Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH POPULER

MANAJEMEN KONFLIK DALAM


TOXIC FRIENDSHIP

Dosen Pengampu:
DADANG KURNIAWAN, S.E., M.M.
Disusun Oleh:
NAMA : JEFRI LESWANA
NIM : 201810040311198
KELAS :P
MATA KULIAH : AZAS-AZAS MANAJEMEN

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
MANAJEMEN KONFLIK DALAM TOXIC FRIENDSHIP

Manusia yang lahir didunia ini tidak akan terhindarkan dari konflik. Baik konflik
yang datang dari diri sendiri maupun datang dari orang lain. Manusia selalu berinteraksi
kepada manusia lainya karena sejatinya ialah mahluk sosial. Setiap konflik yang dirasakan
mahluk sosial pun berbeda-beda tergantung dari tingkat kesulitannya. Misal konflik datang
dari diri sendiri yaitu saat berkumpul dengan teman di sebuah rumah kemudian kita ingin
makan nasi tanpa menawarkanya ke teman lainya. Hal itu bisa jadi dapat menimbulkan
konflik walaupun sesuatu yang tidak begitu dipermaslahkan bagi sebagian orang. Karena
mungkin keinginan teman lain adalah ingin ditawarkan sedangkan diri kita sendiri tidak ingin
menawarkan karena hanya punya satu makanan walaupun bisa saja itu dianggap basa-basi.
Apalagi tradisi basa-basi di Indonesia mungkin diperlukan untuk komunikasi Interpersonal.

Contoh diatas bisa menjelaskan arti dari sebuah konflik yaitu peristiwa atau kejadian
dimana terjadi sebuah pertentangan antar individu atau kelompok karena adanya perbedaan
kepentingan, kesalahpahaman, dan ketidakcocokan pengertian dan emosi individu. Peristiwa
konflik pada sebuah pertemanan pun sering terjadi. Namun apakah setiap konflik akan
berakibat tidak baik bagi individu? Atau bahkan konflik pada setiap kelompok
pertemanan itu diperlukan? Mengapa konflik yang terjadi pada individu harus
dihadapi? Bagaimana mengatasi konflik pada toxic friendship?

Hubungan pertemanan antara dua orang atau lebih bisa terjalin melalui proses
komunikasi antar pertemenan dan menjaga hubungan pertemanan. Membangun hubungan
pertemanan dengan individu lainya dari latar belakang yang berbeda membutuhkan
kesiapan diri dan Usaha. Pertemuan pertama merupakan momen yang menentukan apakah
seseorang akan diterima sebagai teman atau hanya sekedar kenal.

Komunikasi Interpersonal berusaha mengembangkan hubungan antar manusia


dengan bertujuan yang beragam seperti ingin memperoleh pengetahuan, menambah relasi,
mengurangi kesepian hingga menjalin hubungan pertemanan seperti keluarga. Akan tetapi
semua keinginan memiliki teman seperti itu bisa sirna ditengah pertemanan ketika tidak
bisa mengatasi konflik yang sudah terjadi atau memiliki toxic friendship. Toxic friendship
kerap muncul pada beberapa kelompok pertemanan. Perilaku komunikasi toxic friendship
dengan teman sebaya memiliki pola komunikasi dengan berbahasa dan tindakan buruk,
tentunya dapat memengaruhi perilaku komunikasi mereka, baik komunikasi secara verbal
maupun nonverbal. Maka memahami manajemen konflik dalam pertemana itu sangat perlu
apalagi memiliki toxic friendship.

Manajemen Konflik adalah cara mengidentifikasi dan mengendalikan konflik untuk


menghasilkan output positif dan mengurangi efek negative bagi individu yang terlibat
konflik. Artinya setiap konflik antar pertemenan bisa dipahami dari akar permasalahannya
dengan obyektif jika itu diperlukan. Konflik dapat menimbulkan dampak positif maupun
negatif. Dampak positif dari konflik adalah mendorong terjadinya perubahan seperti
perubahan kebijakan yang menyebabkan kesenjangan sosial, memperkuat integrasi dan
solidaritas internal kelompok hingga memicu individu intropeksi diri agar menjadi lebih
baik. Maka dari itu perlu memahami manajemen konflik agar dampak positif bisa dirasakan
dan mengurangi dampak negatifnya.

Bisa juga melihat dampak positif konflik dari sisi konflik Organisasi. Menurut Jery L.
Gray dan Frederick A. Starke dalam buku Moh. Pabundu Tika: Budaya Organisasi dan
Peningkatan Kinerja Perusahaan, mengemukakan bahwa terdapat tujuh dampak positif
konflik dalam organisasi.

1. Tingkat Energi Kelompok atau Individu Meningkat Tingkat energi yang


meningkat dapat terlihat sewaktu orang-orang berbicara dengan nada lebih keras,
mendengar lebih cermat apa yang diucapkan atau bekerja lebih keras. Dua di antara
manfaat yang dicapai oleh organisasi-organisasi dari tingkat-tingkat energi yang
meningkat, yaitu: a. Output yang meningkat b. Munculnya ide-ide inovatif untuk
melaksanakan tugas-tugas lebih baik.
2. Kohesi Kelompok Meningkat Hasil riset menunjukkan bahwa bila kelompok-
kelompok yang terlibat dalam sebuah konflik maka kohesi (persatuan) internal
meningkat.Alasan mengapa kohesi yang meningkat dianggap sebagai hasil positif dari
konflik adalah karena kelompok-kelompok dengan kohesif tinggi dapat menimbulkan
produktivitas tinggi apabila mereka menunjang tujuan-tujuan manajemen.
3. Problem-Problem Terungkapkan Sewaktu konflik berkembang, pihak
manajemen segera melihat bahwa ada sesuatu yang tidak beres, dan mereka dapat
merancang untuk menyelesaikan konflik yang ada. Apabila dua kelompok berselisih
paham tentang sesuatu, sedangkan hal tersebut tidak pernah dijelaskan, maka mereka
akan bekerja pada tingkat efektivitas yang lebih rendah tanpa pimpinan yang
bersangkutan memahami mengapa hal tersebut terjadi.
4. Memberi Motivasi Konflik memotivasi kelompok-kelompok yang terlibat di
dalamnya untuk mengklarifikasi sasaran-sasaran mereka.Hal tersebutmenyebabkan
ditingkatkannya pemahaman kelompok tentang tujuannya.
5. Merangsang Kelompok Mempertahankan Nilai Konflik merangsang kelompok-
kelompok untuk mempertahankan nilai-nilai yang dianggap penting oleh mereka.
Berbagai macam kelompok memandang diri mereka sebagai pelindung nilai-nilai
tertentu.
6. Memotivasi Individu Individu-individu atau kelompok-kelompok termotivasi untuk
mempersatukan informasi yang relevan bagi konflik yang ada. Walapun informasi
demikian terpengaruh (bias) oleh persepsi-persepsi subjektif pihak-pihak yang terlibat
dalam konflik, biasanya disajikan informasi tambahan yang dapat berguna untuk
menyelesaikan problem yang dihadapi.
7. Meningkatkan Efektivitas Organisasi Konflik dapat meningkatkan efektivitas
menyeluruh sesuatu organisasi karena kelompok-kelompok atau individu-individu
dipaksa olehnya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan eksternal yang berubah.
Selain itu, bermanfaat untuk menunjukkan kepada semua pihak bahwa lingkungan
senantiasa mengalami perubahan dan organisasi yang bersangkutan harus mengubah
cara-caranya bekerja untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tersbut

Konflik organisasi tentu berbeda dengan konflik pertemenan karena organisasi berjalan
dengan terstruktur atau sistem yang mengikat sedangkan pertemanan hanya terikat dengan
status dan tidak ada ssstem yang mengendalikan alur proses pertemenan. Dalam pekerjaan
juga ada toxic partner tetapi bisa diatasi dengan standar prosedur atau aturan yang
ditetapkan sedangkan dalam pertemenan jika memiliki toxic friendship tidak ada pertaruran
yang ditetapkan oleh sistem. Manajemen konflik perlu dipelajari untuk mengatasi konflik
dengan teman-teman toxic.

Ada cara yang bisa diterapakan untuk menyelesaikan konflik dengan orang lain. Menurut
Thomas Kilmann Model, ada lima model dalam penyelesaian konflik yaitu pertama Metode
Avoiding, merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghindari konflik. Dimana setiap
konflik timbul dalam sebuah pertemenan, memilih untuk mengelak dari konflik tersebut.
Metode ini bisa efektif ketika masalah individu dianggap masalah tingkat kecil kepada
individu lain karena tidak ingin masalah itu dibesar-besarkan. Sebagai contoh terjadi masalah
ketika masak nasi dikit dan menganggap masalah itu adalah masalah kecil yang tidak terlalu
berdampak besar kepada diri seseorang.

Kedua Metode Compromising, merupakan metode yang dilakukan ketika kita


berusaha mencari solusi yang bisa memuaskan sebagian kepentingan orang lain. Dimana kita
akan mencari jalan tengah dari kepentingan-kepentingan semua pihak. Namun, hal demikian
berpotensi membuat kekecewaan bagi individu atau beberapa pihak. Metode ini bisa menjadi
efektif misalnya ketika semua pihak merasa impas walaupun hanya sebagian kepentingan
yang terpenuhi. Ketiga Metode Collaborating, merupakan metode yang lebih menekankan
untuk mencari solusi yang memuaskan keinginan dua belah pihak daripada mencari jalan
tengah. Metode ini bisa disebut juga win win solusition dan bisa berjalan efektif jika dua
pihak memiliki hubungan timbal balik yang positif atau simbiosis mutualisme. Dimana tujuan
yang dicapai atau hasil akhir (benefit) dari kesepakatan bisa memuaskan kedua belah pihak
dan hal itu dianggap lebih penting dari konflik yang dihadapi.

Keempat Metode Accommodating, merupakan metode yang mengorbankan


keinginan atau kebutuhan diri sendiri agar pihak lain merasa puas. Dimana kondisi satu pihak
memilih untuk mundur sedikit dari konflik demi sebuah perdamaian, biasanya terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Kelima Metode Competing, merupakan metode yang digunakan
disaat individu tidak ingin kalah dengan individua atau kelompok lain. Dimana hasil akhir
konflik mengharuskan siapa yang menang dan siapa yang kalah atau bisa disebut win lose
atau lose win.

Akhirnya kita bisa mengetahui bagaimana mengatasi konflik dalam pertemenan atau
toxic friendship. Berusaha memahami dampak positfi dan negative dari konflik adalah cara
untuk mengatasinya dan mengetahui contoh beberapa model agar bisa menjadi acuan untuk
merespon konflik yang sedang dihadapi dalam sebuah pertemanan.
REFERENSI

Yager, Ph. D, Jan. (2006). When Friendship Hurts Mengatasi Teman Berbahaya &
Mengembangkan Persahabatan yang Menguntungkan, diterjemahkan oleh Arfan Achyar.
Tangerang: AgroMedia Pustaka

Advertorial, Okezone. 2017. "Tak Selalu Buruk, Ini 7 Dampak Positif Konflik dalam
Organisasi Menurut ACT Consulting”. Diakses 22 November 2021
https://news.okezone.com/read/2017/08/09/1/1752750/tak-selalu-buruk-ini-7-dampak-positif-
konflik-dalam-organisasi-menurut-act-consulting.

Walden News, 2017. “What’s Your Conflict Management Style?”. Diakses 22 November
2021. https://www.waldenu.edu/news-and-events/walden-news/2017/0530-whats-your-
conflict-management-style

Anda mungkin juga menyukai