Anda di halaman 1dari 7

CRITICAL PARADIGME

RONA MEGANANDA MAHARANI PUTRI


NIM. 0101621011
Paradigma

Paradigma adalah pandangan yang mendasar dari para ilmuwan atau peneliti
mengenai apa yang seharusnya menjadi kajian dalam ilmu pengetahuan, apa yang
menjadi pertanyaannya dan bagaimana cara menjawabnya, Ritzer (1981).

Paradigma juga dikatakan sebagai konsensus dari para ilmuwan yang dapat
melahirkan suatu komunitas atau subkomunitas yang berbeda dengan yang lain.
Paradigma yang berbeda tersebut terjadi karena adanya perbedaan dalam teori yang
digunakan, metode dan instrument yang ada untuk mencapai suatu kebenaran.
Kritik Thd Positivism Paradigm
 Mengkritik alasan teoritis dan prosedur dalam memilih, mengumpulkan dan menganalisa data
empiris
 Reformulasi masalah logika, dimana logika juga melibatkan pemikiran skeptisisme dalam
pengertian rasa ingin tahu thd institusi social dan konsepsi tentang realitas yang berkaitan
dengan ide, pemikiran, Bahasa dan kondisi social historis.
 Penekanan thd obyektivitas dan menyingkirkan sejauh mungkin subyektivitas adalah hal yang
justru tidak logis.
 Ilmu pengetahuan bukan hanya studi masa kini meliankan studi yang berasal dari pengamatan
ttg keteraturan dan ketidakteraturan social di masa lampau, dimana hasilnya dipakai untuk
mengantisipasi masa depan. Karenanya ilmu pengetahuan tidak dapat memperediksi dengan
pasti atau mengontrol, ilmu hanya dapat mengatur fenomena yg bisa menuntun kita mengenali
berbagai kemungkinan dan juga dapat menyaring kemungkinan yang lain.
Kritik Thd Interpretivism Paradigm

 Peneliti sebagai standard penilaian kelayakan penjelasan dari obyek penelitian


masih menjadi ukuran yang sangat lemah
 Perspektif kurang mempunyai dimensi evaluative. Peneliti interpretif masih tidak
mampu mengevaluasi bentuk kehidupan secara mendalam. Peneliti tidak mampu
menganalisa bentuk kesadaran salah dan dominasi yang mencegah peneliti
menemukan kepentingan akan kebenaran dari narasumber penelitian.
 Peneliti interpretif mulai dengan asumsi order social dan konflik yang berisi skema
interpretif, sehingga terdapat kecenderungan untuk mengacuhkan konflik
kepentingan antar kelas dalam masyarakat.
Critical Paradigm
Muncul karena ketidakpuasan terhadap paradigma positivism dan
interpretivism
Didasari keyakinan bahwa realitas individu dan realitas sosial memiliki
potensi historis yg tidak bisa diterangkan karena keberadaan manusia
tidak dibatasi oleh kondisi tertentu.
Manusia adalah makhluk dinamis yg selalu dapat beradaptasi dan selalu
berkembamng, namun mereka dibatasi dan ditekan oleh kondisi dan
faktor sosial, dieksploitasi oleh orang lain untuk memperoleh
argumentasi yang benar atau suatu pembenaran yg diterima secara
sosial. Sehingga manusia membatasi diri mengekplore potensi dalam
dirinya karena takut melanggar hukum, norma, dogma, atau standard
sosial yang mengikat dan memaksa.
Critical Paradigm
 Kebenaran melekat pada keterpautan anatar penelitian dengan situasi historis yang
melingkupi dimana penelitian tidak dapat terklepas dari konteks situasi politik,
kebudayaan, ekonomi, etnis, gender dll. Karema itu peneliti harus mengenbangkan
kesadaran dan kehati-hatian untuk menghindari hasil penelitian yang salah
pengertian dan mengungkap ketidaktahuan/kesalahan fakta sebenarnya.
 Penelitian bukan sekedar membuktikan teori atau asumsi kebenaran tertentu, namun
dalam prosesnya kegiatan penelitian harus membuka ruang untuk memperoleh
wawasan baru dalam cara berpikir tertentu. Penelitiam harus mampu membangun
kesatuan teori dan praksis untuk mendorong terjadinya transformasi dalam
kehidupan sosial.
 Standar penjelasan ilmiah bersidat temporal dan terikat konteks tertentu. Kebenaran
adalah proses yg ingin diungkapkan dan berada dalam praktek sosial historis. Tidak
ada fakta yg independent thd teori yang bisa menguatkan atau melemahkan suatu
teori.
Critical Paradigm
 Secara ontologi memandang realitas sebagai realisme historis yang terbentuk oleh realisme
sejarah, kekuatan social, budaya dan ekonomi publik. Realitas tidak berada dalam harmoni
tetapi lebih dalam situai konflik dan pergulatan social
 Secara epistemologi, hubungan peneliti dan obyek penelitian bersifat transaksional/subyektivis
yang dijembatani oleh nilai tertentu. Dimana terdapat hubungan erat antara peneliti dan obyek
yang diteliti sehingga peneliti ditempatkan pada situasi sebagai aktor intelektual dalam
transformasi sosial.
 Secara metodologi, lebih menekankan penafsiran peneliti thd obyek penelitiannya dimana
proses dialog kritis dan mendalam thd realitas sosial sangat diperlukan. Namun peneliti wajib
melakukan analisis yang menyeluruh, kontekstual dan multilevel.

Anda mungkin juga menyukai