Anda di halaman 1dari 22

BAGAIMANA

MANUSIA
BERTUHAN?
Kelompok 1

- Rusnia IkaPratiwi 1701619042


- Jasmine Larasati Santoso 1701619051
- Rana Shabilah 1701619110
- Hane’mis Ida Disit Besar 1701619114
A. Menelusuri Konsep Spiritualitas
sebagai Landasan Kebertuhanan

3
Apa itu Spiritual ?

spiritual a berhubungan dengan spirituality dalam kamus bahasa Inggris


atau bersifat kejiwaan (rohani,
batin) ar-rūḫānī (‫ ) ا لروحاني‬dalam bahasa Arab.
spiritualisasi n pembentukan jiwa;
penjiwaan kamus Webster, bahasa Latin :“spiritus”
spiritualisme n 1 aliran filsafat yang berarti “napas” dan kata kerja
yang mengutamakan kerohanian: “spipare” yang berarti “untuk bernapas”
ia menumpahkan perhatian pada
ilmu-ilmu gaib, seperti mistik dan --;
2 kepercayaan untuk memanggil
roh orang yang sudah meninggal; 3
spiritisme

4
Menurut para ahli :

■ Doe (dalam Muntohar, 2010: 36), ■ Ahmad Suaedy, spiritualitas =


spiritualitas = dasar bagi tumbuhnya dorongan bagi seluruh tindakan
harga diri, nilai-nilai, moral dan manusia, maka spiritualitas baru
rasa memiliki. Spiritualitas adalah bisa dikatakan dorongan bagi
kepercayaan akan adanya kekuatan respons terhadap problem-problem
non-fisik yang lebih besar daripada masyarakat konkret dan
kekuatan diri kita. kontemporer.
■ Zohar, spiritualitas = kemampuan ■ Ginanjar (2004: 107-109),
internal bawaan otak dan jiwa spiritualitas = energi dalam diri
manusia, yang sumber terdalamnya yang menimbulkan rasa kedamaian
adalah inti alam semesta sendiri. dan kebahagiaan tidak terperi yang
senantiasa dirindukan kehadirannya.
■ Perspektif Islam, ‘spirit’ = jiwa
halus yang ditiupkan oleh Tuhan ke
dalam diri manusia.

5
Roh merupakan fitrah manusia

Roh (spirit) membuat manusia dapat mengalami pengalaman batin atau sering pula
disebut dengan pengalaman rohani.

Perbedaan spiritualitas dan religiositas.

Religiositas menyaran pada eskpresi keagamaan seseorang,


Sedangkan spritualitas menyaran pada ekspresi rasa bertuhan.
 

Kata “spiritual” >< “material”

material dikaitkan dengan hal-hal yang tampak, bersifat lahir, dan mudah terserap
oleh pancaindra,
spiritual dikaitkan dengan sesuatu yang bersifat abstrak dan metafisik.

6
Paradigma

Nasib manusia turut ditentukan oleh karakternya,


karakter ditentukan oleh budaya.
Budaya ditentukan oleh kebisaaan.
Kebisaaan ditentukan oleh sikap,
dan akhirnya sikap dipengaruhi oleh paradigma.

Paradigma adalah cara pandang manusia terhadap sesuatu.


Paradigma kita tentang hidup dan kehidupan akan mempengaruhi corak karakter
kita.

Apabila paradigma kehidupan dikelompokkan ke dalam dua bentuk


spiritualisme dan materialisme, maka karakter yang dibentuk pun akan
mencerminkan kedua paradigma tersebut.

7
B. Mengapa manusia memerlukan
spiritualitas?

8
Mengapa kesadaran spiritual dikaitkan erat dengan kesadaran
ketuhanan?

Karena dalam bahasa agama ‘spirit’ adalah ‘rohani/roh’, roh sendiri di dalam Al-Quran
mengacu pada banyak objek, diantaranya ‘wahyu’ sebagaimana disebutkan dalam surah
Asy-Syu’ara’(26) : 52. Begitu juga dapat dimaknai ‘amr Tuhan’ (urusan Tuhan)
sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Isra’(17) : 85.

Menurut Saifuddin Aman :


spiritualitas = puncak kesadaran ilahiah.
Kesadaran yang dimaksud adalah kesadaran spiritual (al-wa’yu ar-ruhani) dan
kesadaran ketuhanan (al-wa’yu al-ilahi).

Jika kita tidak memiliki spiritualitas (rohani), hati kita akan mati, tidak akan mengerti
ilmu-ilmu agama, cara beribadah, bahkan tidak punya tujuan hidup.
Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk mulia tetapi Al-Quran juga
memperingatkan manusia bahwa mereka akan mengalami kejatuhan apabila perilakunya
didominasi oleh hawa nafsu.

9
Penguatan spiritual, bagaimana ?

■ Diperlukan pelatihan jiwa ■ Dengan tasawuf. Karena tasawuf


secara berkesinambungan, adalah salah satu media
memadukan tafakkur wa mendekatkan diri kepada Tuhan
ta’ammul (olah pikir), dan tasawuf memiliki prinsip
positif seperti muhasabah
tadzawwuq (olah rasa),
(intropeksi diri) lalu berdzikir
riyadhah (olah jiwa), dan
sebanyak-banyaknya kepada
rihlah wa jihad (olah raga). Allah swt. Sebagai sumber
motivasi dan nilai yang dapat
menjadi acuan hidup sehingga
manusia selalu berada di atas
sunnatullah dan shirathal
mustaqim.

10
C. Menggali Sumber Psikologis,
Sosiologis, Filosofis, dan Teologis
tentang Konsep Ketuhanan

11
1. Bagaimana Tuhan Disembah oleh Masayarakat dalam
Perspektif Psikologis?

ditemui dua perspektif yang berbeda tentang potensi bertuhan


dalam diri manusia :
Perspektif neurosains dan perspektif spiritual
Melalui kajian neurosains, bakat bertuhan dapat Manusia secara nature dapat merasakan Yang
dicari jejaknya dalam bagian-bagian otak yang Gaib karena di dalam dirinya ada unsur
diangap terkait dengan kecerdasan spiritual. spirit. Spirit sering digambarkan dengan jiwa
Penelitian di bidang neurosains yang mendukung halus yang ditiupkan oleh Tuhan ke dalam
hipotesis bahwa dalam diri manusia terdapat diri manusia. Roh merupakan semacam sim
hardware Tuhan : card ketuhanan yang dengannya manusia
1. Penelitian terhadap osilasi 40 hz yang mampu berhubungan dengan Tuhan sebagai
kemudian melahirkan kecerdasan kebenaran sejati (al-ḫaqīqah). Dengan
spiritualnya Danah Zohar. adanya roh, manusia mampu merasakan dan
2. Penelitian tentang alam bawah sadar yang meyakini keberadaan Tuhan dan kehadiran-
melahirkan teori tentang suara hati dan EQ. Nya dalam setiap fenomena di alam semesta
3. Penemuan God spot dalam temporal di ini.
sekitar pelipis.
4. Kajian tentang somatic maker.

12
2. Bagaimana Tuhan dirasakan kehadiranya dalam
Perspektif Sosiologis?

animisme politeisme monoteisme

Tahap animisme : Manusia percaya bahwa semua benda memiliki jiwa atau roh yang
dapat memberi pertolongan kepadanya.
Tahap politeisme : Manusia telah mengenal konsep-konsep tentang Tuhan / dewa.
Namun Tuhan / dewa tersebut banyak jumlahnya. Mereka mulai menyembah Tuhan-
Tuhan mereka sesuai dengan keyakinan yang mereka yakini yaitu mampu memberi
pertolongan kepada mereka.
Tahap monoteisme : Manusia memiliki konsep tentang Tuhan / dewa yang esa, yang
tidak terbagi-bagi.

13
3. Bagaimana Tuhan Dirasionalisasikan dalam Perspektif
Filosofis?

Menurut Mulyadhi Kartanegara,

1. dalil al-ḫudūts 2. dalil al-īmkān (dalil 3. dalil al-‘ināyah (argumen


kemungkinan) teleologis)

Al-Kindi : Tuhan dikatakan sebagai Ibnu Sina : Wujud (eksistensi) Ibnu Rusyd : Didasari oleh
sebab pertama, yang menunjukkan itu ada, bahwa setiap wujud pengamatan atas
betapa Ia adalah sebab paling yang ada bisa bersifat niscaya keteraturan dan
fundamental dari semua sebab- atau potensial (mumkīn). keterpaduan alam
sebab lainnya yang berderet Wujud niscaya adalah wujud semesta. Berdasarkan
panjang. Sebagai sebab pertama, yang esensi dan eksistensinya pengamatan tersebut
maka Ia sekaligus adalah sumber sama. Ia memberikan wujud ditarik kesimpulan bahwa
bagi sesuatu yang lain, yakni alam kepada yang lain, yang alam ini pasti karya
semesta. bersifat potensial (mumkīn). seorang perancang
hebat.

14
4. Konsep tentang Tuhan dalam Perspektif Teologis

Dalam perspektif teologis, masalah ketuhanan, kebenaran, dan keberagamaan harus


dicarikan penjelasannya dari sesuatu yang dianggap sakral dan dikultuskan karena
dimulai dari atas (dari Tuhan sendiri melalui wahyu-Nya).

Artinya, kesadaran tentang Tuhan, baik-buruk, cara beragama hanya bisa diterima
kalau berasal dari Tuhan sendiri.

15
D. Membangun Argumen tentang
Cara Manusia Meyakini dan
Mengimani Tuhan

16
Keimanan

Keyakinan
Keimanan
Indikator
Praktis

Keyakinan : pembenaran terhadap suatu konsep (dalam hal ini konsep tentang Tuhan)
sehingga ia menjadi aturan dalam hati yang menunjukkan hukum sebab akibat, identitas
diri, dan memengaruhi penilaian terhadap segala sesuatu, serta dijalankan dengan penuh
komitmen

Indikator praktis : ditengarai dari sikap dan perilaku yang dilakukan manusia

17
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi
Visi Ilahi untuk Membangun Dunia
yang Damai

18
Visi Ilahi untuk dunia yang damai

Dalam perspektif Islam, manusia diciptakan sebagai makhluk yang sempurna. Namun,
karena godaan materi, maka manusia mulai kehilangan nuansa spiritual dan
superioritas roh.
Dalam perspektif tasawuf, kejatuhan manusia membuat ia semakin jauh dari Tuhan.
Manusia adalah makhluk yang menyimpan kontradiksi di dalam dirinya.

Agar manusia dapat tetap konsisten dalam kebenaran Tuhan, maka manusia dituntut
untuk membangun relasi yang baik dengan Tuhan. Jika relasi sudah baik, maka ia
akan dapat melihat segala sesuatu dengan visi Tuhan (Ilahi).
Visi Ilahi inilah yang saat ini dibutuhkan oleh umat manusia sehingga setiap tindak
tanduk dan sikap perilaku manusia didasari dengan semangat kecintaan kepada
Tuhan sebagai manifestasi kebenaran universal dan pengabdian serta pelayanan
kepada sesama ciptaan Tuhan.

19
Pertanyaan wajib

■ ADINDA : bagaimana jika seseorang tidak memercayai adanya Tuhan dan


tidak percaya bahwa yang menciptakan dunia ini adalah Tuhan?
■ FARISSA : menurut anda, bagaimana jika ada manusia yang tidak dapat
mengaktualisasikan potensi spiritual dalam dirinya?
■ EKA : apa yang mengakibatkan kadar manusia bisa naik dan turun dan
bagaimana cara meyakinkan hati agar selalu beriman kepada Allah?
■ TORIQ : jelaskan peran penting tasawuf dalam membangun spiritualitas
manusia

20
Pertanyaan Sunah

■ Kel 3 :
- Gusti : Diantara al Quran dan hadis adakahyang menyatakan bahwa
manusia harus bertuhan?
■ Kel 4:
-Nefaorin : Bagaimana implementasi dari visi ilahi kebertuhanan dan
spiritualitas dalam lingkungan akademik dan profesional
■ Kel 5:
-Anggie : Menurut kalian bagaimana jika seseorang meyakini salah satu
ajaran agama lain?
■ Kel 6:
-Rizkya: Bagaimana menyadari mereka yang mempercayai orang orang
yang animisme dan dinamisme ubtuk kembali ke jalan yang benar

21
Pertanyaan Mubah

■ Kel 7:
-Nurul : Bagaimana menyeimbangkan tiga komponen tasawuf
■ Kel 8
-Wildan : Apakah kita sebagai muslim akan terpengaruh dengan hal
hal seperti kpop dan film barat. Dan bagaimana cara kita melindungi
iman kita
■ Kel 9
-Rizka Gabrie : Perspektif yang paling banyak diyakini dan diikuti
oleh banyak orang, dan jelaskan alasannya

22

Anda mungkin juga menyukai