Anda di halaman 1dari 15

JENIS-JENIS KONFLIK DAN CARA MENGENAL KONFLIK

Disusun Oleh:
Kelompok 5
1. Azat Sudrajat (14290017)
2. Rian Ariska (14290097)
3. Siti Zaenab (14290107)

Dosen Pengampu:
IBRAHIM, M.Pd.I

UNIVERSITAS TEUKU UMAR


MEULABOH-ACEH BARAT
2022
PENDAHULUAN

Istilah konflik akan membawa suatu kesan dalam pikiran seseorang bahwa
dalam hal tertentu terdapat suatu pertikaian, pertentangan antara beberapa orang
atau kelompok orang-orang , tidak adanya kerja sama , perjuangan satu pihak
untuk melawan pihak lainnya, atau suatu proses yang berlawanan.
Fenomena interaksi dan interelasi sosial antar individu maupun antar
kelompok, terjadinya konflik sebenarnya merupakan hal yang wajar. Pada
awalnya konflik dianggap sebagai gejala atau fenomena yang tidak wajar dan
berakibat negatif, tetapi sekarang konflik dianggap sebagai gejala alamiah yang
dapat berakibat negatif maupun positif tergantung bagaimana cara mengelolanya.
Oleh sebab itu, persoalan konflik tidak perlu dihilangkan tetapi perlu
dikembangkan karena merupakan sebagai bagian dari kodrat manusia yang
menjadikan seseorang lebih dinamis dalam menjalani kehidupan.
Adanya konflik terjadi akibat komunikasi yang tidak lancar, tidak adanya
kepercayaan serta tidak adanya sifat keterbukaan dari pihak-pihak yang saling
berhubungan.

1
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konflik
Konflik dapat berupa perselisihan (disagreement), adanya ketegangan (the
presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak
atau lebih.
Robbins menjelaskan bahwa konflik adalah suatu proses interaksi yang
terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang
berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun
pengaruh negatif.
Menurut Luthans konflik adalah kondisi yang ditimbulkan oleh adanya
kekuatan yang saling bertentangan. Kekuatan-kekuatan ini bersumber pada
keinginan manusia. Istilah konflik sendiri diterjemahkan dalam beberapa istilah
yaitu perbedaan pendapat, persaingan dan permusuhan. 1
Konflik adalah pertentangan antara dua atau lebih terhadap suatu hal atau
lebih dengan sesama anggota organisasi atau dengan organisasi lain, dan
pertentangan dengan diri sendiri.2

B. Jenis-Jenis Konflik
Dalam aktivitas organisasi, dijumpai bermacam-macam konflik yang
melibatkan individu-individu maupun kelompok-kelompok. Beberapa kejadian
konflik telah diidentifikasi menurut jenis dan macamnya oleh sebagian penulis
buku manajemen , perilaku organisasi , psikologi maupun sosiologi.3
Polak, M. (1982) membedakan konflik menjadi 4 jenis yaitu:
1. Konflik antar kelompok,
2. Konflik intern dalam kelompok,
3. Konflik antar individu untuk mempertahankan hak dan kekayaan , dan
4. Konflik individu untuk untuk mencapai cita-cita.

1
Sumaryanto, http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dr-sumaryanto-mkes/6-
manajemen-konflik-sebagai-salah-satu-solusi-dalam-pemecahan-masalah.pdf di akses pada 9
Maret 2017
2
J. Winardi, Manajemen Prilaku Organisai, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012) , hlm. 504
3
Wahyudi, Manajemen Konflik dalam Organisasi, (Alfabeta, 2008), hlm. 30

2
Pada dasarnya konflik organisasi (intraorganizational conflict) terdiri dari:
konflik pada diri seseorang, konflik antar pribadi, konflik antar kelompok, dan
konflik antara diri pribadi dengan kelompok.4
Adapun jenis-jenis konflik menurut Veithzal Rivai dan Ella Jauvani
Sagalaya yaitu sebagai berikut:
1. Konflik dalam diri seseorang
Seseorang dapat mengalami konflik internal dalam dirinya karena ia
harus memilih tujuan yang saling bertentangan. Ia merasa bimbang
mana yang harus dipilih atau dilakukan. Konflik dalam diri seseorang
juga dapat terjadi karena tuntutan tugas yang melebihi kemampuannya.
2. Konflik antarindividu
Konflik antarindividu terjadi seringkali disebabkan oleh adanya
perbedaan tentang isu tertentu, tindakan, dan tujuan dimana hasil
bersama sangat menentukan.
3. Konflik antaraggota kelompok
Suatu kelompok dapat mengalami konflik substantif atau konflik afektif.
4. Konflik antarkelompok
Konflik antarkelompok terjadi karena masing-masing kelompok ingin
mengejar kepentingan atau tujuan kelompoknya masing-masing.
5. Konflik intraperusahaan
Konflik intraperusahaan meliputi empat subjenis, yaitu konflik vertikal,
horizontal, lini-staff, dan konflik peran. Konflik vertikal terjadi antara
manjer dengan bawahan yang tidak sependapat tentang cara terbaik
untuk menyelesaikan suatu tugas. Konflik horizontal terjadi antara
karyawan atau departemen yang memiliki hierarki yang sama dalam
organisasi. Konflik lini-staff yang sering terjadi karena adanya
perbedaan persepsi tentang keterlibatan staff (staf ahli) dalam proses
pengambilan keputusan oleh manajer lini.

4
Ibid., hlm 31

3
6. Konflik antar perusahaan
Konflik juga bisa terjadi antarorganisasi karena mereka memiliki saling
ketergantungan satu sama lain terhadap pemasok, pelanggan, maupun
distributor.5
Konflik bisa terjadi karena perbedaan antara individu, konflik antar
kepentingan , dan konflik organisasi. Konflik organisasi adalah pertentangan
antara dua orang atau lebih pada anggota-anggota atau kelompok-kelompok dalam
organisasi yang timbul karena adanya pernyataan bahwa pembagian sumber daya
yang terbatas , atau kegiatan-kegiatan yang bertentangan karena masalah status ,
tujuan , nilai atau persepsi. Ada beberapa jenis konflik seperti dijelaskan di
bawah ini:
1. Konflik dalam Diri Individu
Yaitu sesuatu yang dihadapi penuh dengan ketidakpastian (kurang
percaya diri). Contoh: seseorang menerima tugas yang tidak sesuai
dengan kemampuannya.
2. Konflik antar Individu dalam Organisasi yang Sama
Yaitu konflik yang diakibatkan oleh perbedaan-berbedaan kepribadian.
Contoh: antara manajer dan bawahan.
3. Konflik antar Individu dalam Kelompok
Yaitu konflik yang ditimbulkan karena adanya tekanan dari kelompok
kerja mereka terhadap individu. Contoh: seseorang yang dihukum atau
di asingkan oleh kelompok kerjanya karena melanggar norma-norma
kelompoknya.
4. Konflik antar Kelompok dalam Organisasi yang Sama
Yaitu konflik ini terjadi karena adanya pertentangan kepentingan
antarkelompok. Contoh: pertentangan kelompok produksi dengan
kelompok pemasaran.

5
Veithzal Rivai dan Ella Jauvani Sagala, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk
Perusahaan: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2009), hlm. 1001-1002

4
5. Konflik antar Organisasi
Yaitu konflik yang ditimbulkan karena adanya persaingan yang tajam
dalam hal perekonomian suatu negara. Contoh: Negara Jepang dengan
Negara Amerika Serikat.6
Sementara itu, Cummings mengidentifikasi jenis-jenis konflik di dalam
organisasi yaitu: konflik manajer lini dengan manajer menengah (middle
manager), konflik manajer menengah dengan manajer menengah , konflik
manajer perorangan dengan organisasi, dan konflik batin pada diri manajer.
Konflik tidak terbatas pada anggota organisasingkat pelaksana akan tetapi terjadi
juga pada tingkatan manajer lini (supervisor) , manajer menengah, dan manajer
puncak. (top manager).
Konflik antar manajer berkaitan dengan pelanggaran batas wilayah kerja
dan kekuasaan. Masalah lain yang terjadi persoalan antar manajer adalah
kurangnya kerjasama dan tidak terpelihara perorangan dengan organisasi
disebabkan organisasi membatasi inisiatif , kreativitas, dan gagasan yang muncul
dari para manajer karena dianggap tidak sesuai dengan program yang di
rencanakan. Timbulnya ide atau gagasan dianggap menghambat kinerja
organisasi. Konflik pada diri manajer terjadi ketika putusan-putusan dan kebijakna
tidak dilaksanakan oleh anggota organisasi. Sedangkan kekuasaan dan wewenang
yang dimiliki manajer tidak ingin digunakan sementara keadaan tidak sesuai
dengan harapan manajer.7

C. Cara Mengenal Konflik


Konflik merupakan situasi yang wajar dalam masyarakat bahkan dalam
keluarga tanpa disadari juga mengalami konflik. Konflik sering dilatar belakangi
oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Dalam
berorganisasi, ini sangat mungkin untuk terjadi adanya konflik baik individu
ataupun kelompok.

6
Usman Effendi, Asas Manajemen, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 199
7
Wahyudi, Op. Cit., hlm. 32

5
Adapun cara dalam mengenal konflik dapat memperhatikan ciri-ciri
terjadinya konflik adalah sebagai berikut:
1. Paling tidak ada dua pihak secara perorangan maupun kelompok terlibat
dalam suatu interaksi yang saling berlawanan.
2. Saling adanya pertentangan dalam mencapai tujuan.
3. Adanya tindakan yang saling berhadap-hadapan akibat pertentangan.
4. Akibat ketidak seimbangan. 8
Menurut Wijono ciri-ciri konflik adalah:
1. Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok
yang terlibat dalam suatu interaksi yang saling bertentangan.
2. Paling tidak timbulpertentangan antara dua pihak secara perseorangan
maupun kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan
ambigius atau adanya nilai-nilai atau norma yang saling berlawanan.
3. Munculnya interaksi yang selingkali ditandai dengan gejala-gejala
perilaku yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi, dan
menekan terhadap pihak lain agar dapat memperoleh keuntungan seperti
: status, jabatan, tanggung jawab, pemenuhan berbagai macam
kebutuhan fisik: sandang, pangan materi dan kesejahteraan atau
tunjangan-tunjangan tertentu : mobil , rumah, bonus, atau pemenuhan
kebutuhan sosio-psikologis seperti: rasa aman, kepercayaan diri, kasih,
penghargaan dan aktualisasi diri.
4. Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat
pertentangan yang berlarut-larut.
5. Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-masing pihak
yang terkait dengan kedudukan, status sosial, pangkat, golongan,
kewibawaan, kekuasaan, harga diri, prestise dan sebagainya.9

8
Sumaryanto, Op. Cit.,
9
Imaniatin Novitasari, Manajemen Konflik,
http://imaniatin.blogspot.co.id/2013/11/manajemen-konflik-definisi-ciri-sumber.html?m=1 diakses
pada tanggal 14 Maret 2017

6
Tahapan-tahapan perkembangan kearahterjadinya konflik:
1. Konflik masih tersembunyi (laten)
Berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan sebagai hal yang
biasa dan tidak dipersoalkan sebagai hal yang mengganggu dirinya.
2. Konflik yang mendahului (antecedent condition)
Tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang
belummengganggu dirinya, kelompok atau organisasi secara
keseluruhan, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan
peran dan sebagainya.
3. Konflik yang dapat diamati (perceived coflicts)
Muncul sebagai akibat antecedent condition yang tidak terselesaikan.
4. Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior)
Upaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat
yang ditimbulkannya, individu, kelompok, atau organisasi, cenderung
melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.
5. Penyelesaian atau tekanan konflik
Pada tahap ini, ada dua tindakan yang perlu diambil terhadap suatu
konflik , yaitu penyelesaian konflik dengan berbagai strategi atau
sebaliknya malah ditekan.
6. Akibat penyelesaian konflik
Jika konflik diselesaikan dengan efektif dengan strategi yang tepat maka
dapat memberikan kepuasan dan dampak positif bagi semua pihak.
Sebaliknya bila tidak, maka bisa berdampak negatif terhadap kedua
belah pihak sehingga mempengaruhi produktivitas kerja.10
Menurut Vasta konflik akan terjadi bila seseorang melakukan sesuatu tetapi
orang lain menolak, menyangkal, merasa keberatan atau tidak setuju dengan apa
yang dilakukan seseorang. Selanjutnya dikatakan bahwa konflik lebih mudah
terjadi diantara orang-orang yang hubungannya bukan teman dibandingkan
dengan orang-orang yang berteman. Konflik muncul bila terdapat adanya kesalah

10
Ibid.,

7
pahaman pada sebuah situasi sosial tentang pokok-pokok pikiran tertentu dan
terdapat adanya antagonisme-antagonisme emosional.11
Konflik di dalam organisasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai
berikut:
1. Faktor Manusia dan perilakunya
a. Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya.
b. Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku.
c. Timbul karena ciri-ciri kepribadian individual, antara lain sikap
egoistis, temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.
d. Semangat dan ambisi.
e. Berbagai macam kepribadian.
Konflik muncul karena adanya perbedaan yang sangat besar antar
kepribadian setiap orang, yang bahkan dapat berlanjut kepada
perseteruan antar pribadi. Sering muncul kasus di mana orang-orang
yang memiliki kekuasaan dan prestasi yang tinggi cenderung untuk
menganggap prestasi pribadi lebih penting, sehingga hat ini tentu
mempengaruhi pihak-pihak lain dalam organisasi tersebut.
2. Faktor Organisasi
a. Persaingan dalam menggunakan sumberdaya
Apabila sumberdaya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya
terbatas atau dibatasi, maka dapat timbul persaingan dalam
penggunaannya. Ini merupakan potensi terjadinya konflik antar unit/
departemen dalam suatu organisasi.
b. Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi
Tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai spesialisasi dalam
fungsi, tugas, dan bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah pada
konflik minat antar unit tersebut. Misalnya, unit penjualan
menginginkan harga yang relatif rendah dengan tujuan untuk lebih

11
Ahmad Thontowi, Manajemen Konflik,
https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/dokumen/manajemenkonflik.pdf , di akses pada 9
Maret 2017

8
menarik konsumen, sementara unit produksi menginginkan harga
yang tinggi dengan tujuan untuk memajukan perusahaan.
c. Interdependensi tugas
Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak
dapat bekerja karena menunggu hasil kerja dari kelompok lainnya.
d. Perbedaan nilai dan persepsi
Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yang negatif,
karena merasa mendapat perlakuan yang tidak “adil”. Para manajer
yang relatif muda memiliki presepsi bahwa mereka mendapat
tugas-tugas yang cukup berat, rutin dan rumit, sedangkan para
manajer senior mendapat tugas yang ringan dan sederhana.
e. Kekaburan yurisdiksional.
Konflik terjadi karena batas-batas aturan tidak jelas, yaitu
adanya tanggung jawab yang tumpang tindih.
f. Masalah “status”.
Konflik dapat terjadi karena suatu unit/departemen mencoba
memperbaiki dan meningkatkan status, sedangkan
unit/departemen yang lain menganggap sebagai sesuatu yang
mengancam posisinya dalam status hirarki organisasi.
g. Hambatan komunikasi.
Komunikasi sebagai media interaksi diantara orang-orang dapat
dengan mudah menjadi basis terjadinya konflik. Bisa dikatakan
komunikasi seperti pedangbermata dua: tidak adanya
komunikasi dapat menyebabkan terjadinya konflik, tetapi disisi
lain, komunikasi yang terjadi itu sendiri dapat menjadi potensi
terjadinya konflik. Sebagai contoh, informasi yang diterima
mengenai pihak lain akan menyebabkan orang dapat
mengindentifikasi situasi perbedaan dalam hal nilai dan
kebutuhan. Hal ini dapat memulai konflik, sebenarnya dapat

9
dihindari dengan komunikasi yang lebih sedikit.12
Suatu konflik bisa terjadi manakala suatu kelompok atau seseorang dalam
usahanya mencapai tujuannya secara relatif terhalang oleh pencapaian tujuan
kelompok atau orang lain. Dengan demikian , kepentingan seseorang atau
kelompok tersebut terasa terhalang oleh kepentingan orang atau kelompok lain.13
Cara mengenal konflik pada umumnya dari individu-individu dalam
organisasi tentunya memiliki banyak persoalan yang menjadikan mereka konflik.
Konflik tersebut memaksakan mereka karena tugas-tugas yang dibebankan oleh
organisasi. Suatu contoh berikut ini menunjukkan sumber potensi dari timbulnya
konflik.
Manajer menghendaki produksi ditingkatkan, karyawan meminta
diberikannya banyak perhatian kepadanya. Pembelian meminta pelayanan secara
cepat, manajer-manajer lainnya meminta adanya jadwal penundaan, konsultan
menyarankan perubahan, karyawan menolak perubahan tersebut. Buku pedoman
menyarankan kalau bekerja sesuai dengan formulanya, tetapi para staf
menyatakan buku tersebut tidak bisa dikerjakan. Demikian seterusnya banyak
contoh terjadi dalam organisasi yang menunjukkan adanya sumber-sumber yang
potensial untuk timbulnya konflik.
Secara konsepsial, ada empat sumber dari konflik organisai itu, yakni:
1. Suatu situasi yang tidak menunjukkan keseimbangan tujuan-tujuan yang
ingin dicapai.
2. Terdapatnya sarana-sarana yang tidak seimbang, atau timbulnya proses
alokasi sumber-sumber yang tidak seimbang.
3. Terdapatnya suatu persoalan status yang tidak selaras, dan
4. Timbulnya persepsi yang berbeda.14
Konflik antar individu dalam suatu organisasi , individu mempunyai
perbedaan dalam hal kemampuan , kebutuhan, bakat, minat, kepribadian maupun
latar belakang lingkungan. Perbedaan dapat menjadi sumber konflik apabila
12
Sumaryanto, Op. Cit.,
13
Miftah Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2010), hlm. 106
14
Ibid., hlm. 112-113

10
masing-masing mempertahankan kepentingan anggota ataupun kepentingan yang
lebih sempit. Akan tetapi pertentangan dan perbedaan pendapat dapat menjadi
kekuatan organisasi jika diarahkan dan dikelola secara baik.15

D. Dampak Positif Konflik Sosial

1. Memperjelas Aspek Kehidupan yang Sebelumnya Belum Jelas

Apa nih, maksudnya? Kita ambil contoh yang tadi, deh. Ketika elo pengen
makan dengan menu yang berbeda dengan temen, hal ini jadi memperjelas
perbedaan-perbedaan yang ada di antara kalian berdua. Semakin lama kalian
saling mengenal, kemungkinan terjadi konfliknya kan, bakal semakin besar. Tapi,
dengan ini, aspek kehidupan kalian berdua jadi semakin jelas satu sama lain.

2. Meningkatkan Solidaritas

Kita itu kalau punya musuh bersama, malah semakin bersatu, ya nggak,
sih? Kayak dulu, rakyat Indonesia bersatu karena punya musuh bersama, yaitu
penjajah. Nah, dengan berkonflik, solidaritas bakal meningkat di antara pihak-
pihak yang punya musuh bersama. Walaupun hubungan dengan musuh semakin
menjauh, tapi justru solidaritas semakin kuat di antara pihak-pihak yang punya
satu tujuan atau musuh.

3. Penyesuaian Norma Sosial di Masyarakat

Kalau elo pernah tahu, ada berita bahwa ada orang yang terkena abu rokok
dari orang yang lagi berkendara. Konflik sosial terjadi karena protes terhadap
orang yang berkendara sambil merokok, karena merugikan orang lain yang
matanya terkena abu rokok.

Dengan berkonflik begini, orang-orang lain jadi ngeh kalau berkendara


sambil merokok itu berbahaya untuk orang lain. Nah, di sini, norma sosial
disesuaikan, dengan menganggap bahwa perilaku ini melanggar norma sosial.

15
Wahyudi, Op. Cit, hlm. 33

11
E. Dampak Negatif Konflik Sosial

1. Kerusakan Fisik dan Korban Jiwa


Mulai dari tawuran, sampai perang antar suku, semua konflik ini
menimbulkan kerusakan fisik dan bahkan menelan korban jiwa. Semakin
tinggi level konflik sosial yang terjadi, maka kerusakan fisik dan korban
jiwanya juga bakal makin parah.

2. Rusaknya Hubungan Pihak yang Terlibat


Kalau konflik bisa membuat solidaritas semakin kuat di antara pihak-pihak
yang punya musuh bersama, konflik juga membuat hubungan rusak di antara
pihak-pihak yang saling berkonflik. Hal ini membuat dampak positif dan
negatif itu bakal saling mengiringi pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik
sosial.

3. Mengubah Seseorang
Kalau kita liat individu-individu yang berkonflik, enggak sedikit dari mereka
yang mengalami trauma. Selain itu, konflik membuat seseorang mempunyai
stigma negatif terhadap pihak lawan. Contohnya, perang antar suku membuat
individu yang bahkan tidak terlibat dalam perang, tetapi mempunyai
pandangan buruk terhadap suku lawan.

12
KESIMPULAN
Konflik adalah pertentangan antara dua atau lebih terhadap suatu hal atau
lebih dengan sesama anggota organisasi atau dengan organisasi lain, dan
pertentangan dengan diri sendiri. Pada dasarnya konflik organisasi
(intraorganizational conflict) terdiri dari: konflik pada diri seseorang, konflik
antar pribadi, konflik antar kelompok, dan konflik antara diri pribadi dengan
kelompok.
Ada beberapa jenis konflik diantaranya yaitu:
1. Konflik dalam Diri Individu
2. Konflik antar Individu dalam Organisasi yang Sama
3. Konflik antar Individu dalam Kelompok
4. Konflik antar Kelompok dalam Organisasi yang Sama
5. Konflik antar Organisasi
Adapun cara dalam mengenal konflik dapat memperhatikan ciri-ciri
terjadinya konflik adalah sebagai berikut:
1. Paling tidak ada dua pihak secara perorangan maupun kelompok
terlibat dalam suatu interaksi yang saling berlawanan.
2. Saling adanya pertentangan dalam mencapai tujuan.
3. Adanya tindakan yang saling berhadap-hadapan akibat pertentangan.
4. Akibat ketidak seimbangan.

DAFTAR PUSTAKA

13
Ahmad Thontowi. (t.thn.). Dipetik Maret 9, 2017, dari Manajemen Konflik:
https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/dokumen/manajemenkonfl
ik.pdf

Miftah Thoha. (2010). Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT.


RajaGrafindo Persada.

Novitasari, Imaniatin;. (t.thn.). Manajemen Konflik. Dipetik Maret 14, 2017, dari
http://imaniatin.blogspot.co.id/2013/11/manajemen-konflik-definisi-ciri-
sumber.html?m=1

Rivai, Veithzal; Sagala, Ella Jauvani;. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia
Untuk Perusahaan: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Sumaryanto. (t.thn.). Dipetik Maret 9, 2017, dari Manajemen Konflik Sebagai


Salah Satu Solusi dalam Pemecahan Masalah : ,
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dr-sumaryanto-mkes/
6-manajemen-konflik-sebagai-salah-satu-solusi-dalam-pemecahan-
masalah.pdf

Usman Effendi. (2014). Asas Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Wahyudi. (2008). Manajemen Konflik dalam Organisasi. Alfabeta.

Winardi, J. (2012). Manajemen Prilaku Organisasi. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.

14

Anda mungkin juga menyukai