1
Makalah ini merupakan
tugas yang disusun sebagai
salah satu tugas mata
kuliah Perilaku
Organisasi di
UNDIKNAS. Dalam
penyusunan makalah ini
penulis banyak
mendapatkan kendala,
namun berkat bantuan dari
banyak pihak
dalam bentuk motivasi
pengarahan maupun
2
informasi maka makalah ini
dapat
diselesaikan.
Dengan segala kerendahan
hati, penulis siap menerima
saran maupun kritik
yang konstruktif dari
siapapun. Walaupun
makalah ini masih jauh
dari
kesempurnaan, semoga
makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi
para
3
pembaca.
Denpasar, 17 Mei 2022
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
4
apa yang diinginkandari pihak lain yang memilikinya dan yang juga mempunyai
keinginan atas sesuatu yang dimiliki. Ada bermacam-macam pendekatan, proses, dan
jenis-jenis yang selanjutnya akan dibahas dalam melakukan ini.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Menurut Robbins & Judge (2013) konflik adalah sebuah proses yang dimulai
ketika satu pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain telah memengaruhi secara
negatif, atau akan memengaruhi secara negatif, sesuatu yang menjadi kepedulian
atau kepentingan pihak pertama. Menurut Sopiah (2008) konflik adalah proses
yang dinamis dan keberadaanya lebih banyak menyangkut persepsi dari orang
atau pihak yang mengalami dan merasakannya. Menurut Soetopo (2010) konflik
adalah suatu pertentangan dari ketidaksesuaian kepentingan, tujuan, dan
kebutuhan dalam situas formal, sosial, dan psikologis, sehingga menjadi
antagonis, ambivalen, dan emosional. Menurut Kreitner (2005) konflik adalah
sebuah proses di mana satu pihak menganggap bahwa kepentingan-kepentinganya
ditentang atau secarar negatif dipengaruhi oleh pihak lain.
Dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa konflik adalah suatu
bentuk pertentangan yang terjadi antara dua pihak atau lebih di mana salah satu
pihak merasa dirugikan atau dipengaruhi secara negatif sehingga menimbulkan
ketidakpuasan terhadap perilaku pihak lain.
6
2.2 Tipe dan Lokus Konflik
1. Jenis Konflik
Salah satu sarana untuk memahami konflik adalah dengan
mengidentifikasi tipe dari ketidaksepakatan. Para peneliti
menggolongkan konflik ke dalam tiga kategori: tugas, hubungan, atau
proses.
a) Konflik Tugas
Merupakan konflik atas isi dan sasaran pekerjaan
maksudnya tugas yang diberikan seringkali
mengundang konflik karena masing-masing anggota
mamiliki pandangan sudut yang berbeda dengan tugas
kelompok yang harus diselesaikan.
b) Konflik Hubungan
Konflik hubungan ini jarang sekali di terapkan
dalam pekerjaan, karena hampir selalu terjadi adanya
gesekan dan permusuhan interpersonal yang sangat
melekat dalam konflik hubungan yang meningkatkan
bentrokan kepribadian dan menurunkan sifat saling
pengertian bersama yang menimbulkan hambatan
dalam penyelesaian dari organisasi.
c) Konflik Proses
Konflik ini berkisar antara delegasi dan peranan.
Delegasi dalam hal ini sering kali disebut pada kelalaian,
dan konflik mengenai peranan dapat menyisakan perasaan
terpinggirkan lebih anggota kelompok. Dengan demikian
konflik seringkali dipersonalisasikan lebih tinggi dan
dengan cepat berpindah menjadi konflik hubungan.
7
2. Lokus Konflik
Cara lain memahami konflik adalah dengan
mempertimbangkan lokus, atau dimana konflik terjadi sini ada tiga
tipe dasar sebagai berikut:
a) Konflik dyadic (konflik diantara dua orang)
Konflik ini dapat terjadi antara individu pimpinan
dengan individu pimpinan dari berbagai macam tingkatan.
Individu pimpinan dengan individu karyawan maupun
antara inbdividu karyawan dengan individu karyawan
lainnya.
b) Konflik intragroup (di dalam kelompok atau tim)
Konflik ini sering kali dibentuk hanya untuk
melaksanakan suatu tugas tertentu saja. Riset telah
menemukan bahwa bagi konflik tugas intragroup adalah
untuk memengaruhi kinerja di dalam tim, hal ini penting
bahwatim-tim memiliki iklim yang mendukung yang mana
kesalahan tidak akan diberikan hukuman dan setiap
anggota kelompok akan memeberikan dukungan kepada
yang lain.
c) Konflik antar kelompok (di antara kelompok atau tim)
Konflik ini menyebutkan bahwa saling mempengaruhi
di antara posisi seorang individu di dalam sebuah
kelompok dan cara individu tersebut mengelola konflik di
antara kelompok.
3. Proses Konflik
8
Proses konflik memiliki lima tahapan pertentangan yang
berpotensial atau ketidaksesuaian kesadaran dan personalisasi, niat,
perilaku dan hasil.
1) Tahap 1 : Potensi Pertentangan atau Ketidakselarasan
Tahap pertama ini adalah munculnya kondisi-kondisi yang
menciptakan peluang bagi pecahnya konflik. Kondisi-kondisi
tersebut tidak harus mengarah langsung padakonflik, tetapi salah
satunya diperlukan jika konflik akan muncul. Secara
sederhana,kondisi-kondisi tersebut dapat dipadatkan ke dalam tiga
kategori umum, yaitu:
Komunikasi: Sebuah ulasan mengenai penelitian
menunjukkan bahwa konotasi kata yang menimbulkan
makna yang berbeda, pertukaran informasi yang tidak
memadai, dan kegaduhan pada saluran komunikasi
merupakan hambatan komunikasi dan kondisi potensial
pendahulu yang menimbulkan konflik. Penelitian
menunjukkan bahwa potensi konflik meningkat ketika
terjadi terlalu sedikit atau terlalu banyak informasi. Jelas,
meningkatnya komunikasi menjadi fungsional sampai pada
suatu titik, dan diatasnya dengan terlalu banyak
komunikasi,meningkat pula potensi konflik.
Struktur: Istilah struktur digunakan dalam konteks ini
untuk mencakup variabel-variabel seperti ukuran, kadar
spesialisasi dalam tugas-tugas yang diberikan kepada
anggota kelompok, keserasian antara anggota dan tujuan,
gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan kadar
ketergantungan antar kelompok. Penelitian menunjukkan
bahwa ukuran dan spesialisasi bertindak sebagai daya yang
9
merangsang konflik.Semakin besar kelompok dan semakin
terspesialisasi kegiatan-kegiatannya, semakin besar pula
kemungkinan terjadinya konflik. Semakin besar
ambiguitas dalam mendefinisikan secara tepat dimana
letak tanggung jawab atas tindakan, semakin besar potensi
munculnya konflik.
Variabel-variabel Pribadi: Kategori ini meliputi
kepribadian, emosi, dan nilai-nilai. Bukti menunjukkan
bahwa jenis kepribadian tertentu memiliki potensi
memunculkan konflik. Emosi juga dapat menyebabkan
konflik. Nilai yang berbeda- beda yang dianut tiap-tiap
anggota dapat menjelaskan munculnya konflik.
10
Selain itu, biasanya ada perbedaan yang besar antara maksud dan
perilaku, sehingga perilaku tidak selalu mencerminkan
secaraakurat maksud seseorang. Dengan menggunakan sifat
kooperatif (kadar sampai mana salah satu pihak berupaya
memuaskan kepentingan pihak lain) dan sifat tegas (kadar sampai
mana salah satu pihak berupaya memperjuangkan kepentingannya
sendiri)
11
Accomodating, yaitu kesediaan salah satu pihak yang
berkonflik untuk menempatkan kepentingan lawannya di atas
kepentingannya sendiri. Maksud dari perilaku ini adalah supaya
hubungan tetap terpelihara, salah satu pihak bersedia
berkorban.
Compromising, adalah pendekatan yang berusaha mencari
jalan tengah, umumnya melibatkan kerelaan berkorban lebih
banyak dibandingkan pendekatan dominasi,namun tak
sebanyak yang direlakan dalam pendekatan akomodasi.
Kompromi melibatkan pihak ketiga untuk melakukan
intervensi dalam bentuk meminta bantuan pada otoritas
manajerial yang lebih tinggi atau keputusan untuk
menyerahkan konflik kedalam suatu bentuk mediasi atau
arbitrasi.
12
dalam arti konflik tersebutmenghasilkan kinerja kelompok, atau juga
bisa bersifat disfungsional karena justrumenghambat kinerja
kelompok.
Akibat fungsional: Meningkatnya keragaman kultur dari
anggota dapat memberikan manfaat lebih besar bagi organisasi.
Penelitian memperlihatkan bahwah eterogenitas antaranggota
kelompok dan organisasi dapat meningkatkan kreativitas,
memperbaiki kualitas keputusandan memfasilitasi perubahan
dengancara meningkatkan fleksibilitas anggota.
Akibat disfungsional, Pertengkaran yang tak terkendali
menumbuhkan rasa tidaksenang, yang menyebabkan ikatan
bersama renggang, dan pada akhirnya menuntun ada
kehancuran kelompok. Diantara konsekuensi-konsekuensi
yang tidakdiharapkan tersebut, terdapat lambannya
komunikasi, menurunnya kekompakan kelompok, dan
subordinasi tujuan kelompok oleh dominasi perselisihan antar
anggota.
Menciptakan konflik fungsional, Salah satu cara organisasi
menciptakan konflik fungsional adalah dengan memberi
penghargaan kepada orang yang berbeda pendapat dan
menghukum mereka yang suka menghindari konflik.
13
arti, yaitu:
14
Negosiasi biasa dikenal sebagai salah satu bentuk alternative dispute
resolution.
Yang perlu kita ketahui dalam negosiasi tidak akan pernah tercapai
kesepakatan kalau sejak awal masing-masing atau salah satu pihak tidak
memiliki niat untuk mencapai kesepakatan. Kesepakatan harus dibangun
dari keinginan atau niat dari kedua belah pihak, sehingga kita tidak bertepuk
sebelah tangan. Karena itu, penting sekali dalam awal-awal negosiasi kita
memahami dan mengetahui sikap dari pihak lain, melalui apa yang
disampaikan secara lisan, bahasa gerak tubuh maupun ekspresi wajah.
Karena jika sejak awal salah satu pihak ada yang tidak memiliki niat atau
keinginan untuk mencapai kesepakatan, maka hal tersebut berarti membuang
waktu dan energi kita. Untuk itu perlu dicari jalan lain, seperti misalnya
conciliation, mediation dan arbitration melalui pihak ketiga.
15
Tujuan negosiasi yaitu menemukan kesepakatan kedua belah pihak
secara adil dan dapat memenuhi harapan atau keinginan kedua belah pihak.
Dengan kata lain, hasil dari sebuah negosiasi adalah adanya suatu
kesepakatan yang memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Artinya,
tidak ada satupun pihak yang merasa dikalahkan atau dirugikan akibat
adanya kesepakatan dalam bernegosiasi. Selain alasan tersebut diatas, tujuan
dari negosiasi adalah untuk mendapatkan keuntungan atau menghindarkan
kerugian atau memecahkan problem yang lain.
Manfaat yang diperoleh dari suatu proses negosiasi dalah hal ini yakni :
1. Terciptanya jalinan kerja sama antar institusi atau badan usaha atau
pun perorangan untuk melakukan suatu kegiatan atau usaha
bersama atas dasar saling pengertian.
2. Dengan adanya jalinan kerjasama inilah maka tercipta proses-
proses transaksi bisnis dan kerja sama yang efektif.
3. Bagi suatu perusahaan, proses negosiasi akan memberikan manfaat
bagi jalinan hubungan bisnis yang lebih luas dan pengembangan
pasar.
4. Meningkatkan relasi, reputasi, profesionalisme.
16
1. Moving against (pushing) Menjelaskan memperagakan,
mengarahkan,mengulang-ulangi, menjernihkan masalah,
mengumpulkan perasaan,berdebat, menghimbau, menghakimi, tak
menyetujui, menentang,menunjukkan pihak lain
2. Moving with (pulling) Memperhatikan, mengajukan gagasan,
menyetujui, meringkaskan gagasan-gagasan pihak lain.
17
persoalan-persoalan apa saja negosiasi dibatasi? Adakah
prosedur khususyang harus diikuti jika menemui jalan buntu?
Dalam fase ini, para pihak juga akan bertukar proposal atau
tuntutan awal mereka.
3. Klarifikasi dan justifikasi: ketika posisis awal sudah saling
dipertukarkan, baik pihak pertama maupun kedua akan
memaparkan, menguatkan, mengklarifikasi, mempertahankan,
dan menjustifikasi tuntutan awal.
4. Perundingan dan pemecahan masalah: pada tahap ini akan
terjadi tawar menawar antara dua pihak untuk mencapai sebuah
solusi dimana solusi tersebut akan bergunauntuk memecahan
masalah.
5. Penutupan dan implementasi: tahap akhir dalam negosiasi
adalah memformalkankesepakatan yang telah dibuat serta
menyusun prosedur yang diperlukan untukimplementasi dan
pengawasan pelaksanaan.
18
yang terlibat dalam negosiasi berinteraksi. Para mediator tidak
memiliki otoritas yang mengikat, pihak-pihak yang terlibat bebas
mengacuhkan usaha mediasi ataupun rekomendasi yang dibuat oleh
pihak ketiga.
Arbitrase adalah situasi di mana pihak ketiga memiliki wewenang
memaksa terjadinya kesepakatan. Robbins ( 2008 ) kelebihan
arbitrase dibanding mediasi adalah bahwa arbitrase selalu
menghasilkan penyelesaian.
Konsiliasi adalah seseorang yang dipercaya oleh kedua pihak dan
bertugas menjembatani proses komunikasi pihak-pihak yang
bersitegang. Seorang konsiliator tidak memiliki kekuasaan formal
untuk mempengaruhi hasil akhir negosiasi seperti seorang mediator.
Konsultasi adalah situasi di mana pihak ketiga, yang terlatih dalam
isu konflik danmemiliki keterampilan penyelesaian konflik, berupaya
memfasilitasi pemecahan permasalahan dengan lebih memusatkan
hubungan antarpihak ketimbang isu-isu yang substantif.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
20
Menurut wWall (Robbins,2007), negosiasi atau perundingan adalah proses
dimana dua pihak atau lebih bertukar barang atau jasa dan berupaya menyepakati
nilai tukar barang dan jasa tersebut. Negosiasi atau perbandingan mewarnai
interaksi hampir semua orang dalam kelompok dan organisasi. Contohnya adalah
tawar menawar antara karyawan dengan pihak manajemen mengenai gaji.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/2010/04/lobby-
dan-negosiasi.html
21