Anda di halaman 1dari 14

A.

MEKANISME PERTAHANAN EGO

Mekanisme pertahanan ego adalah strategi psikologis yang dilakukan

seseorang, sekelompok orang, atau bahkan suatu bangsa untuk berhadapan dengan

kenyataan dan mempertahankan citra-diri (Sigmund Freud, 2008). Hal tersebut dapat

berupa upaya membentengi impuls masuk ke wilayah kesadaran ataupun

membelokkan impuls sehingga intensitas asli berkurang namun semua mekanisme

pertahanan memiliki tiga ciri persamaan yaitu :

1. Beroperasi pada level tak sadar

2. Selalu menolak, memalsu atau memutar balikkan kenyataan

3. Mengubah persepsi nyata seseorang sehingga stimulus menjadi

kurangmengancam.

Beberapa pengertian mekanisme pertahanan ego menurut beberapa ahli :

a) menurut Wolf, dkk (1990) mekanisme pertahanan diri adalah prosestidak

sadar yang dipakai untuk melindungi diri dari kecemasan(anseitas).

b) menurut Maramis (1999) mekanisme pertahanan ego adalah reaksi individu

terhadap stress yang mengancam perasaan, kemampunan,dan harga diri

individu.

c) menurut Soeharto Hoerdjan (1979) mekanisme pertahanan ego adalah

mekanisme khusus yang bertujuan melenyapkan penghayatan ansietas yang

tidak enak Orang yang sehat biasa menggunakan berbagai mekanisme

pertahanan selama hidupnya. Mekanisme tersebut menjadi patologis bila


penggunaannya secara terus menerus membuat seseorang berperilaku

maladaptif sehingga kesehatan fisik atau mental orang itu turut terpengaruhi.

Kegunaan mekanisme pertahan ego adalah untuk melindungi pikiran diri ego

dari kecemasan, sanksi sosial atau untuk menjadi tempat menghindar dari situasi

yang tidak sanggupuntuk dihadapi.

Adapun menurut, Shaffer (2009) mendefinisikan egosentrisme sebagai

kecenderungan untuk memandang dunia dari perspektif pribadi seseorang tanpa

menyadari bahwa orang lain bias memiliki sudut pandang yang berbeda. dari

beberapa pengertian umum yang telah dikemukakan di atas, dapat diambil

kesimpulan bahwa egosentrisme adalah kemampuan persepsi yang terbatas

pada kepentingan dan atau kebutuhan pribadi, tidak berorientasi pada

pemisahan pembedaan antara diri sendiri dengan orang/objek lain (Fauzi,

2010). Prevalensi egosentrisme pada individu telah ditemukan untuk mengurangi

antara usia 15 dan 16 (Louw, 1998 dalam anonymous, 2012). Namun, orang dewasa

juga rentan menjadi egosentris atau memiliki reaksi atau perilaku yang dapat

dikategorikan sebagai egosentris (Tesch, Whitbourne & Nehrke, 1978 dalam

anonymous, 2012).

Frankenberger (2000) diuji remaja (14-18 tahun) dan dewasa (20-89) pada

tingkat mereka egosentrisme dan kesadaran diri. Ditemukan bahwa kecenderungan

egosentris telah diperpanjang sampai awal masa dewasa dan bahwa

kecenderungan ini juga hadir di tahun-tahun dewasa tengah.


Berdasarkan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri

egosentrisme adalah:

a. Mementingkan diri sendiri

b. Kurangnya rasa peduli

c. Kurang peka terhadap keadaan social

d. Kurangnya rasa empati social

e. Merasa dirinya paling benar

Dalam suatu studi, penggabungan diri lain dan perasaan bahwa orang

lain adalah seseorang dalam suatu diri dan dapat melihat apa yang seseorang

tersebut lihat meningkatkan kecenderungan individual egosentris dalam

penilaian yang terlalu tinggi terhadap karakteristik diri mereka sendiri (Vorauer

& Cameron, 2002, p. 1346).

B. Jenis-jenis mekanisme pertahanan Ego

Menurut (Baihaqi M.I.F., dkk.2007) beberapa jenis-jenis mekanisme

pertahanan ego, diantaranya:

1. Represi (Repression), merupakan bentuk pertahanan ego dengan

menyingkirkan pikiran-pikiran atau ingatan-ingatan yang tidak diinginkan. Ia

akan sengaja melupakan kenangan atau pikiran yang tidak menyenangkan

atau tidak sesuai dengan keinginannya. Contoh : Seorang wanita yang

diputuskan secara sepihak oleh pacarnya. Karena ia tidak ingin mengingat

kenangan-kenangan itu. Walaupun ia sudah sengaja melupakannya alias


kejadian ini tidak berlangsung berlarut-larut, tetapi ingatan tersebut tetap

membekas di pikiran bawah sadar dia dalam bentuk trauma psikis.

2. Kompensasi, yaitu dengan cara menutupi kelemahan dalam dirinya dengan

menonjol-nonjolkan sifat lain, lalu dicari kepuasan secara berlebihan dalam

bidang lain tersebut.

Contoh : anak yang merasa tak pandai di sekolahnya menjadi bersikap seolah-

olah seperti jagoan di sekolah agar ditakuti oleh teman-temannya.

4. Konversi (Convertion), adalah mekanisme konflik emosional yang

diekspresikan ke luar. Misal : Seseorang yang sedang stress menjadi marah-

marah, teriak-teriak, atau berolah raga.

5. Penyangkalan atau Denial, adalah mekanisme dimana seseorang menghindari

kenyataan dan secara asadar menyangkal adanya kenyataan tersebut. Ia

menyangkal realita yang dapat menimbulkan rasa sakit, malu, atau cemas.

Contoh : Seorang ibu yang tidak terima bahwa anaknya terlahir dengan cacat

sehingga ia menitipkan anaknya ke saudaranya yang jauh.

6. Pemindahan (Displacement), dimana emosi-emosi yang terjadi pada dirinya

dilampiaskan ke objek-objek atau orang lain. Contoh : Seorang anak yang

habis dimarahi ibunya. Karena kesal, ia lalu memukul adiknya atau

menendang kucingnya.

7. Disosiasi, yaitu cara memutuskan atau mengubah beban emosi dalam dirinya.

Contoh : Seseorang yang sedih ditinggal mati oleh kekasihnya, kemudian ia


menghibur dirinya sendiri dengan mengatakan “sudah takdirnya” atau

“sekarang ia sudah bahagia di surga”.

8. Fantasi atau Khayalan, yaitu tindakan melamun atau berkhayal untuk

melakukan pelarian dari kenyataan dengan memperoleh kesenangan atau

kepuasan yang bersifat khayal atau tidak nyata. Contoh : Seseorang yang

frustasi dan depresi karena menjomblo kemudian ia berkhayal sudah punya

pasangan bahkan mungkin mau menikahi pasangan yang tidak real tersebut.

9. Identifikasi, dimana seseorang mempertinggi harga dirinya dengan

mempolakan dirinya serupa dengan orang lain (biasanya seorang idola atau

figur). Kemudian berusaha menyamakan penampilan dan, cara bicara,

maupun logatnya. Contoh : Seseorang yang ngefans berat dengan penyanyi

Rhoma Irama, lalu berdandan persis dengannya dan meniru gaya-gaya

bicaranya.

10. Introyeksi, proses dimana seseorang mengambil emosi ke dalam bentuk

egonya sendiri, kemudian dianggap sebagai unsur kepribadiannya sendiri.

Contoh : Seorang anak yang membenci seseorang, kemudian ia kesal tetapi ia

memukul-mukul dirinya sendiri.

11. Negativisme, yaitu proses perlawanan pasif maupun aktif terhadap keharusan

terhadap dirinya dengan melakukan hal yang kebalikan dengan seharusnya.

Contoh : Seorang anak yang disekolahkan oleh orangtuanya di sekolahan X.

Namun karena si anak tidak suka bersekolah di sekolahan tersebut entah

karena gurunya, teman barunya, atau lingkungannya, maka ia kemudian

sering membolos.
12. Proyeksi, yaitu seseorang yang melindungi dirinya dari tabiat-tabiat, sikap,

dan karakternya sendiri, ataupun perasaannya dengan melemparkan atau

menyalahkannya ke orang lain. Contoh : Seorang mahasiswa yang tidak lolos

matakuliah, lalu ia mengatakan bahwa dosennya sentimen terhadap dirinya.

13. Rasionalisasi, seseorang yang mencari alasan-alasan yang dibenarkan atau

dapat diterima oleh norma maupun orang lain terhadap tindakannya atau

pikirannya. Contoh : Seseorang yang diajak main bulutangkis menolak

dengan beralasan bahwa ia sedang sakit atau besok mau ujian, padahal karena

takut kalah.

14. Pembentukan Reaksi, proses dimana mengambil objek ke dalam struktur

egonya sendiri agar tidak menuruti keinginannya yang jelek dan diambil

sikap yang sebaliknya. Contoh : Seorang mahasiswa yang bersikap hormat

secara berlebihan kepada dosen yang paling tidak disukai.

15. Regresi, adalah keadaan seseorang yang kembali ke tingkat awal menjadi

kurang matang dan kurang adaptif. Contoh : Seorang anak yang lebih tua

tiba-tiba kembali punya kebiasaan hisap jempol atau mengompol karena ia

merasa cemburu terhadap ibunya yang terlalu memperhatikan adiknya.

16. Sublimasi, yaitu kehendak-kehendak atau pikiran-pikiran atau tindakan-

tindakan asadar yang tidak dapat diterima oleh lingkungan atau masyarakat

disalurkan menjadi aktifitas yang memiliki nilai sosial yang tinggi. Contoh :

Seseorang yang suka berkelahi kemudian beralih menjadi atlet petinju.

17. Menghapuskan (Undoing), mekanisme dimana seseorang secara simbolik

mengkompensasi tindakan atau pikirannya yang dianggap buruk oleh


masyarakat maupun egonya sendiri. Conroh : Seorang suami yang

berselingkuh, kemudian ia sering memberi macam-macam hadiah kepada

istrinya agak tak ketahuan.

18. Simpatisme, yaitu berusaha untuk mendapatkan simpati dari orang lain

dengan cara menceritakan berbagai kesedihan & kesukarannya. Contoh :

Seorang siswi remaja menangis dan menceritakan secara terlalu dramatisir

kepada teman-teman dan sahabatnya tentang peristiwa ia diputuskan secara

sepihak oleh pacarnya, dan berharap teman-teman dan sahabatnya simpati

padanya dan kemudian berharap mereka melabrak mantan pacarnya

C. Klasifikasi Mekanisme Pertahanan Ego

Klasifikasi Mekanisme Pertahanan Ego Berdasarkan buku Dinamika

Kepribadian (Arif, 2006), mekanisme pertahanan ego dikelompokkan menjadi

empat, yaitu:

1. Sublimasi

Sublimasi adalah mekanisme yang mengubah atau mentrasformasikan

dorongan - dorongan primitif, baik dorongan seksual dan agresi, menjadi

dorongan yang sesuai dengan norma dan budaya yang berlaku di realitas

eksternal. Misalnya: dorongan seksual diubah menjadi dorongan kreatif untuk

menghasilkan karya seni; dorongan agresi diubah menjadi daya juang untuk

mencapai suatu tujuan .

2. Kompensasi

Kompensasi merupakan upaya untuk mengatasi suatu kekurangan dalam

suatu bidang dengan cara mengupayakan kelebihan di bidang lain. Misalnya:


seseorang yang tidak memiliki prestasi akademik yang baik memiliki prestasi

olahraga yang sangat baik.

3. Supresi

Supresi merupakan satu-satunya mekanisme pertahana ego yang dilakukan

secara sadar. Supresi merupakan upaya peredaman kembali suatu dorongan

libidinal (dorongan Id) yang berpotensi konflik dengan realitas eksternal.

Peredaman dorongan ini dianggap telah melalui suatu pertimbangan rasional.

Contoh: salah seorang teman Anto menyinggung dan membangkitkan amarah

dan dorongan agresinya. Namun, Anto meredam kembali dorongan untuk

bertindak agresi secara impulsif karena akan mengakibatkan dampak yang

serius pada relasi saya dengannya. Kemudian, Anto memilih un tuk

mengungkapkan perasaan secara asertif di waktu yang lebih tepat.

4. Humor

Melalui humor seseorang dapat mengubah penghayatan akan suatu peristiwa

yang tidak menyenangkan menjadi menyenangkan. Humor juga dapat

berfungsi menyalurkan agresivitas tanpa bersifat destruktif. Misalnya:

menertawakan diri sendiri ketika apa yang dikehendaki tidak tercapai.

D. Macam-macam mekanisme pertahanan ego

Macam-macam mekanisme pertahanan ego (definisi mechanisme atau

pembelaan ego) menurut,(W.F.Maramis, 2005) yaitu:

1. Fantasi: Memuaskan keinginan yang terhalang dengan prestasi dan

khayalan.
2. Penyangkalan: Melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tak

menyenangkan, dengan menolak menghadapi hal itu, sering dengan

melarikan diri seperti menjadi sakit atau kesibukan dengan hal-hal lain.

3. Rasionalisasi: Berusaha membuktikan bahwa perilakunya itu masuk akal

dan dapat dibenarkan sehingga dapat di setujui oleh diri sendiri dan

masyarakat.

4. Identifikasi: Menambah rasa harga diri, dengan menyamakan dirinya

dengan orang atau institusi yang mempunyai nama

5. Introyeksi: Menyatukan nilai dan norma luar dengan sturktur egonya

sehingga individu tidak tergantung pada belas kasihan, hal-hal itu yang

dirasakn sebagai ancaman luar.

6. Represi: Mencegah pikiran yang menyakitkan atau berbahaya masuk ke

alam sadar.

7. Regresi : Mundur ke tingkat perkembangan yang lebih rendah, dengan

respon yang kurang matang dan biasanya dengan aspirasi yang kurang.

8. Proyeksi: menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau

keinginannya yang tidak baik.

9. Penyusunan reaksi: Mencegah keinginan yang berbahaya, bila di

ekspresikan dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan

dan menggunakannya sebagai rintangan.

10. Sublimasi: Mencari pemuasan atau menghilangkan keinginan sexual dalam

kegiatan non sexual


11. Kompensasi: Menutupi kelemahan, dengan menonjolkan sifat yang

dinginkan atau pemuasan secara berlebihan dalam suatu bidang karena

mengalami frustasi dalam bidang lain.

12. Salah pindah: Melepaskan perasaan yang terkekang, biasanya permusuhan,

pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya

membangkitkan emosi itu.

13. Pelepasan: Menebus dan dengan demikian meniadakan keinginan atau

tindakan yang tak bermoral.

14. Penyekatan emosional: Mengurangi keterlibatan ego dan menarik diri

menjadi pasif untuk melindungi diri sendiri dari kesakitan.

15. Isolasi: memutuskan pelepasan afektif karena keadaan yang menyakitkan

atau memisahkan sikap-sikap yang bertentangan, dengan tembok-tembok

yang tahan logika.

16. Simpatisme: berusaha memperoleh simpati dari orang lain dan demikian

menyokong rasa harga diri, meskipu gagal.

17. Pemeranan: Menurangi kecemasan yang dibangkitkan oleh keinginan yang

terlarang, dengan membiarkan ekspresinya.

E. Ego Menurut Pandangan Islam

Pengertian ego menurut Iman Setiadi Arif (2006: 18), adalah struktur

kepribadian yang bertugas mensublimasikan dan mengarahkan berbagai

dorongan yang dihasilkan Id, agar tidak bertentangan dengan realitas atau

struktur kepribadian yang bersentuhan langsung dengan realitas. Menurut

Imam Al-Ghazali akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari
padanya timbul perbuatan-perbuatan yang mudah, dengan tidak memerlukan

pertimbangan pikiran (lebih dulu). Menurut Prof. K.H. Farid Ma’ruf akhlak

adalah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah

kartena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.

(Zahruddin, 2004: 6)

Orang yang memiliki sifar egosentris cenderung memikirkan diri

sendiri, kurang peduli terhadap lingkungan sosial dan merasa dirinya paling

benar. Menurut pandangan islam hal tersebut merupakan dorongan hawa nafsu

dan bisikan setan. Lihat Surat Al-Isra’ ayat 53.

Artinya: Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: " Hendaklah

mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan

itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah

musuh yang nyata bagi manusia.

Dari pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa akhlak pada dasarnya

adalah sikap yang melekat pada diri seseorang secara spontan diwujudkan

dalam tingkah laku atau perbuatan. Apabila perbuatan spontan itu baik menurut

akal dan agama yang dilandaskan pada nilai-nilai iman, islam dan ikhsan, maka

tindakan itu disebut akhlak yang baik atu akhlakul karimah. Sebaliknya apabila

buruk disebut akhlak yang buruk atau akhlakul mazmumah. Baik dan buruka

khlak didasarkan pada sumber nilai, yaitu Al-Quran dan sunnah rasul.

F. Ego Menurut Psikoanalisis


tu struktur yang terdiri dari tiga unsur dan sistem, yakni Id

(Das Es), Ego (Das Ich), dan Superego (Das Uber Ich) (Koeswara,
1991:32; Poduska, 2000:78). Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain

saling berkaitan serta membentuk totalitas dan tingkah laku manusia yang

tak lain merupakan produk interaksi ketiganya. Id adalah komponen

biologis, ego adalah komponen psikologis, sedangkan superego merupakan

komponen sosial (Corey, 2003:14). Berikut akan dijelaskan lebih lanjut

mengenai ketiga sistem kepribadian menurut teori psikoanalisis Sigmund

Freud.

1. id

Corey (2003:14), id merupakan tempat bersemayam naluri-naluri. Id

kurang terorganisasi, buta, menuntut, mendesak, dan bersifat tidak sadar. Id

hanya timbul oleh kesenangan tanpa disadari oleh nilai, etika, dan akhlak.

Dengan beroperasi pada prinsip kesenangan ini, id merupakan sumber

semua energi psikis, yakni libido, dan pada dasarnya bersifat seksual. ada

pun menurut Id adalah aspek biologis dan merupakan sistem original dalam

kepribadian dan dari aspek ini kedua aspek lain tumbuh. Id hanya

memburu hawa nafsunya saja tanpa menilai hal tersebut baik atau buruk. Ia

merupakan bagian ketidaksadaran yang primitif di dalam pikiran, yang

terlahir bersama individu (Berry, 2001:75).

2. Ego

Menurut Bertens (2002:71) tugas ego adalah untuk mempertahankan

kepribadiannya sendiri dan menjamin penyesuaian dengan alam sekitar.

Ego juga mengontrol apa yang masuk kesadaran dan apa yang akan

dikerjakannya. Ego menghubungkan organisme dengan realitas dunia


melalui alam sadar yang dia tempati, dan dia mencari objek-objek untuk

memuaskan keinginan dan nafsu yang dimunculkan id untuk

merepresentasikan apa yang dibutuhkan organisme. Proses penyelesaian

ini disebut dengan proses sekunder (Boeree, 2005:39).

3. Superego

Superego adalah cabang moral atau hukum dari kepribadian. Superego

merepresentasikan hal yang ideal, dan mendorongnya bukan kepada

kesenangan, melainkan kepada kesempurnaan. Superego berkaitan

dengan imbalan-imbalan dan hukuman-hukuman. Imbalan-imbalannya

adalah perasaan- perasaan bangga dan mencintai diri, sedangkan

hukuman-hukumannya adalah perasaan-perasaan berdosa dan

rendah diri (Corey, 2003:15). Lebih lanjut lagi, Menurut Hall

dan Gardner (1993:67—68) .Fungsi utama dari superego antara lain :

(1) sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls- impuls

naluri id agar impuls-impuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk

yang dapat diterima oleh masyarakat;

(2) mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan

moral ketimbang dengan kenyataan;

(3) mendorong individu kepada kesempurnaan. Superego

senantiasa memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang berbeda ke

alam bawah sadar. Superego, bersama dengan id, berada di alam bawah

sadar.
DAFTAR PUSTAKA

W.F.Maramis. 2005. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press: Surabaya

sumber : Baihaqi M.I.F., dkk.2007.Psikiatri – Konsep Dasar dan Gangguan-

Gangguan.Bandung: Refika Aditama

sumber : Baihaqi M.I.F., dkk.2007.Psikiatri – Konsep Dasar dan Gangguan-

Gangguan.Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai