PERILAKU ORGANISASI
CHAPTER 14
KONFLIK DAN NEGOSIASI
KELOMPOK 7 :
A. DEFINISI KONFLIK
Konflik adalah persepsi, sehingga konflik didefinisikan sebagai suatu proses yang dimulai
ketika satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negative atau akan
mempengaruhi secara negative pihak lain.
B. TRANSISI PEMIKIRAN TENTANG KONFLIK
1. PANDANGAN TRADISIONAL
Pandangan ini mengasumsi bahwa semua konflik itu buruk dan harus dihindari. Konflik
adalah sebuah keluaran akibat disfungsional dari komunikasi yang buruk, tidak adanya
keterbukaan dan kejujuran antar orang, dan kegagalan dari manajer dalam merespon
kebutuhan dan aspirasi karyawannya.
2. PANDANGAN INTERAKSIONIS
Padangan interaksionis melihat konflik dari dasar pemikiran bahwa suatu keadaan yang
harmonis, damai tenang, dan kooperatif mudah menjadi statis, apatis, serta tidak tanggap
akan kebutuhan untuk perubahan dan inovasi. Padangan ini tidak mengemukakan bahwa
semua konflik adalah baik, tapi pandangan ini membaginya menjadi dua kategori yaitu
konflik fungsional dan disfungsional. Konflik fungsional adalah konflik mendukung
tujuan dari kelompok dan meningkatkan kinerjanya. Sedangkan konflik disfungsional
adalah konflik yang menghambat kinerja kelompok. Apa perbedaanya ? fakta
menyebutkan kita perlu mengetahu tipe-tipe dari konflik yang berkaitan dengan tugas,
hubungan dan proses.
- Konflik tugas, yaitu berhubungan dengan muatan dan tujuan pekerjaan.
- Konflik hubungan, yaitu berfokus pada hubungan antarpersonal.
- Konflik proses, berhubungan dengan bagaimana suatu pekerjaan dilaksanakan.
3. PANDAGAN RESOLUSI TERFOKUS (MANAJEMEN KONFLIK)
Studi jangka panjang menunjukkan bahwa semua konflik akan mengurangi kejujuran,
kepedulian, dan kkohesifan kelompok, yang pada akhirnya akan mengurangi
keberlangsungan hidup jangka panjang. Ringkasanyya, pandangan tradisional
menunjukan bahwa semua konflik harus dieliminasi. Pandangan interaksional tidak
mengemukakan bahwa semua konflik adalah baik. Pandangan manajemen waktu
mengakui bahwa konflik tidak bias dihindarkan dari kebanyakan organisasi.
C. PROSES KONFLIK
Proses konflik memiliki lima tahapan yaitu : potensi pertentang atau ketidakselarasan,
kognisi dan personalisasi, maksud, perilaku, dan akibat.
TAHAP 1. POTENSI PERTENTANGAN ATAU KETIDAKSELARASAN
Tahapan awal dalam proses konflik adalah munculnya kondisi-kondisi yang membuat
peluang untuk konflik meningkat.kondisi-kondisi tersebut dikategorikan menjadi tiga, yaitu :
komunikasi, struktur, dan variable pribadi.
Komunikasi
Hambatan dalam komunikasi disebabkan karena kesulitan semantic, kesalahpahaman,
dan gangguan dari saluran komunikasi. Sebuah penelitian menunjukan bahwa
konotasi kata, jargon, pertukaran informasi yang tidak memadai, dan gangguan pada
saluran komunikasi adalah semua hambatan komunikasi dan berpotensi dapat
menimbulkan konflik. Penelitian lainnya menunjukan bahwa konflik bias muncul
akibat terlalu banyak atau terlalu sedikit berkomunikasi.
Struktur
Istilah struktur mengacu pada konteks meliputi variable-variable seperti ukuran
kelompok, kadar spesialisasi dalam tugas-tugas yang diberikan kepada anggota
kelompok, kejelasan yuridiksi, keserasian antara anggota dan tujuan, gaya
kepemimpinan, sistem imbalan, dan kadar ketergantungan antar kelompok. Dari
variable-variabel diatas yang menimbulkan konflik apabila :
o Semakin besar ukuran kelompok dan semakin terspesialisasi kegiatan-
kegiatannya, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya konflik
o Semakin besar ambiguitas dalam mendefinisikan secara tepat di mana letak
tanggung jawab atas tindakan, semakin besar potensi munculnya konflik
o Beragamnya tujuan di antara kelompok menimbulkan sebagian saling
bertentangan sehingga muncullah peluang terjadinya konflik.
o Ada indikasi bahwa gaya kepemimpinan yang melekat meningkatkan potensi
konflik
o Sistem imbalan juga diketahui menciptakan konflik ketika perolehan salah
seorang anggota dipandang merugikan anggota lain.
o Saling ketergantungan memungkinkan satu kelompok mendapat hasil dengan
merugikan kelompok lain, daya konflik pun akan terangsang.
Variabel-varibel Pribadi
Maksud mengintervensi antara persepsi orang dengan emosi dan menghasilkan perilaku
mereka, maksud adalah keputusan untuk bertindak dengan jalan tertentu. Namun perilaku
tidak selalu menggambarkan maksud seseorang dengan benar.
Kita dapat mengidentifikasi lima maksud penanganan konflik yaitu bersaing (tegas dan
tidak kooperatif), berkolaborasi (tegas dan kooperatif), menghindari (tidak tegas dan
tidak kooperatif), menampung (tidak tegas dan koperatif), dan mengorbankan
(pertengahan pada kedua ketegasan dan kegotong-royongan).
Dalam tahapan perilaku, konflik terlihat nyata meliputi pernyataan, aksi dan reaksi dari
pihak-pihak yang berkonflik. Perilaku biasanya merupakan implementasi dari maksud
seseorang meskipun kenyataannya perilaku memiliki stimulus yang berbeda dengan maksud
dan bahkan kadang menyimpang akibat adanya kesalahan perhitungan atau keterampilan
operasional rendah.
Tahapan ini merupakan proses dinamis interaksi. Semua konflik ada di suatu tempat di
sepanjang kontinum ini.
Pada bagian bawah, konflik ditandai dengan bentuk yang halus, tidak langsung, dan sangat
terkendali. Intensitas konflik meningkat ketika pihak yang berkonflik bergerak ke atas
sepanjang kontinum sampai menjadi sangat destruktif. Konflik yang mencapai kisaran atas
kontinum (destruktif) hampir selalu disfungsional Hal ini membawa kita ke teknik
manajemen konflik. berisi daftar utama teknik resolusi dan stimulasi yang memungkinkan
manajer untuk mengendalikan tingkat konflik.
Tujuan Superordinat Menetapkan tujuan bersama yang tidak dapat dicapai tanpa kerja
sama dari setiap pihak yang berkonflik.
Mengubah Variabel Mengubah struktur organisasi formal dan pola-pola interaksi dari
Struktural pihak-pihak yang berkonflik melalui rancang ulang pekerjaan,
pemindahan, penciptaan posisi koordinasi, dan sebagainya.
Membuat Kambing Hitam Menunjuk seorang pengkritik untuk secara sengaja mendebat
posisi mayoritas yang digenggam oleh kelompok.
- Akibat Fungsional
Konflik bersifat konstruktif apabila dapat memperbaiki kualitas keputusan,
merangsang kreativitas dan inovasi, mendorong minat dan keingintahuan diantara
anggota kelompok, meyediakan media atau sarana untuk mengungkapkan masalah dan
menurunkan ketegangan serta mendorong evaluasi diri dan perubahan. Fakta
menunjukkan bahwa konflik berhubungan positif dengan produktivitas dimana rata-
rata perbaikan keputusan diantara kelompok-kelompok dengan tingkat konflik tinggi
73% lebih besar daripada perbaikan dari kelompok dengan tingkat konflik rendah.
Meningkatnya keragaman kultur dari anggota dapat memberikan manfaat lebih besar
bagi organisasi. Penelitian memperlihatkan bahwa heterogenitas antar anggota
kelompok dan organisasi dapat meningkatkan kreativitas, memperbaiki kualitas
keputusan dan memfasilitasi perubahan dengan cara meningkatkan fleksibilitas
anggota.
- Akibat Disfungsional
Pertengkaran yang tak terkendali menumbuhkan rasa tidak senang, yang menyebabkan
ikatan bersama renggang, dan pada akhirnya menuntun pada kehancuran kelompok.
- Mengelol,A Konflik Fungsional
Salah satu cara organisasi mengeloa konflik fungsional adalah dengan memberi
penghargaan kepada orang yang berbeda pendapat dan menghukum mereka yang suka
menghindari konflik.
Beberapa contoh pendekatan yang digunakan oleh organisasi untuk mendorong
anggota- anggota mereka menantang sistem dan mengembangkan ide-ide baru nan
segar:
o Hewlett- Packard
Memberi penghargaan kepada dissenters (orang yang memiliki pendapat
berbeda) dengan cara mengakui keberadaan dan kontribusi mereka dan
kepada orang – orang yang mempertahankan ide-ide mereka meskipun ide –
ide tersebut sudah berulang kali ditolak oleh management.
o Herman Miller Inc
Memiliki system formal dimana karyawan dapat mengevaluasi dan mengkritik
atasan mereka
o IBM
Memiliki system formal yang mendorong perbedaan. Para karyawan berhak
menilai dan mengkritik atasan mereka tanpa perlu takut kena hukuman. Jika
perbedaan tidak dapat terselesaikan, system tersebut memberi peluang kepada
pihak ketiga untuk memberikan nasehat atau saran.
o Royal Dutch Shell Group, General Electric, Anheuser- Busch
Memunculkan Devil’s Advocates (lawan tanding yang tidak selalu
mengiyakan apa yang diyakini bersama) di dalam proses pengambilan
keputusan mereka.
D. Negosiasi
Negosiasi adalah sebuah proses di mana dua pihak atau lebih melakukan pertukaran barang
atau jasa dan berupaya untuk menyepakati nilai tukarnya.
Strategi Negosiasi ( Tawar-menawar)
Ada dua pendekatan umum dalam negosiasi :
1. Negosiasi distributif
Adalah negosiasi yang berupaya membagi sumberdaya yang jumlahnya tetap ;
situasi menang kalah. Pandangan klasik menyatakan bahwa negosiasi ini terjadi
dalam bentuk sebuah permainan yang nilai totalnya adalah nol ( zero sum game ).
Artinya apapun yang terjadi dalam negosiasi pastilah salah satu pihak akan
menang, sedangkan pihak yang lainnya kalah.
Fixed Pie : keyakinan bahwa hanya ada satu set jumlah barang atau jasa yang akan
dibagi antara pihak-pihak
2. Negosiasi Integratif
Adalah perundingan yang mencari satu penyelesaian atau lebih yang dapat
menciptakan penyelesaian secara menang menang. Artinya bahwa setiap pihak
mendapatkan keuntungan tanpa harus merugikan pihak lain.
Tabel Perbandingan Negosiasi Distributif dengan Negosiasi Integratif
Karakteristik Negosiasi Negosiasi Distributif Negosiasi Integratif
Tujuan Mendapat potongan kue Memperbesar kue
sebanyak mungkin sehingga kedua belah
pihak puas
Motivasi Menang-kalah Menang-menang
Fokus Posisi (saya tidak dapat Kepentingan (dapatkah
memberi lebih banyak anda jelaskan mengapa isu
daripada ini) ini begitu penting bagi
anda?)
Kepentingan Berlawanan Selaras
Tingkat Berbagi Informasi Rendah (berbagi informasi Tinggi (berbagi informasi
hanya akan memungkinkan akan memungkinkan
pihak lain mengambil masing-masing pihak
keuntungan kita) untuk menemukan cara
yang akan memuaskan
kepentingan kedua belah
pihak)
Lama Hubungan Jangka Pendek Jangka Panjang
Proses Negosiasi
Ada lima tahap dalam negosiasi, yaitu :
1. Persiapan dan Perencanaan
sebelum bernegosiasi perlu mengetahui apa tujuan dari Anda bernegosiasi dan
memprediksi rentangan hasil yang mungkin diperoleh dari “paling baik” hingga
“paling minimum bisa diterima”.
2. Definisi Aturan-aturan Dasar
begitu selesai melakukan perencanaan dan menyusun strategi, selanjutnya mulai
menentukan aturan-aturan dan prosedur dasar dengan pihak lain untuk negosiasi
itu sendiri. Siapa yang akan melakukan perundingan? Di mana perundingan akan
dilangsungkan? Kendala waktu apa, jika ada , yang mungkin akan muncul? Pada
persoalan-persoalan apa saja negosiasi dibatasi? Adakah prosedur khusus yang
harus diikuti jika menemui jalan buntu? Dalam fase ini, para pihak juga akan
bertukar proposal atau tuntutan awal mereka.
3. Klarifikasi dan justifikasi
Ketika posisis awal sudah saling dipertukarkan, baik pihak pertama maupun
kedua akan memaparkan, menguatkan, mengklarifikasi, mempertahankan, dan
menjustifikasi tuntutan awal.
4. Tawar menawar dan pemecahan masalah
Pada tahap ini akan terjadi tawar menawar antara dua pihak untuk mencapai
sebuah solusi dimana solusi tersebut akan berguna untuk memecahan masalah.
5. Penutupan dan implementasi
Tahap akhir dalam negosiasi adalah memformalkan kesepakatan yang telah dibuat
serta menyusun prosedur yang diperlukan untuk implementasi dan pengawasan
pelaksanaan.