Nama kelompok :
Andika Pratama
Cessilia Anggraita
Fadlurrahman rafi Widianto
Intan Gloria
Rani Azizah Euriko
Vicky Nasik Waseso
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya
Serta tidak lupa kami haturkan rasa hormat dan ucapkan terima kasih banyak
kepada Bapak Taufik Lubis, M.Pd., selaku Dosen Mata Kuliah Sistem Sosial di STKIP
Arrahmaniyah.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna baik secara materi maupun penulisannya, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki oleh tim penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat
Tim Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bekasi,Oktober 2019
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan.................................................................................................17
Daftar Pustaka.............................................................................................................18g
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Konflik merupakan kondisi yang terjadi ketika dua pihak atau lebih
menganggap ada perbedaan yang tidak selaras, tidak cukup sumber dan tindakan
salah satu pihak menghalangi, atau mencampuri atau dalam beberapa hal membuat
tujuan pihak lain kurang berhasil. Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah
Konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi.
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Oleh karena
itu diperlukanya pendekatan Konflik dalam sistem sosial agar konflik itu sendiri
dapat terselesaikan.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
BAB II
PEMBAHASAN
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa
juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa
sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar
dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami
konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan
warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat
kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini
persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik
di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada.
atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun
Perbedaan pendapat tidak selalu berarti perbedaan keinginan. Oleh karena konflik
bersumber pada keinginan, maka perbedaan pendapat tidak selalu berarti konflik.
4
Persaingan sangat erat hubungannya denga konflik karena dalam persaingan
beberapa pihak menginginkan hal yang sama tetapi hanya satu yang mungkin
mendapatkannya. Persaingan tidak sama dengan konflik namun mudah menjurus ke arah
konflik, terutuma bila ada persaingan yang menggunakan cara-cara yang bertentangan
dengan aturan yang disepakati. Permusuhan bukanlah konflik karena orang yang terlibat
konflik bisa saja tidak memiliki rasa permusuhan. Sebaliknya orang yang saling
Konflik sendiri tidak selalu harus dihindari karena tidak selalu negatif akibatnya.
Berbagai konflik yang ringan dan dapat dikendalikan (dikenal dan ditanggulangi) dapat
Pendekatan Konflik adalah salah satu Pendekatan dalam Sistem Sosial yang
dipelopori oleh David Lockwood bahwa tidak hanya pendekatan fungsional struktural
melainkan ada pendekatan lain yaitu pendekatan konflik. Konflik yang dalam bahasa
lndonesia seringkali disebut sebagai pertentangan atau perselisihan dapat terjadi pada
hubungan yang bersifat individual yang terjadi sebagai akibat perilaku atau perebutan
berkenaan dengan harta, kedudukan atau jabatan, kehormatan, dan lain sebagainya.
5
Konflik sosial berarti pertentangan antara kelompok-kelompok sosial dalam
masyarakat yang diikat atas dasar suku, ras, gender, kelompok, status ekonomi, status
sosial, bahasa, agama, dan keyakinan politik dalam suatu interaksi sosial yang bersifat
Konflik sosial mustahil dihilangkan sama sekali. Yang harus dicegah adalah
konflik yang menjurus pada pengrusakan dan penghilangan salah satu pihak atau para
pihak yang berkonflik. Oleh karena itu konflik harus dikendalikan, dikelola, dan
Konflik adalah suatu kenyataan hidup, tidak terhindarkan dan sering bersifat
kreatif. Jika konflik selalu ada, berarti konflik memang sebenarnya dibutuhkan.
Manfaat konflik antara lain membuat masyarakat menyadari adanya banyak masalah,
Konflik Suku Agama Ras dan Antar golongan (SARA) adalah pertentangan
yang terjadi dalam masyarakat yang menggunakan perbedaan suku, agama, ras, atau
pendapat. Setiap masyarakat senantiasa berada di dalam proses perubahan yang tidak
6
pemah berakhir, atau perubahan sosial merupakan gejala yang melekat di dalam setiap
masyarakat.
lain.
David Lockwood menegasan bahwa setiap situasi sosial mengandung dua hal,
yakni: tata tertib sosial yang bersifat normatif dan substratum yang melahirkan
diferensiasi sosial yang semakin kompleks, adalah akibat dari pengaruh faktor-faktor
yang datang dari luar. Tetapi hal tersebut mengabaikan kenyatan-kenyatan sebagai
berikut:
7
menjadi sumber bagi terjadinya perubahan-perubahan sosial.
3. Suatu sistem sosial, di dalam waktu yang panjang dapat juga mengalami
secara revolusioner.
1. Setiap masyarakat senantiasa berada di dalam proses perubahan yang tidak pernah
masyarakat.
Pendekatan ini menegaskan bahwa konflik tidak hanya sebagai gejala yang melekat
pada masyarakat tetapi konflik dianggap bersumber di dalam faktor yang ada di
8
dalam masyarakat itu sendiri. Adanya kenyataan bahwa setiap masyarakat mengenal
dua macam kategori sosial yaitu: mereka yang memiliki otoritas dan mereka yang tidak
memiliki otoritas. Hal tersebut bagi para pendekatan konflik dianggap sebagai sumber
legitimasi atas suatu pola hubungan-hubungan kekuasaan tertentu antara mereka yang
memiliki kekuasaan otoritatif dengan mereka yang tidak memiliki kekuasaan otoritatif.
perkumpulan yang bersifat politis seperti serikat kerja dan partai politik.
dicapai.
9
2. Kondisi-kondisi politis, ada tidaknya kebebasan politik untuk berorganisasi
para anggota dari suatu kelompok semu berkomunikasi satu sama lain dengan
mudah.
ideology dan kebebasan berorganisasi belum cukup menjamin bahwa para anggota
Konsekuensi yang timbul sebagai akibatnya ialah bertambahnya otoritas pada suatu pihak
Oleh karena itu, apa yang dapat dilakukan orang hanyalah mengendalikan agar
konflik yang terjadi di antara berbagai kekuatan sosial yang saling berlawanan tidak akan
ialah kerjasama atau tidak kerjasama dan tegas atau tidak tegas.
10
1. Kompetisi
win-lose orientation.
2. Akomodasi
3. Sharing
kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua
4. Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini
5. Penghindaran
6. Tidak ekspresif
Bertindak ekspresif ketika ada sesuatu hal yang berbeda dengan kita, kadang
11
menimbulkan terjadinya konflik antarsuku di Indonesia. Sebetulnya, jika kita sudah
mengenal, hal ini tdak akan terjadi. Oleh karena itu, ketika mereka bertindak atau
bertingkah laku tidak sama dengan kita, bahkan jauh berbeda, kita tidak kaget lagi.
Setiap manusia adalah individu yang unik, artinya setiap orang memiliki perasaan,
logika yang berbeda antara satu dan yang lain. Perbedaan inilah yang sering
menyebabkan konflik sosial, sebab dalam menjalani hidup sosial seorang tidak
selalu sejalan dengan orang yang lainnya. Misalnya ada acara pesta hiburan ada
yang merasa senang dengan pesta itu tetapi ada pula yang terganggu dengan acara
berbeda.
pendirian kelompoknya, pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya
Manusia memiliki pendirian, logika dan perasaan yang berbeda maupun latar
belakang budaya yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan,
12
masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang
berbeda.
Perubahan adalah suatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
nilainilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara
cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industi. Nilai-nilai yang berubah itu
seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah
Menurut Louis R. Pondy (dalam George & Jones, 1999:660) merumuskan lima
Menurutnya, konflik berkembang melalui lima fase secara beruntun, yaitu : latent
conflict, perceived conflict, felt conflict, manifest conflict and conflict aftermath.
Tahap I, Konflik terpendam. Konflik ini merupakan bibit konflik yang bisa
Tahap III, Konflik yang terasa. Fase ini dimulai ketika para individu atau
Tahap IV, Konflik yang termanifestasi. Pada fase ini salah satu pihak
Tahap V, Konflik sesudah penyelesaian. Fase ini adalah fase sesudah konflik
diolah. Bila konflik dapat diselesaikan dengan baik hasilnya berpengaruh baik
kelompok terdapat perbedaan nilai kehidupan, budaya, kebutuhan, dan tujuan hidup.
14
sebagainya. Kemudian, tahap kedua, dimana tantangan menjadi lebih besar. Unsur
persaingan mulai menonjol. Bahkan sudah menyangkut urusan pribadi, dan mulai mencari
kesalahan orang lain. Terakhir, adalah tahap ketiga, dimana terjadi pertarungan terbuka,
Sejatinya dampak konflik yang terjadi diantara seseorang dengan orang lain
ataupun dengan suatu kelompok dengan kelompok lain memberikan dua dampak
terjadi, akan membuat kesempatan bagi salah satu ataupun kedua belah
pihak untuk saling merenungi kembali, berpikir ulang tentang kenapa bisa
ekstra sendiri untuk membuktikan bahwa ia mampu dan sukses dan tidak
15
yang terjadi diantara orang per orang, membuat seseorang berpikir dia
harus mulai mencari alternatif yang lebih baik dengan misalnya bekerja
berdampak buruk terhadap kerjasama yang sedang dijalin oleh kedua belah pihak
ataupun kerjasama yang akan direncanakan diadakan antara kedua belah pihak.
2. Apriori. Selalu berapriori terhadap “lawan”. Terkadang kita tidak meneliti benar
tidaknya permasalahan, jika melihat sumber dari persoalan adalah dari lawan
konflik kita.
3. Saling menjatuhkan. Ini salah satu akibat paling nyata dari konflik yang terjadi
diantara sesama orang di dalam suatu organisasi, akan selalu muncul tindakaan
ataupun upaya untuk saling menjatuhkan satu sama lain dan membuat kesan lawan
16
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain
sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik
merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun
yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
Konflik sendiri tidak selalu harus dihindari karena tidak selalu negatif akibatnya.
Berbagai konflik yang ringan dan dapat dikendalikan (dikenal dan ditanggulangi)
dapat berakibat positif bagi mereka yang terlibat maupun bagi organisasi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Erlangga : Jakarta.
18