Anda di halaman 1dari 9

Tingkat : III B

MK : Manajemen Keperawatan

KELOMPOK 5

KONSEP MANAJEMEN KONFLIK

ANGGOTA KELOMPOK 5 :

Ester Vina Natari / 711440118030

Feiby Yola Patrisya Sante / 711440118034

DIPLOMA III JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES MANADO

2021
A. Sejarah Manajemen konflik

Sejarah terjadinya suatu konflik di suatu organisasi dimulai seratus tahun yang lalu, dimana
konflik adalah suatu kejadian yang alamiah dan peristiwa yang pasti terjadi di organisasi. Pada
awal abad ke-20, konflik diindikasikan sebagai suatu kelemahan manajemen disuatu organisasi
dan harus dihindarkan.

Keharmonisan suatu organisasi sangat diharapkan, tetapi konflik selalu akan merusaknya.
Sewaktu konflik mulai terjadi pada suatu organisasi, meskipun dihindari dan ditolak, maka harus
diselesaikan secepatnya. Konflik sebenarnya dapat dihindari, kalo staf diarahkan terhadap suatu
tujuan yang jelas dalam melaksanakan tugasnya dan ketidakpuasan staf harus diekspresikan
secara langung supaya masalah tidak menumpuk dan bertambah banyak.

Pada pertengahan abad ke-19, sewaktu ketidak puasan staf dan umpan balik dari atasan tidak
ada, maka konflik diterima secara pasif dan sebagai suatu kejadian yang normal dalam
organisasi. Oleh karena itu sebagai manajer harus belajar tentang bagaimana menyelesaikan
konflik tersebut dari pada berusaha menghindarinya. Meskipun konflik dalam organisasi sebagai
suatu unsur penghambat staf dalam melaksanakan tugasnya, tetapi diakui bahwa konflik dan
kerjasama dapat terjadi secara bersamaan.

B. Pengertian konflik

Marquis dan Huston (1998) mendefinisikan konflik sebagai masalah internal dan
eksternal yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan pendapat, nilai-nilai, atau keyakinan dari dua
orang atau lebih.

Menurut KBBI, konflik adalah percekcokan, perselisihan, atau pertentangan.

Menurut Berstein (1965), konflik adalah suatu pertentangan atau perbedaan yang tidak
dapat dicegah. Konflik ini mempunyai potensi yang memberikan pengaruh positif dan negative

C. Penyebab Konflik

Shetach (2012) menyatakan bahwa konflik terjadi disebabkan karena:


1. perbedaan interpersonal pada setiap dimensi-umur, jenis kelamin, ras, pandangan,
perasaan, pendidikan, pengalaman, tingkah laku, pendapat, budaya, kebangsaan,
keyakinan, dll.
2. perbedaan kepentingan dalam hubungan antar manusia karena perbedaan budaya, posisi,
peran, status, dan tingkat hirarki. Menurut Robbins (2008), konflik muncul karena ada
kondisi yang Melatar belakanginya (antecedent conditions). Kondisi tersebut, yang
disebut juga sebagai sumber terjadinya konflik, terdiri dari tiga ketegori, yaitu :
komunikasi, struktur, dan variabel pribadi.
a. Komunikasi.
Komunikasi yang buruk, dalam arti komunikasi yang menimbulkan kesalah pahaman
antara pihak-pihak yang terlibat, dapat menjadi sumber konflik. Suatu hasil penelitian
menunjukkan bahwa kesulitan semantik, pertukaran informasi yang tidak cukup, dan
gangguan dalam saluran komunikasi merupakan penghalang terhadap komunikasi dan
menjadi kondisi anteseden untuk terciptanya konflik.
b. Struktur.
Istilah struktur dalam konteks ini digunakan dalam artian yang mencakup: ukuran
(kelompok), derajat spesialisasi yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan
jurisdiksi (wilayah kerja), kecocokan antara tujuan anggota dengan tujuan kelompok,
gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan derajat ketergantungan antara kelompok.
Penelitian menunjukkan bahwa ukuran kelompok dan derajat spesialisasi merupakan
variabel yang mendorong terjadinya konflik. Makin besar kelompok, dan makin
terspesialisasi kegiatannya, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya konflik
c. Variabel Pribadi
Sumber konflik lainnya yang potensial adalah faktor pribadi, yang meliputi: sistem
nilai yang dimiliki tiap-tiap individu, karakteristik kepribadian yang menyebabkan
individu memiliki keunikan (idiosyncrasies) dan berbeda dengan individu yang lain.
Kenyataan menunjukkan bahwa tipe kepribadian tertentu, misalnya, individu yang sangat
otoriter, dogmatik, dan menghargai rendah orang lain, merupakan sumber konflik yang
potensial.
D. Jenis dan Kategori Konflik
Terdapat berbagai macam jenis konflik yaitu :
1. Berdasarkan Tingkatannya
a. Konflik Intra personal ( Intra Individu)
Konflik Intra personal adalah konflik yang terjadi pada diri sendiri. Konflik Intra
personal ini di timbulkan oleh faktor-faktor pemikiran pribadi itu sendiri sendiri seperti
sikap, emosi, prinsip dan kepentingan diri sendiri. Pada umumnya Konflik Intra personal
ini terjadi karena adanya dua keinginan atau lebih yang tidak dapat dipenuhi sekaligus.
b. Konflik Intra group ( Intra Kelompok)
Konflik Intra group adalah Konflik yang disebabkan oleh individu-individu dalam
kelompok itu sendiri. Konflik Intra group (Intra Kelompok) ini terjadi karena adanya
ketidakcocokan ataupun kesalah pahaman diantara kelompok tersebut.
c. Konflik Intergroup (Antar Kelompok)

Konflik Intergroup adalah konflik yang terjadi karena adanya perbedaan ataupun
persaingan diantara dua kelompok. Dalam suatu perusahaan, konflik kelompok ini
dapatterjadikarenaadanyaperbedaanantarapekerjadanmanajemenperusahaanataupunantara
unit kerja yang satudengan yang lainnya.

d. Konflik Interorganisasi

Konflik Interorgansasi adalah konflik yang terjadi antara dua organisasi atau lebih.
Organisasi yang dimaksud disini dapat berupa sebuah perusahaan, partai politik maupun
negara.

2. Berdasarkan fungsinya
Robbins (1996:430) membedakan menjadi 2 macam :
a. Konflik fungsional (Functional Conflict)
Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung pencapaian tujuan kelompok, dan
memperbaiki kinerja kelompok.
b. Konflik disfungsional (Dysfunctional Conflict)
Konflik disfungsional adalah konflik yang merintangi pencapaian tujuan kelompok.
Menurut Robbins (1996:430)batas yang menentukan apakah suatu konflik fungsional
atau disfungsional sering tidak tegas (kabur). Suatu konflik mungkin fungsional bagi
suatu kelompok, tetapi tidak fungsional bagi kelompok yang lain. Begitu pula, konflik
dapat fungsional pada waktu tertentu, tetapi tidak fungsional di waktu yang lain.Kriteria
yang membedakan apakah suatu konflik fungsional atau disfungsional adalah dampak
konflik tersebut terhadap kinerja kelompok, bukan pada kinerja individu. Jika konflik
tersebut dapat meningkatkan kinerja kelompok, walaupun kurang memuaskan bagi
individu, maka konflik tersebutdikatakan fungsional. Demikian sebaliknya, jika konflik
tersebut hanya memuaskan individu saja, tetapi menurunkan kinerja kelompok maka
konflik tersebut disfungsional.
3. Berdasarkan Pihak yang Terlibat di Dalamnya
Stoner dan Freeman (1989:393) membagi konflik menjadi enam macam, yaitu:
a. Konflik dalam diri individu (conflict within the individual).
Konflik ini terjadi jika seseorang harus memilih tujuan yang saling bertentangan, atau
karena tuntutan tugas yang melebihi batas kemampuannya.
b. Konflik antar-individu (conflict among individuals).
Terjadi karena perbedaan kepribadian (personality differences) antara individu yang
satu dengan individu yang lain.
c. Konflik antara individu dan kelompok (conflict among individuals and groups).
Terjadi jika individu gagal menyesuaikan diri dengan norma - norma kelompok
tempat ia bekerja.
d. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama (conflict among groups in the
same organization).
Konflik ini terjadi karena masing–masing kelompok memiliki tujuan yang berbeda
dan masing-masing berupaya untuk mencapainya.
e. Konflik antar organisasi (conflict among organizations).
Konflik ini terjadi jika tindakan yang dilakukan oleh organisasi menimbulkan
dampak negatif bagi organisasi lainnya. Misalnya, dalam perebutan sumberdaya yang
sama.
f. Konflik antar individu dalam organisasi yang berbeda (conflict among individuals in
different organizations).
Konflik ini terjadi sebagai akibat sikap atau perilaku dari anggota suatu organisasi
yang berdampak negatif bagi anggota organisasi yang lain. Misalnya, seorang manajer
public relations yang menyatakan keberatan atas pemberitaan yang dilansir seorang
jurnalis.

E. Proses Konflik
a. Menurut Pondi Proses Terjadinya Konflik Sebagai Berikut :
1. Konflik Laten (Laten Conflict)
Konflik Laten adalah tahapan dari muncul nya faktor penyebab konflik dalam
organisasi. Bentuk-bentuk dasar dari situasi ini yaitu persaingan untuk memperebutkan
sumber daya yang terbatas, konflik peran, persaingan perebutan posisi dalam organisasi.
2. Konflik Yang Dipersepsikan (Perceived Conflict)
Pada tahapan ini salah satu pihak memandang pihak lain sebagai penghambat atau
penghalang pencapaian tujuannya.
3. Konflik Yang Dimanifestasikan (Manifest Conflict)
Pada tahapan ini perilaku tertentu sebagai indicator konflik sudah mulai ditunjukkan,
seperti adanya sabotase, agresi terbuka, konfrontasi, rendahnya kinerja dan lain
sebagainya.
4. Resolusi Konflik (Conflict Resolution)
Pada tahapan ini konflik yang terjadi diselesaikan dengan berbagai macam cara dan
pendekatan.
5. Konflik Aftermath
Jika konflik sudah benar-benar diselesaikan maka hal tersebut akan meningkatkan
hubungan para anggota organisasi. Hanya saja jika penyelesaian konflik tidak tepat, maka
akan dapat menimbulkan konflik baru.
b. Menurut Smith Proses Terjadinya Konflik Sebagai Berikut :
1. Tahap Antisipasi
Tahap antisipasi adalah tahap dimana merasakan munculnya gejala perubahan yang
mencurigakan.
2. Tahap Menyadari
Tahap menyadari adalah tahap dimana perbedaan mulai dieksepsikan dalam bentuk
suasana yang tidak mengenakkan.
3. Tahap Pembicaraan
Tahap pembicaraan adalah tahap dimana pendapat-pendapat berbeda mulai
bermunculan.
4. Tahap Perdebatan Terbuka
Tahap perdebatan terbuka  adalah tahap dimana perbedaan pendapat mulai
ditunjukkan dengan nyata dan terbuka.
5. Tahap Konflik Terbuka
Tahap konflik terbuka adalah tahap dimana masing-masing pihak berusaha
memaksakan kehendaknya kepada pihak lain.
F. Penyelesaian Konflik
Penyelesaian konflik adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan atau
menghilangkan konflik dengan cara mencari kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat
dalam konflik. Penyelesaian konflik diperlukan untuk mencegah :
1. Semakin mendalamnya konflik, yang berarti semakin tajamnya perbedaan antara
pihak-pihak yang berkonflik
2. Semakin meluasnya konflik, yang berarti semakin banyaknya jumlah peserta masing-
masing pihak yang berkonflik yang berakibat konflik semakin mendalam dan meluas,
bahkan menimbulkan disintergrasi masyarakat yang dapat menghasilkan dua
kelompok masyarakat yang terpisah dan bermusuhan.
Berikut cara penyelesaian konflik menurut para ahli :
Menurut Maswadi Rauf (2001 Ada dua cara penyelesaian konflik yaitu :
1. Secara persuasive
Yaitu menggunakan perundingan dan musyawarah untuk mencari titik temu antara
pihak-pihak yang berkonflik. Pihak-pihak yang berkonflik melakukan perundingan, baik
antara mereka saja maupun manggunakan pihak ketiga yang bertindak sebagai mediator
atau juru damai.
2. Secara koersif
Yaitu menggunakan kekerasan fisik atau ancaman kekerasan fisik untuk
menghilangkan perbedaan pendapat antara pihak-pihak yang terlibat konflik.
Menurut D. Hendropuspito OC (1989 : 250-251), cara penyelesaian konflik
yakni :
1. Konsolidasi (Perdamaian)
Yaitu suatu cara untuk mempertemukan pihak-pihak yang berselisih guna mencapai
persetujuan bersama untuk berdamai. Dalam proses ini pihak-pihak yang berkepentingan
dapat meminta bantuan pihak ketiga yang bertugas memberikan pertimbangan-
pertimbangan yang dianggapnya baik kepada kedua pihak yang berselisih untuk
menghentikan sengketanya.
2. Mediasi
Yaitu suatu cara untuk menyelesaikan pertikaian dengan menggunakan seorang
perantara (mediator). Seorang mediator tidak berwenang untuk memberikan keputusan
yang mengikat (hanya bersifat konsultatif). Pihak-pihak yang bersengketa sendirilah yang
harus mengambil keputusan untuk menghentikan perselisihan.
3. Arbitrasi
Artinya melalui pengadilan, dengan seorang hakim (arbiter) sebagai pengambil
keputusan yang mengikat kedua pihak yang bersengketa, artinya keputusan seorang
hakim harus ditaati.
4. Paksaan (Coercion).
Paksaan ialah suatu cara menyelesaikan pertikaian dengan menggunakan paksaan
fisik atau psikologis. Pihak yang bisa menggunakan paksaan adalah pihak yang kuat,
pihak yang merasa yakin menang dan bahkan sanggup menghancurkan pihak musuh.
5. Détente (Mengendorkan)
Yaitu mengurangi hubungan tegang antara dua pihak yang bertikai guna persiapan
untuk mengadakan pendekatan dalam rangka pembicaraan tentang langkah-langkah
mencapai perdamaian.
Referensi :

https://www.academia.edu/11967057/Sejarah_Terjadinya_Manajemen_Konflik

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_dir/948d79fe6b7aeeecbe85d5f510b66c01.PDF

https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-konflik-dan-jenis-jenis-konflik-berdasarkan-
tingkatannya/

https://www.bing.com/search?form=MOZLBR&pc=MOZD&q=proses+rejadinya+konflik

https://duniakumu.com/jenis-jenis-konflik-proses-terjadinya-konflik-strategi-manajemen-dan-
cara-pengendalian-konflik/

https://www.donisetyawan.com/cara-penyelesaian-konflik/

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2021/01/pengertian-konflik.html#:~:text=Pengertian
%20konflik%20menurut%20Gillin%20dan,pihak%20yang%20besaingan%2C%20berusaha
%20untuk

Anda mungkin juga menyukai