Disusun Oleh :
RONA MEGANANDA MAHARANI PUTRI
NIM. 0101621011
2. 1 Definisi Konflik
Menurut De Dreu dan Gelfrand (2008) menyatakan bahwa konflik
sebagai suatu proses yang terjadi ketika idividu atau kelompok menyadari
perbedaan dan pertentangan diantara dirinya dan individu atau kelompok
lain terkait dengan kepentingan dan sumber daya,keyakinan, nilai,
tindakan dan sebagainya.
Menurut Kondalkar (2007) menyebutkan bahwa konflik merupakan
ketidak setujuan antara dua atau lebih individu atau kelompok dimana
masing-masing individu atau kelompok mencoba untuk bisa diterima
pandanganya serta tujuannya oleh individu atau kelompok lain.
Menurut Ross Stagner Konflik merupakan sebuah situasi, dimana
dua orang (atau lebih) menginginkan tujuan-tujuan yang menurut
persepsi mereka dapat dicapai oleh salah seorang dinatar mereka, tetapi
hal itu tidak mungkin dicapai oleh kedua belah pihak.
Sedangkan secara etimologis, konflik (conflict) berasal dari bahasa
latin yakni “con” yang berarti bersama dan “fligere” yang berarti
benturan atau tabrakan. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai
suatu proses sosial antara dua orang atau lebih dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
Tahap ini penting karena dalam tahap inilah biasanya isu-isu konflik
didefinisikan. Pada tahap ini pula para pihak memutuskan konflik itu
tentang apa.
Konflik yang dipersepsi adalah kesadaran oleh satu atau lebih pihak akan
adanya kondisi-kondisi yang menciptakan peluang munculnya konflik.
Konflik yang dirasakan adalah keterlibatan dalam sebuah konflik yang
menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi atau rasa bermusuhan.
TAHAP III : MAKSUD
Apabila dua pihak berbeda pendapat tentang suatu hal, tetapi mereka
ingin mencapai suatu persetujuan tentang hal itu, maka mereka
terlibat dalam aktivitas negosiasi.
Negosiasi merupakan sebuah proses dimana dua pihak berupaya
mencapai suatu persetujuan yang mendeterminasi apa yang
diberikan dan apa yang diberikan dan apa yang akan diterima
masing-masing pihak dalam sebuah transaksi tertentu. Akan tetapi,
apabila kedua belah pihak tersebut berupaya untuk mencari
element-element integratif, maka negosiasi membuka peluang
untuk munculnya konflik kontrontatif.
C. Mempromosi Konflik
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa konflik kognitif mungkin
memberikan manfaat kepada kita, apabila ia digunakan untuk
menghindari fenomin pemikiran kelompok. Karenanya, penting untuk
memperhatikan alternatif-alternatif yang dapat digunakan untuk
menciptakan konflik kognitif fungsional.
Strategi-strategi negosiasi
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Prof. Dr. Wibowo, S.E, M.PHIL. Perilaku Dalam Organisasi, Tangerang, 2009
http://infodanpengertian.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-negosiasi-menurut-
para-ahli.html
https://allaboutperilakuorganisasi.wordpress.com/2014/05/28/konflik-dan-
negosiasi/
http://imasnurulhidayah.blogspot.co.id/2015/11/konflik-dan-negosiasi.html