Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KARAKTERISTIK DAN URGENSI SPIRITUAL

Disusun Oleh :

1. Andra Alif Romadhoni ( V1321007 )


2. Andrian Nino Maulana ( V1321008 )
3. Thoriq Al Hamid Husaini ( V1321079 )

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

FAKULTAS SEKOLAH VOKASI

MANAJEMEN PEMASARAN

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Adler, manusia adalah makhluk yang sadar, yang berarti bahwa ia
sadar terhadap semua alasan tingkah lakunya, sadar inferioritasnya, mampu
membimbing tingkah lakunya, dan menyadari sepenuhnya arti dari segala
perbuatan untuk kemudian dapat mengaktualisasikan dirinya.

Setiap orang memiliki pengalaman yang khas dalam hal merasakan kehadirat
Tuhan. Pengalaman bertuhan dapat menjadi bagian yang sangat erat dan
mempengaruhi kepribadian seseorang. Setiap manusia memiliki pengalaman kuat
mengenai kehadirat Tuhan, Namun seiring berkembangnya zaman dan teknologi,
menghilangkan kehangatan dan keeratan spiritual manusia terhadap Tuhan
sehingga kurang memaknai hidup secara benar dan kurang mengerti dirinya.

Perlunya spiritualitas dalam diri manusia sekarang yang masuk zaman


modernisasi, kemajuan ilmu dan teknologi melahirkan sikap hidup yang
materialistis, hedonis, konsumtif, mekanis, dan individualistis. Akibatnya,
manusia modern banyak kehilangan kehangatan spiritual, ketenangan, dan
kedamaian. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT, Allah menciptakan
manusia untuk beribadah kepada-Nya dan untuk melakukan hal-hal yang baik
kepada sesama manusia. Beribadah adalah suatu perbuatan yang dilakukan pada
manusia untuk menyembah Tuhan-Nya, melaksanakan perintah-Nya dan mudah
larangannya.

Manusia yang berketuanan adalah manusia dengan kebersihan hati


menggunakan mata hati mengenali tuhan-Nya benar benar yakin bahwa tuhan itu
ada.Tuhan adalah Yang Maha kuasa, dimana kuasa Tuhan terus ada pada setiap
apa yang ada dan pada setiap apa yang terjadi di alam semesta ini, hanya karena
kuasa tuhanlah semua itu ada dan hanya karena kuasa tuhanlah semua terjadi.
Dalam bagimana manusia Ber-Tuhan, kalian bisa melihat dalam dunia ini, ada
manusia yang ber-Tuhan tapi tidak ber-Agama, begitu juga jadi ada manusia yang
ber-Agama tetapi tidak ber-Tuhan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian spiritualitas?

2. Bagaimana perkembangan spiritual dalam kehidupan manusia?

3. Apa saja karakteristik spiritual?

4. Manusia memerlukan urgensi spiritual?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari spiritualitas


2. Untuk mengetahui perkembangan spiritualitas dalam kehidupan manusia
3. Untuk mengetahui karakteristik spiritual
4. Untuk mengetahui arti dan alasan manusia memerlukan urgensi spiritual
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Spiritualitas

Pengertian spiritualitas menurut kamus Webster (dalam Hasan, 2006) kata


"spirit" berasal dari kata benda bahasa Latin "spiritus" yang berarti napas dan kata
kerja "spipare" yang berarti untuk bernapas. Melihat asal katanya, untuk hidup
adalah untuk bernafas, dan memiliki napas artinya memiliki spirit. Spiritualitas
merupakan pencerahan diri dalam mencapai tujuan dan makna hidup. Spiritualitas
merupakan bagian esensial dari keseluruhan kesehatan dan kesejahteraan
seseorang.

Doc (dalam Muntohar, 2010) mengartikan bahwa spiritualitas adalah dasar


bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral dan rasa memiliki Spiritualitas
memberi arah dan arti pada kehidupan. Spiritualitas adalah kepercayaan akan
adanya kekuatan non fisik yang lebih besar daripada kekuatan diri kita: suatu
kesadaran yang menghubungkan kita langsung kepada Tuhan, atau apapun yang
kita namakan sebagai sumber keberadaan kita.

Zohar (2001) mengatakan spiritualitas tidak harus berhubungan dengan


kedekatan seseorang dengan aspek ketuhanan, sebab menurutnya seorang humanis
ataupun atheis pun dapat memiliki spiritualitas. Dalam bukunya disebutkan bahwa
agama formal adalah seperangkat aturan dan kepercayaan yang dibebankan secara
eksternal. Ia bersifat top-down, diwarisi dari para pendeta, nabi dan kitab suci atau
ditanamkan melalui keluarga dan tradisi. Sedangkan spiritualitas adalah
kemampuan internal bawaan otak dan jiwa manusia, yang sumber terdalamnya
adalah inti alam semesta sendiri.
Spiritualitas adalah dorongan bagi seluruh tindakan manusia, maka
spiritualitas baru bisa dikatakan dorongan bagi respon terhadap problem-problem
masyarakat. Spiritualitas baru berbeda dengan bentuk istimewa yang lebih berupa
ajaran formal. Dalam konteks Islam, sebenarnya bisa dikatakan spiritualitas baru
dimaksudkan disini adalah kehidupan iman itu sendiri yang dalam Islam
dinyatakan dan bersumber pada kepercayaan utama yaitu “Tiada Tuhan selain
Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”. Pengakuan dan kesaksian dalam hati
itu tidak terjadi secara insidental melainkan terus menerus sepanjang hidup dan
karena itu merupakan tuntutan atas implementasi dari iman yakni seruan untuk
berbuat baik dan larangan berbuat jelek yang juga berlangsung. Secara terus-
menerus sepanjang hayat dan abadi sifatnya. Ketika pengakuan hati itu mewujud
dalam aktivitas, maka akan menjadi manusiawi dan karena itu tidak suci, dengan
demikian terbuka untuk kritik dan keberatan dan juga sebaliknya. Terbuka bagi
dukungan dari arah manapun. Dengan sendirinya ukuran tuntutan kebaikan dan
larangan buruk bersifat rasional dan mengikuti standar-standar kemanusiaan
universal belaka, sedangkan pengakuan dan kesaksian iman memberi dasar
komitmen.

Spiritualitas adalah pencarian dan perenungan akan keberadaan kekuatan di


luar kemampuan diri. Hal ini memerlukan sumber daya manusia yang memiliki
kemauan dan kemampuan intelektual dalam mengetahui sebab musababnya. Bell
Hooks seorang intelektual dari Amerika mengatakan kita bisa menyaksikan tidak
hanya dengan intelektual kita bekerja tetapi dengan diri kita sendiri, kehidupan
kita. Pada saat darurat, kita diminta untuk memberi semua yang ada pada diri kita
walaupun semua pekerjaan telah kita lakukan, tanpa masalah bagaimana kita
menjadi revolusioner cemerlang atau beraksi, kita akan kehilangan kekuatan dan
makna jika kita tidak memiliki integritas.

Dalam terminologi Islam, konsep spiritualitas berhubungan langsung dengan


Al Qur‟an dan Sunnah Nabi. Nasr (1994) menyatakan bahwa ayat-ayat Al Qur‟an
dan perilaku Nabi Muhammad mengandung praktik-praktik serta makna-makna
spiritual. Al Qur‟an maupun Sunnah nabi mengajarkan beragam cara untuk
meraih kehidupan spiritual yang tertinggi. Dalam sejarah Islam, aspek tradisi ini
dikenal sebagai (jalan menuju tuhan), yang sekarang lebih dikenal dengan
tasawuf. Tasawuf bertujuan untuk mempertahankan nilai-nilai Al Qur‟an dan
Sunnah Nabi melalui sikap hidup yang baik. Hal ini menyangkut kesucian batin
dari segala aspek, menjaga kejujuran, ketulusan, kesungguhan, kesederhanaan,
kepedulian, serta kemampuan untuk mencari dan memahami substansi islam
dalam maknanya yang paling dalam. (Adami, 2006:30)

Spiritualitas ialah kesadaran ruhani untuk berhubungan dengan kekuatan


besar, merasakan nikmatnya ibadah (mistik), menemukan nilai-nilai keabadian,
menemukan makna hidup dan keindahan, membangun keharmonisan dan
keselarasan dengan semesta alam, menangkap sinyal dan pesan di balik fakta,
menemukan pemahaman yang menyeluruh, dan berhubungan dengan hal-hal yang
gaib. (Aman, 2013:24)

Menurut Baharuddin (2004:135-136) Konsep psikologi islami ada istilah Al-


Ruh, sebagai dimensi spiritual psikis manusia. Dimensi dimaksudkan adalah sisi
psikis yang memiliki kadar dan nilai tertentu dalam system „organisasi jiwa
manusia‟. Dimensi spiritual dimaksudkan adalah sisi jiwa yang memiliki sifat-
sifat ilahiyah (ketuhanan) dan memiliki daya untuk menarik dan mendorong
dimensi-dimensi lainnya untuk mewujudkan sifat-sifat Tuhan daam dirinya.
Pemilikan sifat-sifat Tuhan bermakna memiliki potensi-potensi luhur batin.
Potensi-potensi itu melekat pada dimensi-dimensi psikis manusia dan memerlukan
aktualisasi.

Dimensi psikis manusia yang bersumber secara langsung dari Tuhan ini
adalah dimensi al-ruh. Dimensi al-ruh ini membawa sifat-sifat dan daya-daya
yang dimiliki oleh sumbernya, yaitu Allah. Dimensi al-ruh merupakan daya
potensialitas internal dalam diri manusia yang akan mewujud secara actual
sebagai khalifah Allah. (Baharuddin, 2004:136)

B. Perkembangan Spiritual
Menurut Westerhooff’s ada empat tingkatan perkembangan spiritual
berdasarkan kategori umur. Tingkat perkembangan spiritual yang pertama mulai
pada usia anak-anak, pada tingkat ini keyakinan yang ada mungkin hanya meniru
atau mengikuti ritual orang lain. Tingkat perkembangan spiritual yang kedua
terletak pada usia remaja akhir, di mana pada masa ini seseorang sudah mulai
pada keinginan akan pencapaian kebutuhan spiritual seperti keinginan atau berdoa
kepada sang pencipta, yang berarti sudah mulai membutuhkan pertolongan
melalui kepercayaan atau keyakinan. Tingkat perkembangan spiritual yang ketiga
terletak pada usia awal dewasa, pada masa ini seseorang akan berfikir rasional dan
kepercayaan atau kepercayaan terus dikaitkan dengan rasional. Tingkat
perkembangan spiritual yang keempat terletak pada usia pertengahan dewasa,
tahap perkembangan ini biasanya diawali dengan semakin tingginya keyakinan
diri yang dipertahankan meskipun menghadapi perbedaan keyakinan yang lain
dan lebih mengetahui akan keyakinan dirinya (Hidayat & Uliyah, 2014).

C. Karakteristik spiritual

Spiritualitas mempunyai suatu karakter, sehingga bisa diketahui bagaimana


tingkat spiritualitas seseorang. Karakteristik spiritual tersebut antara lain :

1.Hubungan dengan diri sendiri

Hubungan dengan diri sendiri mencakup bagaimana individu tersebut


mengetahui dirinya dan sikap pada diri sendiri. Pengetahuan tentang diri sendiri
seperti mengetahui identitas diri, siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya,
kemampuan, dll. Sikap yang dikuasai seperti percaya pada diri sendiri, percaya
pada kehidupan atau masa depan, harmoni atau keselarasan diri.

2.Hubungan dengan alam

Hubungan dengan alam menggambarkan bagaimana seorang individu


peka terhadap keadaan lingkungan di sekitarnya baik makhluk hidup maupun
benda mati. Individu mengetahui tanaman, pohon, mrgasatwa, iklim, cuaca, dan
lain sebagainya sebagai teman dalam kehidupan. Individu juga mampu
berkomunikasi dengan alam seperti berjalan kaki, bercocok tanam, serta
mengabadikan dan melindungi alam.

3.Hubungan dengan orang lain

 Harmonis : berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbale balik;


mengasuh anak, orang tua, dan orang sakit; meyakini kehidupan dan
kematian.
 Tidak harmonis : konflik dengan orang lain; resolusi yang menimbulkan
ketidakharmonisan dan friksi; hubungan dnegan ketuhanan.

4. Hubungan dengan ketuhanan

Melaksanakan kegiatan sembahyang dan berdoa dengan perlengkapan


keagamaan, serta bersatu dengan alam adalah cara berhubungan dengan Tuhan
pada seseorang memiliki spiritual yang baik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritualnya


apabila mampu :

–          Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadannya di


dunia/kehidupan.

–          Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu


kejadian atau penderitaan.

–          Menjalin hubungan positif dan dinamis melaluia keyakinan, rasa percaya,
dnan cinta.

–          Membina integritas personal dan merasa diri berharga.

–          Merasakan kehidupan yang terarah yang terlihat melalui harapan.

–          Mengembangkan hubungan antar manusia yang positif.


–          Mampu menjaga keseimbangan alam dengan tidak merusak alam serta
menjaga kelestarian alam sekitarnya.

D. Manusia memerlukan urgensi spiritualitas

Arti kata urgensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
ur.gen.si [n] keharusan yg mendesak; hal sangat penting:meningkatkan disiplin.
Maka urgensi spiritual yakni hal yang sangat penting dalam diri manusia yakni
keimanan.

Pengalaman bertuhan dapat menjadi bagian yang sangat erat dan


mempengaruhi kepribadian seseorang. Setiap manusia memiliki pengalaman kuat
mengenai kehadirat Tuhan. Namun seiring berkembangnya zaman dan teknologi.
Menghilangkan kehangatan dan keeratan spiritual manusia terhadap Tuban
sehingga kurang memaknai hidup secara benar dan kurang mengerti dirinya.

Zaman sekarang ini masuk dalam modernisasi di segala bidang sebagai akibat
dari kemajuan ilmu dan teknologi melahirkan sikap hidup yang materialistis,
hedonis, konsumtif, mekanis, dan individualistis. Akibatnya, manusia modern
banyak kehilangan kehangatan spiritual, ketenangan, dan kedamaian. Globalisasi
membuat ruang spiritual dalam diri kita mengalami krisis yang tidak lagi mengisi
ruang spiritual dengan hal-hal baik, namun dengan hal-hal buruk yang menjadikan
ekspresi kehidupan kita tampak ekstrem dan beringas. Dengan kata lain,
modernitas telah menggeser bahkan mencabut realitas Ilahi sebagai fokus bagi
kesatuan dan arti kehidupan. Ditandai dengan peminggiran aspek rohani yang
pada muaranya menghilangkan dimensi paling asasi dari eksistensi dirinya, yaitu
spiritualitas.

Hilangnya realitas Ilahi ini bisa mengakibatkan timbulnya gejala psikologis,


yakni adanya kehampaan spiritual. Akibat dari itu, maka tidak heran kalau akhir-
akhir ini banyak dijumpai orang yang stres dan gelisah karena tidak mempunyai
pegangan hidup.

Agar manusia kembali memiliki etika moral dan sentuhan manusiawi dalam
kehidupannya, maka penguatan spiritualitas perlu dilakukan. Untuk itu.
Diperlukan pelatihan jiwa secara sistematis, dramatis, dan berkesinambungan
dengan memadukan antara olah pikir, olah rasa, olah jiwa, dan olahraga.Sejalan
dengan itu, Sayyed Hossein Nasr menghimbau manusia modern untuk mendalami
dan menjalankan praktik tasawuf sebab tasawuflah yang dapat memberikan
jawaban-jawaban terhadap kebutuhan spiritual mereka.

Tasawuf mengandung prinsip-prinsip positif yang mampu mengembangkan


masa depan manusia, seperti melakukan intopeksi, baik berkaitan dengan
masalah-masalah vertikal maupun horizontal, kemudian meluruskan hal-hal yang
kurang baik. Prinsip positif lain adalah selalu berzikir (dalam arti yang seluas-
luasnya) kepada Allah SWT.. sebagai sumber gerak. Sumber kenormatifan,
sumber motivasi dan sumber nilai yang dapat dijadikan acuan hidup. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa tasawuf mempunyai peran dalam membangun spiritualitas
umat. Tasawuf dapat membuat manusia mengerem egosentrisme, dorongan hawa
nafsu, dan orientasi kepada materi yang berlebihan

Setiap orang mempunyai potensi spiritual. Namun, tidak semua orang mampu
mengaktualisasikan potensi spiritual tersebut menjadi kesadaran spiritual. Sadar
artinya tahu, mengerti, dan paham, lalu bertindak sesuai dengan tuntunan yang
dipahaminya, bahkan ia menghayati makna di balik sikap yang didasari
pemahaman tersebut. Orang yang memiliki kesadaran spiritual akan memiliki
beberapa karakter. Diantaranya, mampu menemukan kekuatan Yang Maha Besar,
merasakan kelezatan ibadah, menemukan nilai keabadian, menemukan makna dan
keindahan hidup, membangun harmonisasi dan keselarasan dengan semesta,
menghadirkan intuisi dan menemukan hakikat metafisik, menemukan pemahaman
yang menyeluruh, dan mampu mengakses hal-hal gaib yang suprarasional.
Orang-orang yang memiliki kesadaran spiritual memiliki dedikasi kerja yang
lebih tulus dan jauh dari kepentingan pribadi (egoisme), apalagi bertindak zalim
kepada orang lain. Mereka memiliki kepedulian terhadap sesama, memiliki
integritas moral yang tinggi, saleh, dan peduli kepada masa depan umat manusia.

Spiritualitas merupakan puncak kesadaran Ilahiah menurut Saifuddin Aman


dalam Tren Spiritualitas Milenium Ketiga. Spiritualitas membuat kita mampu
memberdayakan seluruh potensi yang diberikan Tuhan untuk melihat segala hal
secara holistik sehingga kita mampu untuk menemukan hakikat (kesejatian) dari
setiap fenomena yang kita alami. Rohani yang kuat karena bimbingan maksimal
hati nurani tersebut akan membuat orang lebih dinamis, kreatif, memiliki etos
kerja tinggi, dan lebih peduli, serta lebih santun.
BAB III

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa spiritual


merupakan kesadaran diri sendiri dari hati nurani, yang telah diajarkan sejak dini
dan memiliki tingkatan spiritualitas tiap perkembangan manusia. Sepiritual
merupakan hubungan dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan utamanya
hubungan dengan tuhan. Setiap manusia memerlukan keimanan untuk
menjalankan kehidupan, karena Allah SWT menciptakan manusia tujuannya agar
kita beriman, beribadah terhadap Tuhan yang maha esa, selain itu dengan
keimanan kehidupan kita menjadi lebih tenang. Manusia dihimbau untuk
menjalankan praktik tasawuf, tasawuf mengandung prinsip-prinsip positif yang
mampu mengembangkan masa depan manusia, seperti melakukan intopeksi, baik
berkaitan dengan masalah-masalah vertikal maupun horizontal, kemudian
meluruskan hal-hal yang kurang baik. Tasawuf dapat membuat manusia
mengerem egosentrisme, dorongan hawa nafsu, dan orientasi kepada materi yang
berlebihan. Memiliki nilai spiritual dalam diri sendiri juga membuat diri menjadi
lebih berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

www.thereadinggroup.sg/articles/spiritualitas

https://www.kompasiana.com/rozakpedia/urgensi-pendidikan-islam-dalam-
spiritualitas-religius_54f903dfa33311fc608b4729

http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=1724121&val=8299&title=URGENSI%20PENANAMAN%20NILAI
%20KARAKTER%20SPIRITUAL%20KEAGAMAAN%20DAN
%20INTEGRITAS%20DALAM%20DUNIA%20PENDIDIKAN

https://text-id.123dok.com/document/wq2ko5o2q-aspek-spiritualitas-
karakteristik-spiritualitas.html

Anda mungkin juga menyukai