Anda di halaman 1dari 6

Mengidentifikasi Situasi

Konflik
Kegiatan belajar 1 :megindentifikasi situasi konflik
a. Definisi konflik
b. Faktor penyebab konflik
c. Cirri-ciri/isyarat adanya konflik
d. Anggapan salah mengenai konflik

A. Definisi konflik
Kata “konflik” itu sendiri berasal dari bahasa latin
“Configere”, yang oleh para sosiolog diartikan sebagai suatu
proses antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok)
dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkannya atau membuat tidak
berdaya. Konflik itu sendiri merupakan situasi yang wajar
dalam setiap masyarakat maupun yang tidak pernah
mengalami konflik antar anggota atau antar kelompok
masyarakat lainnya, konflik itu akan hilang bersamaan dengan
hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik yang dapat
terkontrol akan menghasilkan integrasi yang baik, namun
sebaliknya integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan
suatu konflik.Konflik terjadi karena adanya interaksi yang
disebut komunikasi. Hal ini berarti, bila kita ingin mengetahui
konflik, kita harus mengetahui kemampuan dan perilaku
komunikasi. Semua konflik mengandung komunikasi, tapi
tidak semua konflik berakar pada komunikasi yang buruk.
Beberapa pendapat ahli mengenai konflik :
Konflik Menurut Robbin
Robbin (1996: 431) mengatakan konflik dalam organisasi
disebut sebagai The Conflict Paradoks, yaitu pandangan
bahwa di sisi konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja
kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok dan
organisasi berusaha untuk meminimalisasikan konflik.
Pandangan ini dibagi menjadi tiga bagian, antara lain:
1. Pandangan tradisional (The Traditional View). Pandangan
ini menyatakan bahwa konflik itu hal yang buruk, sesuatu
yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik
disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan
irrationality. Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional
akibat komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan,
keterbukaan di antara orang – orang, dan kegagalaan manajer
untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.

2. Pandangan hubungan manusia (The Human Relation View.


Pandangan ini menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai
suatu peristiwa yang wajar terjadi di dalam kelompok atau
organisasi. Konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat
dihindari karena di dalam kelompok atau organisasi pasti
terjadi perbedaan pandangan atau pendapat antar anggota.
Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai suatu hal
yang bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja
organisasi. Dengan kata lain, konflik harus dijadikan sebagai
motivasi untuk melakukan inovasi atau perubahan di dalam
tubuh kelompok atau organisasi.
3. Pandangan interaksionis (The Interactionist View).
Pandangan ini cenderung mendorong suatu kelompok atau
organisasi terjadinya konflik. Hal ini disebabkan suatu
organisasi yang kooperatif, tenang, damai, dan serasi
cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak
inovatif.
Konflik Menurut Stoner dan Freeman
Stoner dan Freeman(1989:392) membagi pandangan menjadi
dua bagian, yaitu pandangan tradisional (Old view) dan
pandangan modern (Current View):
1. Pandangan tradisional. Pandangan tradisional menganggap
bahwa konflik dapat dihindari. Hal ini disebabkan konflik
dapat mengacaukan organisasi dan mencegah pencapaian
tujuan yang optimal. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan
yang optimal, konflik harus dihilangkan. Konflik biasanya
disebabkan oleh kesalahan manajer dalam merancang dan
memimpin organisasi. Dikarenakan kesalahan ini, manajer
sebagai pihak manajemen bertugas meminimalisasikan
konflik.
2. Pandangan modern. Konflik tidak dapat dihindari. Hal ini
disebabkan banyak faktor, antara lain struktur organisasi,
perbedaan tujuan, persepsi, nilai – nilai, dan sebagainya.
Konflik dapat mengurangi kinerja organisasi dalam berbagai
tingkatan. Jika terjadi konflik, manajer sebagai pihak
manajemen bertugas mengelola konflik sehingga tercipta
kinerja yang optimal untuk mencapai tujuan bersama.
0

B. Faktor penyebab konflik


1. Penyebab individu
Perbedaan kepribadian antar individu bisa menjadi factor
penyebab terjadinya konflik, biasanya perbedaan individu
yang menjadi sumber konflik adalah perbedaan pendirian dan
perasaan. Manusia adalah individu yang unik, artinya setiap
orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda
satu dengan yang lainnya.
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan
Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk
pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan
terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu akan
menghasilkan perbedaan individu yang akhirnya akan akan
memicu konflik.

3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok


Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang
kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang
bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki
kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang
melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-
beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam
hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menganggap
hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari
kebudayaan mereka, sehingga harus dijaga dan tidak boleh
ditebang. Para petani menebang pohon-pohon karena
dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat
kebun atau lading. Bagi pengusaha kayu,pohon-pohon yang
ditebang kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang
dan membuka pekerjaan . sedangkan bagi pecinta lingkungan,
hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus
dilestarikan disini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan
antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.pl

c. ciri-ciri/isyarat adanya konflik


Menurut Wijono( 1993 : 37) Ciri-ciri Konflik adalah :
1p. Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan
maupun kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi yang
saling bertentangan.
2. Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak secara
perseorangan maupun kelompok dalam mencapai tujuan,
memainkan peran dan ambigius atau adanya nilai-nilai atau
norma yang saling berlawanan.
3. Munculnya interaksi yang seringkali ditandai oleh gejala-
gejala perilaku yang direncanakan untuk saling meniadakan,
mengurangi, dan menekan terhadap pihak lain agar dapat
memperoleh keuntungan seperti: status, jabatan, tanggung
jawab, pemenuhan berbagai macam kebutuhan fisik: sandang-
pangan, materi dan kesejahteraan atau tunjangan-tunjangan
tertentu: mobil, rumah, bonus, atau pemenuhan kebutuhan
sosio-psikologis seperti: rasa aman, kepercayaan diri, kasih,
penghargaan dan aktualisasi diri.
4. Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai
akibat pertentangan yang berlarut-larut.
5. Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-
masing pihak yang terkait dengan kedudukan, status sosial,
pangkat, golongan, kewibawaan, kekuasaan, harga diri,
prestise dan sebagainya.
Pemimpin organisasi pada level manapun perlu memiliki
kepekaan terhadap munculnya konflik. Beberapa isyarat
adanya konflik, antara lain :
1. Anggota memberikan komentar dan saran dengan
penuh emosi.
2. Anggota menyerang gagasan orang lain sebelum
gagasan tersebut diselesaikan.
3. Anggota saling menuduh bahwa mereka tidak memahami
masalah yang sebenarnya. Anggota selalu beroposisi dan
menolak untuk kompromi.
4. Anggota saling menyerang secara langsung pada
pribadinya.
Para pemimpin seharusnya melakukan deteksi dini
terhadap gejala-gejala konflik, sebelum konflik itu meletus
hebat. Melalui deteksi dini ini bisa diambil langkah-langkah
segera untuk menyelesaikannya
D0.Anggapan salah mengenai konflik
1. Konflik akan teratasi dengan sendirinya apabila
dibiarkan.
Jika tidak segera diatasi, konflik akan menjadi
tidak terkendali dan makin sulit diatasi. Membiarkan konflik
terjadi berarti membiarkan masalah semakin besar yang suatu
kepkkhjkoib]tika dapat menjadi bom waktu yang dapat
meledak kapan saja dan merugikan organisasi
2. Konfrontasi adalah hal yang tidak menyenangkan
Konfrontasi tidak sama dengan berkelahi atau
salimng bertatapan muka penuh emosi. Konfrontasi ialah
merundingkan persoalan untuk diselesaikanssaaap . Dalam
konfrontasi dilakukan pertemuan untuk mengemukakan
argumentasi dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
Hal ini penting dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman
yang berlarut-larut
3. Konflik dalam perusahaan menandakan ketidakmampukan
pemimpin

siapa pun pemimpinnya, konflik pasti akan


terjadi dalam suatu organisasi. Hal yang terpenting adalah
bukan bisa atau tidaknya memimpin, tapi apakah pemimpin
cakap dan handal dalam mengatasi konflik serta mampu
mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi di masa depan
4. Konflik di antara karyawan menandakan ketidakpedulian
pada perusahpppaan

[plp ketika terjadi konflik di suatu organisasi,


dapat diartikan bahwa telah terjadi dinamika positif dalam
organisasi tersebut. Konflik dapat memberi gambaran bahwa
anggota tim yang terlibat memiliki kepedulian/perhatian pada
masalah-masalah organisasi.

Anda mungkin juga menyukai