Anda di halaman 1dari 10

proses terjadinya

konflik sosial
Anggota kelompok:
• Andika Pratama
• Cessilia Anggraita
• Fadlurrahman rafi Widianto
• Intan Gloria
• Rani Azizah Euriko
• Vicky Nasik Waseso
• M. raihan
Pengertian konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang
atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam


suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut
ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain
sebagainya.

Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai


sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi.
Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Beberapa pengertian konflik menurut
para ahli
1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan
kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada
berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di
antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2. Menurut Gibson, et al (1997), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama,
hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika
masing-masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan
sendiri-sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh
persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik
di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada.
Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada
konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
Faktor penyebab konflik

1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.


2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi
yang berbeda.
3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Tahap terjadinya konflik
Menurut Louis R. Pondy (dalam George & Jones, 1999:660) merumuskan lima
episode konflik yang disebut "Pondys Model of Organizational Conflict".
Menurutnya, konflik berkembang melalui lima fase secara beruntun, yaitu :
latent conflict, perceived conflict, felt conflict, manifest conflict dan conflict
aftermath.

Tahap I
Konflik terpendam. Konflik ini merupakan bibit konflik yang bisa terjadi dalam
interaksi individu ataupun kelompok dalam organisasi, oleh karena manajemen
organisasi dan perbedaan konsepsi, namun masih di bawah permukaan. Konflik
ini berpotensi untuk sewaktu-waktu muncul ke permukaan.
Tahap II
Konflik yang terpersepsi. Fase ini dimulai ketika para aktor yg terlibat mulai
mengkonsepsi situasi-situasi konflik termasuk cara mereka memandang,
menentukan pentingnya isu-isu, membuat asumsi-asumsi terhadap motif-motif
dan posisi kelompok lawan.

Tahap III
Konflik yang terasa. Fase ini dimulai ketika para individu atau kelompok yang
terlibat menyadari konflik dan merasakan penglamanpengalaman yang bersifat
emosi, seperti kemarahan, frustasi, ketakutan, dan kegelisahan yang melukai
perasaan.
Tahap IV
Konflik yang termanifestasi. Pada fase ini salah satu pihak memutuskan bereaksi
menghadapi kelompok dan sama-sama mencoba saling menyakiti dan
menggagalkan tujuan lawan. Misalnya agresi terbuka, demonstrasi, sabotase,
pemecatan, pemogokan dan sebagainya.

Tahap V
Konflik sesudah penyelesaian. Fase ini adalah fase sesudah konflik diolah. Bila
konflik dapat diselesaikan dengan baik hasilnya berpengaruh baik pada organisasi
(fungsional) atau sebaliknya (disfungsional).
Dampak konflik

Dampak positif :
1. Mendorong untuk kembali mengkoreksi diri. Dengan adanya konflik yang
terjadi, akan membuat kesempatan bagi salah satu ataupun kedua belah
pihak untuk berpikir ulang tentang kenapa bisa terjadi perselisihan ataupun
konflik diantara mereka.
2. Meningkatkan Prestasi. Dengan adanya konflik, bisa saja membuat orang yang
termajinalkan oleh konflik menjadi merasa mempunyai kekuatan ekstra
sendiri untuk membuktikan bahwa ia mampu dan sukses.
3. Mengembangkan alternative yang baik. Bisa saja dengan adanya konflik yang
terjadi dapat membuat seseorang berpikir dia harus mulai mencari
alternatif yang lebih baik dengan misalnya bekerja sama dengan orang lain.
Dampak negatif :

1. Menghambat kerjasama. Sejatinya konflik langsung atau tidak langsung akan


berdampak buruk terhadap kerjasama yang sedang dijalin oleh kedua belah
pihak ataupun kerjasama yang akan direncanakan diadakan antara kedua
belah pihak.
2. Apriori. Selalu berapriori terhadap “lawan”. Terkadang kita tidak meneliti
benar tidaknya permasalahan, jika melihat sumber dari persoalan adalah dari
lawan konflik kita.
3. Saling menjatuhkan. Ini salah satu akibat paling nyata dari konflik yang
terjadi diantara sesama orang di dalam suatu organisasi, akan selalu muncul
tindakaan ataupun upaya untuk saling menjatuhkan satu sama lain dan
membuat kesan lawan masing-masing rendah dan penuh dengan masalah.

Anda mungkin juga menyukai