Anda di halaman 1dari 57

PROPOSAL

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK SUAMI DENGAN


KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
DI RUANG PERINATOLOGI RSUD GRATI
KABUPATEN PASURUAN

Oleh :
ALDONA REGITHA PRAMESWARI
NIM : 2020030176

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
2022

i
PROPOSAL

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK SUAMI DENGAN


KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
DI RUANG PERINATOLOGI RSUD GRATI
KABUPATEN PASURUAN

Proposal ini Dilaksanakan untuk Memperolah Gelas Sarjana Keperawatan


(S.Kep) dalam Program Studi Ilmu Keperawatan
Pada Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Jombang

Oleh :
ALDONA REGITHA PRAMESWARI
NIM : 2020030176

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
2022

ii
SURAT PERNYATAAN

Saya Bersumpah Bahwa Proposal Ini Adalah Hasil Karya Sendiri Dan Belum

Pernah Dikumpulkan Oleh Orang Lain Untuk Memperoleh Gelar Dari Berbagai

Jenjang Di Perguruan Tinggi Manapun. Saya siap menyerahkan Softcopi untuk

keperluan institusi baik kepengarangan atau publikasi.

Jombang, 2022

Yang Menyatakan

Ttd

ALDONA REGITHA PRAMESWARI


NIM : 2020030176

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal ini telah di konsulkan dan siap dipresentasikan dan dipertanggung

jawabkan pada sidang Skripsi pada.

Hari :

Tanggal : 2022

Oleh
Pembimbing I

Vendi Eko Kurniawan,S.Kep.,Ns.M.Kes


NPP : 011005072

Pembimbing II

Gevi Melliya Sari,S.Kep.,Ns.M.Kes


NPP : 011305119

iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI PROPOSAL

Proposal ini telah diuji dan di tetapkan

Pada Tanggal : 2022

PANITIA PENGUJI

Ketua : Kharisma Dwi Ana, S.Kep.,Ns.,M.Kep : ( ................. )


NPP : 011305108

Anggota I : Vendi Eko Kurniawan,S.Kep.,Ns.M.Kes : ( ................ )


NPP : 011005072

Anggota II : Gevi Meliya Sari,S.Kep.,Ns.M.Kes : ( ................ )


NPP : 011305119

Mengetahui
Ketua STIKES HUSADA Ka. Prodi Sarjana Keperawatan STIKES
Jombang HUSADA Jombang

Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes., MM Sylvie Puspita., S.Kep.,Ns.,M.Kep


NPP : 010201001 NPP : 011305103

v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbingan-
Nya kami dapat menyelesaikan propsal dengan judul “hubungan kebiasaan
merokok suami dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di Ruang
Perinatologi RSUD Grati Kabupaten Pasuruan”.
Bersama ini perkenankan saya ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya dengan hati tulus kepada yang terhormat:
1. drg. Dyah Retno Lestari, M.Kes , Selaku Kepala Ruang Perinatologi RSUD
Grati Kabupaten Pasuruan.
2. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes., MM, Selaku ketua STIKES Husada Jombang
yang telah memberikan dukungannya yang hingga terselesaikannya studi kasus
ini.
3. Sylvie Puspita., S.Kep.,Ns.,M.Kep, Selaku Kepala Prodi Sarjana Keperawatan
STIKES Husada Jombang.
4. …Ditambahkan ketua penguji
5. Vendi Eko Kurniawan,S.Kep.,Ns.M.Kes, Selaku Pembimbing I yang telah
membimbing saya.
6. Gevi Meliya Sari,S.Kep.,Ns.M.Kes, Selaku Pembimbing II yang telah
membimbing saya.
7. Para bapak/ibu dosen di STIsKES Husada Jombang, atas semua masukan yang
telah diberikan.
8. Keluarga saya yang telah memberikan dukungan baik moral maupun materiil.
9. Teman – teman mahasiswa di STIKES Husada Jombang atas saran dan
kritiknya.
10. Serta pihak – pihak lain yang telah membantu hingga terselesaikannya studi
kasus ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala bantuan yang
diberikan dan semoga karya tulis ini berguna bagi diri kami sendiri maupun pihak
lain yang memanfaatkannya.
Pasuruan, 2022
Peneliti

Aldona Regitha Prameswari


Nim : 2019030113

vi
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Sampul Depan...................................................................................... i
Halaman Sampul Dalam...................................................................................... ii
Halaman Pernyataan............................................................................................ iii
Halaman Persetujuan........................................................................................... iv
Halaman Penetapan Panitia Penguji.................................................................... v
Halaman Kata Pengantar...................................................................................... vi
Daftar Isi.............................................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep kebiasaan merokok............................................................ 6
2.1.1 Faktor-faktor penyebab......................................................... 9
2.1.2 Tipe-tipe perokok.................................................................. 11
2.1.3 Klasifikasi perokok............................................................... 13
2.1.4 Bahaya merokok bagi kesehatan........................................... 13
2.2 Telaah tentang berat badan lahir rendah......................................... 16
2.2.1 Pengertian.............................................................................. 16
2.2.2 Problematika berat badan lahir rendah.................................. 17
2.2.3 Gambaran klinis.................................................................... 18
2.2.4 Faktor penyebab terjadinya BBLR........................................ 19
2.2.5 Penatalaksanaan BBLR......................................................... 22
2.3 Telaah tentang hubungan kebiasaan merokok dengan BBLR........ 24
2.4 Landasan teori................................................................................. 26

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN


3.1 Kerangka konseptual....................................................................... 29
3.2 Hipotesis......................................................................................... 30

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1 Desain penelitian............................................................................. 31
4.1.1 Kerangka kerja....................................................................... 32
4.2 Populasi, sampel, dan teknik sampling........................................... 33
4.2.1 Populasi................................................................................. 33
4.2.2 Sampel................................................................................... 33
4.2.3 Teknik sampling.................................................................... 33
4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.................................. 34
4.3.1 Variabel penelitian................................................................ 34
4.3.2 Definisi operasional.............................................................. 35
4.4 Bahan penelitian.............................................................................. 36

vii
4.5 Instrumen penelitian........................................................................ 36
4.6 Lokasi dan waktu penelitian............................................................ 36
4.7 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data.............................. 36
4.8 Cara analisa Data............................................................................. 37
4.9 Masalah etik..................................................................................... 39
4.9.1 Informd consent..................................................................... 39
4.9.2 Anonimity.............................................................................. 39
4.9.3 Confidentiality....................................................................... 39

viii
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Daftar Singkatan :

MH : Magister hukum

S.Kep : Sarjana Keperawatan

Ns. : Nersing (Ners)

M.Kes : Magister Kesehatan

M.Kep : Keperawatan

ix
DAGTAR LAMBANG

% : Persen

> : Lebih besar sama dengan

< : Kurang

x
11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perokok aktif adalah seseorang yang benar-benar memiliki kebiasaan

merokok, dan perokok pasif adalah seseorang yang tidak memiliki kebiasaan

merokok, namun terpaksa harus mengisap asap rokok yang dihembuskan oleh

orang lain yang kebetulan ada didekatnya. Meskipun perokok pasif tidak

merokok, tetapi perokok pasif memiliki resiko yang sama dengan perokok

aktif salah satunya yaitu wanita hamil berkemungkinan melahirkan bayi

premature atau bayi lahir cukup bulan, tetapi berat badan kurang dari normal

(Aulia, 2010). Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir

dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa

kehamilan.

Secara umum bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

berhubungan dengan usai kehamilan yang belum cukup bulan (premature)

disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan

(usia kehamilan 38 minggu), tetapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil

ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Bayi yang

lahir dari lingkungan perokok, rata-rata 200 gram lebih ringan dari bayi non

perokok. Selain ibu perokok, ayah yang merokok juga berhubungan dengan

pertumbuhan janin yang terlambat. Ayah yang merokok berhubungan dengan

penurunan berat bayi lahir (Yulifah, 2019).

Kelahiran Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia Menurut

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2019, angka kematian neonatal


12

sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Dalam 1 tahun, sekitar 86.000 bayi usia

1bulan meninggal. Artinya setiap 6 menit ada 1 (satu) neonatus meninggal.

Di rumah sakit pusat rujukan sekitar 15-20% bayi dilahirkan dengan berat

lahir rendah sedangkan jumlah kelahiran BBLR secara nasional adalah

(11,5%) (Kemenkes RI, 2020).

Pada tahun 2020, WHO menyatakan bahwa prevalansi bayi dengan

BBLR didunia yaitu 15,5% atau sekitar 20 juta bayi yang lahir setiap

tahun.Di Jawa Timur pada tahun 2016 menunjukkan bahwa dari 4.957

persalinan, terdapat sebanyak 478 kasus (9,64%) kejadian BBLR, pada tahun

2019 meningkat menjadi 482 kasus (9,67%) dari 4.984 persalinan (Depkes

RI, 2020). Untuk Kabupaten Pasuruan tahun 2018, terdapat 2.646 persalinan,

167 kasus (6,31%) merupakan kejadian BBLR, pada tahun 2014 dari 1.699

persalinan, terdapat 157 kasus (9,24%) kejadian bayi dengan BBLR.

Sedangkan pada tahun 2018 terdapat 1.735 persalinan, dimana terdapat 168

kasus (9,68%)kejadian BBLR (Dinkes Kabupaten Pasuruan, 2018).

Berdasarkan data dari bidang pelayanan kesehatan (YanKes) RSUD Grati

Kabupaten Pasuruan terdapat 77 bayi (10,27%)dengan kasus BBLR dari 750

kelahiran pada tahun 2019, dan terdapat 101 bayi (17,50%)dengan kasus

BBLR dari 577 kelahiran pada tahun 2020 sampai dengan bulan September

(RSUD Grati, 2020). Pada kasus BBLR ada beberapa factor yang

mempengaruhi yaitu dari factor ibu, keadaan social ekonomi, sebab lain,

factor janin, factor plasenta dan factor lingkungan.

Merokok membahayakan hampir semua organ tubuh, menimbulkan

banyak penyakit, serta mempengaruhi kesehatan bagi perokok secara umum.


13

Ibu perokok pasif memiliki kesamaan dengan perokok aktif, meskipun secara

langsung tidak merokok. Namun ibu perokok pasif mempunyai dampak yang

sama terhadap janin yang dikandungnya. Hal ini dikarenakan masuknya

beberapa zat berbahaya di dalam rokok kedalam tubuh diantaranya adalah

nikotin dan karbon monoksida (Aulia, 2019). Zat nikotin dan karbon

monoksida yang beredar dalam tubuh bumil diserap oleh bayi saat masih

dalam kandungan. Keduanya zat tersebut memiliki efek menyempitkan

saluran-saluran pembuluh darah sehingga dapat memperkecil kadar oksigen

dan nutrisi yang mengalirke dalam tubuh ibu hamil (bumil). Akibatnya, janin

akan menerima asupan nutrisi dan oksigen dalam jumlah yang sedikit

sehingga berisiko tinggi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah

(BBLR) (Jaya, 2019).

Sebagai racun, karbon monoksida akan mengurangi oksigen yang dibawa

oleh darah. Semakin banyak karbon monoksida dalam darah bayi, maka akan

semakin rendah berat badan bayi saat kelahiran. Zat kimia yang terisap dari

asap rokok akan membatasi pertumbuhan janin dengan mengurangi jumlah

sel yang dihasilkan baik dalam tubuh bayi maupun dalam otak. Nikotin

menjadikan pembuluh darah mengerut dan oleh karena itu mengurangi suplai

darah ke plasenta yang mengganggu perkembangan bayi. Racun nikotin dapat

mempengaruhi bahkan menghambat proses aliran darah dari ibu kepada janin,

akibatnya perkembangan bayi menjadi terlambat. Kondisi ini berjalan terus

hingga memasuki masa persalinan, dan menyebabkan bayi lahir dengan berat

badan kurang dari 2500 gram (Sari, 2017).

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi dengan Berat
14

Badan Lahir Rendah (BBLR)salah satunya masalah fisik yaitu mengalami

penyakit parukronis. Keadaan ini dapat disebabkan karena infeksi, kebiasaan

ibu merokok, dan radiasi udara dilingkungan (Proverawati, dkk., 2019). Salah

satu upaya menurunkan terjadinya Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah

dengan menghentikan kebiasaan merokok, menggunakan obat-obatan

terlarang dan alkohol, tidak merokok dan menghindari asap rokok

(Proverawati, dkk., 2019). Calon ibu sebaiknya berhenti merokok saat hamil,

sehingga resiko pada dirinya dan bayi dapat dihindari. Begitu juga dengan ibu

hamil yang menjadi perokok pasif sebaiknya menghindari perokok tersebut

karena sedikit banyak dapat berisiko pada kehamilan (Nirwana, 2019).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada 10 orang

ayah yang memiliki bayi dengan BBLR ditanyakan tentang kebiasaan

merokok di dekat istri selama kehamilan sebanyak 7 orang diantaranya

menjawab ya dan 3 orang menjawab tidak merokok. Berdasarkan angka

kejadian di atas, maka peneliti telah melakukan penelitian untuk mengetahui

hubungan kebiasaan merokok suami dengan kejadian Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD Grati Kabupaten Pasuruan.

1.2 Rumusan Masalah

“Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan

kebiasaan merokok suami dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR)

di Ruang Perinatologi RSUD Grati Kabupaten Pasuruan?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan


15

kebiasaan merokok suami dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR)

di Ruang Perinatologi RSUD Grati Kabupaten Pasuruan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengindentifikasi kebiasaan merokok suami di Ruang Perinatologi RSUD

Grati Kabupaten Pasuruan.

2. Mengindentifikasi kejadian berat badan lahir rendah di Ruang Perinatologi

RSUD Grati Kabupaten Pasuruan.

3. Menganalisis hubungan kebiasaan merokok suami dengan kejadian berat

badan lahir rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD Grati Kabupaten

Pasuruan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa

untuk menyusun tugas akhir terutama yang hubungan kebiasaan merokok

suami dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR).

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi perawat

Sebagai bahan masukan bagi perawat untuk menganalisis hubungan

kebiasaan merokok suami dengan kejadian berat badan lahir rendah

(BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD Grati Kabupaten Pasuruan.

b. Bagi responden

Menjadi pengetahuan bagi ibu hamil tentang resiko kebiasaan merokok

suami pada kejadian berat badan lahir rendah (BBLR).


16

c. Bagi peneliti

Peneliti mendapatkan informasi dan menambah pengetahuan mengenai

hubungan kebiasaan merokok suami dengan terjadinya berat badan lahir

rendah (BBLR).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep kebisaan merokok

Kebiasaan merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respon

orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang

mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara langsung.

Sedangkan merokok adalah membakar tembakau kemudian dihisap, baik

menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Temperatur sebatang rokok

yang tengah dibakar adalah 90 derajat Celcius untuk ujung rokok yang dibakar

dan 30 derajat Celcius untuk ujung rokok yang terselip diantara bibir perokok

(Istiqomah, 2019).

Munculnya kebiasaan dari organisme ini dipengaruhi oleh faktor stimulus

yang diterima, baik stimulus internal maupun stimulus ekternal. Seperti halnya

perilaku lain; kebiasaan merokok pun muncul karena adanya faktor internal

(faktor biologis dan psikologis, seperti kebiasaan merokok dilakukan untuk

mengurangi stres) dan faktor eksternal (faktor lingkungan sosial, seperti

terpengaruh oleh teman sebaya). Sari dkk (2019) menyebutkan bahwa kebiasaan

merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan

menggunakan pipa atau rokok.

Menurut Ogawa dalam Triyanti (2019) dahulu kebiasaan merokok disebut

sebagai suatau kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut

sebagai tabaco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai kebiasaan

penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih dari setengah bungkus per

17
18

hari, dengan adanya tambahan ditres yang disebabkan oleh kebutuhan akan

tembakau secara berulang-ulang. Kebiasaan merokok dapat juga didefinisikan

sebagai aktivitas subjek yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang

diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok, dan fungsi merekok dalam

kehidupan sehari-hari (Komalasari & Helmi, 2019).

Intensitas merokok sebagai wujud dari kebiasaan merokok menurut Bustan

(2019), rokok aktif adalah asap rokok yang berasalah dari isapan perokok atau

asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari pendapat di atas dapat

ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif (active smoker) adalah orang yang

merokok dan langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagai

kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Perokok pasif adalah asap

rokok yang dihirup oleh seseorang yang tidak merokok (pasive smoker). Asap

rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok

lebih berbahaya terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap rokok

sigaret kemungkinan besar bahayanya terhadap mereka yang bukan perokok,

terutama di tempat tertutup. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif dan

terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon

monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar dan niotin (Wardoyo, 2018).

Rokok merupakan salah satu zat adiktif, yang bila digunakan dapat

mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat (Aulia, 2019).

Berdasarkan PP No. 19 tahun 2003, diketahui bahwa rokok adalah hasil olahan

tembakau yang dibungkus, termasuk cerutu ataupun bentuk lainnya yang

dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies

lainnya, atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa
19

bahan tambahan.

Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau

bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana

Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar

dengan atau tanpa bahan tambahan (PP No 19 dalam Sarafino, 2019). Rokok

adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 milimeter

(berfariasi tergantung Negara) dengan diameter sekitar 10 milimeter yang berisi

daun-daun tembakau yang telah dicacah (Jaya, 2019). Rokok biasanya dijual

dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan

dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-

bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan

perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan karena merokok,

misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung walaupun pada kenyataannya itu

hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi (Gondodiputro dalam Sarafino, 2018).

Merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing.

Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok,

namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok sendiri

maupun orang-orang disekitarnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

merokok adalah menghisap gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas

(Fajar dalam Valleria, 2018). Asap rokok mengandung ribuan zat kimia, atau

komponen asap, juga disebut sebagai “emisi asap”. Komponen asap yang paling

luas dikenal adalah tar, nikotin, dan karbonmonoksida (CO). Selain zat-zat ini,

hingga saat ini lebih dari 7,000 zat kimia telah diketahui terkandung dalam asap

rokok. Dinas kesehatan masyarakat telah menggolongkan sekitar 70 komponen


20

asap sebagai kemungkinan penyebab penyakit yang terkait dengan merokok,

seperti kanker paru, penyakit jantung, dan emfisema (Triswanto, 2019). Rokok

adalah suatu zat yang dapat mempengaruhi keadaan psikologis seseorang. Pada

masa pertumbuhan, zat dalam rokok (nikotin)bahkan dapat mempengaruhi

perkembangan fisik. Bahkan ini diperparah jika, seorang wanita hamil mengisap

rokok, yang dapat mempengaruhi secara langsung perkembangan fisik janin yang

dikandungnya. Merokok ada dua macam, baik perokok aktif maupun pasif.

Seorang istri yang hamil misalnya, akan selalu menjadi perokok pasif dari suami

yang menjadi perokok aktif. Perokok pasif adalah mereka yang tidak merokok

tetapi menghisap ETS (Environmental Tobacco Smoke). ETS adalah asap rokok

utama dan asap rokok sampingan yang dihembuskan kembali oleh perokok. Bagi

orang yang tidak merokok, asap rokok selalu tidak menyenangkan, berbau,

mengiritasi hidung dan mata. Risiko menghirup asap rokok orang lain tidak

sebesar menghirup asap rokok sendiri, tetapi risikonya tetap bermakna (Trim,

2019).

2.1.1 Faktor-faktor penyebab

Menurut Mu’tadin dalam Valleria (2019)kebiasaan merokok pada

individu juga dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain yaitu:

a. Lingkungan sosial, yaitu: segala aktivitas kehidupan yang paling dekat

dengan individu seperti teman-teman, kawan-kawan sebaya, orang tua,

saudara-saudara dan media massa.

b. Variabel demografi, yaitu: bagian-bagian dari masyarakat seperti umur

dan jenis kelamin.


21

c. Sosio kultural, yaitu: norma-norma dalam masyarakat yang terdiri dari

kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, penghasilan dan

gengsi pekerjaan.

d. Variabel politik, yaitu: berupa usaha memperlancar kampanye-

kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok.

Menurut Sarafino cit Aulia (2010) bahwa ada tiga faktor yang

mempengaruhi seseorang terbiasa merokok, yaitu:

a. Faktor Sosial

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga ada saling

ketergantungan atau dengan kata lain tidak bias hidup sendiri. Sebagai

mahluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan

hubungan dengan orang lain, sehingga perilaku individu tidak terlepas

dari lingkungan sosialnya. Seorangyang tidak merokok, namun hidup

atau bekerja diantara orang perokok maka kemungkinan besar dia akan

terpengaruh ikut merokok.

b. Faktor Psikologis

Salah satu faktor psikologis yang menyebabkan seseorang

merokok, yaitu demi relaksasi, ketenangan, serta mengurangi

kecemasan atau ketegangan. Perokok secara sudut pandang psikologis

dikarenakan adanya kebutuhan untuk mengatasi diri sendiri secara

mudah dan efektif dan rokok itulah yang dijadikan pilihan untuk

memenuhi kebutuhannya tersebut. Gejala yang dapat dicermati untuk

mengenali alasan merokok adalah karena ketagihan, kebutuhan mental,

dan karena kebiasaan.


22

c. Faktor Farmakologis

Salah satu zat yang terdapat dalam rokok adalah nikotin yang

mempengaruhi perasaan atau kebiasaan. Hal ini menyebabkan

seseorang merasa nikmat saat merokok, sehingga seseorang yang sudah

pernah mencoba merokok akan ketagihan dan mengulanginya lagi

(Jaya, 2019).

2.1.2 Tipe-tipe perokok

a. Perokok aktif (Active Smoker)

Perokok aktif adalah seseorang yang benar-benar memiliki

kebiasaan merokok. Merokok sudah menjadi bagian hidupnya, sehingga

rasanya tidak enak bila sehari saja tidak merokok. Oleh karena itu, ia

akan melakukan apapun demi mendapatkan rokok, kemudian merokok

(Aulia, 2019).

b. Perokok Pasif(Passive Smoker)

Perokok pasif adalah seseorang yang tidak memiliki kebiasaan

merokok, namun terpaksa harus mengisap asap rokok yang dihembus

oleh orang lain yang kebetulan ada didekatnya. Meskipun perokok pasif

memiliki resiko yang sama dengan perokok aktif dalam hal terkena

penyakit yang disebabkan oleh rokok. Perokok pasif mempunyai resiko

yang sama dengan perokok aktif karena perokok pasif juga

menghirupkan dungan karsinogen (zat yang memudahkan timbulnya

kanker) dan 4.000 partikel lain yang ada pada asap rokok (Aulia, 2018).
23

Selain perokok aktif dan perokok pasif masih ada tipe-tipe perokok

yang lain. Menurut Sitepoe, tipe perokok ada 5 yaitu:

a. Tidak merokok, yaitu tidak merokok selama hidup.

b. Perokok ringan, yaitu merokok berselang-seling.

c. Perokok sedang, yaitu merokok setiap hari dalam kuantum kecil.

d. Perokok berat, yaitu merokok lebih dari satu bungkus setiap hari.

e. Berhenti merokok, yaitu semula merokok, kemudian berhenti dan tidak

pernah merokok lagi (Aulia, 2018).

Perokok pasif tidak merokok, tetapi perokok pasif memiliki risiko

yang sama dengan perokok aktif dalam hal terkena penyakit yang

disebabkan oleh rokok. Berbagai studi bahwa perokok pasif memiliki resiko

sama dengan perokok aktif dalam hal-hal berikut:

a. Kemungkinan mengalami serangan kanker paru, kanker payudara,kanker

ginjal, kanker pankreas, dan kanker otak karena memperoleh nikotin dari

asap rokok.

b. Kemungkinan terkena penyakit jantung dan pembuluh darah (stroke).

c. Kemungkinan mengalami serangan asma bronkhiale.

d. Kemungkinan terkena gangguan kognitif dan demensia (mudah lupa).

e. Wanita hamil berkemungkinan melahirkan bayi prematur atau bayi lahir

cukup bulan, tetapi berat badan kurang dari normal.

f. Mudah terkena serangan infeksi dihidung dan tenggorokan.

g. Anak-anak mudah terserang asma, meninggal pada usia muda, infeksi

paru-paru, mudah mengalami alergi, dan mudah terkena

TBC paru.
24

2.1.3 Klasifikasi perokok

Mu’tadin dalam Trim (2012) membagi tipe merokok menjadi empat

golongan sebagai berikut:

a. Perokok sangat berat adalah bila mengkonsumsi rokok lebih dari 31

batang perhari dengan selang merokok lima menit setelah bangun tidur di

pagi hari.

b. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu

merokok berkisar 6-30 menit setelah bangun tidur pagi hari.

c. Perokok sedang menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu

31-60 menit setelah bangun pagi.

d. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang

waktu 60 menit dari bangun pagi.

2.1.4 Bahaya merokok bagi kesehatan

Menurut Jaya (2019), banyak penelitian membuktikan kebiasaan

merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakir seperti penyakit

jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru- paru, kanker rongga

mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronchitis,

tekanan darah tinggi, impotensi, serta gangguan kehamilan dan cacat pada

janin.

a. Stroke

Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau

stroke banyak dikaitkan dengan merokok. Risiko stroke dan risiko

kematian lebih tinggi pada perokok dibandingkan bukan perokok

(Ellizabet dalam Sarafino, 2018).


25

b. Impotensi

Nikotin yang beredar melalui darah akan dibawa ke seluruh tubuh

termasuk organ-organ reproduksi. Zat ini dapat menganggu proses

spermatogenesis sehingga kualitas sperma menjadi buruk. Selain

kerusakan kualitas sperma, rokok juga menjadi faktor risiko gangguan

fungsi seksual, khususnya gangguan disfungsi ereksi (Ellizabet dalam

Sarafino, 2019).

c. Kanker

Merokok dapat menyebabkan kanker. Kematian akibat kanker

yang disebabkan oleh merokok pun semakin meningkat. Kematian

karena kanker (terutama kanker paru-paru meningkat 20 kali lebih besar

dibandingkan orang yang tidak merokok. Berbagai jenis kanker yang

risikonya meningkat akibat merokok antara lain kanker trakea, bronkus,

paru-paru, kanker mulut dan orofaring, kanker lambung, kanker kandung

kemih, kanker esophagus, kanker ginjal dan ureter (Ellizabet dalam

Sarafino, 2019).

d. Jantung

Nikotin yang terkandung dalam rokok menyebabkan efinefrin dan

norepinefrin dalam darah meningkat, yang menyebabkan jantung

berdebar lebih cepat dan pembuluh darah berkontraksi atau menyempit.

Debar jantung yang lebih cepat akan meningkatkan kebutuhan akan

oksigen pada otot jantung. Sementara itu, penyediaan oksigen menjadi

menurun karena oksigen yang ada akan diikat oleh carbon monoksida

(CO) yang dihasilkan rokok. Dalam hal ini nikotin yang berperan
26

membuat irama jantung tidak teratur, menimbulkan kerusakan jaringan

dalam pembuluh darah, sehingga serangan jantung mengikutinya

(Bangun dalam Sarafino, 2019).

e. Kanker Paru

Menurut POM RI bahwa satu dari sepuluh dari perokok berat akan

menderita kanker paru. Pada kasus dapat berakibat fatal dan

menyebabkan kematian (Nasir dalam Sarafino, 2019). Merokok dapat

menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran nafas dan jaringan

paru-paru. Pada saluran nafas besar, sel mukosa membesar (hypertrofi)

dan kelenjar mucus bertambah banyak (hyperplasia). Pada saluran nafas

kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel

dan penumpukkan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan

jumlah sel radang dan kerusakan alveoli (Caldwell dalam Sarafino,

2019).

f. Kelainan Sperma

Berbagai racun rokok dapat merusak DNA yang mengubah bentuk

sperma, yang akhirnya menyebabkan keguguran atau kelainan cacat

(Ellizabet dalam Sarafino, 2019).

g. Pengaruh rokok pada telinga, hidung dan tenggorokan

Asap rokok yang menimbulkan iritasi pada saluran eustachius,

yaitu saluran yang menghubungkan telinga tengah dan tenggorokan.

Iritasi menyebabkan selaput lender yang melindungi saluran ini

mengeluarkan lender di luar batas yang wajar. Ini memicu munculnya


27

radang dan ini pada akhirnya akan menimbulkan ketulian (Bangun dalam

Sarafino, 2019).

Merokok akan mengakibatkan rangsangan pada tenggorokan,

karena zat-zat tar akan menyerang selapot-selaput halus pada saluran

pernapasan. Zat ini akan dipindahkan ke dalam cabang-cabang tenggorokan

dan paru-paru dengan perantara asap, dan sesudah itu disimpan pada selaput

lendir pembuluh- pembuluh ini, sehingga menyebabkan banyaknya

rangsangan setempat ini. Ini mengakibatkan hambatan pada saluran paru-

paru menyebabkan orang sukar bernafas. Karena itu seorang perokok akan

lebih sering terserang penyakit saluran pernafasan (Bangun dalam Sarafino,

2019).

2.1.5 Kandungan rokok

Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia, dengan 40

jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), dan

setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok

adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida (Crofton, 2019).

Menurut Muhibah (2019), beberapa racun utama yang terkandung di

dalam rokok antara lain:

1. Nikotin

Nikotin adalah zat yang dapat membuuat jantung seseorang berdebar lebih

cepat dan bekerja lebih keras. Hal ini dikarenakan nikotin bekerja meningkatkan

adrenalin. Selain itu nikotin juga membuat frekuensi dan kontraksi jantung

meningkat yang menyebabkan tekanan darah meningkat (Tawbariah et al., 2018).


28

2. Tar

Tar adalah zat yang mengandung bahan karsinogen. Tar bersifat lengket

dan dapat menemoel di paru paru. (Mardjun, 2018)

3. Karbon monoksida (CO)

Karbon Monoksida atau CO adalah gas berbahaya. Ia dapat merusak

lapisan dalam pembuluh darah yang akhirnya menyebabkan pembuluh darah

tersumbat.

Sedangkan kandungan tambahan lainnya adalah :

1. Timah Hitam (Pb)

Pb yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Satu bungkus

rokok berisi 20 batang yang habis dihisap dalam satu hari akan menghasilkan

10 ug, sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam

tubuh adalah 20 ug per hari (Sitepoe, 2019).

2. Amoniak

Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen

dan hidrogen. Zat ini baunya tajam dan sangat merangsang. Racun yang

terdapat pada ammonia sangat keras sehingga jika masuk sedikit saja ke dalam

peredaran darah maka akan mengakibatkan seseorang dapat pingsan atau koma

(Sitepoe, 2019).

3. Hidrogen Sianida (HCN)

Hidrogen sianida merupakan sejenis zat yang bersifat gas. Ia tidak

berwarna, tidak berbau dan tidak memiliki rasa. HCN merupakan zat yang

mudah terbakar selain itu ia dapat mengganggu pernapasan dan merusak

saluran pernapasan. Sianida adalah salah satu zat yang mengandung racun yang
29

sangat berbahaya. Sianida dalam jumlah kecil yang dimasukkan langsung ke

dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian (Sitepoe, 2019).

2.2 Telaah tentang berat badan lahir rendah

2.2.1 Pengertian

Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir

dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa

kehamilan. Secara umum bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

berhubungan dengan usai kehamilan yang belum cukup bulan (premature)

disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan

(usia kehamilan 38 minggu), tetapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil

ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram

(Proverawati, dkk, 2019).

Bayi yang berada dibawah persentil 10 dinamakan ringan untuk

umur kehamilan. Kongres European Perinatal Medicine II yang diadakan di

London juga diusulkan definisi untuk mendapatkan keseragaman tentang

maturitas bayi lahir, yaitu sebagai berikut (Proverawati, dkk., 2019):

a. Bayi kurang bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37

minggu (259 hari).

b. Bayi cukup bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37

minggu sampai 42 minggu (259-293 hari).

c. Bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 42

minggu atau lebih dari 294 hari.


30

2.2.2 Problematika berat badan lahir rendah

Alat tubuh bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur Oleh sebab itu,

ia mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya.

Makin pendek masa kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan

alat-alat dalam tubuhnya, dengan akibat makin tinggi angka kematiannya.

Dalam hubungan ini sebagian besar kematian perinatal terjadi pada bayi-

bayi prematur (Proverawati, dkk., 2019).

Bersangkutan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubunya baik

anatomik maupun fisiologi maka mudah timbul beberapa kelainan seperti

berikut:

a. Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada

BBLR.

b. Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi.

c. Imatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi

vitamin K.

d. Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu

tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang akibat dari kurangnya

jaringan lemak di bawah kulit.

e. Ginjal yang imatur baik secara anatomis maupun fungsinya Produksi

urine yang sedikit, urea clearance yang rendah, tidak sanggup

mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolik dari badan dengan akibat

mudah terjadi oedema dan asidosis metabolik.

f. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh.


31

g. Gangguan immunologik, daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang

karena rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi prematur relatif

belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositas serta reaksi

terhadap peradangan masih belum baik.

h. Perdarahan intravertikuler (Proverawati, dkk, 2019).

2.2.3 Gambaran klinis

Karakteristik untuk bayi BBLR adalah berat badan lahir sama dengan

atau kurang dari 2.500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 46

cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala sama dengan atau

kurang dari 33 cm, umur kehamilan kurang dari 37 minggu (Proverawati,

dkk., 2019). Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan,

lanugonya banyak, lemak subkutan kurang sering tampak peristaltik usus.

Tangisnya lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur sering timbul apnea.

Bila hal ini sering terjadi dan setiap serangan lebih dari 20 detik maka

kemungkinan timbulnya kerusakan otak yang permanen lebih besar. Otot-

otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua paha

dalam abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki dalam fleksi atau lurus dan

kepala mengarah ke suatu sisi. Refleks tonik-leher lemah dan refleks moro

positif. Gerakan otot jarang akan tetapi lebih baik bayi cukup bulan. Daya

isap lemah terutama dalam hari-hari pertama. Bayi yang lapar akan

menangis, gelisah dan menggerak-gerakan badannya. Bila tanda-tanda lapar

tersebut tidak timbul dalam waktu 96 jam, maka harus curiga akan adanya

perdarahan intraventikuler atau infeksi. Oedema biasanya sudah terlihat

segera sesudah lahir dan makin bertambah jelas dalam 24-28 jam
32

berikutnya. Kulit mengkilat, licin, piting oedema dan oedema ini dapat

berpindah dengan perubahan posisi. Oedema yang hebat merupakan tanda

bahaya bagi bayi tersebut. Oedema ini sering berhubungan dengan

perdarahan antepartum, toksemia gravidarum dan diabetes mellitus:

frekuensi nadi berkisar antara 100-140/menit pada hari pertama frekuensi

pernapasan 40-50/menit. Pada hari-hari berikutnya 35-45/menit yang

disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban. Bila frekuensi

penapasan terus meningkat dan selalu di atas 60/menit, harus waspada

terhadap kemungkinan terjadinya sindroma gangguan pernapasan seperti

membran hialin, pneumonia gangguan metabolik atau gangguan susunan

saraf pusat. Dalam hal ini harus dicari penyebabnya misalnya dengan

membuat foto paru. Pemeriksaan ultrasonografi dan lain-lain (Proverawati,

dkk., 2019).

2.2.4 Faktor penyebab terjadinya BBLR

Penyebab terjadinya BBLR secara umum bersifat multifaktorial,

sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan

pencegahan. Faktor-faktor yang secara umum berhubungan dengan bayi

BBLR adalah sebagai berikut:

a. Faktor ibu

1. Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia <

20 tahun atau > 35 tahun.

2. Kehamilan ganda (multi gravida)

3. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1

tahun)
33

4. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya

b. Keadaan sosial ekonomi

1. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi

Rendah

2. Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istrahat

3. Keadaan gizi yang kurang baik

4. Pengawasan antenatal yang kurang

5. Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang

tidak sah ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang

lahir dari perkawinan yang sah.

c. Sebab lain

1. Ibu perokok

2. Ibu peminum alcohol

3. Ibu pecandu obat narkotik

4. Penggunaan obat anti metabolik.

d. Faktor janin

1. Kelainan kromosom (trisomy autosomal)

2. Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan)

3. Disautonomia familial

4. Kehamilan ganda / kembar (gemeli)

5. Aplasia pancreas

e. Faktor plasenta

1. Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya (hidramnion)


34

2. Plasentitis vilus (bakteri, virus dan parasit)

3. Infark

4. Tumor (korioangioma, mola hidatidosa)

5. Plasenta yang lepas

6. Sindrom plasenta yang lepas

7. Sindrom transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik)

f. Faktor lingkungan:

1. Bertempat tinggal di dataran tinggi

2. Terkena radiasi

3. Terpapar zat beracun (Proverawati, dkk., 2010).

Berdasarkan tipe BBLR, penyebab terjadinya bayi BBLR dapat

digolongkan menjadi sebagai berikut:

a. BBLR tipe KMK, disebabkan oleh:

1. Ibu hamil yang kekurangan nutrisi

2. Ibu memiliki hipertensi, preeklamsia, atau anemia

3. Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu

4. Malaria kronik, penyakit kronik

5. Ibu hamil merokok

b. BBLR tipe premature, disebabkan oleh:

1. Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya

2. Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan

kembar

3. Cervical incompetence (mulut rahim yang lemah hingga tidak mampu

berat bayi dalam rahim)


35

4. Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorhage)

5. Ibu hamil yang sedang sakit (Proverawati, dkk., 2019).

2.2.5 Penatalaksanaan BBLR

Ada beberapa cara penatalaksanaan BBLR yaitu:

a. Pengaturan Suhu

Bayi BBLR mudah dan cepat sekali menderita hipotermianbila

berada di lingkungan yang dingin.kehilangan panas disebabkan oleh

permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas, bila dibandingkan dengan

berat badan, kurang jaringan lemak di bawah kulit dan kekurangan lemak

cokelat (brown fat). Untuk mencegah hipotermia, perlu diusahakan

lingkungan yang cukup hangat untuk bayi dalam keadaan istrahat

konsumsi oksigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal.

Bila bayi di rawat dalam inkubator, maka suhu tubuh bayi dengan berat

badan kurang dari 2 kg adalah 35 0C, dan untuk bayi dengan berat badan

2-2,5 kg (340C, agar ia dapat mempertahankan suhu tubuh 37oC.

b. Mempertahankan suhu tubuh

BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya

harus dipertahankan dengan ketat dengan cara memberikan sinar panas,

selimut, lampu panas, bantalan panas dan botol air hangat, disertai

dengan pengaturan suhu dan kelembaban ruangan (Proverawati, dkk,

2019).

c. Mencegah infeksi

Bayi BBLR sangat rentan akan infeksi. Infeksi terutama

disebabkan oleh infeksi nosokomial. Rentan terhadap infeksi ini


36

disebabkan oleh kadar immunoglobulin serum pada bayi BBLR masih

rendah, aktivitas bakterisidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga

masih rendah dan fungsi imun belum berpengalaman. Langkah yang

harus dilakukan dalam pencegahan infeksi antara lain mencuci tangan

sebelum memegang bayi, pemakaian masker dan baju khusus dalam

penanganan bayi BBLR (Proverawati, dkk., 2010).

d. Penimbangan

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan

erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan

berat badan harus dilakukan dengan ketat (Proverawati, dkk., 2010).

e. Makanan bayi

Pada bayi BBLR refleks mengisap dan menelan belum terbentuk

sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan

terutama lipase masih kurang di samping itu kebutuhan protein 3-5 gram

perhari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari) oleh bayi, agar berat badan

bertambah sebaik-baiknya jumlah ini lebih tinggi dari yang di perlukan.

Awasi dan hitung kebutuhan kalori bayi, mulai pemberian ASI atau susu

dengan botol 2-6 jam setelah kelahiran, mulai dengan 3-5 mL setiap

pemberian interval 3 jam. Pemberian bisa di tambah bila bayi

menunjukkan toleransi yang baik. Pemberi ASI jangan dihentikan sampai

bayi menunjukkan bahwa ia dapat makan melalui botol susu dan berat

badannya bisa bertambah (Pantiawati I, 2018).


37

2.3 Telaah tentang hubungan kebiasaan merokok dengan BBLR

Merokok membahayakan hampir semua organ tubuh,

menimbulkan banyak penyakit, serta mempengaruhi kesehatan bagi perokok

secara umum. Ibu perokok pasif memiliki kesamaan dengan perokok aktif,

meskipun secara langsung tidak merokok. Namun ibu perokok pasif

mempunyai dampak yang sama terhadap janin yang dikandungnya. Hal ini

dikarenakan masuknya beberapa zat berbahaya di dalam rokok kedalam

tubuh diantaranya adalah nikotin dan karbon monoksida (Aulia, 2019). Zat

nikotin dan karbon monoksida yang beredar dalam tubuh bumil diserap oleh

bayi saat masih dalam kandungan. Keduanya zat tersebut memiliki efek

menyempitkan saluran-saluran pembuluh darah sehingga dapat

memperkecil kadar oksigen dan nutrisi yang mengalirke dalam tubuh ibu

hamil (bumil). Akibatnya, janin akan menerima asupan nutrisi dan oksigen

dalam jumlah yang sedikit sehingga berisiko tinggi melahirkan bayi dengan

berat badan lahir rendah (BBLR) (Jaya, 2019). Sebagai racun, karbon

monoksida akan mengurangi oksigen yang dibawa oleh darah. Semakin

banyak karbon monoksida dalam darah bayi, maka akan semakin rendah

berat badan bayi saat kelahiran. Zat kimia yang terisap dari asap rokok akan

membatasi pertumbuhan janin dengan mengurangi jumlah sel yang

dihasilkan baik dalam tubuh bayi maupun dalam otak. Nikotin menjadikan

pembuluh darah mengerut dan oleh karena itu mengurangi suplai darah ke

plasenta yang mengganggu perkembangan bayi. Racun nikotin dapat

mempengaruhi bahkan menghambat proses aliran darah dari ibu kepada

janin, akibatnya perkembangan bayi menjadi terlambat. Kondisi ini berjalan


38

terus hingga memasuki masa persalinan, dan menyebabkan bayi lahir

dengan berat badan kurang dari 2500 gram (Sari, 2019).

Tingkat karbon monoksida lebih tinggi dalam darah perokok dan

berapapun tingkat monoksida yang ada dalam darah wanita, tetap lebih

tinggi dalam darah bayi. Sebagai racun, karbon monoksida akan mengurangi

oksigen yang dibawa oleh darah, maka akan semakin rendah berat badannya

pada saat kelahiran. Berat bayi dari wanita perokok sebesar 200 gram lebih

ringan dari bayi wanita yang tidak merokok. Merokok mengandung banyak

zat yang merugikan baik pada yang merokok dan juga balita. Kandungan

pada rokok seperti nikotin dan karbon monoksida adalah penyebabnya.

Dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok, ibu hamil yang merokok

melahirkan bayi dengan ukuran berat yang lebih kecil (Sarafino, 2018).

Wanita hamil harus dijauhkan dari asap rokok, apalagi menjadi

perokok aktif. Wanita hamil yang merokok sesungguhnya sedang memberi

nikotin dan karbon monoksida kepada janinnya. Wanita hamil yang banyak

menghirup asap rokok akan mengakibatkan resiko besar pada janinnya,

yaitu kematian, kelahiran prematur, berat badan bayi rendah, serta mudah

terserang sindrom kematian mendadak (sudden infant death syndrome-

SIDS)(Sarafino, 2019).

Lingkungan berasap tembakau mengandung lebih dari 4000

senyawa kimia. Tiga komponen toksik yang utama adalah karbon

monoksida (CO), nikotin (C 10 H 14 N 2 ), dan tar. Karbon monoksida yang

terabsorbsi kedalam tubuh ibu secara langsung akan mengikat hemoglobin

(Hb). Hb memiliki kemampuan mengikat CO jauh lebih besar dibandingkan


39

dengan kemampuannya mengikat oksigen (O 2 ), sehingga kapasitas O 2 di

dalam darah akan berkurang. Efeknya bagi janin lebih berbahaya dari pada

ibu karena janin menerima O 2 lebih sedikit. Penerimaan O 2 bagi janin yang

dampaknya menimbulkan berbagai permasalahan bagi bayi seperti asfiksia

dan mengurangi jumlah sel yang dihasilkan baik dalam tubuh bayi maupun

dalam otak, sehingga beresiko melahirkan bayi BBLR. Sedangkan Nikotin

merupakan vasokonstriktor yang dapat menurunkan perfusi plasenta

sehingga makanan untuk janin akan terhambat akibat penyumbatan di

plasenta. Suplai makanan untuk janin terhambat sehingga janin beresiko

memiliki berat badan lahir rendah (BBLR)(Sarafino, 2019).

2.4 Keaslian penelitian

Sejauh pengetahuan peneliti terdapat beberapa penelitian yang

berhubungan dengan peneliti, yaitu:

Tabel 1. Keaslian penelitian

Nama, Judul Metode Hasil Perbedaan

tahun

Ahadina Hubungan Metode yang Hasil uij analisa uji Lokasi penelitian,

Rahma Lingkungan digunakan dalah bivariat waktu penelitian,

Zulhardi Zul Perokok cross sectional, menunjukkan variable

(2018) Dengan Ibu menggunakan bahwa terdapat penelitian

Hamil analisis chi- hubungan yang

Terpapar square signifikan

Asap (p=0.003) antara

Rokok lingkungan perokok


40

Terhadap pada ibu hamil

Kejadian terpapar asap rokok

BBLR di dengan kejadian

Surakarta BLR

Stevy Hubungan Metode yang Haisl analisis Lokasi penelitian,

Elisabeth Paparan digunakan multivariat waktu penelitian,

(2019) Asap backward menunjukkan variable

Rokok Dari elimination bahwa wanita usia penelitian

Suami Pada prosedures model 15-57 tahun yang

Wanita terpapar asap rokok

Usia 15-57 dari suami memiliki

Tahun peluang sekitar

Dengan 1,096 kali (CI 95%

Kejadian 0,721-1,66)

BBLR mengalami BBLR

bila rokok dari

suami setelah

dikontrol riwayat

kunjungan ANC

Karlina Hubungan Metode dalam Hasil dalam Lokasi penelitian,

(2020) Ibu Hamil penelitian ini penelitian ini waktu penelitian,

Sebagai menggunakan menunjukkan variable

Perokok literature Review bahwa terdapat penelitian

Pasif dengan purposive hubungan ibu hamil


41

Dengan sampling sebagai perokok

BBLR pasif dengan BBLR

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini menjelaskan tentang

variabel yang akan diamati atau diukur dalam penelitian yaitu hubungan

kebiasaan merokok suami dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR)

di Ruang Perinatologi RSUD Grati Kabupaten Pasuruan.

Kerangka konseptual pada penelitian ini menggambarkan bahwa

variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen, dimana kejadian

BBLR dipengaruhi oleh kebiasaan merokok suami.


Faktor penyebab Bahaya asap rokok
1. Lingkungan sosial Kebiasaan 1. Kanker
2. Demografi merokok 2. Penyakit janting
3. Kultural 3. Asma
4. politik 4. Wanita hamil
kemungkinan
Faktor melahirkan premature,
lingkungan BBLR

Faktor janin
Kejadian
BBLR
BBLR
Faktor ibu (<2500 gr)

Faktor Tidak BBLR


plasenta (=2500 gr)

Keterangan :

= diteliti

= tidak diteliti
42

Gambar 3.1 Kerangka konsep hubungan kebiasaan merokok suami


dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di Ruang
Perinatologi RSUD Grati Kabupaten Pasuruan.

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih

praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya, (Nusralam, 2018).

H1 : Ada hubungan kebiasaan merokok suami dengan kejadian berat badan

lahir rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD Grati Kabupaten

Pasuruan.
43
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian case control yang

bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan kebiasaan merokok suami

dengan kejadian bayi berat lahir rendah. Penelitian case control adalah suatu

penelitian yang mempelajari bagaimana hubungan faktor risiko (kebiasaan

merokok suami) dengan terjadinya suatu penyakit (BBLR) yang dilakukan

dengan cara membagi sampel menjadi dua kelompok yaitu kelompok kasus

(BBLR) dan kelompok control (tidak BBLR). Selanjutnya ditelusuri secara

retrospektif mengenai kebiasaan merokok suami diantara kelompok kasus

(perokok) dan kontrol (tidak perokoko) (Notoatmodjo, 2017).

44
45

4.1.1 Kerangka Kerja

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian yang ditulis

dalam bentuk kerangka (Hidayat,2018).

Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Populasi
Semua pasien yang dirawat diruangan peri 45 responden

Sampling
Purposive sampling

Sampel
Sebagian penderita yang memenuhi kriteria inklusi
yaitu 35 responden

Desain penelitian
deskriptif korelasi

Pengumpulan data
Kuesioner

Pengolahan Data
Editing, Coding, Scoring, Tabulating,

Analisa Data
Chi square

Hasil Penelitian dan Kesimpulan


Menjawab hipotesa

Gambar 3.1 hubungan kebiasaan merokok suami dengan kejadian berat badan
lahir rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD Grati Kabupaten
Pasuruan.

4.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling


46

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Arikunto, 2019).

Populasi adalah sejumlah individu yang setidaknya mempunyai satu ciri

atau sifat yang sama, dari populasi tersebut akan diambil sampel yang

diharapkan akan mewakili populasi.

Populasi adalah suatu kelompok yang hendak dikenai generalisasi

hasil penelitian minimal mempunyai karakteristik yang sama (Azwar

2018). Dalam penelitian ini karakteristik populasi yang ditentukan adalah

seluruh pasien (bayi) yang menjalani perwatan di ruang perinatologi

RSUD Grati Kabupaten Pasuruan sebanyak 45 responden.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Arikunto, 2018). Menurut Purwanto (2019), sampel adalah suatu bagian

yang dipilih dengan cara tertentu untuk mewakili keseluruhan kelompok

populasi. Sampel dalam penelitian ini yang berada di perinatologi RSUD

Grati Kabupaten Pasuruan sebanyak 45 responden.

4.2.3 Teknik Sampling

Terdapat teknik dalam pengambilan sampel untuk melakukan

penelitian, menurut (Arikunto, 2018) menjelaskan bahwa teknik sampel

merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang

akan digunakan dalam penelitian. Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah

tekink pengambilan sampel dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu.

Dalam penelitian ini terdiri dari dua ktiteria yaitu :


47

Kriteria inklusi :

1. Bayi yang melakukan rawat inap di ruang peri

2. Orang tua bayi kooperatif

Kriteria eksklusi :

1. Orang tua bayi dengan gangguan psikis

2. Bayi tanpa kecacatan atau penyakit penyerta

4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.3.1 Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik

perhatian suatu penelitain (Arikunto, 2018).

1. Variabel Independen

Variabel independenadalah variabel yang nilainya menentukan

variabel lain (Nursalam, 2019). Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel independen adalah kebiasaan merokok suami.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain (Nursalam, 2019). Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel dependent dari penelitian adalah kejadian BBLR.


48

4.3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Parameter Alat Skor Skala

Operasional Ukur

Variabel Kebiasaan merokok 1. Perokok pasif Kuesion 1. Merokok Rasio

Independen: suami dirumah 2. Perokok aktif er =4

Kebiasaan selama kehamilan 2. Tidak

merokok isterinya atau merokok =

suami kencenderungan 0

menghisap rokok

yang dilakukan

berulang kali dan

dapat menimbulkan

ketergantungan.

Variabel Kondisi bayi dengan 1. Faktor ibu Kuesion 1. BBLR Interva


berat badan kurang
Dependen : 2.Keadaan sosial er dengan l
dari 2500 gram.
Kejadian ekonomi berat <2500

BBLR 3.Sebab lain gram

4.Faktor janin 2. Tidak

5.Faktor plasenta BBLR

6.Faktor dengan

lingkungan berat =

2500 gram
49

4.4 Bahan Penelitian

1. Bulpoin

2. Kuesioner

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih cermat atau

lengkap dan sistematik sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2018). Dalam

penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner.

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada :

Waktu : Penelitian telah dilaksanakan pada Mei-Juni 2022

Tempat Penelitian : di Ruang Perinatologi RSUD Grati Kabupaten Pasuruan.

4.7 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data

1. Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian. (Nursalam, 2019). Peneliti menggunakan lembar observasi

sebagai metode pengumpulan data kuesioner. yang memiliki karakteristik

khusus untuk membedakannya dari berbagai bentuk alat pengumpul data

yang lain seperti angket dan lain sebagainya.

Dalam melakukan penelitian, prosedur yang dietetapkan sebagai berikut:

1. Proses pengumpulan data di mulai setelah mendapatkan surat izin dari

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Jombang


50

2. Kemudian menyerahkan surat izin penelitian tersebut kepada kepala di

Ruang Perinatologi RSUD Grati Kabupaten Pasuruan.

3. Mengambil data di RSUD Grati Kabupaten Pasuruan

4. Menemui responden dan menjelaskan kepada calon responden tentang

penelitian dan bila bersedia menjadi responden, di persilahkan untuk

menandatangani informed consent

5. Responden harus mengisi semua daftar pernyataan dalam lembar skala

yang telah di berikan

6. Setelah itu peneliti melakukan penilaian pada hasil skala yang di isi

oleh responden

4.8 Cara Analisa Data

Analisa data adalah melakukan analisa data terlebih dahulu data harus

diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik

informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan,

terutama dalam pengujian hipotesis.

Uji korelasi Chi square dilakukan dengan SPSS. Hasil yang diperoleh

pada analisis Chi square dengan menggunakan program SPSS yaitu α= 0,05.

Uji ini dugunakan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara 2

variabel yang berskala interval dan interval (Hidayat, 2019). Nilai signifikan

< 0.05 maka H0 ditolak, artinya ada hubungan kebiasaan merokok suami

dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR). Dan apabila nilai

signifikan > 0.05 maka H0 diterima, artinya tidak hubungan kebiasaan

merokok suami dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR).


51

a. Editing

Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan. Dalam penelitian ini peneliti

mengumpulkan semua skala yang telah dikerjakan oleh responden.

b. Coding

Coding adalah mengubah hasil-hasil pengukuran yang didapat

dari responden ke dalam suatu bentuk data (Notoatmodjo, 2019).

Peneliti mencatat coding sesuai dengan data yang didapat pada masing-

masing responden.

1. Nama ayah dengan kode 1

2. Umur ayah dengan kode 2

3. Nama ibu dengan kode 3

4. Umur ibu dengan kode 4

5. Berat bayi lahir dengan kode 5

c. Scoring

Scoring yaitu menentukan nilai atau skor untuk beberapa item

yang digunakan dalam penelitian serta berisikan nilai atau skor tertinggi

maupun terendah. Dalam penelitian ini, dapat diketahui berdasarkan

data yang ditemukan pada saat melakukan penelitian.

Kebiasaan merokok

1. Merokok dengan skore 4

2. Tidak merokok dengan skore 0


52

Kejadian BBLR

1. BBLR dengan skore <2500 gram

2. Tidak BBLR dengan skore = 2500 gram

d. Tabulating

Tabulating adalah mentabulasi hasil data yang diperoleh sesuai

dengan item penelitian yang dilakukan. Untuk mengetahui sejauh mana

hubungan kebiasaan merokok suami dengan kejadian berat badan lahir

rendah (BBLR). Pengolahan data yang digunakan dengan cara tabulasi

hasil penilaian skala yang telah di isi oleh responden.

4.9 Maslah Etik

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting karena hampir subjek yang diteliti dipergunakan adalah manusia.

Maka penelitian harus memahami prinsip-prinsip etika penelitiankarena

manusia mempunyai hak asumsi dalam kegiatan penelitian. Masalah etika

dalam penelitian keperawatan, meliputi:

4.9.1 Informd consent ( Lembar Persetujuan Menjadi Responden )

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden dengan

memberikan lembar persetujuan (informed consent). Informed consent

tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar

subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika

subjek bersedia maka mereka harus menanda tangani lembar persetujuan

dan jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak

responden.
53

4.9.2 Anonimity (Tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, disini penulis tidak mencantumkan

nama, subjek pada lembar pengumpulan data diisi oleh subjek, lembar

tersebut hanya diberi kode.

4.9.3 Confidentiality(Kerahasiaan)

Merupakan masalah dengan menjamin kerahasiaan dari hasil

penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua

informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. 2077. Metode Penelitian Kebidanan & Tehnik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.

Arikunto, S. 2019. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Aulia, L. 2010. Stop Merokok. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Depkes Sultra, 2015. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Kendari:


Dinkes Prov. Sultra.

Dinkes Kota Kendari, 2015. Profil Kesehatan Kota Kendari. Kendari: Dinkes
Prov. Sultra.

Jaya, M. 2009. Pembunuh Berbahaya itu Bernama Rokok. Yogyakarta: Riz’ma.

Kemenkes RI, 2018. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. Jakarta: Kemenkes RI

Nirwana, A. 2015. Kapita Selekta Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Notoatmodjo, S. 2017. Metodologi Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pantiawati, I., 2017. BBLR: Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Proverawati, A. dan Cahyo Ismawati. 2018. BBLR: Berat Badan Lahir Rendah.
Yogyakarta: Mulia Medika.

Sarafino, 2019. Perilaku Merokok di Kalangan Pria Dewasa Dini. Jakarta:


Salemba Medika.

Sari, dkk. 2017. Empati dan Perilaku Merokok di Tempat Umum. Jurnal
Psikologi. Jakarta.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian. Bandung: CV. Alfa Beta.

Trim, 2018. Merokok Itu Konyol. Jakarta: Ganesa Exact.

Triswanto, S. 2018. Stop Merokok. Yogyakarta: Progresif Books.

Valleria, 2019. Dampak Merokok Terhadap Janin. Jakarta: Monica Project.


Yulifah. 2019. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

54
LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Responden
Di UOBF Puskesmas Grati

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Program Study
S1 Keperawatan STIKES Husada Jombang:

Nama : ALDONA REGITHA PREMASWARI


NIM : 2020030176
Akan melakukan penelitian tentang “ Hubungan kebiasaan merokok suami
dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD
Grati Kabupaten Pasuruan”. Manfaat penelitian ini adalah untuk memberi
tambahan pengetahuan bagi tenaga kesehatan khususnya bidang keperawatan.
Untuk kepentingan tersebut saya mohon kesediaannya untuk dijadikan sampel
penelitian. Identitas dan informasi yang berkaitan dengan saudari akan
dirahasiakan oleh peneliti.
Demikian secara sukarela dan sadar tidak ada unsur paksaan dari pihak
manapun untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

Pasuruan, 2022
Hormat saya

Aldona Regitha Prameswari


Nim : 2019030113
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan untuk berperan

sebagai responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program

Study S1 Keperawatan STIKES Husada Jombang yang berjudul “Hubungan

kebiasaan merokok suami dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di

Ruang Perinatologi RSUD Grati Kabupaten Pasuruan”.

Tanda tangan saya di bawah menunjukkan bahwa saya diberi informasi

dan memutuskan untuk berperan serta dalam penelitian ini secara sadar dan

sukarela serta tidak ada unsur paksaan dari siapapun.

Pasuruan, 2022

Peneliti Responden

Aldona Regitha Prameswari ( )


Nim : 2019030113
57

LEMBAR KUESIONER

Identitas ayah

1. Nama ayah :

2. Umur :

Identitas ibu

1. Nama ibu :

2. Umur :

Berat bayi lahir :

Pertanyaan :

1. Apakah anda merokok ?

Ya Tidak

2. Jika merokok, berapa batang yang anda rokok setiap hari?

< 5 batang/hari

5-10 batang/hari

>10 batang/hari

3. Lama menjadi perokok?

< 3 tahun

3-5 tahun

>5 tahun

4. Apakah anda merokok didekat isteri anda selama kehamilan?

Ya Tidak

Anda mungkin juga menyukai