DOSEN PENGAMPU:
Drs. Rohmi Lestari, M.Pd.
NIP. 196812012008012023
DISUSUN OLEH :
Mayla Luluk Nuriana (E3120178)
Resume Disusun Sebagai Syarat Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam
D. Ijtihad
Dari segi bahasa berarti sungguh-sungguh atau mencurahkan segala daya
dalam berusaha. Secara terminology, ijtihad berarti pengerahan segenap
kemampuan oleh mujtahid untuk mendapatkan hukum syara’ yang bersifat
zany tentang suatu masalah. Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan :
1. Pelaku Ijtihad adalah seorang ahli fikih atau hukum islam
2. Hal yang ingin dicapai ijtihad adalah hukum syar’i yaitu hukum islam
yang berhubungan dengan tingkah laku dan perbuatan orang dewasa
bukan hukum akidah atau hukum akhlak.
3. Status hukum syar’i yang dihasilkan oleh ijtihad adalah zany.
Ulama bersepakat bahwa ijtihad dibenarkan jika dilakukan oleh yang
memenuhi syarat dan dilakukan di medannya. Medan ijtihad meliputi :
1. 1.Masalah masalah baru yang hukumnya belum di tegaskan di dalam Al
Qur’an dan
2. hadis
3. 2.Nash nash zanny dan dalil yang di perselisihkan
4. Hukum Islam yang ta’aqquly
Ijtihad hanya diperbolehkan bagi orang orang yang memenuhi syarat
sebagai mujtahid,adapun syarat syaratnya adalah:
1. Menguasai bahasa Arab untuk dapat memahami Al Qur’an dan hadis
yang
2. menggunakan bahasa Arab
3. Mengetahui isi dan sistem hukum Al Qur’an serta ilmu ilmu untuk
memahami Al Qur’an.
4. Mengetahui hadis hadis hukum dan ilmu ilmu yang berkenaan dengan
pembentukan hukum
5. Menguasai sumber sumber hukum islam dan cara cara menarik gaaris
garis hukum dari sumber sumber hukum islam.
6. Mengetahui dan menguasai kaidah kaidah fiqih (qawa’id al fiqhiyyah)
7. Mengetahui rahasia dan tujuan hukum hukum islam
8. Jujur dan ikhlas
Ada beberapa istilah terkait Ijtihad, sebagai berikut :
1. Taqlid : beramal berdasarkan pendapat orang lain tanpa berdasarkan dalil
atau mengetahui dalilnya. Taqlid wajib bagi orang yang tidak memenuhi
persyaratan itjihad, tetapi jangan sampai terjerumus dalam fanatic mazhab
yang berlebih-lebihan.
2. Ittiba’ : mengamalkan pendapat orang lain dengan mengetahui dalilnya
3. Talfiq : beramal dalam suatu masalah atas dasar hukum yang terdiri atas
gabungan dua mazhab atau lebih
BAB III BUKU DIKTI
Bagaimana Agama Menjamin Kebahagiaan
D. Berkepribadian Islami
Sikap kepribadian muslim tercermin dalam beberapa aspek berikut
1. Ruhiyah (ma’nawiyah)
Tarbiyah ruhiyah adalah dasar dari seluruh bentuk tarbiyah,
menjadi pendorong untuk beramal saleh, dan juga memperkokoh jiwa
manusia dalam menyikapi berbagai problematika kehidupan. Aspek sangat
terkait dengan a’nawiyah yaitu
1) Aspek akidah : ruhiyah yang baik akan melahirkan akidah yang
lurus dan kokoh, dan sebaliknya. Jika ingin akidahnya terbangun
dengan baik, ruhiyah harus dikokohkan.
2) Aspek akhlak : bukti tingkah laku dari nilai yang diyakini
seseorang. Akhlak bagian penting dari keimanan. Terawatnya ruhiyah
akan membuahkan bagusnya akhlak seseorang.
2. Fikriyah (‘aqliyah)
Kejernihan fikriyah dan kekuatan akal seseorang akan
memunculkan amalan, kreativitas, dan akan lebih dirasakan daya manfaat
seseorang untuk orang lain.
1) Wawasan keislaman: seorang muslim wajib memperluas wawasan
keislaman, karena akan memperkokoh keyakinan keimanan dan daya
manfaat diri untuk orang lain.
2) Pola pikir islami : semua alur berpikir seorang muslim harus
mengarah dan bersumber pada satu sumber, yaitu kebenaran dari
Allah Swt.
3) Disiplin dan tetap (tsabat): dalam kehidupan ini tidak terlepas dari
ujian, rintangan, dan tantangan serta hambatan. Ujian tersebut tidak
akan berakhir sebelum napasnya berakhir.
3. Amaliyah
Amaliyah harakiah yang mengubah kehidupan seorang mu’min
menjadi lebih baik, hal ini penting karena satu di antara tiga tuntutan iman
dan islam seseorang. Tiga tuntutan seseorang yaitu al-iqror bil-lisan
(mengucapkan dengan lisan), at-tashdiq bil-qalb (meyakini dengan hati),
al-amal bil-jawarih (beramal dengan seluruh anggota badan). Alasan
seseorang harus beramal ada tiga, yaitu:
1) Kewajiban diri sendiri : Sebagai hamba Allah Swt, manusia
tentunya harus menyadari bahwa dirinya diciptakan bukan untuk hal
yang sia-sia..
2) Kewajiban terhadap keluarga : Seseorang dituntut untuk beramal
karena terkait dengan kewajibannya membentuk keluarga yang
islami, sebab tidak akan terbentuk masyarakat yang baik tanpa
melalui pembentukan keluarga yang baik dan islami.
3) Kewajiban terhadap dakwah : Beramal harakiah bagi seorang
muslim bukan hanya atas tuntutan kewajiban diri dan keluarganya,
melainkan juga tuntutan dakwah secara individu dan sosial.
BAB IV BUKU DIKTI
Mengintegrasikan Iman, Islam, dan Ihsan dalam membentuk insan kamil?