Anda di halaman 1dari 4

JENIS

1. Konflik Emosional

Sedangkan konflik-konflik emosional (emotional conflict) timbul karena perasaan marah,


ketidakpercayaan, ketidaksenangan, takut, sikap menentang, maupun bentrokan-bentrokan
kepribadian. Konflik inilah yang sering terjadi pada remaja dengan teman sebaya. Collins
dan Lausen (Farida, 1996) memandang konflik pada remaja sebagai akibat dari perubahan
peran yang diharapkan oleh lingkungan tress di sekitarnya karena remaja mengalami transisi
tahapan usia dan perubahan-perubahan menuju kematangan. Kecemasan dan akumulasi tress
dari berbagai transisi tersebut umumnya akan meningkatkan kemungkinan timbulnya konflik
atau efektifnya penangan konflik.

Contoh konflik emosi: konflik antar dua orang yang berpasangan dimana satu pihak
mencintai pihak yang lain sementara pihak yang lain tidak merasakan hal yang sama. Konflik
antar anak dan orang tua, dimana anak ingin mendapatkan perhatian lebih sementara orang
tua terlalu sibuk bekerja.

2. Konflik kognitif

Konflik kognitif adalah keadaan persepsi di mana satu pemberitahuan tidak cocok antara
struktur kognitif seseorang dan lingkungan (informasi eksternal), atau antara komponen
struktur kognitif seseorang (misalnya, konsepsi seseorang, keyakinan, sub- struktur dan
sebagainya yang dalam struktur kognitif).

Menurut Kwon&Lee (2003), konflik kognitif didefinisikan sebagai konflik antara struktur
kognitif (yaitu, struktur terorganisir pengetahuan dalam otak) dengan lingkungan
(misalnya, sebuah percobaan, demonstrasi, pendapat teman sebaya, buku, atau yang lainnya),
atau konflik antara konsepsi dalam struktur kognitif

3. Konflik Konstruktif

Konflik Konstruktif Konflik ini berkebalikan dengan konflik destruktif karena konflik
konstruktif justru menyebabkan timbulnya keuntungan-keuntungan dan bukan
kerugiankerugian bagi individu atau organisasi yang terlibat di dalamnya. Konflik ini
biasanya memiliki nilai positif dalam pengaruhnya ke organisasi atau kelompok.
Contohnya protes yang dilakukan oleh Gandhi di India untuk menentang Inggris. Hal ini berefek
positif dalam membangun jalan kemerdekaan India.

4. Konflik merusak

Konflik Destruktif Konflik destruktif menimbulkan kerugian bagi individu atau individu-
individu yang terlibat di dalamnya. Konflik seperti ini misalnya terjadi pada dua remaja yang
tidak dapat bekerja sama karena terjadi sikap permusuhan antar perorangan. Ada banyak keadaan
di mana konflik dapat menyebabkan orang yang mengalaminya mengalami goncangan (jiwa).
Selain itu juga banyak kerugian yang ditimbulkan karena konflik destruktif, misalnya : a.
Perasaan cemas/tegang (tress) yang tidak perlu atau yang mencekam b. Komunikasi yang
menyusut c. Persaingan yang makin meningkat Konflik deskruktif adalah konflik yang merusak
dan merugikan pihak yang berkonflik.

Contohnya, tawuran pemuda antarkampung.

FAKTOR

1. Gender
2. Konsep diri
3. Harapan
4. Situasi
5. Posisi(kekuasaan)
6. Praktek
7. Keterampilan komunikasi
8. Pengalam hidup
Konflik manajemen
a. Kompromi

Berbeda dari acomodating, cara ini lebih memerhatikan kepentingan bersama. Dengan


mendengarkan pendapat dari semua pihak dan memutuskan jalan keluar dengan tetap
mementingkan kepentingan bersama menjadi cara yang adil bagi semua pihak. Cara ini akan
memberikan solusi bagi semua pihak. Ada 4 bentuk kompromi yaitu separasi, atrasi,
menyogok, dan mengambil keputusan secara kebetulan.
1. Separasi artinya pihak yang terlibat konflik dipisahkan untuk menyelesaikan konflik yang
ada.
2. Atrasi artinya pihak yang berkonflik setuju dengan keputusan yang diambil pihak ketiga
atau penengah.
3. Mengambil keputusan berdasarkan faktor kebetulan, dengan cara ini bisa dilakukan
dengan hal-hal yang sederhana tapi tetap berpegang pada aturan yang berlaku.
4. Menyogok merupakan memberikan imbalan untuk pihak yang mengambil keputusan
dengan tujuan pihaknya dapat dimenangkan dalam konflik tersebut. Hal ini mungkin
curang, tetapi bergantung pihak masing-masing yang menyelesaikannya.

Gaya ini lebih menekankan pada kompromi untuk mencaSpiritual tujuan pribadi dan hubungan
baik dengan pihak lain yang sama-sama penting.

b. Kerjasama

c. Penghindaran / penarikan
Avoiding adalah sebuah upaya untuk menghindari sebuah konflik agar tidak terlibat di dalamnya.
Hal ini menjadi cara yang efektif agar lingkungan terhindar dari konflik.
Seperti halnya kura-kura yang lebih senang menarik diri untuk bersembunyi di balik
tempurungnya, maka begitulah orang yang mengalami konflik dan menyelesaikannya dengan
cara menghindar dari pokok persoalan maupun dan orang-orang yang dapat menimbulkan
masalah. Orang yang menggunakan gaya ini percaya bahwa setiap usaha memecahkan konflik
hanya akan sia-sia. Lebih mudah menarik diri dari konflik, secara fisik maupun psikologis,
daripada menghadapinya.
d. Akomodatif
Acomodating merupakan usaha yang dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai pendapat
pihak yang terlibat konflik. Nantinya, akan digunakan untuk musyawarah atau menyelesaikan
konflik tersebut. Namun, tetap mementingkan kepentingan dari salah satu pihak. Hal ini dapat
merugikan salah satu pihak yang berkonflik.
e. Kompetisi
Competing adalah cara yang digunakan dengan mengarahkan pihak yang terlibat konflik bersaing
dan memenangkan kepentingan masing-masing pihak. Cara ini pastinya tidak akan memberikan
solusi bagi kedua belah pihak dan yang pasti ada kalah ada yang menang.
Menyelesaikan masalah dengan gaya ini adalah menaklukkan lawan dengan cara menerima
solusi konflik yang ditawarkan. Bagi individu yang menggunakan cara ini, tujuan pribadi adalah
yang utama, sedangkan hubungan dengan pihak lain tidak begitu penting. Konflik harus
dipecahkan dengan cara satu pihak menang dan pihak lain kalah. MencaSpiritual kemenangan
dengan cara menyerang, mengungguli, dan mengancam
f. Menghaluskan
g. Berkolaborasi
Colaborating merupakan cara menyelesaikan konflik dengan bekerja sama yang hasilnya
memuaskan semua pihak. Semua pihak akan bekerja sama untuk menyelesaikan masalah dengan
tetap memerhatikan kepentingan bersama.
Gaya ini sangat mengutamakan tujuan-tujuan pribadi sekaligus hubungannya dengan pihak lain,
bagi orang-orang yang menggunakan gaya ini untuk menyelesaikan konflik menganggap bahwa
konflik adalah masalah yang harus dicari pemecahannya yang mana harus sejalan dengan tujuan
pribadi maupun tujuan lawan. Gaya ini menunjukkan bahwa konflik bermanfaat meningkatkan
hubungan dengan cara mengurangi ketegangan yang terjadi antar dua pihak yang bertikai.

TAHAPAN
1. Masuk zona konflik
2. Mengambil sikap
3. Permainan menyalahkan
4. Tindakan berbicara lebih banyak daripada kata-kata
5. Serangan dan serangan balik
6. Ledakan
7. Mengambil potongan

Anda mungkin juga menyukai