proses yang berawal ketika satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain yang telah
menyerang secara negatif atau akan menyerang secara negatif terhadapa sesuatu yang
menjadi urusan penting/sangat dihargai oleh pihak pertama.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan
dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang
wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami
konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan
hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik dalam organisasi tidak terjadi secara alamiah dan terjadi bukan tanpa sumber
penyebab. Penyebab terjadinya konflik pada setiap organisasi sangat bervariasi tergantung
pada cara individu-individu menafsirkan, mempersepsi, dan memberikan tanggapan terhadap
lingkungan kerjanya. Sumber-sumber konflik pada umumnya disebabkan kurangnya
koordinasi kerja antar kelompok/departemen, dan lemahnya sistem kontrol organisasi.
Konflik yang terkelola dengan baik akan memberikan keuntungan organisasi karena akan
menimbulkan persainngan. Persaingan yang diharapkan tentunya persaingan yang sehat yaitu
dengan menunjukkan kinerja terbaik dalam organisasi. Oleh karena itu, suatu organisasi
harus mampu melakukan manajemen konflik yang baik agar keuntungan yang diperoleh
dengan adanya konflik. Dampaak negative pun dapat diminimalisir sehingga tujuan
organisasi tidak terganggu oleh adanya konflik yang akan senantiasa timbl didalam
masyarakat.
2. PROSES TERJADINYA KONFLIK
Robbins (1996), menjelaskan proses lahirnya suatu konflik dengan menggunakan gambar di
bawah ini :
Antecedent Conditions
F
e
Perceived Conflict lt
Confli
ct
Manifest Conflict
Proses lahirnya sebuah konflik menurut Robbins(1996), melalui empat tahap sebagai berikut :
Pada tahap ini terdapat adanya kondisi yang menciptakan kemungkinan terjadinya konflik.
Konflik tersebut dilatar belakangi oleh adanya anteseden conditions yakni berupa :
a. Komunikasi.
b. Stuktur.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan struktur adalah ukuran (kelompok), derajat
spesialisasi yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan jurisdiksi (wilayah
kerja), kecocokan antara tujuan anggota dengan tujuan kelompok, gaya
kepemimpinan, sistem imbalan, dan derajat ketergantungan antara kelompok.
Penelitian menyebutkan bahwa makin besar suatu kelompok, maka makin besar pula
kemungkinan terjadinya konflik.
c. Faktor pribadi.
Tahap ini muncul karena akibat dari tahap I. Jika salah satu kondisi dari tahap I terjadi dalam
kelompok, maka akan timbul presepsi bahwa ada konflik di dalam kelompok. Keadaan ini
disebut dengan adanya konflik yang dipresepsikan (perceived conflict). Kemudian jika
individu terlibat secara emosional, dan mereka merasa cemas, tegang, frustrasi, atau muncul
sikap bermusuhan, maka konflik berubah menjadi konflik yang dirasakan (felt conflict).
Selanjutnya, konflik yang telah disadari dan dirasakan keberadaannya itu akan berubah
menjadi konflik yang nyata, jika pihak-pihak yang terlibat mewujudkannya dalam bentuk
perilaku. Misalnya, serangan secara verbal, ancaman terhadap pihak lain, serangan fisik,
huru-hara, pemogokan, dan sebagainya.dalam tahapan ini emosi memainkan peran utama
dalam membentuk presepsi.
Maksud merupakan keputusan untuk bertindak dalam cara teretntu. Maksud Penanganan
Konflik, meliputi :
a. Persaingan
c. Penghindaran
d. Akomodasi
e. Kompromi
4. Tahap IV : Perilaku.
a. Perilaku.
b. Tindakan.
5. Tahap 5 : Akibat
3. TIPE KONFLIK
Terdapat berbagai macam jenis konflik, tergantung pada dasar yang digunakan untuk
membuat klasifikasi. Ada yang membagi konflik berdasarkan pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya, ada yang membagi konflik dilihat dari fungsi dan ada juga yang membagi konflik
dilihat dari posisi seseorang dalam suatu organisasi.
I. Konflik dilihat dari posisi seseorang dalam struktur organisasi
Jenis konflik ini disebut juga konflik intra keorganisasian. Dilihat dari posisi
seseorang dalam struktur organisasi, konflik dibagi menjadi empat. Keempat jenis
konflik tersebut adalah sebagai berikut.
- Konflik vertikal, yaitu konflik yang terjadi antara karyawan yang memiliki kedudukan
yang tidak sama dalam organisasi. Misalnya, antara atasan dan bawahan.
- Konflik horizontal, yaitu konflik yang terjandi antara mereka yang memiliki
kedudukan yang sama atau setingkat dalam organisasi. Misalnya, konflik antar
karyawan, atau antar departemen yang setingkat.
- Konflik garis-staf, yaitu konflik yang terjadi antara karyawan lini yang biasanya
memegang posisi komando, dengan pejabat staf yang biasanya berfungsi sebagai
penasehat dalam organisasi.
- Konflik peranan, yaitu konflik yang terjadi karena seseorang mengemban lebih dari
satu peran yang saling bertentangan.
- Konflik dalam diri individu (conflict within the individual). Konflik ini terjadi jika
seseorang harus memilih tujuan yang saling bertentangan, atau karena tuntutan tugas
yang melebihi batas kemampuannya.
tujuan yang berbeda dan masing-masing berupaya untuk mencapainya. Masalah ini
terjadi karena pada saat kelompok-kelompok makin terikat dengan tujuan atau norma
mereka sendiri, mereka makin kompetitif satu sama lain dan berusaha mengacau
aktivitas pesaing mereka, dan karenanya hal ini mempengaruhi organisasi secara
keseluruhan.
- Konflik antar organisasi (conflict among organizations). Konflik ini terjadi jika
tindakan yang dilakukan oleh organisasi menimbulkan dampak negatif bagi organisasi
lainnya. Misalnya, dalam perebutan sumberdaya yang sama.
Dilihat dari fungsi, Robbins membagi konflik menjadi dua macam, yaitu:
- Konflik fungsional
Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung pencapaian tujuan kelompok, dan
memperbaiki kinerja kelompok.
- Konflik disfungsional
Sebagai contoh adalah konflik yang terjadi antara bagian staff akademik dengan
bagian staff pengajar. Konflik tersebut bisa terjadi karena perberdaan cara pandang
para anggota bagian tersebut. Staff akademik hanya mengatur penjadwalan pengajar
sesuai dengan mata kuliahnya. Tanpa menghiraukan berapa lama pengajar tersebut
mengajar dalam satu hari. Sedangkan staff pengajar hanya dapat menerima jadwal
yang sudah dibuat oleh staff akademik. Mungkin sebagian pengajar mengeluh karena
begitu padatnya jadwal yang telah dibuat. Maka staff pengajar melakukan komplen
kepada staff akademik. Hal ini menyebakan staff akademik harus bekerja dua kali
untuk mengatur ulang jadwal yang telah dibuat.
permusuhan pribadi, anggota komite yang tidak dapat menyetujui tujuan yang
ditetapkan organisasi.
Batas yang menentukan apakah suatu konflik fungsional atau disfungsional sering tidak
tegas (kabur). Suatu konflik mungkin fungsional bagi suatu kelompok, tetapi tidak fungsional
bagi kelompok yang lain. Begitu pula, konflik dapat fungsional pada waktu tertentu, tetapi
tidak fungsional di waktu yang lain. Kriteria yang membedakan apakah suatu konflik
fungsional atau disfungsional adalah dampak konflik tersebut terhadap kinerja kelompok,
bukan pada kinerja individu. Jika konflik tersebut dapat meningkatkan kinerja kelompok,
walaupun kurang memuaskan bagi individu, maka konflik tersebut dikatakan fungsional.
Demikian sebaliknya, jika konflik tersebut hanya memuaskan individu saja, tetapi
menurunkan kinerja kelompok maka konflik tersebut disfungsional.
5. HASIL KONFLIK
Konflik dapat menghasilkan hal yang negatif juga bisa menghasilkan hal yang bersifat
fungsional yang mengakibatkan timbulnya suatu perbaikan dalam kinerja organisasi yang
bersangkutan. Tetapi sebaliknya kinerja kelompok dapat dipengaruhi secara negatif.
- Aspek positif
- Aspek Negatif
Konflik dapat dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga konflik dapat memberikan hasil yang
efektif untuk mencapai sasaran-sasaran yang diinginkan. Konflik sesungguhnya dapat
menjadi energi yang kuat jika dikelola dengan baik, sehingga dapat dijadikan alat inovasi.
Akan tetapi sebaliknya jika tidak dapat dikendalikan mengakibatkan kinerja organisasi
rendah. Untuk itu pendekatan konflik sebagai bagian normal dari perilaku dapat
dimanfaatkan sebagai alat untuk mempromosikan dan mencapai perubahan-perubahan yang
dikehendaki sehingga tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Konflik dapat konstruktif maupun destruktif terhadap berfungsinya suatu kelompok atau unit.
Tingkat konflik dapat atau terlalu tinggi atau terlalu rendah. Tingkat konflik yang tidak
memadai atau berlebihan dapat merintangi keefektifan dari suatu kelompok atau organisasi,
dengan mengakibatkan berkurangnya kepuasan dari anggota, meningkatnya kemangkiran dan
tingkat keluarnya karyawan, dan pada akhirnya akan menurunkan produktivitas.
Konflik ada yang fungsional atau mendukung tujuan kelompok dan ada yang disfungsional
yang justru menghalangi pencapaian tujuan. Namun jika yang terjadi adalah konflik yang
justru menghalangi pencapaian tujuan maka ada beberapa teknik atau tindakan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi konflik, yaitu:
Sedangkan menurut Robbins dalam bukunya Managing Organizational Conflict, ada
beberapa tindakan atau teknik yang dapat dilakukan untuk mengatasi konflik dalam
organisasi:
1. Pemecahan masalah
Metode pemecahan masalah dengan konfrontasi berusaha mengurangi ketegangan melalui
pertemuan langsung atau tatap muka dari kelompok-kelompok yang konflik. Maksud dari
pertemuan ini adalah mengidentifikasi konflik dan menanggulanginya. Kelompok yang
konflik secara terbuka memperdebatkan berbagai persoalan dan sama-sama
menyampaikan informasi yang relevan sampai dapat dicapai suatu keputusan.
2. Tujuan tinggi
Salah satu sebab konflik dalam organisasi adalah terbatasnya sumber daya. Apapun yang
berhasil diperoleh satu kelompok, didapatkan dengan pengorbanan kelompok lainnya.
Sumber daya yang langka tersebut mungin berupa suatu kedudukan khusus, dana, ruang,
dsb. Perluasan sumber daya merupakan salah satu teknik yang berhasil menanggulangi
konflik dalam banyak hal.
4. Penghindaran
Meskipun penghindaran tidak menimbulkan manfaat jangka panjang, teknik ini tentunya
dapat diterapkan sebagai pemecah konflik jangka pendek. Konflik pada hakekatnya harus
dihadapi, akan tetapi dalam beberapa situasi penghindaran mungkin merupakan pilihan
terbaik.
5. Pelunakan
Teknik pelunakan menekankan kepentingan bersama dari kelompok yang sedang konflik
dan mengabaikan perbedaan mereka. Keyakinan yang mendasari teknik ini adalah bahwa
dengan menekankan sudut pandang yang sama atas masalah-masalah tertentu
memudahkan jalan menuju satu tujuan yang sama.
6. Kompromi
7. Perintah otoritatif
Dengan menggunakan metode ini organisasi dengan mudah dapat memecahkan konflik
menurut yang dianggapnya cocok dan mengkomunikasikan keinginannya kepada
keompok yang terlibat. Bawahan biasanya akan mematuhi keputusan atasan tanpa
memperdulikan apakah mereka setuju atau tidak. Perintah yang otoritatif biasanya berlaku
untuk jangka pendek.
Mengubah variabel manusia melibatkan usaha perubahan perilaku anggota kelompok yang
terlibat. Metode ini memusatkan perhatian atas sebab konflik dan atas sikap orang-orang
yang terlibat. Meskipun pengubahan variabel manusia lebih lambat dibandingkan dengan
metode lainnya dan juga mahal, hasilnya sangat penting untu kepentingan jangka panjang.
Cara ini melibatkan perubahan struktur formal organisasi. Struktur berkenaan dengan
hubungan yang tetap diantara berbagai pekerjaan dalam organisasi dan mencakup desain
pekerjaan dan departemennya. Pengubahan struktur organisasi untuk menyelesaikan
konflik melibatkan hal-hal seperti pemindahan, pertukaran, penghubung, atau penengah
yang memungkinkan terjadinya komunikasi.
Kelompok yang bersengketa dapat menyelesaikan perbedaan mereka untuk sementara dan
bersatu menghancurkan musuh bersama. Musuh bersama tersebut mungkin pihak pesaing
yang baru saja memperkenalkan produk yang jelas lebih baik. Fenomena musuh bersama
sangat jelas pada konflik di dalam organisasi.
Apapun teknik atau tindakan yang dilakukan untuk mengatasi konflik dalam organisasi,
pokok yang terpenting adalah bahwa kita perlu mengenali keberadaannya dan sebab-sebab
konflik.
Daftar pustaka: https://www.academia.edu/10176471/KONFLIK