempelajarinya
2. Bacalah modul ini secara seksama dan kerjakan semua latihan
yang ada
3. Perhatikan contoh-contoh yang diberikan pada setiap kegiatan
belajar
4. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi dengan kelompok
belajar anda.
44
Latha’if al-Isyarat menunjukkan bahwa roh memang lathifa (jiwa ha-
lus) yang ditempatkan Tuhan dalam diri manusia sebagai potensi untuk
membentuk karakter yang terpuji.
Roh merupakan semacam sim card ketuhanan yang dengannya ma-
nusia mampu berhubungan dengan Tuhan sebagai kebenaran sejati
(al-haqiqah). Karena adanya roh manusia mempunyai bakat bertuhan,
artinya roh-lah yang membuat manusia mengenal Tuhan sebagai po-
tensi bawaan lahir. Dengan adanya roh, manusia mampu merasakan
dan meyakini keberadaan Tuhan dan kehadirannya dalam setiap
fenomena di alam semesta ini. Melalui kajian neurosains, bakat ber-
tuhan dapat dicari jejaknya dalam bagian-bagian otak yang dianggap
terkait dengan kecerdasan spiritual.
Yang dimaksud fitrah Allah pada ayat ini adalah ciptaan Allah. Manu-
sia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid.
Kalau ada manusia yang tidak beragama (bertuhan) maka hal itu tida-
klah wajar dan dapat terjadi karena lingkungan.
RANGKUMAN
Tuhan merupakan dzat yang ada dan esa. Tuhan merupakan pen-
cipta (Khaliq) bagi alam semesta termasuk manusia. Pembuktian terh-
adap keberadaan Tuhan dapat di buktikan melalui pendekatan psyikol-
ogis, sosiologis, filosofis dan theologis. Ilmu yang mempelajari tentang
Ketuhanan disebut dengan Ilmu Kalam orang yang mempelajarinya
disebut Mutakalim, dalam tradisi keilmuan Kristen/Barat disebut ilmu
Theologi.
Pembahasan tentang spiritualitas tidak pernah bisa dilepaskan dari
pembahasan tentang Tuhan. Hal itu mengingat spirit yang dalam baha-
sa al-Qur’an sering disebut roh, merupakan anugrah Tuhan yang dile-
takan dalam diri manusia. Adayanya roh atau spirit membuat manusia
mengenal Tuhan dan dapat merasakan nikmatya patuh pada sesuatu
yang dianggap suci (Tuhan).
LATIHAN
LATIHAN