PERILAKU ORGANISASI
“KONFLIK DAN NEGOSIASI”
Dosen Pengampu :
Zainur Rochman, S.E.,M.Sc
Disusun Oleh :
Kelompok 9
1. Kukuh Prahesti 18080574013
2. Septasari Cahya Na-zhifah 18080574064
3. Nur Laili Fitriana 18080574101
MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
2.4 NEGOSIASI
Negosiasi merupakan suatu proses yang mana dua atau lebih pihak saling bertukar
barang atau jasa dan berupaya untuk setuju dengan nilai tukar bagi mereka.
Strategi Perundingan
a. Perundingan Distributif, yaitu negosiasi yang berupaya untuk membagi jumlah
sumber daya secara tetap; situasi kemenangan atau kekalahan. Contohnya adalah
negosiasi yang terjadi diantara tenaga kerja dan manajemen mengenai jumlah gaji.
Ketika Anda terlibat perundingan distributif, salah satu hal terbaik yang dapat Anda
lakukan adalah dengan mengajukan penawaran pertama dan lakukan dengan cara
yang agresif. Taktik perundingan distributif lainnya adalah dengan mengungkapkan
tenggat waktu.
b. Perundingan Integratif, yaitu negosiasi yang berupaya mencari satu atau lebih
kesepakatan yang dapat memberikan solusi kemenangan bagi kedua belah pihak.
Dalam istilah perilaku intraorganisasi, perundingan integratif lebih dipilih
dibandingkan perundingan distributif karena pertama membentuk hubungan dalam
jangka panjang. Perundingan integratif mengikat para negosiator dan memungkinkan
mereka untuk meninggalkan meja perundingan bila mereka meras bahwa telah
mencapai kemenangan.
Proses Negosiasi
a. Persiapan dan Perencanaan. Sebelum Anda mulai melakukan negosiasi, lakukan
tugas pekerjaan Anda. Bagaimana sifat dari konflik tersebut? Apakah sejarah yang
mengarahkan pada negosiasi ini? Siapakah yang terlibat dan bagaimana persepsi
mereka mengenai konflik? Apa yang Anda inginkan dari negosiasi? Apakah yang
menjadi tujuan Anda?. Ketika Anda telah mengumpulkan informasi, kembangkan
sebuah strategi. Anda akan menentukan alternatif terbaik bagi Anda dan pihak
lainnya terhadap suatu perjanjian yang dinegosiasikan, atau disebut BATNA (Best
Alternative To a Negotiated Agreement).
b. Definisi dari Aturan yang Mendasar. Ketika Anda telah melakukan perencanaan dan
mengembangkan sebuah strategi, maka Anda telah siap untuk memulai
mendefinisikan dengan pihak lainnya mengenai aturan mendasar dan prosedur dari
negosiasi itu sendiri
c. Klarifikasi dan Pembenaran. Ketika Anda telah saling menukarkan proposal awal
Anda, maka Anda dan pihak lain akan menjelaskan, memperkuat, menjernihkan,
mendukung, dan membenarkan permintaan mula-mula Anda.
d. Melakukan Perundingan dan Pemecahan Masalah. Inti dari proses negosiasi adalah
upaya memberi dan mengambil secara aktual dalam mencoba untuk menyelesaikan
perjanjian. Hal ini adalah dimana kedua belah pihak perlu untuk membuat konsesi.
e. Penutupan dan Implementasi. Langkah terakhir dalam proses negosiasi adalah
merumuskan perjanjian Anda dan mengembangkan prosedur yang diperlukan untuk
mengimplementasi dan mengawasinya.
Perbedaan Individual dalam Efektivitas Negosiasi
a. Sifat Kepribadian dalam Negosiasi. Terlihat bahwa keadaan yang mana keramahan,
dan kepribadian yang lebih umum, memengaruhi hasil negosiasi akan bergantung
dengan situasi. Pentingnya menjadi ekstrover misalnya, akan sangat bergantung pada
bagaimana pihak lain bereaksi terhadap seseorang yang tegas dan antusias.
b. Suasana Hati/Emosi dalam Negosiasi. Sebagaimana yang dapat Anda amati, emosi –
terutama yang sifatnya negatif – berpengaruh terhadap negosiasi. Bahkan emosi yang
tidak dapat diprediksi memengaruhi hasil, para peneliti telah menemukan bahwa para
negosiator yang mengekspresikan emosi yang positif dan negatif dalam cara yang
tidak dapat diprediksi akan lebih banyak konsesi karena membuat pihak lainnya
merasakan kurang memegang kendali.
c. Budaya dalam Negosiasi. Orang-orang pada umumnya melakukan negosiasi dengan
lebih efektif di dalam budaya yang sama diantara mereka. Terlihat bahwa dalam
negosiasi lintas budaya, penting bahwa negosiator akan memiliki keterbukaan yang
tinggi terhadap pengalaman, tetapi juga menghindari faktor-faktor – misalnya tekanan
waktu – yang cenderung untuk menghalangi pembelajaran dalam memahami pihak
lainnya. Terakhir, karena emosi secara kultural bersifat sensitif, maka para negosiator
perlu untuk bersikap waspada dengan dinamika emosional dalam nehosiasi lintas
budaya.
d. Perbedaan Gender di Dalam Negosiasi. Terdapat banyak area dalam perilaku
organisasi yang mana pria dan wanita tidak dibedakan. Negosiasi bukanlah salah satu
dari mereka. Hal ini sekarang terlihat cukup adil bahwa pria dan wanita akan
melakukan negosiasi secara berbeda, dan perbedaan-perbedaan tersebut akan
memengaruhi hasil.
Negosiasi dengan Pihak Ketiga
Seorang mediator adalah piha ketiga yang netral yang memfasilitasi solusi yang
dinegosiasikan dengan menggunakan alternatif-alternatif pertimbangan, bujukan, saran,
dan sebagainya.
Seorang arbitrator adalah seorang pihak ketiga dengan otoritas untuk mendikte
perjanjian. Arbitrase dapat secara sukarela (diminta oleh para pihak) atau yang
diwajibkan (dipaksa terhadap para pihak oleh UU atau kontrak). Kelebihan terbesar dari
arbitrase atas mediasi adalah selalu menghasilkan penyelesaian.
Seorang konsiliator adalah seorang pihak ketiga yang terpercaya yang
menyediakan komunikasi secara informal diantara negosiator dengan lawan. Dalam
membandingkan antara konsiliasi dengan mediasi adalah dalam hal efektivitas yang telah
terbukti sulit karena keduanya sangat banya bertumpang tindihnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Robbins, Stephen P. 2017. Perilaku Organisasi (Organizational Behaviour). Jakarta:
Salemba Empat.