Anda di halaman 1dari 8

RESUME MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

KONFLIK DAN STRES KERJA

Disusun oleh kelompok 4 :

Celine Chintia Dewi (A1B018032)


Dewi Apriliani (A1B018034)
Dewi Ratna Mulisha (A1B018035)

Kelas : A/C1-MSDM (reguler pagi)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MATARAM
2020
A. KONFLIK KERJA

1. Pengertian Konflik Kerja

Konflik adalah suatu pertentangan yang terjadi antara apa yang diharapkan oleh seseorang
terhadap dirinya, orang lain, organisasi atau perusahaan dengan kenyataan apa yang diharapkannya.

Konflik dapat berupa perselisihan (disagreement), adanya ketegangan (the presence of tension),
atau munculnya kesulitan-kesulitan lain diantara dua pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap
oposisi antara kedua belah pihak, sampai kepada tahap dimana pihak-pihak yang terlibat memandang
satu sama lain sebagai penghalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.

Secara garis besar, konflik kerja yang terjadi terbagi atas dua jenis, antara lain adalah:

a. Subtantive conflicts : merupakan perselisihan yang berkaitan dengan tujuan kelompok,


pengalokasian sumber daya dalam suatu organisasi, distribusi kebijaksanaan dan prosedur, dan
pembagian jabatan pekerjaan.

b. Emotional conflicts : yang terjadi akibat adanya perasaan marah, tidak percaya, tidak simpatik,
takut dan penolakan, serta adanya pertentangan antar pribadi (personality clashes).

2. Jenis-jenis Konflik Kerja :


Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflik yaitu :

a. Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu
yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus. Sebagaimana
diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal sebagai berikut :

 Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing

 Beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan dan kebutuhan-
kebutuhan itu terlahirkan.

 Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan.

 Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi tujuan –tujuan yang
diinginkan.

Hal-hal di atas dalam proses adaptasi seseorang terhadap lingkungannya acapkali menimbulkan
konflik. Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :

1) Konflik pendekatan-pendekatan : Contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang
sama-sama menarik.
2) Konflik pendekatan-penghindaran : Contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang
sama menyulitkan.

3) Konflik penghindaran-penghindaran : Contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang
mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.

b. Konflik Interpersonal

Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentangan
kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang
kerja dan lain-lain.

c. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok

Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai
konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka.

d. Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama

Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasiorganisasi. Konflik antar
lini dan staf, pekerja dan pekerja – manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok.

e. Konflik antara organisasi

Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya pengembangan


produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya
secara lebih efisien.

3. Faktor-faktor Konflik Kerja

Faktor – faktor yang mempengaruhi konflik dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dalam faktor internal yaitu :

a. Kemantapan organisasi : Organisasi yang telah mantap lebih mampu menyesuaikan diri sehingga
tidak mudah terlibat konflik dan mampu menyelesaikannya. Analoginya dalah seseorang yang
matang mempunyai pandangan hidup luas, mengenal dan menghargai perbedaan nilai dan lain-
lain.

b. Sistem nilai : Sistem nilai suatu organisasi ialah sekumpulan batasan yang meliputi landasan
maksud dan cara berinteraksi suatu organisasi, apakah sesuatu itu baik, buruk, salah atau benar.

c. Tujuan : Tujuan suatu organisasi dapat menjadi dasar tingkah laku organisasi itu serta para
anggotanya.
d. Sistem lain dalam organisasi : Seperti sistem komunikasi, sistem kepemimpinan, sistem
pengambilan keputusan, sistem imbalan dan lain-lain. Dlam hal sistem komunikasi misalnya
ternyata persepsi dan penyampaian pesan bukanlah soal yang mudah.

Sedangkan faktor eksternal meliputi :

a. Keterbatasan sumber daya : Kelangkaan suatu hal yang dapat menumbuhkan persaingan dan
seterusnya dapat berakhir menjadi konflik.

b. Kekaburan aturan/norma di masyarakat : Hal ini memperbesar peluang perbedaan persepsi dan
pola bertindak.

c. Derajat ketergantungan dengan pihak lain : Semakin tergantung satu pihak dengan pihak lain
semakin mudah konflik terjadi.

d. Pola interaksi dengan pihak lain : Pola yang bebas memudahkan pemamparan dengan nilai-nilai
ain sedangkan pola tertutup menimbulkan sikap kabur dan kesulitan penyesuaian diri.

4. Proses Konflik

Konflik merupakan proses yang dinamis, bukannya kondisi statis. Konflik memiliki awal, dan melalui
banyak tahap sebelum berakhir. Ada banyak pendekatan yang baik untuk menggambarkan proses suatu
konflik antara lain sebagai berikut:

a. Antecedent Conditions or latent Conflict

Merupakan kondisi yang berpotensi untuk menyebabkan, atau mengawali sebuah episode
konflik. Terkadang tindakan agresi dapat mengawali proses konflik. Atecedent conditions dapat
tidak terlihat, tidak begitu jelas di permukaan. Perlu diingat bahwa kondisi-kondisi ini belum
tentu mengawali proses suatu konflik. Sebagai contoh, tekanan yang didapat departemen
produksi suatu perusahaan untuk menekan biaya bisa menjadi sumber frustasi ketika manager
penjualan ingin agar produksi ditingkatkan untuk memenuhi permintaan pasar yang mendesak.
Namun demikian, konflik belum tentu muncul karena kedua belah pihak tidak berkeras
memenuhi keinginannya masing-masing. Disinilah dikatakan konflik bersifat laten, yaitu
berpotensi untuk muncul, tapi dalam kenyataannya tidak terjadi.

b. Perceived Conflict

Agar konflik dapat berlanjut, kedua belah pihak harus menyadari bahwa mereka dalam keadaan
terancam dalam batas-batas tertentu. Tanpa rasa terancam ini, salah satu pihak dapat saja
melakukan sesuatu yang berakibat negatif bagi pihak lain, namun tidak disadari sebagai
ancaman. Seperti dalam kasus dia atas, bila manager penjualan dan manager produksi memiliki
kebijaksanaan bersama dalam mengatasi masalah permintaan pasar yang mendesak, bukanya
konflik yang akan muncul melainkan kerjasama yang baik. Tetapi jika perilaku keduanya
menimbulkan perselisihan, proses konflik itu akan cenderung berlanjut.
c. Felt Conflict

Persepsi berkaitan erat dengan perasaan. Karena itulah jika orang merasakan adanya
perselisihan baik secara aktual maupun potensial, ketegangan, frustasi, rasa marah, rasa takut,
maupun kegusaran akan bertambah. Di sinilah mulai diragukannya kepercayaan terhadap pihak
lain, sehingga segala sesuatu dianggap sebagai ancaman, dan orang mulai berpikir bagaimana
untuk mengatasi situasi dan ancaman tersebut.

d. Manifest Conflict

Persepsi dan perasaan menyebabkan orang untuk bereaksi terhadap situasi tersebut. Begitu
banyak bentuk reaksi yang mungkin muncul pada tahap ini adalah berbagai argumentasi,
tindakan agresif, atau bahkan munculnya niat baik yang menghasilkan penyelesaian masalah
yang konstruktif.

e. Conflict Resolution or Suppression

Conflict resolution atau hasil suatu konflik dapat muncul dalam berbagai cara. Kedua belah pihak
mungkin mencapai persetujuan yang mengakhiri konflik tersebut. Mereka bahkan mungkin
mulai mengambil langkah-langkah untuk mencegah terulangnya konflik di masa yang akan
datang. Tetapi terkadang terjadi pengacuan (suppression) dari konflik itu sendiri. Hal ini terjadi
jika kedua beJah pihak menghindari terjadintya reaksi yang keras, atau mencoba mengacuhkan
begitu saja ketika terjadi perselisihan. Konflik juga dapat dikatakan selesai jika satu pihak
berhasil mengalahkan pihak yang lain.

f. Conflict Alternatif

Ketika konflik terselesaikan, tetap ada perasaan yang tertinggal. Terkadang perasaan lega dan
harmoni yang terjadi, seperti ketika kebijaksanaan baru yang dihasilkan dapat menjernihkan
persoalan di antara kedua belah pihak dan dapat meminimasik konflik-konflik yang mungkin
terjadi di masa yang akan datang. Tetapi jika yang tertinggal adalah perasaan tidak enak dan
ketidakpuasan, hal ini dapat menjadi kondisi yang potensial untuk episode konflik yang
selanjutnya. Pertanyaan kunci adalah apakah pihak-pihak yang terlibat lebih dapat bekerjasama,
atau malah semakin jauh akibat terjadinya konflik.

5. Cara dan Strategi dalam mengatasi Konflik Kerja

Manajemen Konflik dapat dilakukan dengan cara, antara lain :

 Pemecahan masalah (Problem solving)

 Tujuan tingkat tinggi (Lipsordinate Goal)

 Perluasan sumber (Expansion of Resources)


 Menghindari konflik (Avoidance)

 Melicinkankan konflik (Smoothing)

 Kompromi (Compromise)

 Perintah dari wewenang ( Authoritative Commands)

 Mengubah variabel manusia (Alteringthe Human Variables)

 Mengubah varabel structural (Altering the Structural Variables)

 Mengidentifikasi musuh bersama (Indetifying a Common Enemy)

Para manajer dan karyawan memiliki beberapa strategi dalam menangani dan menyelesaikan
konflik. Strategi tersebut antara lain adalah:

1) Menghindar

Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu
penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya.
Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk
menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam konflik dapat menepiskan isu dengan
mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal
untuk melakukan diskusi”

2) Mengakomodasi

Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya
apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan
memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam
konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang
pertama.

3) Kompetisi

Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian
yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda.
Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-
alasan keamanan.

4) Kompromi atau Negosiasi

Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi
dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
5) Memecahkan Masalah atau Kolaborasi

- Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang
sama.

- Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling
memperhatikan satu sama lainnya.

B. STRES KERJA

1. Pengertian Stres Kerja

Stres Kerja adalah perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stress
kerja ini tampak dari Simpton, antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri,
sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bisa relaks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat,
dan mengalami gangguan pencernaan.

2. Penyebab Stres Kerja

Penyebab stres kerja antara lain beban kerja yang dirasakan terlalu berat, waktu kerja yang
mendesak, kualitas pengawasan kerja yang rendah, iklim kerja yang tidak sehat, otoritas kerja yang tidak
memadai yang berhubungan dengan tanggung jawab, konflik kerja, perbedaan yang lain antara
karyawan dengan pemimpin yang prustasi dalam kerja.

3. Pendekatan Stres Kerja

Menurut pendapat Keith Davis dan John W. Newstrom, (1989:490) ada empat pendekatan terhadap
stress kerja yaitu :

1) Pendekatan dukungan sosial (social support)

Pendekatan ini dilakukan melalui aktivitas yang bertujuan memberikan kepuasan sosial kepada
karyawan. Misalnya bermain game, lelucon, dan bodor kerja.

2) Pendekatan melalui meditasi (meditation)

Pendekatan ini perlu dilakukan karyawan dengan cara berkonsentrasi ke alam pikiran,
mengendorkan kerja otot, dan menenangkan emosi.

3) Pendekatan biofeedback

Pendekatan ini dilakukan melalui bimbingan medis. Melalui bimbingan dokter, psikiater, dan
psikolog sehingga diharapkan karyawan dapat menghilangkan stres yang dialaminya.

4) Pendekatan program kesehatan pribadi.


Pendekatan ini merupakan pendekatan preventif sebelum terjadinya stres. Dalam hal ini karyawan
secara periode waktu yang kontinu memeriksa kesehatan, melakukan relaksasi otot, pengaturan
gizi, dan olahraga secara teratur.

4. Cara Mengatasi Stres Kerja

Mendeteksi penyebab stres dan bentuk reaksinya melalui tiga pola dalam mengatasi stress, antara
lain:

a. Pola sehat, yaitu pola menghadapi stres yang terbaik dengan kemampuan mengelola perilaku
dan tindakan sehingga adanya stres tidak menimbulkan gangguan, akan tetapi menjadi lebih
sehat dan berkembang. Mereka yang tergolong kelompok ini biasanya mampu mengelola waktu
dan kesibukan dengan cara yang baik dan teratur sehingga mereka tidak perlu merasa ada
sesuatu yang menekan, meskipun sebenarnya tantangan dan tekanan cukup banyak.

b. Pola harmonis adalah pola menghadapi stress dengan kemampuan mengelola waktu dan
kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan berbagai hambatan. Dalam pola ini, individu
mampu mengendalikan berbagai kesibukan dan tantangan dengan cara mngatur waktu secara
teratur. Ia pun slalu menghadapi tugas secara tepat, dan kalau perlu ia mendelegasikan tugas-
tugas tertentu kepada orang lain dengan memberikan kepercayaan penuh. Dengan demikian,
akan terjadi keharmonisan dan keseimbangan antara tekanan yang diterima dan reaksi yang
diberikan. Demikian juga terhadap keharmonisan antara dirinya dan lingkungan.

c. Pola patalogis ialah pola menghadapi stres dengan berdampak berbagai gangguan fisik maupun
sosial-psikologis. Dalam pola ini, individu akan menghadapi berbagai tantangan dengan cara-
cara yang tidak memilki kemampuan dan keteraturan mengelola tugas dan waktu. Cara ini dapat
menimbulkan reaksi-reaksi yang berbahaya karena bisa menimbulkan berbagai masalah-
masalah yang buruk.

Referensi :

http://ossy-strees-iseng.blogspot.com/2010/05/sadness-hollow-loveless.html?m=1

https://manajemensumberdayamanusia08.wordpress.com/xi-konflik-stres-kerja/

Anda mungkin juga menyukai