Anda di halaman 1dari 54

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN : INTERVENSI BIOLOGIC

NURTURING BABY LED FEEDING UNTUK MENURUNKAN


NYERI PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DI RSUD
DATU BERU TAKENGON

Karya Ilmiah Akhir

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Ners

Diajukan Oleh :

SILMINA WINDA SARI


NIM : 2114901091

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DARUSSALAM
LHOKSEUMAWE
2022
PERNYATAAN ORISINALITAS
KARYA ILMIAH AKHIR

Saya mahasiswa/i Program Studi Profesi Ners STIKes Darussalam Lhokseumawe


yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : SILMINA WINDA SARI


NIM : 2114901091

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Ilmiah Akhir

Judul : Analisis Asuhan Keperawatan : Intervensi Biologic Nurturing


Baby Led Feeding untuk menurunkan nyeri pada ibu post Sectio
Caesarea Di RSUD Datu Beru Takengon
Pembimbing : Ns. Meutia Chaizuran, M.Kep
Tanggal Diuji :
Menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir (KIA) yang saya susun adalah benar –
benar karya saya sendiri. Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata
melakukan tindakan menyalin atau menitu tulisan orang lain seolah – olah hasil
pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang
berlaku di STIKes Darussalam Lhokseumawe termasuk pencabutan gelar profesi
yang telah saya peroleh. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar
– benarnya dan aabila dikemudian hari terbukti melakukan kebohongan maka
saya sanggup menanggung segala konsekuensinya.

Lhokseumawe,30 Maret 2022


Tertanda,

Silmina Winda sari


NIM. 2114901091

i
HALAMAN PERSETUJUAN

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN : INTERVENSI BIOLOGIC


NURTURING BABY LED FEEDING UNTUK MENURUNKAN
NYERI PADA IBU POST SECTIO CAESAREA
DI RSUD DATU BERU TAKENGON

Telah Disetujui dan Dinyatakan Memenuhi Syarat


Untuk Diseminarkan Dihadapan Penguji Karya Ilmiah Akhir

Lhokseumawe, 30 Maret 2022

Pembimbing

Ns. Meutia Chaizuran, M.Kep


NIDN : 1325069002

Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Ners

Ns. Linda Adriani, M.Kep


NIDN : 0108027902

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh :


Nama : Silmina Winda Sari
NIM : 2114901091
Program Studi : Profesi Ners
Judul :Analisis Asuhan Keperawatan : Intervensi Biologic
Nurturing Baby Led Feeding untuk menurunkan nyeri
pada ibu post Sectio Caesarea Di RSUD Datu Beru
Takengon.

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada Program
Studi Profesi Ners STIKes Darussalam Lhokseumawe.

Telah dipertahankan di depan Komisi Penguji


dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Pada tanggal 30 Maret 2022

Ketua Sidang KIA

1. Ns. Meutia Chaizuran, M.Kep ………………………

Panitia Komisi Penguji


1. Ns. ………………………
Penguji I
2. Ns. ………………………
Penguji II

Lhokseumawe, 30 Maret 2022


Ketua Program Studi Profesi Ners

Ns. Linda Adriani, M.Kep


NIDN : 0108027902

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan segala anugerah-Nya sehingga KIA - Ners dengan judul “Analisis
Asuhan Keperawatan dengan Intervensi Biologic Nurturing Baby Led
Feeding Untuk Menurunkan Nyeri Pada Ibu Post Sectio Caesarea Di RSUD
Datu Beru Takengon 2022 “. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan Profesi
Ners bisa diselesaikan tepat waktu.
Dalam KIA - Ners ini peneliti menyadari bahwa banyak pihak yang
membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat peneliti
sebutkan satu persatu, yang semuanya memberi semangat, menambah
pengetahuan, pemahaman dan kemampuan peneliti yang sangat berarti bagi
selesainya proposal ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih.
Peneliti menyadari bahwa KIA - Ners ini jauh dari kata sempurna, maka
dari itu kritik dan saran membangun sangat peneliti harapkan dari semua pihak.
Semoga KIA - Ners ini bermanfaat dan dapat menjadi bahan referensi bagi
peneliti lainnya.

Lhokseumawe, 30 Maret 2022

SILMINA WINDA SARI


NIM. 2114901091

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN ORISINALITAS......................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iii
KATA PENGANTAR............................................................................. iv
DAFTAR ISI............................................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................................... vi
DAFTAR SKEMA .................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
1.2. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
1.1.1.TujuanUmum...................................................................... 4
1.1.2.TujuanKhusus..................................................................... 5
1.3. Manfaat Penelitian...................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Konsep Sectio Caesarea............................................................. 7
2.2. Konsep Nyeri Post SC................................................................ 14
2.3. Konsep Biologic Nurturing Baby Led Feeding ......................... 17
2.4. Asuhan Keperawatan.................................................................. 20
2.5. Kerangka Konsep ....................................................................... 31

BAB III KONSEP KERANGKA PENELITIAN


3.1. Rancangan Penelitian ................................................................. 32
3.2. Populasi Dan Sampel.................................................................. 33
3.3. Lokasi dan Waktu Studi Kasus................................................... 34
3.4. Definisi Operasional................................................................... 35
3.5. Fokus Intervensi Studi Kasus..................................................... 36
3.6. Instrumen Penelitian................................................................... 37
3.7. Metode Pengumpulan Data......................................................... 37
3.8. Etika Penelitian........................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan NANDA NIC NOC 2015...... 27

Tabel 3.1 Definisi Operasional.................................................... 36

vi
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Konsep....................................................... 31

Skema 3.1 Rancangan Penelitian................................................. 32

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : SOP Tindakan Biologic Nurturing Baby Led Feeding

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kehamilan dan melahirkan merupakan hal fisiologis, namun keadaan


patologis atau komplikasi dapat saja muncul pada saat kehamilan sampai
dengan proses persalinan (Maryanti dan Endrike, 2019). Angka kelahiran
di Indonesia masih tergolong tinggi sebesar 15% dari seluruh wanita
hamil yang mengalami masalah dalam persalinan. Hal tersebut
membutuhkan penanganan khusus selama persalinan. Sectio Caesarea
merupakan jalan keluarnya janin untuk penanganan persalinan karena
komplikasi.
Persalinan Sectio Caesarea (SC) merupakan proses pembedahan
untuk melahirkan janin melalui irisan pada dinding perut dan dinding rahim.
Persalinan dengan mode SC dilakukan atas dasar indikasi medis baik dari
sisi ibu dan janin, seperti Plasenta Previa, presentasi atau letak abnormal
pada janin, serta indikasi lainnya yang dapat membahayakan nyawa ibu
maupun janin ( Cunningham,2018).
Bedah Sectio Caesarea saat ini bukan lagi sesuatu hal yang
menakutkan dan jauh lebih aman berkat kemajuan teknologi kedokteran,
oleh karena itu operasi Sectio Caesarea tidak lagi diidentikkan dengan
adanya kelainan atau gangguan saat persalinan melainkan calon ibu
cenderung melakukan operasi caesar tanpa indikasi yang kuat (Oswari,
2014). Persalinan dengan Sectio Caesarea memungkinkan terjadi
komplikasi yang lebih tinggi daripada melahirkan secara normal. Contoh
komplikasi yang dapat terjadi pada ibu pasca section caesarea seperti yaitu
nyeri pada daerah operasi, risiko terjadinya infeksi pada luka, immobilitas,
luka kandung kemih, perdarahan serta berpotensi terjadinya trombosis
( Pratiwi,2015).

1
2

Data World Health Organization (WHO) standar rata – rata operasi


Sectio Caesarea (SC) sekitar 5–15%. Data WHO Global Survey on
Maternal and Perinatal Health 2015 menunjukkan 46,1% dari seluruh
kelahiran melalui Sc. Menurut statistik tentang 3.509 kasus SC yang disusun
oleh Peel dan Chamberlain, indikasi untuk SC adalah disproporsi janin
panggul 21%, gawat janin 14%, plasenta previa 11%, pernah SC 11%,
kelainan letak janin 10%, preeklampsia dan hipertensi 7% ( WHO, 2020).
Menurut RISKESDAS tahun 2020, jumlah persalinan dengan metode
SC pada perempuan usia 10-54 tahun di Indonesia mencapai 17,6% dari
keseluruhan jumlah persalinan. Terdapat pula beberapa gangguan atau
komplikasi persalinan pada perempuan usia 10-54 tahun mencapai 23,2%
dengan rincian posisi janin melintang/sungsang sebesar 3,1%, perdarahan
2,4%, kejang 0,2%, ketuban pecah dini 5,6%, partus lama 4,3%, lilitan tali
pusat 2,9%, plasenta privia 0,7%, plasenta tertinggal 0,8%, hipertensi 2,7%
dan lain- lain sebanyak 4,6% (Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI 2020).
Kasus SC di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) sebesar 23,% pada
tahun 2018. Mortality rute pada SC adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran
hidup. Dimana terdapat 41,30% disebabkan karena riwayat SC sebelumnya,
Distosia sebesar 6,52%, Plasenta previa sebesar 4,35%, KPD sebesar
30,43% dan Preeklampsia berat sebesar 23,91% (Profil Kesehatan
Aceh,2018).
Menurut data survey awal yang dilakukan di RSUD Datu Beru
Takengon tahun 2021, jumlah persalinan dengan metode SC mencapai
sebanyak 661orang. Terdapat pula beberapa indikasi sehingga harus
dilakukannya SC antara lain yaitu dengan kasus Oligohidraminion 7,9%,
Fetal distress 6,5%, BSC 11,1%, Letak sungsang 9,1%, CPD 9,8%,
Hipertensi dalam kehamilan 7,7%, Ketuban pecah dini 9,7%, Preeklampsia
berat 6,7%, Gagal induksi 9,8%, Post date 8,8%, Gameli 2,1%, Plasenta
privia 3,3%, Inpartus 3,3% dan yang mengalami aterm 4,2% (RSUD Datu
Beru Takengon, 2021).
3

Ibu dengan tindakan Sectio Cesarea berisiko tinggi mengalami


kompilkasi dibanding dengan persalinan biasa. Komplikasi yang mungkin
dapat terjadi diantaranya luka kandung kemih, perdarahan, emboli
pulmonal, ruptur uteri pada kehamilan mendatang, infeksi puerperal (nifas)
dan meninggalkan luka insisi akibat pembedahan (Ulfah, 2013 dalam
Eriyani, Shalahuddin dan Maulana,2018). Persalinan dengan Sectio
Caesarea berisiko kematian 25 kali lebih besar dan berisiko infeksi 80 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Infeksi setelah
operasi masih tetap mengancam sehingga perawatan setelah operasi
memerlukan perlakuan khusus. Kurang lebih 90% dari kematian pasca
operasi disebabkan oleh infeksi rahim, infeksi kandung kemih, usus dan
infeksi luka bekas operasi (Maryanti dan Endrike, 2019).
Tindakan operasi Sectio Caesarea menyebabkan nyeri dan
mengakibatkan terjadinya perubahan kontinuitas jaringan karena adanya
pembedahan. Nyeri tersebut akan menimbulkan berbagai masalah, salah
satunya masalah laktasi. Menurut Julianti, 2014 bahwa 68% ibu post
sectio caesarea mengalami kesulitan dengan perawatan bayi, bergerak naik
turun dari tempat tidur dan mengatur posisi yang nyaman selama menyusui
akibat adanya nyeri. Rasa nyeri tersebut akan menyebabkan pasien menunda
pemberian ASI sejak awal pada bayinya.
Penanganan yang sering digunakan untuk menurunkan nyeri post
Sectio Caesarea biasanya menggunakan analgesic. Namun demikian
pemberian farmakologi tidak bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
pasien sendiri untuk mengontrol nyerinya. Sehingga dibutuhkan kombinasi
farmakologi untuk mengontrol nyeri dengan non farmakologi agar sensasi
nyeri dapat berkurang serta masa pemulihan tidak memanjang. Metode non
farmakologi tersebut diperlukan untuk mempersingkat episode nyeri yang
berlangsung hanya beberapa detik atau menit (Yuliatun, 2014).
Menurut Black dan Hawks (2015) penatalaksanaan nyeri post SC
secara non farmakologi dapat dilakukan dengan terapi fisik (meliputi
stimulasi kulit, pijatan, kompres hangat dan dingin, akupuntur) serta
4

kognitif dan biobehavioral terapi (meliputi latihan nafas dalam, relaksasi


progresif, terapi musik, distraksi/memfokuskan perhatian pasien pada
sesuatu yang lain seperti tehnik Biologic Nurturing Baby Led Feeding,
sentuhan teurapetik dan meditasi).
Salah satu terapi non farmakologi untuk mengurangi nyeri post SC
adalah menyusui dengan posisi Biologic Nurturing Baby Led Feeding.
Posisi ini direkomendasikan bagi ibu nifas post SC karena lebih dirasakan
rileks sehingga menyebabkan nyeri luka jahitan lebih minimal. Hal ini
dikarenakan posisi Biologic Nurturing Baby Led Feeding ini dilakukan
dengan sudut kemiringan 15 ̊ - 64 ̊ dimana posisi ini membuat ibu lebih
nyaman, lebih tenang dan lebih rileks, meminimalisir ketegangan dikepala,
leher, pundak dan punggung. Ibu juga tidak perlu terlalu berkonsentrasi
untuk memikirkan posisi dan peletakan bayi yang benar (Susilo,2018).
Penelitian sebelumnya, yakni Susilo melakukan penelitian kepada 47
orang ibu post operasi Sectio Caesarea yang mengalami nyeri dalam
penerapan Biologic Nurturing Baby Led Feeding didapatkan sebanyak 89%
masalah nyeri teratasi karena dengan teknik Biologic Nurturing Baby Led
Feeding lebih dirasakan rileks sehingga menyebabkan nyeri luka jahitan
lebih minimal (Susilo, 2018).
Berdasarkan uraian tersebut, karya ilmiah akhir ini menguraikan
pelaksanaaan praktik keperawatan dengan judul Analisis Asuhan
Keperawatan dengan Intervensi Biologic Nurturing Baby Led Feeding
Untuk Menurunkan Nyeri Pada Ibu Post Sectio Caesarea Di RSUD Datu
Beru Takengon.

1.2. TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Penulisan Karya Ilmiah Akhir-Ners (KIA-N) ini bertujuan untuk
melakukan Analisis Asuhan Keperawatan dengan Intervensi Biologic
Nurturing Baby Led Feeding Untuk Menurunkan Nyeri Pada Ibu Post
Sectio Caesarea Di RSUD Datu Beru Takengon..
5

1.2.2. Tujuan Khusus


a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan maternitas pada pasien
pasca tindakan sectio caesarea
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan maternitas pada pasien
pasca tindakan sectio caesarea
c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan maternitas pada
pasien pasca tindakan sectio caesarea
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan maternitas pada
pasien pasca tindakan sectio caesarea
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan maternitas pada pasien
postpartum dengan fokus intervensi biologic nurturing baby led
feeding untuk mengatasi nyeri post SC.
f. Menganalisis pengaruh intervensi biologic nurturing baby led
feeding untuk mengatasi nyeri post SC di RSUD Datu Beru
Takengon.
1.3. MANFAAT
1.3.1. Manfaat keilmuan
Memberikan masukan kepada institusi pendidikan dalam proses
pembelajaran ilmu keperawatan maternitas dan dapat menambah
referensi yang dapat digunakan untuk acuan pembuatan asuhan
keperawatan.
1.3.2. Manfaat aplikatif
a. Bagi Penulis
Penulis gunanya dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta
mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan asuhan keperawatan
secara langsung pada ibu yang mengalami Post Operasi Sectio
Caesarea.
b. Bagi Rumah Sakit
Manfaat penelitian untuk rumah sakit yaitu data dan hasil yang
diperoleh dari penelitian dapat dijadikan suatu tolak ukur serta upaya
6

rumah sakit dalam meningkatkan kulaitas pelayanan dengan cara


meningkatkan kesejahteraan perawat dan pasien.
c. Bagi Pasien
Hasil penulisan ini dapat memberikan informasi kepada pasien
dan keluarga sehingga diharapkan dapat memahami dengan baik
bahwa intervensi Biologic Nurturing Baby Led Feeding dapat
mengatasi nyeri pada ibu post SC.
d. Bagi Profesi Ners
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam proses belajar serta
menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa profesi ners lainnya dan dapat
dijadikan sebagai referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya
dalam kasus ibu Post Operasi Sectio Caesarea dengan masalah
nyeri.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KONSEP SECTIO CAESAREA

2.1.1. Pengertian

Sectio Caesarea merupakan tindakan medis yang diperlukan

untuk membantu persalinan dengan indikasi tertentu, baik akibat

masalah kesehatan ibu atau kondisi janin. Persalinan Sectio Caesarea

dilakukan ketika persalinan normal tidak bisa dilakukan lagi. Tindakan

Sectio Caesarea saat ini dilakukan tidak lagi dengan pertimbangan

medis, tetapi juga dengan permintaan pasien sendiri atau saran

dokter yang menangani. Hal tersebut yang menjadi faktor penyebab

meningkatnya angka kejadian Sectio Caesarea ( Ratnawati, 2018).

Sectio Caesarea merupakan pembedahan untuk mengeluarkan

janin dengan membuka dinding abdomen dan dinding uterus atau vagina

untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Padila, 2015). Sectio caesarea

adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu

insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim

dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono,2016).

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan

membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut

( Nanda NIC NOC,2015). Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan

guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus

7
8

persalinan buatan. Sehingga janin di lahirkan melalui perut dan dinding

perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat

(Sagita, 2019).

2.1.2. Etiologi

Dokter spesialis kebidanan akan menyarankan Sectio Caesarea ketika

proses kelahiran melalui vagina kemungkinan akan menyebabkan resiko

kepada sang ibu atau bayi .Menurut Nanda NIC NOC (2015) Sectio

Caesarea dilakukan atas indikasi 2 hal, yaitu :

a. Etiologi berasal dari ibu

Ibu pada primigravida dengan kelainan letak, primipara tua disertai

kelainan letak, disproporsi cepalo pelvic ( disproporsi janin/panggul),

ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan

panggul, plasenta previa terutama pada pimigravida, komplikasi

kehamilan yaitu preeklampsia – eklampsia, atas permintaan kehamilan

yang disertai penyakit (jantung, diabetes mellitus), gangguan

perjalanan persalinan dan sebagainya.

b. Etiologi berasal dari janin

Yang berasal dari janinnya sendiri yaitu fetal distress/ gawat janin,

mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapses tali pusat

dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau ferseps

ekstraksi.
9

2.1.3. Manifestasi Klinis

Menurut Ratnawati (2018), manifestasi klinis pada klien dengan

post Sectio Caesarea antara lain:

a. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml

b. Terpasang kateter, urin jernih dan pucat.

c. Abdomen lunak dan tidak ada distensi.

d. Bising usus tidak ada.

e. Ketidaknyamanan untuk menghadapi situasi baru.

f. Balutan abdomen tampak sedikit noda.

g. Aliran lochea sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak

2.1.4. Patofisiologi

Menurut Sugeng (2015) ada beberapa kelainan/ hambatan pada

proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara

normal/spontan, misalnya karena ketidakseimbangan ukuran kepala bayi

dan panggul, pre eklmpsia dan eklampsia,kelainan letak bayi,kelainan tali

pusat dan ketuban pecah dini kondisi tersebut menyebabkan perlunya

suatu tindakan pembedahan yaitu sectio caesarea (SC). Dalam proses

operasinya dilakukan tindakan ini akan menyebabkan pasien mengalami

gangguan mobilitas fisik, adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan

fisik. Hal ini dipengaruhi oleh efektivitas dari anestesi sebelum tindakan

operasi. Selain itu dalam proses pembedahan juga akan dilakukan

tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan

inkontinuitas jaringan didaerah insisi. Hal ini akan menimbulkan rasa


10

nyeri yang mengakibatkan ibu merasa tidak nyaman dalam menyusui dan

beristirahat serta apabila luka post operasi tidak dirawat dengan baik

akan menimbulkan masalah resiko infeksi.

2.1.5. Pathway
Indikasi Sectio Caesarea

Indikasi dari ibu: Indikasi dari janin:

Ketidakseimbangan ukuran Ketidakseimbangan ukuran


panggul janin

pre eklmpsia dan eklampsia Kelainan letak janin

Tindakan Sectio Caesarea

Anestesi Insisi

Bedres akibat Inkontinuitas


kelumpuhan sementara jaringan

Luka
Kelemahan fisik

Nyeri Akut Resiko Infeksi


Intoleransi aktivitas

Ketidaknyaman Gangguan pola


..
dalam menyusui tidur
11

2.1.6. Komplikasi

Menurut NANDA NIC NOC (2015) komplikasiyang terjadi pada pasies

sectio caesarea adalah :

a. Komplikasi pada ibu

Infeksi puerperalis, bisa bersifat ringan seperti kenaikan suhu selama

beberapa hari dalam masa nifas atau bersifat bertahap seperti

peritonotis, sepsis dan sebagainya. Infeksi postoperatif terjadi apabila

sebelum pembedahan sudah ada gejala–gejala yang merupakan

predisposisi terhadap kelainan itu(partus lama khususnya setelah

ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Perdarahan bisa timbul

pada waktu pembedahan jika cabang – cabang arteri uterina ikut

terbuka atau karena atonia uteri.

b. Komplikasi – komplikasi lain seperti luka kandung kemih dan

embolisme paru

c. Komplikasi baru

Komplikasi yang kemudian tampak ialah kurang kuatnya parut pada

dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur

uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah

sectio caesarea klasik

2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Ratnawati (2018), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan

pada ibu Sectio Caesarea adalah sebagai berikut :

a. Hitung darah lengkap


12

b. Golongan darah (ABO) dan pencocokan silang serta tes Coombs Nb

c. Urinalis : menentukan kadar albumin /glukosa

d. Pelvimetri : menentukan CPD

e. Kultur : mengidentifikasi adanya virus heres simpleks tipe II

f. Ultrasonografi : melokalisasi plasenta menentukan pertumbuhan,

kedudukan dan presentasi janin

g. Amniosintesis : mengkaji maturitas paru janin

h. Tes stress kontraksi atau non – stress : mengkaji respon janin terhadap

gerakan/stress dari pola kontraksi uterus/ pola abnormal

i. Penentuan elektrolit selanjutnya : memastikan status janin/aktivitas

uterus.

2.1.8. Penatalaksanaan Medis

Menurut Manuaba (2017), beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai

penatalaksanaan pada ibu post sectio caesarea antar lain :

a. Pemberian cairan : karena 24 jam pertama pasien puasa pasca operasi,

maka pemberian cairan perintravena harus cukup banyak dan

mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi atau

komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang bisa diberikan

biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan

jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan

transfusi darah sesuai kebutuhan.

b. Diet : pembeian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah pasien

flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.


13

Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh

dilakukan pada 6 – 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.

c. Mobilisasi : mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi, miring

kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 – 10 jam setelah operasi, latihan

pernafasan dapat dilakukan pasien sambil tidur telentang sedini

mungkin setelah sadar. Hari kedua post operasi, penderita dapat

didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk tarik nafas dalam lalu

menghembuskannya. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah

menjadi posisi stengah duduk (semifowler). Selanjutnya selama

berturut – turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar dudk selama

sehari, belajar berjalan dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke 3

sampai hari ke 5 pasca operasi.

d. Kateterisasi : kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan

tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan

menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 – 48 jam

atau lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan pasien.

e. Pemberian obat – obatan : seperti antibiotik, analgetik dan obat untuk

memperlancar kerja saluran pencernaan serta obat – obatan yang lain.

f. Perawatan luka: kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi,

bila basah dan berdarah harus dibuka dan diganti.


14

2.2. KONSEP NYERI POST SC

2.2.1. Pengertian

Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang

berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset

mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang

berlangsung kurang lebih 3 bulan (PPNI,2016).

Menurut Mubarak et al (2015) nyeri akut dapat dideskripsikan

sebagai nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit atau intervensi

bedah dan memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang bervariasi

(ringan sampai berat) serta berlangsung singkat (kurang dari enam bulan)

dan menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih

pada area yang rusak. Pasien yang mengalami nyeri akut biasanya

menunjukan gejala perspirasi meningkat, denyut jantung dan tekanan

darah meningkat.

2.2.2. Data Mayor Dan Minor

Data mayor merupakan tanda atau gejala yang ditemukan sekitar

80% - 100% untuk validasi diagnosa. Sedangkan data minor merupakan

tanda atau gejala yang tidak harus ditemukan, namun jika ditemukan

dapat mendukung penegakan diagnosa (PPNI,2016). Adapun data mayor

dan minor dari diagnosa keperawatan nyeri akut, antara lain:

a. Data mayor

Gejala dan tanda mayor secara subyektif yaitu mengeluh nyeri,

sedangkan secara obyektif yaitu tampak meringis, bersikap protektif


15

seperti waspada, posisi menghindari nyeri agar tidak tersentuh, gelisah

serta sulit tidur.

b. Data minor

Gejala dan tanda minor secara subjektif pasien mengeluh tidak

nafsu makan diakibatkan takut bergerak apabila harus buang air besar

serta pasien tidak mau bergerak dihari pertama merasakan nyeri.

Gejala dan tanda minor secara obyektif antara lain terdapat tekanan

darah yang meningkat, pola nafsu makan berubah, proses berfikir

terganggu dan berfokus pada diri sendiri.

2.2.3. Faktor Penyebab

Masalah keperawatan tidak hanya terdiri dari tanda dan gejala saja,

namun terdapat faktor penyebab yang memicu terjadinya masalah

tersebut. Adapun faktor penyebab masalah keperawatan nyeri akut

menurut SKDI (PPNI , 2016) antara lain:

a. Agen pencedera fisiologis (misalnya inflamasi, iskemia dan

neoplasma)

b. Agen pencedera kimiawi (misalnya tebakar dan iritasi bahan kimia)

c. Agen pencedera fisik (misalnya abses, amputasi, terpotong,

mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan.

Penyebab dari nyeri ibu postpartum dengan tindakan sectio

caesarea dipicu oleh agen pencedera fisik dimana terjadinya nyeri

diakibatkan oleh luka bekas insisi dibagian dinding depan perut.

Tindakan insisi pada dinding abdomen ini menyebabkan inkontinuitas


16

jaringan didaerah insisi. Hal ini menimbulkan rasa nyeri yang

mengakibatkan ibu merasa tidak nyaman dalam menyusui dan

beristirahat serta apabila luka post operasi tidak dirawat dengan baik

akan menimbulkan masalah resiko infeksi.

2.2.4. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah

keperawatan nyeri akut yaitu manajemen nyeri. Manajemen nyeri

merupakan mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau

emotional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional

dengan mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat serta

konstan (PPNI,2016). Adapun penatalaksanaannya yaitu :

a. Observasi

b. Identifikasi lokasi, karakteristik durasi, frekuensi,kualitas serta

intensitas nyeri

c. Identifikasi skala nyeri

d. Identifikasi respon nyeri non verbal

e. Identifikasi nyeri yang memperberat dan memperingan nyeri.

f. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (seperti

berfokus pada teknik biologic nurturing baby led feeding)

g. Fasilitasi dan ajarkan cara tehnik nonfarmakologi

h. Ajarkan memonitor nyeri secara mandiri, serta

i. Kolaborasi
17

Intervensi Biologic Nurturing Baby Led Feeding ini dilakukan untuk

membuat ibu postpartum senyaman mungkin dalam menyusui anaknya

tanpa perlu khawatir akan membuat nyeri yang bersangatan dibagian

sayatan bekas operasi.

2.3. KONSEP BIOLOGIC NURTURING BABY LED FEEDING

2.3.1. Pengertian

Biologic Nurturing Baby Led Feeding adalah terapi nyeri yang

dilakukan pada ibu untuk mengalihkan toleransi nyeri saat dan setelah

ibu menjalani aktifitas menyusui dan kontak langsung dengan bayi,

dengan menyusui ibu mau beradaptasi serta berespon terhadap nyeri

dengan lebih baik, sehingga ibu lebih toleran terhadap rasa nyeri yang

dialaminya (Cahyanti,2018).

Biologic Nurturing Baby Led Feeding adalah salah satu

manajemen nyeri non-farmakologi yang mampu mengalihkan toleransi

nyeri dan ambang batas nyeri yang direkomendasikan bagi ibu nifas post

sectio caesarea untuk lebih dirasakan rileks sehingga menyebabkan nyeri

luka jahitan lebih minimal (Susilo,2018).

2.3.2. Manfaat

Posisi Biologic Nurturing Baby Led Feeding ini dengan sudut

kemiringan 15 ̊ - 64 ̊ membuat ibu lebih nyaman, lebih tenang dan lebih

rileks, meminimalisir ketegangan dikepala, leher, pundak dan punggung.

Ibu juga tidak perlu terlalu berkonsentrasi untuk memikirkan posisi dan

peletakan yang benar (Susilo,2018).


18

Hal ini sejalan dengan penelitian Andriani (2019) yang

menyebutkan bahwa posisi semifowler 30 ̊ dapat menurunkan intensitas

nyeri. Hal ini karena posisi 30 ̊ akan menyebabkan otot perut menjadi

rileks. Saaat otot berelaksasi, serabut mengaktifkan kontraksi ( kontraksi

eksentrik atau otot memanjang) kemudian melepaskan Ca2+ untuk

meningkatkan tingkat kelenturan otot. Pelepasan Ca2+ menyebabkan

filamen tipis terlepas dari siklus perlekatan, artinya akan kembali ke

posisi istirahat dan serabut otot akan rileks kembali.

2.3.3. Metode

Metode yang dilakukan pada Biologic Nurturing Baby Led Feeding

ialah ibu nifas menyusui dengan posisi rebahan sambil bersandar, dengan

sudut kemiringan 15 ̊ - 64 ̊ kemudian bayi diletakkan diatas dada, dan

biarkan bibir bayi melekat dengan sendirinya. Pada cara ini , ibu tidak

banyak mengintervensi posisi bayi. Kedua tangan ibu bebas atau bisa

juga memegang bayi sekedar untuk menjaganya agar tidak terguling,

sehingga membuat ibu lebih nyaman, lebih tenang dan lebih rileks,

meminimalisir ketegangan dikepala, leher, pundak dan punggung. Ibu

juga tidak perlu terlalu berkonsentrasi untuk memikirkan posisi dan

peletakan yang benar (Susilo,2018).

Penurunan nyeri pada ibu post Sectio Caesare pasca menyusui

dengan biologic nurturing baby led feeding juga berkaitan dengan kontak

kulit antara ibu dan bayinya yang disebut dengan terapi stimulasi

kutaneus. Salah satu pemikiran tentang cara kerja khusus stimulasi


19

kutaneus adalah menyebabkan pelepasan endorfin sehingga memblog

transmisi stimulasi nyeri (Cahyanti, 2018).

2.3.4. Penelitian Terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Susilo di RSUD Goeteng Taruna

Dibrata Purbalingga, ibu post operasi Sectio Caesarea mengalami

kesulitan dengan perawatan bayi, bergerak naik turun dari tempat tidur

dan mengatur posisi yang nyaman selama menyusui akibat adanya nyeri.

Rasa nyeri tersebut akan menyebabkan pasien menunda pemberian ASI

sejak awal pada bayinya. Susilo melakukan penelitian kepada 47 orang

ibu post operasi Sectio Caesarea yang mengalami nyeri dalam

penerapan biologic nurturing baby led feeding didapatkan sebanyak 89%

masalah nyeri teratasi karena dengan teknik biologic nurturing baby led

feeding lebih dirasakan rileks sehingga menyebabkan nyeri luka jahitan

lebih minimal (Susilo, 2018).


20

Penelitian yang dilakukan oleh Cahyanti di RSUD Majenang, post

operasi Sectio Caesarea dengan masalah keperawatan nyeri terjadi

karena usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas,

keletihan, pengalaman sebelumnya, gaya koping. Nyeri tersebut dapat

diatasi dengan biologic nurturing baby led feeding yang dilakukan

dengan metode menyusui dengan posisi rebahan, kemudian bayi

diletakkan di atas dada, dan dibiarkan melekat dengan sendirinya.

Terbukti selama 3 hari melakukan tindakan biologic nurturing baby led

feeding menunjukkan bahwa rasa nyeri ibu post operasi Sectio Caesarea

tersebut berkurang. Sebelum dilakukan tindakan skala nyeri ibu adalah 7

(sangat nyeri) dan setelah 3 hari tindakan skala nyeri ibu tersebut menjadi

3 (nyeri ringan) (Cahyanti, 2018).

2.4. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

2.4.1. Fokus Pengkajian

Pengkajian keperawatan pada ibu post operasi Sectio Caesarea menurut

Sagita (2019) adalah sebagai berikut :

a. Identitas klien

Meliputi : nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,

pekerjaan, pendidikan, status pernikahan, tanggal masuk rumah sakit,

nomor registrasi, dan diagnosa medis.


21

b. Keluhan utama

Keluhan utama pada post operasi Sectio Caesarea biasanya adalah

nyeri dibagian abdomen akibat luka jahitan setelah operasi,

pusing dan sakit pinggang.

c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan sekarang berisi tentang pengkajian data yang

dilakukan untuk menentukan sebab dari dilakuakannya operasi Sectio

Caesarea seperti kelainan letak bayi (letak sungsang dan letak

lintang), faktor plasenta (plasenta previa, solution plasenta, plasenta

accrete, vasa previa), kelainan tali pusat (prolapses tali pusat, telilit

tali pusat), bayi kembar (multiple pregnancy), pre eklampsia, dan

ketuban pecah dini yang nantinya akan membantu membuat rencana

tindakan terhadap pasien. Riwayat pada saat sebelum inpartus di

dapatkan cairan yang keluar pervaginan secara spontan kemudian

tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.

2) Riwayat kesehatan dahulu

Didapatkan data klien pernah riwayat Sectio Caesarea sebelumnya,

panggul sempit, serta letak bayi sungsang. Meliputi penyakit

yang lain dapat juga mempengaruhi penyakit sekarang, seperti

adanya penyakit Diabetes Melitus, jantung, hipertensi, hepatitis,

abortus dan penyakit kelamin.


22

3) Riwayat perkawinan

Pada riwayat perkawinan hal yang perlu dikaji adalah menikah sejak

usia berapa, lama pernikahan, berapa kali menikah, status pernikahan

saat ini.

4) Riwayat obstetri

Pada pengkajian riwayat obstetri meliputi riwayat kehamilan,

persalinan dan nifas yang lalu, berapa kali ibu hamil, penolong

persalinan, dimana ibu bersalin, cara bersalin, jumlah anak, apakah

pernah abortus, dan keadaan nifas post operasi Sectio Caesarea yang

lalu,

5) Riwayat persalinan sekarang

Meliputi tanggal persalinan, jenis persalinan, lama persalinan, jenis

kelamin anak, keadaan anak.

6) Riwayat KB

Pengkajian riwayat KB dilakukan untuk mengetahui apakah klien

pernah ikut program KB, jenis kontrasepsi, apakah terdapat keluhan

dan masalah dalam penggunaan kontrasepsi tersebut, dan setelah masa

nifas ini akan menggunakan alat kontrasepsi apa.

7) Riwayat kesehatan keluarga

Adakah penyakit turunan dalam keluarga seperti jantung, Hipertensi,

TBC, Diabetes Melitus, penyakit kelamin, abortus yang mungkin

penyakit tersebut diturunkan kepada klien.


23

d. Pola fungsi kesehatan

1) Pola aktivitas

Aktivitas pasien terbatas, dibantu oleh orang lain untuk memenuhi

keperluannya karena pasien mudah letih, klien hanya bisa beraktivitas

ringan seperti : duduk ditempat tidur, menyusui.

2) Pola eliminasi

Pasien dengan post partum biasanya sering terjadi adanya perasaan

sering/susah kencing akibat terjadinya odema dari trigono, akibat

tersebut menimbulkan inpeksi uretra sehingga menyebabkan

konstipasi karena takut untuk BAB.

3) Pola istirahat dan tidur

Pasien pada masa nifas sering terjadi perubahan pola istirahat

dan tidur akibat adanya kehadiran sang bayi dan nyeri jahitan.

4) Pola hubungan dan peran

Pola peran pasien akan menjadi ibu dan istri yang baik untuk

suaminya.

5) Pola penanggulangan stress

Apakah pasien merasa cemas / tidak karena tidak bisa mengurus

bayinya sendiri

6) Pola sensori kognitif

Pasien merasakan nyeri pada prineum karena adanya luka janhitan

akibat sectio caesarea.


24

7) Pola persepsi dan konsep diri

Perubahan persepsi pasien apakah merasa dirinya tidak seindah

sebelum hamil, semenjak melahirkan klien mengalami perubahan

pada ideal diri.

8) Pola reproduksi dan sosial

Apakah pasien masih ingin menambahkan keturunan setelah

persalinan sekarang.

e. Pemeriksaan fisik

1) Tanda – tanda vital

Tekanan darah menurun, takikardi, penurunan suhu tubuh,

pernapasan menjadi meningkat.

2) Rambut

Bagaimana bentuk kepala, warna rambut, kebersihan rambut, dan

apakah ada benjolan.

3) Mata

Adanya pembengkakan pada kelopak mata,anemia, konjuntiva dan

anemis, sklera kuning.

4) Telinga

Simetris kiri dan kanan, kebersihan telinga, apakah ada cairan yang

keluar dari telinga, adanya serumen.

5) Hidung

Apakah terdapat polip, pasien pada masa nifas biasanya terjadi

pernapasan cuping hidung.


25

6) Mulut dan gigi

Mulut bersih / kotor, mukosa bibir kering / lembab

7) Leher

Saat dipalpasi ditemukan ada/tidak pembesaran kelenjar tiroid,

karna adanya proses penerangan yang salah

8) Dada

Terjadinya pembesaran payudara dan asi meningkat, serta pergerakan

dinding dada simestri atau tidaknya.

9) Abdomen

Inspeksi :Terdapat luka jahitan post op ditutupi verban, adanya

striegravidarum

Palpasi : Nyeri tekan pada luka,konsistensi uterus lembek / keras

Perkusi : Redup

Auskultasi :Bising usus

10) Genetalia

Pengeluaran darah bercampur lendir, pengeluaran air ketuban, bila

terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak

dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.

11) Ekstremitas

Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena

membesarkan uterus, karena pre eklamsia atau karena penyakit

jantung atau ginjal.


26

2.4.2. Diagnosa

Menurut NANDA (2015) diagnosa keperawatan yang timbul

pada ibu post operasi Sectio Caesarea adalah sebagai berikut :

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan pada luka insisi

ditandai dengan adanya laporan verbal atau non verbal menunjukan

kerusakan, skala nyeri diatas normal, tingkah laku berhati-hati,

terjadinya ketidakefektifan pemberian asi dikarenakan nyeri, fokus

pada diri sendiri, gangguan tidur , perubahan napas, nadi, tingkah

laku ekspresif (gelisah, meringis, dan lemah).

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas dibuktikan

dengan merasa lemah.

c. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif, paparan

lingkungan patogen.

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dari

permasalahan Sectio Caesarea yang terjadi maka diagnosa keperawatan

yang akan dianalisis adalah nyeri berhubungan dengan luka post SC

yang mnegakibatkan ibu mengalami ketidakefektifan dalam pemberian

asi.
27

2.4.3. Intervensi

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Nanda NIC-NOC 2015

No Diagnosa Keperawatan NOC (Nursing Outcome Clasification) NIC (Nursing Intervention Clasification)

1 Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1) Lakukan pengkajian nyeri secara
terputusnya jaringan pada selama 3x24 jam diharapkan nyeri komprehensif termasuk lokasi,
luka insisi ditandai berkurang dengan indicator: karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas
dengan adanya laporan dan faktor presipitasi.
verbal atau non verbal 1) Mampu mengontrol nyeri (tahu
menunjukan kerusakan, penyebab nyeri, mampu menggunakan
skala nyeri diatas normal, tehnik nonfarmakologi untuk
2) Observasi reaksi nonverbal dari
posisi untuk mengurangi mengurangi nyeri, mencari bantuan).
ketidaknyamanan
nyeri,tingkah laku berhati-
hati, gangguan tidur, muka
topeng, fokus pada diri
sendiri, perubahan napas, 2)Melaporkan bahwa nyeri berkurang 3) Gunakan teknik komunikasi terapeutik
nadi, tingkah laku dengan menggunakan manajemen nyeri untuk mengetahui pengalaman nyeri
ekspresif(gelisah, pasien.
meringis, dan lemah).
3)Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri). 4) Kaji kultur yang mempengaruhi respon
nyeri.

4)Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri


berkurang. 5) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
28

5)Tanda vital dalam rentang normal 6) Kontrol lingkungan yang dapat


TD:100-120/80 mmHg, mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
HR : 60-100x/i,
RR : 16-24 x/i,
7) Kurangi faktor presipitasi nyeri.
T : 36,5 -37,5 0C)

8) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk


menentukan intervensi.

9) Ajarkan tentang teknik non farmakologi


yaitu Biologic Nurturing Baby Led
Feeding untuk mengurangi rasa nyeri
post operasi

10) Kolaborasikan dengan dokter jika ada


keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil.
29

2.4.4. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan

yang dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk

membantu pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan serta

masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun

dalam rencana keperawatan (Nursalam, 2015).

Implementasi keperawatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu

berfokus pada masalah keperawatan nyeri dengan melakukan terapi

Biologic Nurturing Baby Led Feeding. Saat melakukan Biologic

Nurturing Baby Led Feeding tindakan lain yang akan dilakukan seperti

memonitor skala nyeri dan melakukan pengurukan tanda- tanda vital

klien.

2.4.5. Evaluasi

Menurut Nursalam (2015), evaluasi keperawatan terdiri dari dua

jenis yaitu:

a. Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif disebut juga sebagai evaluasi berjalan dimana

evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai. Pada evaluasi

formatif ini penulis menilai klien mengenai perubahan rasa nyeri

dan skala nyeri yang terjadi sebelum dan sesudah dilakukan

tindakan Biologic Nurturing Baby Led Feeding


30

b. Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif disebut juga evaluasi akhir dimana dalam metode

evaluasi ini menggunakan SOAP (Subjektif, Osbjektif, Assesment,

Perencanaan). Pada evaluasi somatif ini penulis menilai tujuan

akhir dari penerapan terapi Biologic Nurturing Baby Led Feeding

yang penulis lakukan yaitu ada atau tidaknya perubahan rasa nyeri

dan skala nyeri setelah dilakukan tindakan Biologic Nurturing Baby

Led Feeding tersebut.

Pada tahap ini penulis melakukan penilaian secara subjektif

melalui ungkapan pasien dan secara objektif. Evaluasi yang

dilakukan sesuai dengan kriteria hasil :

a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu

menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri

serta mencari bantuan)

b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri

c. Mampu mengenali nyeri

d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

e. Tanda – tanda vital dalam rentang normal.


31

2.5. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang

hubungan atau kaitan antara konsep – konsep atau variabel – variabel yang

akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmodjo,2018).

Variabel independen Variabel dependen

Pemberian intervensi
Biologic nurturing baby led Penurunan nyeri post sectio
feeding caesarea

Skema 2.1 Kerangka konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quasi experiment

dengan one grup pretest posttest. Menurut Sugiyono (2017), metode

penelitian quasi eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain

dalam kondisi yang terkendalikan. Sedangkan bentuk dengan desain one

grup pretest posttest harus melakukan pretes (tes awal) dan postes (tes

akhir). Pretes dan postes tentu mempunyai perbedaan. Pretes (tes awal)

dilakukan oleh peneliti tanpa memberikan perlakuan dahulu sedangkan

postes dilakukan setelah peneliti melakukan treatment (perlakuan) terhadap

sampel eksperimen. Pretes dan postes kemudian diolah untuk mengetahui

ada atau tidaknya perbedaan.

Pretest Treatment Posttest

H H

Skema 3.1 Rancangan Penelitian


33

Keterangan :

- Pretest : tes awal sebelum perlakuan

- Treatment : perlakuan/tindakan

- Posrtest : tes akhir setelah perlakuan

- H : hasil tes

- Tanda : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

3.2. Populasi Dan Sampel

3.2.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2017) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua

ibu post SC diruang Kebidanan RSUD Datu Beru Takengon.

3.2.2. Sampel

Menurut Sugiyono (2017) accidental sampling adalah tehnik

penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang

secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai

sampel, bila ditinjau orang yang kebetulan ditemui itu sesuai dengan

kriteria yang ditentukan.

Ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam

menentukan sampel penelitian:


34

3.2.2.1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian

dari suatu populasi yang akan diteliti, adapun kriteria

sampel yang akan diteliti yaitu:

- Ibu post partum dengan sectio Caesarea

- Menjadi pasien rawatan minimal 3 hari

- Berusia maksimal 35 tahun

- Bersedia menjadi responden

3.2.2.2. Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi merupakan keadaan yang menyebabkan

subbjek tidak memenuhi kriteria inklusi dan tidak dapat

dilakukan penelitian, adapun kriteria ekslusi adalah :

- Ibu post partum normal/spontan

- Rawatan pasien hanya selama 2 hari

- Berusia diatas 35 tahun

- Tidak bersedia menjadi responden

3.3. Lokasi Dan Waktu Studi Kasus

3.3.1. lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah

Datu Beru Takengon Tahun 2022.

3.3.2. Waktu Studi Kasus

Adapun waktu penelitian ini akan dilakukan sesuai dengan target

keberhasilan dengan jumlah kunjungan 3 hari selama perawatan


35

pada bulan Februari 2022 dan akan dilakukan sesuai dengan

intervensi keperawatan yaitu terapi Biologic Nurturing Baby Led

Feeding .

3.4. Definisi Operasional

Menurut Sugiyono ( 2017) definisi operasional adalah suatu atribut atau

sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang

telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari. Definisi operasional harus

dirumuskan untuk menghindari kesesatan dalam mengumpulkan data.

No Variabel Definisi Instrumen Skala Ukur


Operasional
Variabel dependen
1 Penurunan nyeri yaitu Lembar Skala nyeri
post SC berkurangnya pengkajian
intensitas nyeri
pada luka bekas
Sc dari nyeri
yang
bersangatan
menjadi nyeri
yang ringan dan
tidak
mengganggu
aktivitas lain.
Variabel independen
2 Pemberian Tehnik
intervensi
menyusui yang
Biologic
nurturing baby memberikan
led feeding
rasa nyaman
kepada pasien
36

yang mengalami
nyeri dengan
membimbing
pasien untuk
melakukan
tehnik relaksasi SOP
dengan
menghubungkan
keyakinan
individu untuk
mengalihkan
toleransi nyeri .
Tabel 3.1 . Definisi Operasional

3.5. Fokus Intervensi Studi Kasus

Biologic Nurturing Baby Led Feeding adalah terapi nyeri yang

dilakukan pada ibu untuk mengalihkan toleransi nyeri saat dan setelah ibu

menjalani aktifitas menyusui dan kontak langsung dengan bayi, dengan

menyusui ibu mau beradaptasi serta berespons terhadap nyeri dengan

lebih baik, sehingga ibu lebih toleran terhadap rasa nyeri yang dialaminya

(Cahyanti, 2018).

Yang dilakukan pada Biologic Nurturing Baby Led Feeding ialah ibu

nifas menyusui dengan posisi rebahan sambil bersandar, dengan sudut

kemiringan 15 ̊ - 64 ̊ kemudian bayi diletakkan diatas dada, dan biarkan

bibir bayi melekat dengan sendirinya. Pada cara ini , ibu tidak banyak

mengintervensi posisi bayi. Kedua tangan ibu bebas atau bisa juga

memegang bayi sekedar untuk menjaganya agar tidak terguling, sehingga


37

membuat ibu lebih nyaman, lebih tenang dan lebih rileks, meminimalisir

ketegangan dikepala, leher, pundak dan punggung. Ibu juga tidak perlu

terlalu berkonsentrasi untuk memikirkan posisi dan peletakan yang benar

(Susilo,2018).

3.6. Instrumen Penelitian/ Studi Kasus

Menurut Sugiyono (2017) prinsip penelitian adalah melakukan

pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik, alat ukur itulah yang

dinamakan instrumen penelitian. jadi instrumen penelitian adalah suatu alat

yang digunakan untuk mengukur fenomena alam ataupun sosial yang

diamati. Secara spesifik semua fenomena itu disebut variabel penelitian.

adapun jenis instrumen dalam penelitian ini antara lain instrumen penilaian

dan instrumen perlakuan. Instrumen penelitian berupa lembar pengkajian

maternitas dan SOP tindakan intervensi Biologic Nurturing Baby Led

Feeding (Lampiran I ) .

3.7. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini di butuhkan sejumlah data-data dari lapangan, dari

sebuah penyelidikan akan di himpun data-data utama dan sekaligus

data tambahannya. “Sumber data utama dalam penelitian adalah kata-kata

dan tindakan. Sedangkan data tambahan seperti : data tertulis, foto

(dokumentasi) dan statistik” (Nursalam, 2015).

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam sebuah penelitian. Dengan menggunakan metode pengumpulan data


38

yang benar maka peneliti akan mendapatkan data-data yang memenuhi

standar. Berikut ini beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini :

3.7.1. Tahap Pre Orientasi

a) Menyusun tahap penelitian

b) Melakukan studi pendahuluan di RSUD Datu Beru Aceh Tengah

c) Mempersiapkan surat izin penelitian yang akan dimasukkan

kepada pihak yang berkepentingan yaitu pihak RSUD Datu Beru

Aceh Tengah.

d) Mempersiapkan instrument penelitian yang akan digunakan

peneliti untuk mendapatkan data yang diperlukan dengan

menggunakan lembar pengkajian maternitas dan SOP (Lampiran

1 ).

3.7.2. Tahap Orientasi

a) Peneliti mengucapkan salam terapeutik

b) Memperkenalkan diri kepada responden

c) Menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan

d) Menjelaskan prosedur dan meminta kesediaan waktu responden

untuk mewujudkan penelitian ini.

3.7.3. Tahap kerja

a) Peneliti telah mendapatkan izin untuk melakukan penelitian

diruang kebidanan RSUD Datu Beru Aceh Tengah


39

b) Memastikan ulang responden bersedia untuk menjadi responden

dalam penelitian ini

c) Dalam proses pengumpulan data dilakukan beberapa cara untuk

mendapatkan informasi mengenai pasien, diantaranya yaitu :

- Wawancara, ini dilakukan untuk mendapatkan data subjektif

dengan menggunakan pertanyaan terbuka atau tertutup,

yaitu dengan cara penulis bertanya langsung kepada klien

yang akan mempermudah penulis untuk mengetahui masalah

keperawatan klien. Wawancara dengan hasil anam nesa yang

berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit

sekarang dan riwayat penyakit dahulu serta riwayat penyakit

keluarga. Sumber data dari anamnesa tersebut dapat diperoleh

dari klien, keluarga maupun buku rawatan klien.

- Observasi, Inti dari observasi adalah adanya perilaku yang

tampak dan adanya tujuan yang ingin dicapai. Perilaku yang

tampak dapat berupa perilaku yang dapat dilihat langsung oleh

mata, dapat didengar, dapat dihitung, dan dapat di ukur.

Karena masyarakat perilaku yang tampak, potensi perilaku

seperi sikap dan minat yang masih dalam bentuk kognisi,

afeksi, atau kecenderungan perilaku tidak dapat di observasi.

Selain itu, observasi haruslah mempunyai tujuan tertentu.

Pengamatan yang tanpa tujuan bukan merupakan observasi

untuk mendapatkan sejumlah data, peneliti melakukan


40

observasi partisipatif pada golongan partisifasi pasif dan

observasi terus terang atau tersamar. Masalah yang di

observasi pada penelitian ini adalah hal yang berhubungan

dengan ibu Post Operasi Sectio Caesarea yang mengalami

nyeri dengan penerapan Biologic Nurturing Baby Led

Feeding. Observasi dilakukan secara bertahap pada kurun

waktu sekitar tiga hari, bertempat di Rumah Sakit Umum

Daerah Datu Beru Takengon. Pencatatan hasil observasi

dilakukan pada lembar observasi yang telah disusun oleh

peneliti.

- Pemeriksaan fisik, ini dilakukan dengan metode Head To Toe

terdiri atas pemeriksaan sistem persepsi-sensori, sistem

pernafasan, sistem integumen, sistem kardiovaskuler, sistem

neurologis, sistem gastrointestinal, sistem muskuloskeletal

dan sistem reproduksi.

3.7.4. Tahap Terminasi

a) Melakukan penelitian diawali dengan pemberian pretest

dilanjutkan pemberian tindakan dan diakhiri dengan pemberian

posttest sebagai bentuk evaluasi dan sumber data penelitian.

b) Setelah selesai mengucapkan terimakasih kepada responden atas

kerja samanya dan waktu yang diberikan.

c) Hasil observasi dan wawancara ditabulatasi, dianalisis dan

disimpulkan hasilnya.
41

3.8. Etika Penelitian / Studi Kasus

Menurut Wella (2017) ada beberapa tahapan etika penelitian diantaranya

sebagai berikut:

3.8.1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human

dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk

mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya

penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas

dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian

(autonomy). Beberapa tindakan yang terkait dengan prinsip

menghormati harkat dan martabat manusia, adalah: peneliti

mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed consent).

3.8.2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and confidentiality)

Peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas baik

nama maupun alamat asal subyek dalam kuesioner dan alat ukur

apapun untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas subyek.

Peneliti dapat menggunakan koding (inisial atau identification

number) sebagai pengganti identitas responden.

3.8.3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)

Prinsip keadilan menekankan sejauh mana kebijakan penelitian

membagikan keuntungan dan beban secara merata atau menurut

kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas masyarakat.


42

Sebagai contoh dalam prosedur penelitian, peneliti

mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak subyek untuk

mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum, selama maupun

sesudah berpartisipasi dalam penelitian.

3.8.4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

(balancing harms and benefits)

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian

guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi

subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi

(beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi

subyek (nonmaleficence). Apabila intervensi penelitian berpotensi

mengakibatkan cedera atau stres tambahan maka subyek dikeluarkan

dari kegiatan penelitian untuk mencegah terjadinya cedera, kesakitan,

stres, maupun kematian subyek penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

Cahyanti, R.,Pertiwi,S.,& Rohmatin.(2018). Pengaruh Biological Nurturing Baby


Led Feeding Terhadap Skala Nyeri Pasca Sectio Caesarea di RS Majenang
2018. Penelitian Kebidanan dan Keperawatan, Vol.2(1)

Fhadilla Erin Sagita. (2019). Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum dengan Post
Operasi Sectio Caesarea di Ruangan Rawat Inap Kebidanan,Dr. Achmad
Mochtar Bukit Tinggi.Vol I (1) : 1 – 13.

Manuaba . (2017). Pengantar kuliah Obstetri . Jakarta: ECG.

Nursalam. (2015). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis


(Edisi ke-4). Jakarta: Salemba Medika.
Padila. (2015).Asuhan Keperawatan Maternitas II, Yogyakarta: Nuha Medika

Prawirohardjo Sarwono. (2016). Buku Ilmu kebidanan Edisi 4. Jakarta: PT bina


Pustaka sarwono prawihardjo.

PPNI.(2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat


Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Ratnawati. A. (2018). Asuhan Keperawatan Maternitas (Edisi 1). Yogyakarta:


Pustaka Baru Press

Sugeng & Weni Kristianasari.(2015). Asuhan Keperawatan post Operasi.


Yogyakarta: Nuha Medika

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :


Penerbit Alfabeta

Susilo Rini dan Indri Hery Susanti. (2018). Penurunan Nyeri pada Ibu Post Sectio
Caesarea Pasca Intervensi Biologic Nurturing Baby Led Feeding. Medis
AINS: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan. Vol.16. No.2.

Wella, Yurisa. (2017). Etika Penelitian Kesehatan. Pekanbaru: Faculty of


Medicine – University of Riau. Hal. 2 – 8
Lampiran 1

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BIOLOGIC NURTURING BABY LED FEEDING

Pengertian Tehnik menyusui yang memberikan rasa nyaman


kepada pasien yang mengalami nyeri dengan
membimbing pasien untuk melakukan tehnik
relaksasi dengan menghubungkan keyakinan
individu untuk mengalihkan toleransi nyeri dan
ambang batas nyeri.

Tujuan 1. Mengurangi atau mengontrol nyeri


2. Menurunkan ketegangan otot
3. Menciptakan perasaan aman dan nyaman
4. Meningkatkan perasaan rileks dan tidur
Prosedur A. Tahap Pra – Interaksi
Pelaksanaan 1. Melihat data hasil pretest/pengkajian
sebelumnya
2. Menyiapkan instrumen intervensi yaitu
intervensi Biologic Nurturing Baby Led
Feeding
3. Mencuci tangan
B. Tahap Orientasi
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan prosedur dan mengontrak
waktu pasien
5. Menanyakan kesiapan pasien
C. Tahap Kerja
1. Mengatur posisi yang nyaman yaitu posisi
rebahan sambil bersandar, dengan sudut
kemiringan antara 15 ̊ - 64 ̊
2. Lakukan observasi keadaan payudara, jika
kotor lakukan breast care ( perawatan
payudara ) terlebih dahulu
3. Letakkan bayi diatas dada pasien/ibu
4. Atur posisi bayi hingga berdekatan dengan
putting susu ibu
5. Mulut bayi dibirkan melekat dengan
sendirinya pada putting susu ibu
6. Menganjurkan kedua tangan ibu bebas,
memegang bayi sekedar untuk menjaganya
agar tidak terguling
7. Anjurkan pasien untuk menyusui 10 sampai
15 menit
8. Tehnik Biologic Nurturing Baby Led
Feeding dilakukan hingga mengurangi
ketegangan dikepala, leher dan punggung.
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Melakukan evaluasi kenyamanan dan
respon pasien
3. Melakukan kontrak pertemuan selanjutnya
4. Melakukan dokumentasi tindakan dan hasil
pemberian biologic nurturing baby led
feeding
5. mencuci tangan
6. akhiri dengan mengucap salam.

Anda mungkin juga menyukai