Konflik yang terjadi dalam sebuah manajemen tidak selalu harus diartika negatif, bisa jadi
konflik itu memang sengaja dimunculkan untuk menciptakan dinamika dalam majanemen.
dengan tujuan meningkatkan etos kerja dan daya saing antar pegawai.
A. PENGERTIAN KONFLIK
Di antara anggota akan tampil seseorang yang paling menonjol, untuk selanjutnya
menjadi seorang pemimpin yang akan membawa dan mempengaruhi anggota
kelompoknya ke arah yang diinginkan. Sementara itu, anggota lainnya akan segera
mengambil perannya sebagai anggota kelompok. Inilah embrio bagi tumbuhnya
organisasi-organisasi yang lebih profesional. Agar setiap organisasi berfungsi secara
efektif, individu dan kelompok yang saling bergantung harus membentuk hubungan kerja
dalam lingkungan batas organisasi, di antara orang-orang secara individual dan diantara
kelompok. Individu dan kelompok dapat bergantung satu sama lain untuk memperoleh
informasi, bantuan atau tindakan yang terkoordinasi. Ketergantungan semacam itu dapat
membantu perkembangan kerja sama dan konflik. Terdapat perbedaan pandangan para
pakar dalam mengartikan konflik. Setidaknya ada tiga kelompok pendekatan dalam
mengartikan konflik, yaitu pendekatan individu, pendekatan organisasi, dan pendekatan
sosial.
Pengertian konflik yang mengacu kepada pendekatan individu antara lain dikemukakan
oleh Ruchyat dan Winardi. Ruchyat mengemukakan konflik individu adalah konflik yang
terjadi dalam diri seseorang. Senada dengan pendapat ini Winardi mengemukakan konflik
individu adalah konflik yang terjadi dalam individu yang berangkutan. Hal ini terjadi jika
individu: (1) harus memilih antara dua macam alternatif positif dan yang sama-sama
memiliki daya tarik yang sama, (2) harus memilih antara dua macam alternatif negatif yang
sama tidak memiliki daya tarik sama sekali, dan (3) harus mengambil keputusan
sehubungan dengan sebuah alternatif yang memiliki konsekuensi positif maupun negatif
yang berkaitan dengannya.
Pengertian konflik yang mengacu pada pendekatan sosial adalah seperti yang
dikemukakan aleh Cummings dan Alisjahbana. Cummings mendefinisikan konflik sebagai
suatu proses interaksi sosial, dimana dua orang atau lebih, atau dua kelompok atau lebih
berbeda atau bertentangan dalam pendapat dan tujuan mereka. Alisjahbana mengartikan
konflik sebagai perbedaan pendapat dan pandangan di antara kelompok-kelompok
massyarakat yang akan mencapai nilai yang sama.
Pengertian konflik yang mengacu kepada pendekatan organisasi antara lain dikemukakan
oleh para pakarberikut. Luthans mengartikan konflik sebagai ketidak sesuaian nilai atau
tujuan antara anggota kelompok organisasi. Dubrint mengartikan konflik sebagai
pertentangan antara individu atau kelompok yang dapat meningkatkan ketegangan
sebagai akibat saling menghalangi dalam pencapaian tujuan. Sedangkan A.F Stoner
menyatakan bahwa konflik organisasi adalah perbedaan pendapat antara dua atau lebih
banyak anggota organisasi atau kelompok, karena harus membagi sumberdaya yang
langka atau aktifitas kerja dan/atau pandangan yang berbeda.
1. Konflik tujuan (goal conflict), yang terjadi apabila hasil akhir yang diinginkan atau hasil
yang diprefensi, tidak bersifat kompatibel.
2. Konflik kognitif (cognitive conflict), yang muncul, apabila individu-individu menyadari
bahwa pemikiran mereka atau ide-ide mereka tidak konsisten saatu sama lain.
3. Konflik efektif, yang muncul apabila perasaan-perasaan atau emosi-emosi tidak
kompatibel satu sama lain.
B. SUMBER-SUMBER KONFLIK
Konflik dalam organisasi tidak terjadi secara alamiah danterjadi bukan tanpa sumber
penyebab. Penyebab terjadinya konflik pada setiap organisasi sangat bervariasi
tergantung pada cara individu-individu menafsirkan, mempersepsi, dan memberikan
tanggapan terhadap lingkungan kerjanya.
Winardi mengemukakan beberapa hal yang menjadi sumber terjadinya konflik dalam
organisasi, yaitu :
a. Memasukkan anggota yang memiliki sikap, prilaku serta pandangan yang berbeda
dengan norma-norma yang berlaku.
b. Merestrukturisasi organisasi terutama rotasi jabatan dan pembagian tugas-tugas
baru.
c. Menyampaikan informasi yang bertentangan dengan kebiasaan yang di alami
d. Meningkatkan persaingan dengan cara menawarkan insentif,promosi jabatan
ataupun penghargaan lainnya.
e. Memilih pimpinan baru yang lebih demokratis.
Tindakan mengurangi konflik dilakukan apabila tingkat konflik tinggi dan menjurus
pada tindakan destruktif disertai penurunan produktivitas kerja di tiap unit/bagian.
Metode pengurangan konflik dengan jalan mensubstitusi tujuan-tujuan yang dapat
diterima oleh kelompok-kelompok yang sedang konflik, menghadapkan tantangan
baru kepada kedua belah pihak agar dihadapi secara bersama, dan memberikan
tugas yang harus dikerjakan bersama sehingga timbul sikap persahabatan antara
anggota-anggota kelompok.
Menghindari, merupakan salah satu reaksi terhadap konflik yaitu salah satu ataulah
kedua belah pihak berupaya tidak terlibat dengan masalah-masalah yang dapat
menimbulkan perbedaan atau pertentangan. Sebagian orang menyukai
menghindar dari konflik, pengalaman menyakitkan yang pernah dialami oleh
individu maupun kelompok membuat mereka ingin menarik diri dari konflik.
Kecenderungan untuk menghindari konflik dapat juga didasarkan pada suatu
pandangan bahwa konflik merupakan tindakan yang bijaksana ketika isu konflik
tidak penting dan dampak negatif lebih besar daripada manfaat/keuntungannya.
Untuk merubah sikap orang lain tidaklah mudah, maka teknik menghindar dari
konflik dapat memberikan kesempatan pihak lain untuk berpikir/menyegarkan
ingatan dan mencari informasi lebih banyak tentang masalah yang
dipertentangkan. Teknik menghindar dari konflik menjadi lebih baik apabila pihak
lain dapat memecahkan masalah lebih efektif.
Kompetisi, atau persaingan adalah suatu bentuk perjuangan secara damai yang
terjadi apabila dua pihak berlomba untuk berebut mencapai suatu tujuan yang
sama. Kompetisi dapat bersifat merugikan apabila perjuangan individu atau
kelompok dalam mengejar berbagai keinginan dengan mengorbankan pihak
lain.konflik di pandang sebagai suatu permainan untuk dimenangkan. Masing-
masing pihak merasakan bahwa harus ada pemenang dan yang dikalahkan dalam
suatu konflik. Pihak yang bersaing menggunakan berbagai strategi untuk
memenangkan persaingan berupa ancaman, argumentasi atau bujukan. Persaingan
dapat berjalan secara teratur dan jujur apabila kedua belah pihak mengakui norma-
norma untuk melakukan persaingan secara adil. Tanpa aturan yang jelas, maka
persaingan mudah berkembang menjadi pertikaian yang tidak dapat dikendalikan.
Kompromi, merupakan reaksi terhadap konflik dengan cara mencari jalan tengah
yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang terlibat. Masing-masing pihak
mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian penyelisihan. Sikap yang
diperlukan agar dapat me;aksanakan kompromi adalah satu pihak yang bersedia
merasakan dan mengerti keadaan pihak lain. Kedua kubu tidak ada yang menang
atau yang kalah, masing-masing memberi kelonggaran atau konsesi. Kedua pihak
mendapatkan apa yang diinginkan tetapi tidak penuh, dan kehilangan tetapi tidak
seluruhnya.
Kolaborasi, atau kerjasama adalah kesediaan untuk menerima kebutuhan pihak lain.
Dalam kolaborasi adda peluang untuk memenuhi kepentingan kedua belah pihak
di dalam konflik. Kerjasama /kolaborasi sangat berguna jika masing-masing pihak
yang sedang konflik mempunyai tujuan yang berbeda dan kompromi tidak
mungkin dilakukan. Cara kolaborasi memungkinkan kedua belah pihak yang
terlibat konflik bekerjasama dan mencari pemecahan masalah secara tuntas dan
memuaskan. Tujuan kolaborasi adalah untuk mendapatkan keinginan ari masing-
masing kelompok, sehingga kedua belah pihak menang dan tidak ada yang
dikalahkan. Karena itu dapat memperkuat hubungan dan menimbulkan rasa saling
menghormati pada kedua belah pihak.