Anda di halaman 1dari 65

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PETUGAS UGD DENGAN

PELAKSANAAN INITIAL ASESSMENT DI UGD PUSKESMAS SEPUTIH


BANYAK LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2022

PROPOSAL

OLEH
EKO HERI KURNIAWAN
NIM. 2020206203239P

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2022
HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PETUGAS UGD DENGAN
PELAKSANAAN INITIAL ASESSMENT DI UGD PUSKESMAS
SEPUTIH BANYAK LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2022

Proposal
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan
Program Studi Sarjana Keperawatan

OLEH :
EKO HERI KURNIAWAN
NIM. 2020206203239P

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2022

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal
Telah diperiksa dan disetujui di hadapan TIM penguji

Judul : HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PETUGAS UGD


DENGAN PELAKSANAAN INITIAL ASESSMENT
DI UGD DI PUSKESMAS SEPUTIH BANYAK
LAMPUNG TENGAH TAHUN 2022
Mahasiswa : EKO HERI KURNIAWAN

NPM : 2020206203239P

MENYETUJUI

Pembimbing I

Ns. Pira Prahmawati, S. Kep., M. Kes


NBM. 1194172

Pembimbing II

Ns. Gunawan Irianto, M.Kep, Sp.Kep.Kom.


NBM : 1194199
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan
Karunia-Nya, sehingga penyusunan Proposal yang berjudul “Hubungan hukungan
keluarga dengan kepatuhan melaksanakan vaksinasi Covid 19 pada Lansia di
Puskesmas Seputih Banyak Lampung Tengah Tahun 2022.”, dapat saya
selesaikan. Dalam penyusunan proposal ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Drs. H. Wanawir Am, M. M, M.Pd., selaku Rektor Universitas


Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
2. Elmi Nuryati, M.Epid., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
3. Ns. Rita Sari, M.Kep., selaku ketua prodi Ners. Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Pringsewu.
4. Ns Pira Prahmawati. S.Kep., M.Kes., selaku pembimbing I yang telah
memberikan masukan kepada penulis.
5. Ns. Gunawan Irianto, M.Kep, SP.Kep.Kom., selaku pembimbing II yang telah
memberikan masukan kepada penulis.
6. Seluruh Dosen dan Tenaga pengajar di Fakultas Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pringsewu Lampung yang telah membantu dalam proses
penyusunan Proposal ini.

Proposal ini masih jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan. Akhirnya penulis berharap semoga
Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Pringsewu, Mei 2022
Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
HALAMAN JUDUL DENGAN PENGESAHAN................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
DAFTAR ISI............................................................................................... iv
DAFTAR TABEL...................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 5
D. Ruang Lingkup................................................................................ 6
E. Manfaat Penelitian.......................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Initial Asessment............................................................... 8
B. Konsep Motivasi Kerja................................................................... 11
C. Kerangka Teori............................................................................... 30
D. Kerangka Konsep............................................................................ 30
E. Hipotesis......................................................................................... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Desain Penelitian............................................................................ 32
B. Variabel Penelitian.......................................................................... 32
C. Definisi Operasional....................................................................... 33
D. Populasi dan sampel........................................................................ 33
E. Etika Penelitian............................................................................... 35
F. Instrumen dan Pengumpulan Data.................................................. 37
G. Pengolahan Data............................................................................. 38
H. Analisa Data.................................................................................... 40
I. Jalannya Penelitian ......................................................................... 41
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori............................................................................... 30


Skema 2.2 Kerangka Konsep............................................................................ 30
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional.........................................................................


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Prasurvey


Lampiran 2 Penjelasan Tentang Penelitian
Lampiran 3 Lembar Persetujuan
Lampiran 4 Lembar Kuesioner
Lampiran 5 Lembar Observasi
Lampiran 6 Blanko Konsultasi Bimbingan
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang


merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada
ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok,
atau masyarakat, baik sehat maupun sakit ( Undang-undang No. 38 Tahun
2014 tentang Pelayanan Keperawatan ),dalam pelayanan awal di perlukan
Initial assessment,sebagai penilaian prioritas pasien untuk memberikan
penanganan dengan segera sesuai kondisi kegawatan pasien, sebagai dasar
penentuan triase, penilaian ini harus di lakukan dengan cepat dan tepat, tetapi
pelaksanaan initial assessment belum bisa dilaksanakan dengan baik, sehingga
untuk memberikan prioritas tindakan tidak tepat dengan kegawatan pasien.
Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat tidak hanya di lakukan di Rumah
Sakit, tetapi juga dapat di lakukan di Puskesmas yang memiliki fasilitas UGD
dan Rawat Inap, berdasarkan Permenkes RI Nomor 47 Tahun 2018 disebutkan
bahwa setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan penanganan
kegawatdaruratan intrafasilitas pelayanan kesehatan dan antara fasilitas
pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana yang
dimaksud adalah puskesmas, klinik, tempat praktek mandiri dokter, tempat
praktek mandiri tenaga kesehatan lain dan rumah sakit (Citra, 2011), untuk
memberikan pelayanan pada pasien-pasien yang datang dalam kondisi
terancam nyawanya atau dalam keadaan darurat memerlukan penanganan
yang cepat dan tepat, memberikan pertolongan pertama pada pasien gawat
darurat, menetapkan diagnosis dan upaya penyelamatan jiwa, mengurangi
kecacatan dan kesakitan pasien sebelum dirujuk (Kemenkes, 2011).
Pelayanan Gawat Darurat di Puskesmas sangat di butuhkan terutama
karena akses yang dekat dengan masyarakat, khususnya di Puskesmas Seputih
Banyak sangat di butuhkan masyarakat, karena banyak kasus gawat darurat
kecelakaan, keracunan, penyakit kronis/akut, dimana waktu menjadi sangat
penting untuk menentukan keselamatan pasien dan mencegah perburukan,
sehingga di perlukan juga tenaga Perawat yang mampu melayani dengan cepat
untuk meningkatkan kualitas pelayanan gawat darurat di Puskesmas, jenis
pelayanan Gawat Darurat di UGD Puskesmas Seputih Banyak yaitu :
pemeriksaan, diagnose, terapy, konseling, rawat inap, rujukan, dan layanan
ambulance 24 jam, untuk pelayanan UGD di puskesmas Seputih Banyak
belum bisa di laksanakan sesuai dengan SOP Initial Asessment, setiap pasien
yang datang ke UGD dengan kasus Gawat Darurat tindakan yang dilakukan
awal adalah pemasangan Infus dan jika sesak di lakukan pemasangan
oksigen,sebelum di lakukan pengkajian/ Initial Asessment.

Initial Assessment dibagi menjadi 2 fase yaitu Primary Survey dan


Secondary Survey, tujuan dari Primary survey adalah untuk menangani
masalah yang mengancam nyawa yang harus segera diidentifikasi dengan
cepat melalui penilaian ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability,
dan Exposure). Sedangkan tujuan Secondary survey adalah untuk
mengidentifikasi semua penyakit dan cidera atau masalah yang berkaitan
dengan keluhan pasien FGHI (Fulset of vitals, Give comfort measures, History
and head to toe assessment, Inspect posterior surfaces) (Steinmann, 2010).
Teknik pelaksanaan primary survey yaitu pada menit pertama melihat
penampilan umum pasien, kemudian memeriksa dengan cepat fungsi vital
dengan sistematika ABCDE. Sedangkan teknik pelaksanaan secondary survey
yaitu meliputi pengukuran tanda-tanda vital, penilaian nyeri, pemeriksaan
kondisi umum menyeluruh dari ujung kepala sampai kaki (Steinmann, 2010).

Pada penanganan pasien Gawat darurat di UGD terdapat filosofi Time


Saving is Life Saving, yang berarti bahwa waktu sangat menentukan dalam
meyelamatkan nyawa seseorang, hal ini di karenakan bahwa pasien dapat
kehilangan nyawa dalam hitungan menit saja, kebutuhan akan respon time
dalam pelaksanaan Initial Asessment sangat berperan penting mulai sejak awal
pasien datang sampai pasien di pindahkan dari UGD ( dirujuk atau pindah ke
ruang perawatan), pelasanaan Initial Asessment yang kurang baik akan
berdampak pada meningkatnya angka kematian dan angka kesakitan kasus
gawat darurat di UGD.

Survey pendahuluan telah diketahui bahwa data kunjungan di UGD


Puskesmas Seputih Banyak Lampung Tengah pada tahun 2018 sebanyak 96
pasien dan tahun 2019 sebanyak 120 pasien, sedangkan jumlah kasus
kematian pada tahun 2018 adalah 7 dan tahun 2019 adalah 12 kasus dari data
tersebut terlihat bahwa jumlah kunjungan pasien meningkat diikuti dengan
angka kematian yang juga meningkat. Hasil wawancara yang dilakukan
peneliti di UGD Puskesmas Seputih Banyak pada 6 pasien dan anggota
keluarga pasien dimana 4 pasien menyatakan bahwa pelayanan di UGD sangat
lambat atau tidak langsung di layani, sedangkan 2 pasien menyatakan
pelayanan sudah cukup baik.

Motivasi kerja merupakan besar kecilnya usaha yang diberikan seseorang


untuk melakukan tugas pekerjaannya. Hasil dari usaha ini tampak dalam
bentuk penampilan kerja seseorang yang merupakan hasil interaksi atau
fungsinya motivasi, kemampuan dan persepsi pada diri seseorang.
Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan, daya penggerak
atau kekuatan yang menyebabkan suatu tindakan atau perbuatan, Priansa &
Suwanto (2016). Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang
memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang, Nursalam (2014).
Hasil wawancara terhadap 5 dari 20 orang petugas UGD menyatakan, mereka

belum bias melaksanakan Initial Asessment dengan baik di karenakan kurang

tersedianya sarana dan prasarana, team work yg belum terjalin dengan baik
antar petugas, sehingga menjadi salah satu factor penyebab Motivasi kerja

petugas UGD kurang baik.

Ditemukan banyak hal yang dapat mempengaruhi kinerja perawat dalam


bekerja dirumah sakit terutama motivasinya. Motivasi yang dimiliki oleh
perawat menentukan kualitas performa yang akan ditampilkan, dalam
mengasah kemampuan, tanggung jawab, maupun bekerja, baik Motivasi
intrinsik ataupun ekstrinsik. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Simpliana Rosa (2017) menyatakan ada hubungan antara motivasi dengan
pelaksanaan dokumentasi yang lengkap di ruang Bogenvile RSUD Mgr.
Gabriel Manek, SVD Atambua. Berdasarkan uji statistic pada pelaksanaan
dokumentasi pengkajian akurat/lengkap juga menunjukkan adanya hubungan
yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji statistic p= 0,626 dengan
koefisien korelasi 0,001. Nilai (r) = 0,626 pada pelaksanaan dokumentasi
pengkajian yang akurat/lengkap menunjukkan tingkat korelasi kuat sehingga
bisa disimpulkan bahwa semakin baik motivasi perawat, maka semakin baik
pula pelaksanaan dokumentasi pengkajian yang akurat/lengkap.

Kurangnya motivasi seseorang terhadap pelaksanaan dokumentasi

pengkajian yang lengkap maka semakin buruk pendokumentasian pengkajian

akurat/lengkap. Berdasarkan data pra survey di Unit Gawat Darurat

Puskesmas Seputih Banyak terkait pelaksanaan Initial Asessment, peneliti

mengamati bahwa pelaksanaan Initial Asessment belum optimal, dari 20

orang petugas yang di amati terkait pelaksanaan Initial Asessment di dapatkan

hasil sebagai berikut : petugas terkategori kurang baik berjumlah 16 orang,

sedangkan 4 orang sudah melaksanakan dengan baik sesuai Standar

Operasinal Prosedur pelaksanaan Initial Asessment.


Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Hubungan Motivasi Kerja Petugas Dengan Pelaksanaan
Initial Asessment di UGD Puskesmas Seputih Banyak”.

a. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Adakah hubungan Motivasi Kerja Petugas dengan Pelaksanaan Initial

Asessment di UGD Puskesmas Seputih Banyak Lampung Tengah Tahun

2022..?”.

b. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan Motivasi Kerja Petugas dengan Pelaksanaan


Initial Asessment di UGD Puskesmas Seputih Banyak Lampung
Tengah Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui factor yang mempengaruhi motivasi kerja perawat


untuk melaksanakan Initial Asessment sesuai SOP.
b. Mengetahui hubungan motivasi kerja petugas dengan pelaksanaan
Initial Asessment di UGD Puskesmas Seputih Banyak.

c. Ruang Lingkup
1. Subjek penelitian : Petugas di UGD Puskesmas Seputih Banyak
Lampung Tengah
2. Tempat penelitian : Puskesmas Seputih Banyak Lampung Tengah

3. Waktu penelitian : Mei 2022

d. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan tentang hal-hal yang

mempengaruhi motivasi kerja perawat untuk melaksanakan Initial

Asessment.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk Puskesmas


memberikan penguatan bagi petugas kesehatan sehingga akan timbul
peningkatan motivasi kerja dalam pelaksanaan Intial Asessment yang
lebih baik.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP INITIAL ASESSMENT

1. Pengertian

Initial Asessment (pengkajian/penilaian awal) adalah pendekatan

sistematis yang tepat dan akurat untuk pengelolaan pasien yang mengalami

terlukan parah akibat bencana atau hal lain yang memerlukan penilaian

cepat dan tepat, untuk meghindari kematian dan meminimalisir kecacatan,

penilaian ini dilakukan secara berurutan (sekuens/linear) tetapi pada

pelaksanaannya dapat dilakukan secara bersamaan (simultan/pararel).

Adapun Initial Asessment meliputi unsur-unsur sebagai berikut :

a. Persiapan : pada pasien trauma sebaiknya di laksanakan dalam 2

fase berbeda, yaitu fase pra Rumah Sakit ( Pre-Hospital ) yang

kemudian semua penanganan pasien sebaiknya di koordinasikan

dengan dokter di rumah sakit penerima, dan fase umah Sakit

( Hospital ), persiapan harus dilakukan dengan cepat memfasilitasi

resusitasi pasien trauma.

1). Fase Pra Rumah Sakit (Pre-Hospital)


Pada fase ini di perlukan koordinasi yang baik antara

petugas di RS dengan petugas di lapangan sehingga informasi

dapat di terima dengan akurat dan memungkinkan RS

mempersiapkan Tim Trauma yang diperlukan untuk menangani

pasien saat tiba di IGD RS, untuk fase Pre-hospital tindakan lebih

di titik beratkan pada pemeliharaan jalan nafas, control perdarahan

dan syok, imobilisasi pasien, dan segera transportasi ke RS

terdekat. Setiap upaya harus di lakukan untuk meminimalkan

waktu yang sesuai dengan konsep Triage.

2). Fase Rumah Sakit ( Hospital )

Perencanaan sebelum pasien datang harus di siapkan,

sebaiknya tersedia satu uang khusus esusitasi untuk pasien trauma,

peralatan pendukung airway (ETT,Laryngoscpe, tabung oksigen,

dll) sudah di siapkan, di coba, berfungsi, dan di tempatkan di ruang

yag mudah di akses,larutan kristaloid intravena, perlengkapan

monitoring, system pemanggilan petugas medis tambahan, tenaga

laboratorium, dan radiologi sudah siap.Semua tenaga yang terlibat

dalam penanganan pasien harus terhindar dari kemungkinan

penularan penyakit berbahaya melalui protocol kesehatan yang

sesuai SOP.

b. Triage : adalah cara pemilahan pasien berdasarkan kebutuhan

terapi dan sumber daya yang tersedia. Terapi di berikan

berdasarkan prioritas ABC (Airway dengan perlindungan tulang


belakang, Breathing, dan sirkulasi dengan kontrol perdarahan).

Faktor lain yang mempengaruhi triage dan pengobatan prioritas

termasuk keparahan cedera, salvageability, dan sumber daya yang

tersedia. Triage juga mencakup pemilahan pasien di lapangan dan

RS yang akan di rujuk. Dua jenis triageyang dapat di lakukan :

1). Multiple Casualties ,musibah massal dimana jumlah penderita

dan beratnya perlukaan tidak melampaui batas kemampuan RS.

2). Mass Casualties, musibah massal yang jumlah penderita dan

beratnya perlukaan melampaui kemampuan RS.

c. Survei Primer ( penilaian ABCDEs ) : penilaian keadaan pasien

dan priorotas terapi didasarkan jenis perlukaan, vital sign, dan

mekanisme cedera, pada pasien terluka parah terapidi berikan

berdasarkan prioritas. Proses ini merupakan ACDE-nya trauma dan

mengidentifikasi kondisi yang mengancam jiwa sesuai urutan

sebagai berikut :

1). Airway, menjaga jalan napas dengan control servical (Cervical

spine control), yang pertama harus di nilai adalah kelancaran jalan

napas, meliputi pemeriksaan sumbatan jalan napas yang di

sebabkan benda asing, fraktur maxilla/mandibular, fraktur

laring/trachea. Usaha membebaskan jalan napas harus melindungi

vertebra servikal. Pembebasan jalan napas dimulai dengan chin lift

atau jaw thrust. Pasien yang dapat berbicara di anggap jalan napas

bersih, tetapi perlu di kaji ulang airway-nya. Pasien dengan


gangguna kesadaran (GCS<8) biasanya memerlukan pemasangan

airway definitive. Selama memeriksa dan memperbaiki airway,

harus diperhatikan bahwa tidak boleh melakukan ekstensi, fleksi,

atau rotasi leher. Pada keadaan curiga cedera servikal harus

digunakan alat imobilisasi ( Neck colar ), terutama pada pasien

multi trauma, gangguan kesadaran atau perlukaan di atas clavicula.

2). Breathing, menjaga pernapasan dengan ventilasi. Ventilasi

membutuhkan fungsi yang baik dari paru-paru, dinding dada, dan

diafragma. Inspeksi dan palpasi dapat memperlihatkan kelainan

dinding dada yang mungkin mengganggu ventilasi. Leher pasien di

nilai adanya distensi vena jugularis, dan perubahan posisi trachea,

Dada pasien di buka untuk melihat ekspansi pernapasan, deteksi

juga luka pada dinding dada yang dapat membahayakan ventilasi.

Perkusi thorax juga dapat mengidentifikasi kelainan, tetapi

mungkin sulit di lakukan atau hasil tidak dapaat diandalkan.

Auskultasi dilakukan untuk memastikan aliran udara diparu-paru.

Beberapa trauma yang dapat mengakibatkan gangguan ventilasi

yang berat adalah, Tension pneumothorax, flail chest,

hematothorax, dan open pneumothorax.

3). Circulation, dengan control perdarahan (Hemorrhage control)

masalah peredaran darah yang perlu di pertimbangkan yaitu

Volume darah, curah jantung, dan perdarahan. Ada 3 hal yang


harus di observasi dalam hitungan detik, hasil observasi ini dapaat

memberikan informasi menganai keadaan hemodinamik, yaitu :

a). Tingkat kesadaran, bila volume darah menurun, perfusi otak

berkurang akan mengakibatkan penurunan kesadaran.

b). Warna kulit, dapat membantu menegakkan dianosa

hipovolemik, pada pasien yang kulitnya putih akann tampak pucat

terutama pada wajah dan ekstremitas. Pada pasien yang kulitnya

hitam akan tampak pucat keabu-abuan pada wajah daan

ekstremitas.

c). Nadi, harus diperiksa bilateral untuk kekuatan nadi, kecepatan

dan irama. Pada keadaan syok akan teraba kecil dan cepat, nadi

yang teraba tidak teratur merupakan tanda gangguan jantung, tidak

di temukannya pulsasi nadi sentral merupakan pertanda perlunya di

berikan resusitasi.

4). Disability, (evaluasi status neurologis) pada tahap akhir survey

primer perlu dilakukan secara cepat,penilaian biasa menggunakan

GCS (Glasgow Coma Scale), yaitu system scoring sederhana dan

dapat memprediksi status motoriknya, bila tidak dapat dilakukaan

saat survey prier maka di lakukan saat survey sekunder.

5). Exposure/Enviromental Control, pemeriksaan lengkap dengan

membuka pakaian pasien tetapi tetap cegah hipotermia

6). Foley catheter, produksi urine merupakan indicator untuk

menilai keadaan perfusi ginjal dan hemodinamik pasien. Adapun


kontra indikasi pemasangan bila ada rupture uretra yg di tandai

dengan adanya darah di orifisium uretra, ecchymosis di perineum,

hematom di skrotum atau perineum, fraktur pelvic, prostat letak

tinggi atau tidak teraba.

7). Gastric tube, pada keadaan distensi abdomen perlu di lakukan

dekompresi dengan pemasangan gastric tube, untuk menghindari

resiko aspirasi saat muntah.

d. Resusitasi, tindakan reusitasi yang cepat dan tepat pada masalah

yang mengancam nyawa merupakan hal yang mutlak untuk

mempertahankan hidup pasien.

e. Secondary survey, dilakukan untuk memeriksa lbih lanjut dan lebih

teliti (head to toe), termasuk re-evaluasi vital sign. Perludi ingat

riwayat AMPLE yaitu A; Allergic, M; Medication, P; Past illness, L;

Last meal, E; Event/environment. Setelah semua di lakukan harus terus

dilakukan re-evaluasi untuk mengenali gejala baru yang timbul supaya

segera di tangani.

2. Tinjauan tentang Primary Survey

Primary Survey (Penilaian Awal) merupakan usaha yang dilakukan untuk

mempertahankan kehidupan pada saat pasien atau korban mengalami

keadaan yang mengancam jiwa, kepedulian tenaga kesehatan pada saat

menemukan klien yang membutuhkan primary survey (penilaian awal)

sangat mempengaruhi keberhasilan usaha pertolongan yang akan di


lakukan. Primary Survey adalah mengatur pendekatan pada pasien

sehingga pasien segera dapat di identifikasi dan tertanggulangi dengan

efektif. Masalah-masalah yang mengancam nyawa terkait jalan napas,

pernapasan, sirkulasi, dan status kesadaran pasien diidentifikasi, dievaluasi

serta dilakukan tindakan dalam hitungan menit sejak datang di UGD (Unit

Gawat Darurat). Pemeriksaan Primary Survey berdasarkan standar A-B-C-

D-E, dengan airway (A: jalan nafas), breathing (B: Pernafasan), circulation

(C: Sirkulasi, disability (D: Ketidakmampuan), dan Exposure (E:

Penerapan) (Krisanty, 2009).

Primary Survey (Survey Primer) Semua prosedur penanganan gawat

darurat dengan kejadian trauma, maka langkah pertama yang dilakukan

sejak detik pertama pasien masuk instalasi gawat darurat adalah

pemeriksaan secara cepat dan efisien disebut sebagai primary survey.

Dasar dari pemeriksaan primary survey adalah ABCD, yaitu Airway (jalan

nafas), Breathing (pernafasan), Circulation (sirkulasi darah), Disability

(status neurologi) (Wahjoepramono, (2005).

Penilaian awal korban cedera kritis akibat cedera multiple merupakan

tugas yang menantang, dan tiap menit bisa berarti hidup atau mati.

Sistem pelayanan tanggap darurat ditujukan untuk mencegah kematian

dini (early) karena trauma yang bisa terjadi dalam beberapa menit hingga

beberapa jam sejak cedera (kematian segera karena trauma, immediate,

terjadi saat trauma). Perawatan kritis, intensif, ditujukan untuk

menghambat resiko kecacatan dan bahkan kematian. Hal ini bisa saja
terjadi karena trauma yang terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa

minggu setelah trauma tidak mendapatkan penanganan yang optimal.

Berdasarkan kasus diatas, Primary Survey (penilaian awal) dan secondary

survey (penilaian akhir) merupakan salah satu item kegawatdaruratan yang

sangat mutlak harus dilakukan untuk mengurangi resiko kecacatan, bahkan

kematian.

Penanganan awal dalam primary survey membantu mengidentifikasi

keadaan-keadaan yang mengancam nyawa, yang terdiri dari beberapa

tahapan, pada primary survey terdapat proses penilaian, intervensi dan

evaluasi yang berkelanjutan. Penatalaksanaan awal pada primary survey

dilakukan pendekatan melalui ABCDE yaitu :

a. A : Airway, pemeliharaan airway dengan proteksi servikal

b. B : Breathing, pernapasan dengan ventilasi

c. C : Circulation, kontrol perdarahan

d. D : Disability, status neurologis

e. E :Exposure/Environmental control, menjaga lingkungan agar pasien

tidak terkena hipotermi

1). Airway : adalah keadaan kurangnya darah yang teroksigenasi ke otak

dan organ vital lainnya merupakan pembunuh pasien-pasien trauma yang

paling cepat. Obstruksi airway akan menyebabkan kematian dalam

hitungan beberapa menit. Gangguan pernapasan biasanya membutuhkan

beberapa menit lebih lama untuk menyebabkan kematian dan masalah

sirkulasi biasanya lebih memakan waktu yang lebih lama lagi. Maka dari
itu, penilaian airway harus dilakukan dengan cepat begitu memulai

penilaian awal. Kematian dini yang disebabkan masalah airway, dan yang

masih dapat dicegah, sering disebabkan oleh :

a). kegagalan mengetahui adanya kebutuhan airway

b). ketidakmampuan untuk membuka airway

c). kegagalan mengetahui adanya airway yang dipasang secara keliru

d). perubahan letak airway yang sebelumnya telah dipasang

e). kegagalan mengetahui adanya kebutuhan ventilasi

f). aspirasi isi lambung.

Tercapainya patensi airway merupakan hal yang sangat esensial dalam

penanganan awal pasien-pasien gawat darurat. Penilaian tentang mampu

atau tidaknya seseorang bernapas secara spontan harus dilakukan secara

cepat. Menurut (Kartika, 2011), untuk menilai patensi airway secara cepat

dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada pasien. Respon

verbal yang normal menandakan dengan cepat kepada penolong bahwa

pasien memiliki airway yang paten, sudah bernapas, dan otaknya sudah

dalam keadaan diperfusi. Namun begitu, penilaian airway tetap penting

untuk dilakukan. Apabila pasien hanya dapat berbicara sepatah dua patah

kata ataupun tidak respon, pasien kemungkinan dalam keadaan distress

nafas dan membutuhkan pertolongan bantuan napas secara cepat. Dalam

mengatasi obstruksi airway, terlebih dahulu dilakukan suctioning untuk

mengeluarkan cairan saliva berlebih yang mungkin timbul akibat pangkal

lidah yang terjatuh. Tindakan suctioning yang tepat dalam pemeliharaan


airway dapat secara signifikan menurunkan kejadian aspirasi dan lebih

banyak lagi hasil positif yang didapatkan. Pada keadaan tidak sadarkan

diri, penyebab tersering terhambatnya airway adalah pangkal lidah yang

jatuh. Selain itu, penolong juga harus melakukan inspeksi tentang ada

tidaknya bendabenda asing yang menghambat airway ataupun

kemungkinan terjadinya fraktur fasial, mandibular ataupun

trakeal/laringeal yang juga dapat menghambat bebasnya airway. Pasien-

pasien dalam keadaan penurunan kesadaran ataupun GCS (Glasgow Coma

Scale) yang nilainya 8 ke bawah perlu diberikan pemasangan airway

definitif. Adanya gerakan gerakan motorik tidak bertujuan juga biasanya

mengindikasikan perlunya pemasangan airway definitif. Tanda obstruksi

jalan nafas antara lain : suara berkumur, suara nafas abnormal (stridor, dan

sebagainya), pasien gelisah karena hipoksia, bernafas menggunakan otot

nafas tambahan / gerak dada paradox, dan sianosis. Penilaian bebasnya

airway dan baik-tidaknya pernafasan harus dikerjakan dengan cepat dan

tepat. Berbagai bentuk sumbatan pada airway dapat dengan segera

diperbaiki dengan cara mengangkat dagu (chin lift maneuver) dan

memiringkan kepala (head tilt) maneuver), atau dengan mendorong rahang

bawah ke arah depan (jaw thrust maneuver). Airway selanjutnya dapat

dipertahankan dengan orofaringeal (oropharyngeal airway) atau

nasofaringeal (nasopharingeal airway). Tindakan-tindakan yang digunakan

untuk membuka airway dapat menyebabkan atau memperburuk cedera


spinal. Adanya suspek cedera pada spinal mengindikasikan dilakukannya

tindakan imobilisasi spinal (in-line immobilization).

Teknik-teknik mempertahankan airway :

(1). Head-tilt : Bila tidak sadar, pasien dibaringkan dalam posisi

terlentang dan horizontal, kecuali pada pembersihan airway dimana

bahu dan kepala pasien harus direndahkan dengan posisi

semilateral untuk memudahkan drainase lendir, cairan muntah atau

benda asing. Kepala diekstensikan dengan cara meletakkan satu

tangan di bawah leher pasien dengan sedikit mengangkat leher ke

atas. Tangan lain diletakkan pada dahi depan pasien sambil

mendorong / menekan ke belakang. Posisi ini dipertahankan sambil

berusaha dengan memberikan inflasi bertekanan positif secara

intermitten.

(2). Chin-lift : Jari - jemari salah satu tangan diletakkan bawah rahang,

yang kemudian secara hati – hati diangkat ke atas untuk membawa

dagu ke arah depan. Ibu jari tangan yang sama, dengan ringan

menekan bibir bawah untuk membuka mulut, ibu jari dapat juga

diletakkan di belakang gigi seri (incisor) bawah dan, secara

bersamaan, dagu dengan hati-hati diangkat. Maneuver chin lift

tidak boleh menyebabkan hiperekstensi leher. Manuver ini berguna

pada korban trauma karena tidak membahayakan penderita dengan

kemungkinan patah ruas rulang leher atau mengubah patah tulang

tanpa cedera spinal menjadi patah tulang dengan cedera spinal.


(3). Jaw-thrust : Penolong berada disebelah atas kepala pasien. Kedua

tangan pada mandibula, jari kelingking dan manis kanan dan kiri

berada pada angulus mandibula, jari tengah dan telunjuk kanan dan

kiri berada pada ramus mandibula sedangkan ibu jari kanan dan

kiri berada pada mentum mandibula. Kemudian mandibula

diangkat ke atas melewati molar pada maxilla.

(4). Oropharyngeal Airway : Indikasi : Membebaskan sumbatan airway

atas, mencegah pangkal lidah menyumbat airway, dan berfungsi

sebagai bite-block pada penanganan jalan nafas yang lebih advance

yakni proteksi pipa endotrakeal dan memfasilitasi suctioning oral

dan faringeal.

Teknik : Posisikan kepala pasien lurus dengan tubuh. Kemudian

pilih ukuran pipa orofaring yang sesuai dengan pasien. Hal ini

dilakukan dengan cara menyesuaikan ukuran pipa oro-faring dari

tragus (anak telinga) sampai ke sudut bibir. Masukkan pipa

orofaring dengan tangan kanan, lengkungannya menghadap ke atas

(arah terbalik), lalu masukkan ke dalam rongga mulut. Setelah

ujung pipa mengenai palatum durum putar pipa ke arah 180

derajat. Kemudian dorong pipa dengan cara melakukan jaw thrust

dan kedua ibu jari tangan menekan sambil mendorong pangkal

pipa oro-faring dengan hati-hati sampai bagian yang keras dari

pipa berada diantara gigi atas dan bawah terakhir lakukan fiksasi

pipa orofaring. Periksa dan pastikan jalan nafas bebas (Lihat, rasa,
dengar). Fiksasi pipa oro-faring dengan cara memplester pinggir

atas dan bawah pangkal pipa, rekatkan plester sampai ke pipi

pasien.

(5). Nasopharyngeal Airway : Indikasi Penggunaan nasopharyngeal

airway optimal untuk pemeliharaan airway pada pasien-pasien

setengah sadar ataupun tidak sadarkan diri. Alat ini lebih tidak

mudah menyebabkan stimulasi gag reflex dan juga muntah pada

pasien dibandingkan dengan penggunaan oropharyngeal airway

dan tepat digunakan pada pasien yang giginya menggertak ataupun

tidak mau membuka mulutnya.

Teknik : Posisikan kepala pasien lurus dengan tubuh. Pilihlah

ukuran pipa nasofaring yang sesuai dengan cara menyesuaikan

ukuran pipa naso-faring dari lubang hidung sampai tragus (anak

telinga). Pipa nasofaring diberi pelicin dengan KY jelly (gunakan

kasa yang sudah diberi KY jelly). Masukkan pipa naso-faring

dengan cara memegang pangkal pipa naso-faring dengan tangan

kanan, lengkungannya menghadap ke arah mulut (ke bawah).

Masukkan ke dalam rongga hidung dengan perlahan sampai batas

pangkal pipa. Pastikan jalan nafas sudah bebas (lihat, dengar, rasa).

2). Breathing : Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik.

Pertukaran gas yang baik terjadi pada saat bernafas mutlak untuk

pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.


(American College of Surgeons, 2009). Ventilasi adalah pergerakan dari

udara yang dihirup kedalam dengan yang dihembuskan ke luar dari paru.

Pada awalnya, dalam keadaan gawat darurat, apabila teknikteknik

sederhana seperti head-tilt maneuver dan chin-lift maneuver tidak berhasil

mengembalikan ventilasi yang spontan, maka penggunaan bag-valve mask

adalah yang paling efektif untuk membantu ventilasi. BB. Teknik ini

efektif apabila dilakukan oleh dua orang dimana kedua tangan dari salah

satu penolong dapat digunakan untuk menjamin kerapatan yang baik

(American College of Surgeons, 2009).

Berikut adalah cara melakukan pemasangan bag-valve mask :

a). Posisikan kepala lurus dengan tubuh

1) Pilihlah ukuran sungkup muka yang sesuai (ukuran yang sesuai bila

sungkup muka dapat menutupi hidung dan mulut pasien, tidak ada

kebocoran)

2) Letakkan sungkup muka (bagian yang lebar dibagian mulut)

3) Jari kelingking tangan kiri penolong diposisikan pada angulus

mandibula, jari manis dan tengah memegang ramus mandibula, ibu

jari dan telunjuk memegang dan memfiksasi sungkup muka.

4) Gerakan tangan kiri penolong untuk mengekstensikan sedikit kepala

pasien.

5) Pastikan tidak ada kebocoran dari sungkup muka yang sudah

dipasangkan.
6) Bila kesulitan, gunakan dengan kedua tangan bersama-sama (tangan

kanan dan kiri memegang mandibula dan sungkup muka bersama-

sama).

7) Pastikan jalan nafas bebas (lihat, dengar, rasa). Bila yang digunakan

AMBU-BAG, maka tangan kiri memfiksasi sungkup ke muka,

sementara tangan kanan digunakan untuk memegang bag (kantong)

reservoir sekaligus pompa nafas bantu (squeeze-bag).

Penilaian ventilasi yang adekuat atau tidak, dapat dilakukan dengan

melakukan metode berikut :

a) Look : Lihat naik turunnya dada yang simetris dan pergerakan dinding

dada yang adekuat. Asimetri menunjukkan pembelatan

(splinting) atau flail chest dan tiap pernapasan yang

dilakukan dengan susah (labored breathing) sebaiknya

harus dianggap sebagai ancaman terhadap oksigenasi

penderita.

b) Listen : Dengar adanya pergerakan udara pada kedua sisi dada.

Penurunan

atau tidak terdengarnya suara nafas pada satu atau kedua

hemitoraks merupakan tanda akan adanya cedera dada.

Hati-hati terhadap adanya laju pernafasan yang cepat –

takipnea mungkin menunjukkan kekurangan oksigen.

c) Feel (rasa): merasakan adanya hembusan napas Pada saat penilaian


sebelumnya dilakukan, penolong harus mengetahui dan

mengenal ciri-ciri gejala dari keadaan-keadaan yang sering

muncul dalam masalah ventilasi pasien gawat darurat

seperti tension pneumothorax, massive hemothorax,dan

open pneumothorax.

Penanganan yang dapat dilakukan adalah :

(1). Memberi oksigen dengan kecepatan 10-12 liter/menit xli

(2). Tension pneumothorax : Needle Insertion (IV Cath No.14) di ICR II-

Linea midclavicularis

(3). Massive haemothorax : Pemasangan Chest Tube

(4). Open pneumothorax : Luka ditutup dengan kain kasa yang diplester

pada tiga sisi(flutter-type voice effect).

3). Circulation Masalah sirkulasi pada pasien-pasien trauma dapat diakibatkan

oleh banyak jenis perlukaan. Volume darah, cardiac outptut, dan perdarahan

adalah masalah sirkulasi utama yang perlu dipertimbangkan. Dalam menilai

status hemodinamik, ada 3 penemuan klinis yang dalam hitungan detik dapat

memberikan informasi tentang ini :

a). Tingkat Kesadaran, bila volume darah menurun, perfusi otak dapat

berkurang, yang akan mengakibatkan penurunan kesadaran (jangan

dibalik, penderita yang sadar belum tentu normovolemik).


b). Warna Kulit dapat membantu diagnosis hipovolemia. Penderita trauma

yang kulitnya kemerahan, terutama pada wajah dan ekstremitas, jarang

yang dalam keadaan hipovolemia. Sebaliknya, wajah pucat keabu-abuan

dan kulit ekstremitas yang pucat, merupakan tanda hipovolemia.

c). Nadi . Periksalah pada nadi yang besar seperti

Arteri Femoralis atau Arteri Karotis (kiri-kanan) untuk kekuatan nadi,

kecepatan dan irama. Nadi yang tidak cepat, kuat dan teratur biasanya

merupakan tanda normovolemia (bila penderita tidak minum obat beta-

blocker). Nadi yang cepat dan kecil merupakan tanda hipovolemia,

walaupun dapat disebabkan keadaan yang lain. Kecepatan nadi yang

normal bukan jaminan bahwa normovolemia. Nadi yang tidak teratur

biasanya merupakan tanda gangguan jantung. Tidak ditemukannya pulsasi

dari arteri besar merupakan tanda diperlukannya resusitasi segera.

Perdarahan eksternal harus cepat dinilai, dan segera dihentikan bila

ditemukan dengan cara menekan pada sumber perdarahan baik secara

manual maupun dengan menggunakan perban elastis. Bila terdapat

gangguan sirkulasi harus dipasang sedikitnya dua IV line, yang berukuran

besar. Kemudian lakukan pemberian larutan Ringer laktat sebanyak 2 L

sesegera mungkin (American College of Surgeons, 2009).


4. Disability, Menjelang akhir dari primary survey, dilakukan suatu

pemeriksaan neurologis yang cepat. Pemeriksaan neurologis ini terdiri dari

pemeriksaan tingkat kesadaran pasien, ukuran dan respon pupil, tanda-tanda

lateralisasi, dan tingkat cedera korda spinalis. Tingkat kesadaran yang

abnormal dapat menggambarkan suatau spektrum keadaan yang luas mulai

dari letargi sampai status koma.Perubahan apapun yang mengganggu jaras

asending sistem aktivasi retikular dan sambungannya yang sangat banyak

dapat menyebabkan gangguan tingkat kesadaran.

Cara cepat dalam mengevaluasi status neurologis yaitu dengan

menggunakan AVPU (A :Alert; V : Respon to verbal; P : Respon to pain;

U : Unrespon), sedangkan GSC (Glasgow Coma Scale) merupakan metode

yang lebih rinci dalam mengevaluasi status neurologis, dan dapat

dilakukan pada saat secondary survey. GSC (Glasgow Coma Scale) adalah

sistem skoring yang sederhana untuk menilai tingkat kesadaran pasien.

a. Menilai “eye opening” (skor 4-1) Perhatikan apakah penderita :

1). Membuka mata spontan.

2). Membuka mata jika dipanggil, diperintah atau dibangunkan.

3). Membuka mata jika diberi rangsangan nyeri (dengan menekan ujung

kuku

jari tangan).

4). Tidak memberikan respon


b. Menilai “best verbal response” penderita (skor 5-1) Perhatikan apakah

penderita :

1). Orientasi baik dan mampu berkomunikasi

2). Disorientasi atau bingung

3). Mengucapkan kata-kata tetapi tidak dalam bentuk kalimat

4). Mengerang (mengucapkan kata -kata yang tidak jelas artinya)

c. Menilai “best motor respon” penderita (skor 6-1) Perhatikan apakah

penderita :

1). Melakukan gerakan sesuai perintah

2). Dapat melokalisasi rangsangan nyeri

3). Menghindar terhadap rangsangan nyeri

4). Fleksi abnormal (decorticated)

5). Ektensi abnormal (decerebrate)

6). Tidak memberikan respon .

Range skor : 3-15 (semakin rendah skor yang diperoleh, semakin jelek

kesadaran).

5. Exposure, merupakan bagian akhir dari primary survey, penderita harus

dibuka keseluruhan pakaiannya, kemudian nilai pada keseluruhan bagian

tubuh. Periksa punggung dengan memiringkan pasien dengan cara log roll.

Selanjutnya selimuti penderita dengan selimut kering dan hangat, ruangan

yang cukup hangat dandiberikan cairan intra-vena yang sudah dihangatkan


untuk mencegah agar pasien tidak hipotermi. Di rumah sakit penderita

harus dibuka keseluruhan pakaiannya untuk evaluasi kelainan atau injury

secara cepat pada tubuh penderita.Setelah pakaian dibuka perhatikan

terhadap injury/jejas pada tubuh penderita, dan harus dipasang selimut

agar penderita tidak kedinginan. Harus dipakaikan selimut hangat, ruangan

cukup hangat dan diberikan cairan intravena yang sudah dihangatkan.

Apabila pada primary survei dicurigai ada perdarahan dari belakang tubuh

maka dilakukan “Log Roll” untuk mengetahui sumber perdarahan.

Pemeriksaan seluruh bagian tubuh harus dilakukan disertai tindakan untuk

mencegah hipotermia. Pemasangan bidai atau vakum matras untuk

menghentikan perdarahan juga sapat dilakukan pada fase ini. Pemeriksaan

penunjang pada umumnya tidak dilakuan pada survey primer. Yang

dilakukan pada survey primer adalah pemeriksaan saturasi oksigen dengan

pulse oxymetri, foto servical, foto thoraks, dan foto polos abdomen.

Tindakan lainnya yang dapat dikerjakan pada survey primer adalah

pemasangan monitor EKG, kateter, dan NGT. Pemeriksaan dikerjakan

tanpa menghentikan/ menunda proses survey primer.

B. Konsep Motivasi

A. Defenisi

Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu. Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang

mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan,


terutama dalam berperilaku Nursalam, (2014). Menurut Hezberg disebut

bahwa dimensi motivasi terdiri dari factor intrinsic dan ektrinsik, nisalnya

tanggung jawab, prestasi dan pengakuan dan kemajuan yang ingin dicapai

yang timbul dari dalam diri sendiri. Sedangkan faktor ekstrinsik antara lain

hubungan interpersonal saat bekerja, teknik supervise/ pengarahan, budaya

kerja, gaji/ kompetensi yang diterima, Kurniadi (2013). Motivasi kerja

adalah suatu kondisi yang dapat mempengaruhi, menggerakkan,

membangkitkan dan memelihara perilaku seseorang yang akan

melaksanakan pekerjaan mencapai tujuan. Kurniadi, (2013).

Menurut Suarli, 2013 berpendapat bahwa motivasi kerja adalah suatu

bentuk aktivitas yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan, bekerja

melibatkan baik aktivitas fisik maupun mental.

B. Pandangan tentang motivasi

a. Model Tradisional

Model ini mengisyaratkan bahwa manajer menentukan bagaimana

pekerjaan- pekerjaan harus dilakukan dan digunakan system pengupahan

insentif untuk memotivasi para pekerja. Model ini menganggap bahwa

para pekerja pada dasarnya malas dan hanya dapat dimotivasi dengan

penghargaan berwujud uang.

b. Model Hubungan Manusiawi

Elton Mayo dan para peneliti hubungan manusiawi lainnya menemukan

bahwa kontak-kontak social pegawau pada pekerjaannya adalah juga


penting dan bahwa kebosanan dan tugas-tugas yang bersifat pengulangan

adalah factor-faktor pengurang motivasi. Manajer dapat memotivasi

bawahan melalui pemenuhna kebutuhan social mereka dan membuat

mereka merasa berguna dan penting.

c. Model SDM

Model ini menyatakan bahwa para karyawan dimotivasi oleh banyak

faktor, tidak hanya uang dan keinginan untuk mencapai kepuasan tetapi

juga kebutuhan untuk berprestasi dan memperoleh pekerjaan yang berarti.

C. Sumber Motivasi

Teori motivasi yang sudah lazim dipakai untuk menjelaskan sumber

motivasi digolongkan menjadi dua yaitu:

a. Motivasi Intrinsik

Dorongan yang berasal dari dalam diri setiap individu atau bentuk

motivasi yang didalam aktivitasnya dimulai dan diteruskan berdasarkan

suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas

belajarnya. Faktor individual yang biasanya mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu adalah:

1) Minat; seseorang akan merasa terdorong untuk melakukan suatu

kegiatan kalau kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang sesuai

dengan minatnya.
2) Sikap positif; seseorang yang mempunyai sikap positif terhadap suatu

kegiatan dengan rela ikut dalam kegiatan tersebut dan akan berusaha

sebisa mungkin menyelesaikan kegiatan yang bersangkutan dengan

sebaik-baiknya.

3) Kebutuhan; setiap orang mempunyai kebutuhan tertentu dan akan

berusaha melakukan kegiatan apapun asal kegiatan tersebut bisa

memenuhi kebutuhannya.

b. Motivasi Ekstrinsik

Bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas dimulai dan diteruskan

berdasarkan dorongan dari luar yang tidak berkaitan dengan dirinya.

Motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu seperti

ajakan, suruhan, paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan

demikian seseorang mau melakukan sesuatu. Menurut F. Hezberg dalam

Simon Devung ada dua faktor utama didalam organisasi (faktor eksternal)

yang membuat karyawan merasa puas terhadap pekerjaan yang dilakukan

dan kepuasan tersebut akan mendorong mereka untuk bekerja lebih baik.

Kedua factor tersebut adalah:

1) Motivator; prestasi kerja, penghargaan, tanggung jawab yang

diberikan, kesempatan untuk mengambangkan diri dan pekerjaannya

itu sendiri.

2) Faktor kesehatan kerja; kebijakan dan administrasi perusahaan yang

baik, supervise teknisi yang memadai, gaji yang memuaskan, kondisi

kerja yang baik dan keselamatan kerja.


Faktor yang mempengaruhi motivasi :

a) Lingkungan kerja

Dari pihak pimpinan, unsur yang sangat berpengaruh terhadap

motivasi:

(1). Kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan, termasuk

prosedur kerja, rencana dan program kerja

(2). Persyaratan kerja

(3). Tersedianya seperangkat alat-alat dan sarana yang

diperlukan didalam mendukung pelaksanaan kerja, termasuk

bekerja

(4). Gaya kepemimpinan pemimpin dalam arti sifat-sifat dan

perilaku pemimpin terhadap staf

b) Faktor staf

Kemampuan kerja, semangat atau moral kerja, rasa kebersamaan

dalam kehidupan berkelompok, prestasi dan produktivitas kerja.

Ada tiga hal yang berpengaruh pada motivasi staf :

(1).Karakter pribadi seseorang

(2).Tingkat dan jenis pekerjaan

(3).Lingkungan kerja
D. Unsur Motivasi

Tiga hal penting dalam pengertian motivasi adalah hubungan antara

kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul karena seseorang

merasakan ada sesuatu yang kurang baik fisiologis maupun psikologis.

Dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan, sedangkan

tujuan adalah akhir dari suatu siklus motivasi (Nursalam, 2014).

Pada dasarnya motivasi mempunyai sifat siklus (melingkar), yaitu

motivasi timbul, memicu perilaku yang tertuju kepada tujuan (goal) dan

akhirnya setelah tujuan tercapai, motivasi itu dihentikan. Tapi itu akan

kembali pada keadaan semula apabila suatu kebutuhan lagi.

E. Pengukuran Motivasi

Pengukuran motivasi kerja dapat diketahui dengan melakukan survey

dalam bidang masalah tertentu para pegawai. Kuisioner dapat digunakan

untuk mengetahui tentang kepuasan pegawai terhadap kompensasi yang

mereka terima selama bekerja (Purnamasari 2013). Robins menyebutkan

bahwa pengukuran motivasi dapat dilakukan dengan melihat beberapa

aspek (Gustiyah 2009 dalam Purnamasari 2013 yaitu mempunyai sifat

agresif, kreatif dalam pelaksanaan pekerjaan, mutu pekerjaan meningkat

dari hari ke hari, mematuhi jam kerja, tugas yang diberikan dapat

diselesaikan sesuai kemampuan, inisiatif kerja yang tinggi dapat

mendorong prestasi kerja, kesetiaan dan kejujuran, terjalin hubungan kerja

antara karyawan dan pimpinan, tercapai tujuan perseorangan maupun


organisasi, memnghasilkan informasi yang akurat dan cepat. Pengukuran

motivasi dapat diketahui dengan melakukan survei dengan mengacu

beberapa aspek tentang kepuasan kerja, kompensasi, pola kerja kebijakan

kantor (Purnamasari, 2013).

C. Kerangka Teori

Kerangka teori pada dasarnya adalah hubungan antara konsep-konsep yang

ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan

(Notoadmodjo, 2012). Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan

maka kerangka teori dapat digambarkan sebagai berikut :

Skema 2.1
Kerangka Teori

Faktor-faktor yang
mempengaruhi Initial
Asessment

1. Usia Pelaksanaan Initial


2. Pendidikan Asessment
3. Lama bekerja
4. Status Kepegawaian
5. Motivasi Kerja yang di
pengaruhi Faktor Satisfier
dan Dissatisfier

Sumber : Kerangka teori penelitian ini di bangun berdasarkan modifikasi

teori Herzberg (1950)

D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian atau visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep dari masalah yang ingin diteliti

(Notoatmodjo,2018). Kerangka Konsep Penelitian ini adalah sebagai berikut:

Independent Dependent
Pelaksanaan Initial
Motivasi Kerja Asssment

E. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan, dugaan atau dalil

sementara yang akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2018).

Berdasarkan hasil penelitian, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha :

Ada hubungan Motivasi Kerja Petugas UGD dengan Pelaksanaan Initial

Asessment di UGD Puskesmas Seputih Banyak Lampung Tengah Tahun

2022.

H0 :

Tidak ada hubungan Motivasi Kerja Petugas UGD dengan Pelaksanaan Initial

Asessment di UGD Puskesmas Seputih Banyak Lampung Tengah Tahun

2022.
BAB III

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk melaksanakan riset

pemasaran (Maholtra, 2017). Desain penelitian memberikan prosedur untuk

mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menyusun atau menyelesaikan

masalah dalam penelitian. Desain penelitian merupakan dasar dalam

melakukan penelitian. Oleh sebab itu, desain penelitian yang baik akan

menghasilkan penelitian yang efektif dan efisien.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif yaitu

penelitian yang datanya berupa angka - angka (skor,nilai ) atau pernyataan

yang diangkakan dan di analisis dengan analisis statistik. Studi yang

digunakan Survey analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana

dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis

dinamika korelasi antara fenomena atau anatara faktor resiko dengan faktor

efek (Notoatmodjo, 2018). Rancangan penelitian yang digunakan dalam


penelitian ini adalah cross sectional. Pendekatan cros sectional adalah suatu

penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor – faktor resiko

dengan efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2018). Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui hubungan (variabel independen) motivasi kerja dengan (variabel

dependen) pelaksanaan Initial Asessment di UGD Puskesmas Seputih Banyak.

2. Variabel penelitian

Variabel merupakan sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran

yang dimiliki atau yang didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu

konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2018). Variabel-Variabel dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel Independen

Merupakan variabel yang menjadi sebab berubahnya variabel dependen.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah status imunisasi.

2. Variabel Dependen (variabel bebas)

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya

variabel bebeas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status gizi.

3. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi variabel-variabel yang akan diteliti

secara operasional dilapangan. Definisi operasional bermanfaat untuk


mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel yang

akan diteliti serta untuk pengembangan instrumen (Riyanto, 2015).


Tabel 3.1
Definisi Operasional variabel
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala
Variabel Dependent Ukur
Pelaksanaan Initial Penilaian yang digunakan untuk Quesioner Checklist Pelaksanaan Initial Ordinal
Asessment Yang berisi 20
menilai keadaan klinis pasien Asessment di kategorikan
pernyataan
yang mengalami keadaan gawat sebagai berikut :
dengan pilihan
darurat secara cepat dan tepat Kurang : 1-6
jawaban Ya :1
untuk menghindari kematian Cukup : 7-13
Tidak : 0
dan meminimalisir kecacatan, Baik : 14-20
penilaian ini dilakukan secara 
berurutan (sekuens/linear) tetapi
-
pada pelaksanaannya dapat
dilakukan secara bersamaan
(simultan/pararel).
Variabel Independent
Motivasi kerja Suatu kondisi yang dapat Quesioner Check ListMotivasi Kerja tentang Ordinal
mempengaruhi, menggerakkan, Yang berisi 20 pelaksanaan Initial
membangkitkan dan pernyataan Asessment di Kategorikan
memelihara perilaku seseorang dengan pilihan sebagai berikut :
yang akan melaksanakan jawaban Ya :1 Baik : 14-20
pekerjaan mencapai tujuan Tidak : 0 Cukup : 7-13
Kurang : 1-6
4. Subjek Penelitian

a). Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2018). Populasi dalam

penelitian ini adalah Petugas di UGD Puskesmas Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2022

sebanyak 24 orang.

b). Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh petugas di UGD Puskesmas Seputih Banyak Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2022 sebanyak 20 orang.

c). Teknik sampling

Dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode total sampling, yaitu sampel yang diambil

dari keseluruhan total populasi. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1). Kriteria Inklusi

Kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai

sampel (Notoatmodjo, 2018). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

(a). Petugas UGD dengan profesi Perawat minimal D III yang bertugas di UGD Puskesmas Seputih

Banyak.

(b). Usia <60 tahun.

(c). Lama Kerja Sesuai surat penugasan dari Kepala Puskesmas.

(2). Kriteria Eksklusi

Karakteristik atau ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sampel (Notoatmodjo, 2018).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

(a). Petugas UGD selain profesi Perawat yang bertugas di UGD Puskesmas Seputih Banyak.

(b). Profesi Bidan dan Perawat yang tidak bertugas di UGD Puskesmas Seputih Banyak.
5. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan setelah proposal ini disetujui dan tempat penelitian ini yaitu di Puskesmas

Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah.

6. Etik Penelitian

Merupakan pertimbangan rasional mengenai kewajiban-kewajiban moral seorang peneliti atas apa yang

dikerjakannya dalam penelitian, publikasi, dan pengabdiannya kepada masyarakat. Peneliti dalam

melakukan penelitian ini hendaknya memegang teguh sikap ilmiah (scientik attitude) serta berpegang

teguh pada etika penelitian, meskipun mungkin peneltiian yang dilakukan tidak akan merugikan atau

membahayakan bagi subjek peneltiian. (Milton, 1999 dalam Notoatmodjo (2018), mengatakan ada empat

prinsip yang harus dipegang teguh yakni:

a. Menghormati harkat dan martabat manusia (Respect For Human Dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan informasi tentang tujuan

peneliti melakukan penelitian tersebut. Disamping itu, peneliti juga memberikan kebebasan kepada subjek

untuk memberikan informasi atau tidak memberikan informasi. peneliti harus mempersiapkan formulir

persetujuan subjek (inform consent). Sebagai ungkapan peneliti menghormati harkat dan martabat

penelitian.

b. Menghormati Privasi Dan Kerahasiaan Subjek Penelitian (Respect For Privacy And Confidentiality)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan individu dalam

memberikan informasi. setiap orang berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahui kepada orang

lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan

identitas subjek. Peneliti cukup menggunakan coding sebagai pengganti identitas responden.

c. Keadilan Dan Inklusivitas/Keterbukaan (Respect For Justice An Inclusivenes)


Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian.

Untuk itu lingkungan penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni

dengan menjelaskan prosedur penelitian.

d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing,harm, and benefit)

Sebuah penelitian harus memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan

subjek penelitian pada khususnya. Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan

bagi subjek (Notoatmodjo, 2018).

7. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data

Merupakan alat ukur atau pedoman yang digunakan untuk mengumpulan data penelitian

a. Instrumen penelitian

Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen penelitian

dapat berupa kuesioner (lembar checklist), kuesioner (lembar checklist) yang berkaitan dengan

pencatatan data dan sebagainya. Kuisioner motivasi yang diadopsi dari Sudariani, 2016 yang sudah

diuji validitas dan reliabilitasnya yang terdiri dari tiga bagian yakni; (A) tanggung jawab, (B) prestasi,

(C) Pengakuan, (D) gaji, (E) budaya kerja. Pengukuran motivasi perawat pada penelitian ini

menggunakan pertanyan positif dengan bentuk pertanyaan terbuka dengan opsi “selalu” “sering”

“jarang” dan “tidak pernah” dengan menggunakan skala linkert yaitu 4: selalu. 3: sering, 2: jarang, dan

1: tidak pernah. dengan skor menggunakan skala interval baik: 52%-68%, cukup: 35-51%-75%,

kurang: 17-34%. Pelaksanaan Initial Asessment di lakukan penilaian menggunakan lembar Observasi

yang di buat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka, lembar Observasi terdiri dari 20 item

dan cara pengisian dengan memilih salah satu jawaban dari 2 alternative pilihan yang dilakukan oleh

petugas UGD.
1) Metode Pengumpulan data

Merupakan cara yang digunakan untuk menghimpun berbagai data, informasi, maupun fakta

pendukung lainnya sebagai keperluan saat akan melakukan penelitian. Metode pengumpulan data pada

penelitian ini meliputi :

2) Data Primer

Data diperoleh langsung dari responden melalui:

a). Karakteristik responden (umur, jenis kelamin dan pendidikan) diperoleh dengan melakukan

wawancara langsung.

b). Data Pelaksanaan Initial Asessment menggunakan lembar kuesioner yang telah di tentukan,

sedangkan penilaian motivasi kerja di peroleh dari lembar kuesioner.

3) Data Sekunder

Merupakan data yang berbentuk dokumentasi, meliputi data rekam medik kunjungan pasien UGD, dan

gambaran umum Puskesmas Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah. Prosedur pengumpulan

data penulis menempuh langkah-langkah :

a). Langkah persiapan

Persiapan sebelum melakukan penelitian ini meliputi :

(1). Mengurus izin kepada pemimpin tempat penelitian.

(2). Melakukan uji laik etik (ethical clearence) pada komisi etik penelitian kesehatan, setelah

memperoleh surat keterangan laik etik kemudian peneliti melakukan,

(3). Melakukan pengambilan data awal untuk mengetahui jumlah responden yang ada diPuskesmas

Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah.

(4). Menyusun lembar kuesioner.

(5). Memperbanyak lembar kuesioner.


b). Langkah-langkah pelaksanaan

(1). Menyerahkan surat izin penelitian kepada kepala Puskesmas Seputih Banyak Kabupaten Lampung

Tengah.

(2). Setelah mendapat izin kemudian penulis melakukan penelitian dengan membagikan kuesioner

kepada responden yang telah ditetapkan.

(3). Peneliti mengumpulkan data dengan cara responden yang bersedia menjadi responden mengisi

lembar persetujuan (informedconsent).

(4). Setelah responden setuju responden mengisi lembar kuesioner.

c). Langkah akhir

Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan dan di analisis data dirumuskan kesimpulan

penelitian.

8. Instrumen Penelitian

a. Instrumen

Instrumen penelitian adalah pengumpulan data dengan cara apapun dan selalu di perlukan suatu alat

(Notoatmodjo, 2018). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuisioner, dan Lembar

Observasi. Kuesioner digunakan untuk mengetahui karakteristik responden, Lembar Observasi

digunakan untuk mengetahui pelaksanaan Initial Asessment dengan baik.

b. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur benar-benar mengukur apa yang di ukur

(Sugiyono, 2017). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kuesioner, lembar

Observasi perlu dilakukan uji validitas.


c. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah uji untuk mengetahui ketepatan intrument pengukuran dengan konsistensi. Data

yang tidak reliable, tidak dapat diproses lebih lanjut karena akan menghasilkan kesimpulan yang bias

pengujian reabilitas (Sugiyono, 2017).

9. Pengolahan Dan Analisa Data

Merupakan prosedur untuk menganalisis data. Prosedur ini mencakup teknik menafsirkan data yang sudah

di analisa dan cara merencanakan teknik pengumpulan data penelitian sehingga analisis menjadi lebih

cepat.

a. Pengolahan Data

Menurut (Hastono, 2017). Pengolahan data dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut :

1). Editing Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau instrumen penelitian

apakah jawaban dalam instrumen sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten. Pada tahap ini, penulis

melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh kemudian memastikan apakah terdapat kekeliruan

atau tidak.

2). Coding

Memberi kode identitas responden untuk menjaga kerahasiaan identitas responden. Menetapkan kode

skoring untuk jawaban responden atau hasil observasi yang telah dilakukan. Penulis memberikan kode

tertentu pada tiap data sehingga memudahkan penulis dalam melakukan analisa data. untuk variabel

kadar gula darah yang normal diberi kode (1) dan tidak normal diberi kode (0) aktivitas fisik rendah

diberi kode (0), sedang diberi kode (1), dan yang tinggi diberi kode (2).

3). Procesing
Prosesing Proses pengetikan data dari koesioner ke program komputer agar dapat dianalisis. Tahapan

prosesing pada penelitian ini menggunakan bantuan computer dengan program analisis data.

4). Cleaning

Cleaning adalah kegiatan pengecekan kembali data yang di entri kedalam Program komputer agar tidak

terdapat kesalahan.

10. Analisis Data

Sebuah proses untuk memeriksa, membersihkan, mengubah, dan membuat pemodelan data dengan

maksud untuk menemukan informasi yang bermanfaat sehingga dapat memberikan petunjuk bagi

peneliti untuk mengambil keputusan terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :

a. Analisa Univariat

Analisis univariat yaitu analisis yang digunakan untuk memperolah gambaran dari variabel yang

diteliti. Analisis univariat dalam penelitian ini menyajikan persentase Motivasi kerja dan pelaksanaan

Initial Asessment.

b. Analisa Bivariat

Analisis hubungan Motivasi kerja dengan pelaksanaan Initial Asessment, dianalisis menggunakan uji

statistik Chi-Square (X2) dengan derajat kepercayaan 95% dan alpha (α) 5%. Jika p value ≤ 0,05,

artinya ada hubungan bermakna secara statistik atau Ha diterima dan jika p value > 0,05 tidak ada

hubungan secara statistik atau Ha di tolak. Selain itu ditampilkan juga nilai OddsRatio (OR) dari

masing-masing variabel untuk melihat faktor resiko atau derajat hubungan (Dahlan, 2015).

11. Jalannya Penelitian

Jalannya penelitian ini akan dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut:

a. Tahap Awal
Tahap awal dalam proses penelitian ini yaitu mengamati fenomena ataupun masalah-masalah kesehatan

yang banyak ditemukan di masyarakat, serta mengamati penyebab maupun upaya mengatasinya

sebagai data awal untuk merumuskan judul penelitian. Setelah rumusan judul disetujui, selanjutnya

peneliti melakukan tahap penyusunan proposal yang diawali dengan mengajukan permohonan izin pra

survey kepada institusi terkait yang digunakan peneliti sebagai lokasi penelitian, mengumpulkan

konsep teori yang menunjang sesuai dengan masalah yang ditemukan, menyusun latar belakang

masalah, merumuskan masalah penelitian, tujuan, manfaat, dan ruang lingkup serta desain penelitian

yang akan digunakan. Setelah proposal disetujui dan telah diseminarkan serta telah mendapatkan surat

izin penelitian dari Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung dan izin dari Puskesmas Seputih

Banyakpeneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian.

b. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Adapun pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1). Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang cara, tujuan, manfaat, prosedur pengumpulan data

serta menanyakan kesediaan calon responden. Bagi calon yang bersedia menjadi responden, peneliti

memberikan informed consent dan responden diminta untuk menandatanganinya. Selain itu, responden

juga diminta untuk mengisi data diri sebagai gambaran karakteristik responden.

a). Selanjutnya penelitian melakukan melakukan wawancara dan pengisian kuesioner kepada masing-

masing responden.

b). Setelah data terkumpul sesuai dengan jumlah responden maka selanjutnya dilakukan pengolahan

dan analisa data.

c. Tahap Akhir

1) Melakukan pengolahan dan analisa data hasil penelitian, menginterprestasikan serta melakukan

pembahasan sesuai temuan hasil penelitian yang dikolaborasikan dengan teori maupun penelitian

terkait.
2) Penyajian hasil penelitian dalam bentuk tertulis yang dilanjutkan dengan ujian pendadaran dan

melakukan revisi sesuai saran penguji.

Menyerahkan laporan hasil penelitian kepada Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Lampiran 1

Lembar Observasi Pelaksanaan Initial Asessment

Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Status Kepegawaian :
Masa Kerja :

Petunjuk jawaban tanggapan terhadap pernyataan:

1. Ya

2. Tidak

Berikan tanda (√) pada kolom skala jawaban sesuai dengan pendapat saudara.

SKOR
NO PERNYATAAN YA TIDAK

1 Persiapan alat dan tim

2 Triage

3 Primary Survey

4 Resusitasi

5 Tambahan Primary Survey dan resusitasi


6 Pwertimbangan kemungkinan rujukan

7 Secondary Survey

8 Tambahan Survey Sekunder

9 Pemantauan dan Re evaluasi

10 Therapy Definitif

Lampiran 2

Kuisioner Motivasi Perawat

Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Status Kepegawai :
Masa Kerja :

Petunjuk jawaban tanggapan terhadap pernyataan:

3. Tidak pernah

4. Jarang

5. Sering

6. Selalu

Berikan tanda (√) pada kolom skala jawaban sesuai dengan pendapat saudara.
Kuisioner tentang motivsi kerja disesuaikan dari two factor theory oleh Herzberg.

No Pernyataan Skor
A. Tanggung jawab 1 2 3 4
1 Saya mampu mengambil inisiatif sesuai SOP
dalam
melaksanakan initial Asessment
2 Dalam melaksanakan Initial Asessment saya
lakukan dengan penuh tanggung jawab
3 Saya berupaya memenuhi kebutuhan pasien secara
maksimal
4 Saya mampu memotivasi diri dalam pelaksanaan
dokumentasi Intial Asessment yang baik
5 Saya mengerjakan fungsi dan tugas sebagai
perawat dengan baik dan benar
6 Saya bersedia bertanggung jawab terhadap
pekerjaan (tugas pokok dan diluar tugas pokok)
yang telah dibebankan kepada saya
B. Prestasi
1 Saya mampu memotivasi diri untuk mencapai
prestasi yang diraih
2 Saya bekerja sesuai dengan jadwal dan pedoman
yang telah dibuat dan tepat waktu
Saya mendapat pujian atas Initial Asessment
3 yang saya berikan kepada pasien
C. Pengakuan
1 Saya melakukan Initial Asessment pada pasien
Gawat Darurat di UGD dan diakui rekan kerja
2 Intial Asessment saya berikan diterima dan diakui
oleh pasien rawat inap dalam memberikan
pelayanan
D. Gaji
1 Saya sudah puas dengan gaji yang saya terima
karena sesuai dengan pekerjaan saya
2 Gaji yang saya terima sesuai dengan UMR
3 Ada insentive lain selain gaji yang diberikan pihak
rumah sakit
E. Budaya Kerja
1 Saya puas dengan budaya kerja di lingkungan kerja
saya
2 Lingkungan kerja saya mempunyai budaya kerja
yang memotivasi
3 Saya merasa termotivasi dalam melaksanakan
dokumentasi asuhan keperawatan (pengkajian)
karena pengaruh baik teman-teman saya
Catatan :
BLANGKO KONSULTASI BIMBINGAN

Nama Mahasiswa : Eko Heri kurniawan

NPM : 2020206203239P

Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kesehatan

Pembimbing I : Ns. Pira Prahmawati, S.Kep, M.Kes

Judul Skripsi : Hubungan Motivasi Kerja Petugas UGD dengan

Pelaksanaan Initial Asessmnet di UGD Puskesmas Seputih

Banyak Tahun 2022

Tanggal Hasil Konsultasi Paraf

Bimbinga

Bimbingan Untuk Judul Motivasi perawat, kalau ada 20

pertama : petugas di UGD ambil semua, judulnya perawat

16 April ganti dengan petugas UGD.

2022 Pendahuluan kurang bersinergi dengan judul, jdi

buat kerangka paragraph dulu :

Paragraf 1 : Pelayanan keperawatan

merupakan…salah satu jenis pelayanan

keperawatan …..
Paragraf 4 Pendahuluan nanti dulu, tapi ganti

dengan paragraph puskesmas adalah….dan

bagaimana yan gadar di PKM sbg pemberi

pertolongan pertama, menjadi hal penting utk

meningkatkan kualitas yan gadar di PKM.

Paragraf motivasi ganti dengan jenis pelayanan

gadar apayg bias diberikan di PKM, kl belum

optimal salah satunya krn factor apa ? di

paragraph ini sudah di kaitkan motivasi perawat.

Setelah itu baru Paragraf 4tentang motivasi yang

di maksud dala penelitian. Tambahkan paragraph

5 pendapat pakar/elaborasi terkait hasil

penelitian/jurnal yang di dapat.

Paragraf 6 baru pra survey tambahkan hasil

wawancara langsung oleh peneliti atau hasil

kerja yang menyatakan motivasinya masih

bermasalah atau tidak,kalau tdk ada data,

evaluasi hasil kinerja maka hasil wawancara

dinyatakan motivasinya rendah brp orang yang

motivasi baik berapa orang…?

Rumusan masalah di buat intisari dari latar

belakang yang memuat MDAEK

Di tujuan Umum tidak pakai Point a….


Kata Perawat diganti dengan kata Petugas UGD

saja.

Di tujuan khusus di ketahui hubungan….

dengan…..

Manfaat Penelitian dibuat 2 macam manfaat

teoritis dan manfaat praktis

Bimbingan 1. Yang di maksud dalam judul UGD atau IGD

kedua: 18 2. BAB I permasalahan dalam penelitian ini adlh

Mei 2022 Initial assessment,apa fenomena yg terjadi di

puskesmas dan data pra survey bagaimana

dampak dari initial assesment yang kurang

baik

3. Paragraph 6 : Kalimat Gawat Darurat jangan

terlalu sering diulang,jadikan di gabung

beberapa paragraph ttg pelayanan UGD di

Puskesmas

4. Paragraf 8: Berdasarkan data apa

menyimpulkan kurang motivasi

5. Paragraf 9 sebagai penutup di BAB I

6. Tujuan Khusus belum sesuai

7. Waktu penelitian di rubah

8. BAB II yang pertama di bahas adalah

landasan teori Initial assessment dan konsep


motivasi kerja

Bimbingan 1. Sesuaikan judul dengan penjelasan di BAB I,

ketiga : 19 utk alur narasi disesuaikan dari paragraph 1

Mei 2022 s/d paragraph 9

2. BAB II jelaskan Konsep Initial Asessment

dulu kemudian tentang Konsep

Motivasi,kerangka teori, dst.

3. BAB 3 tentang kerangka teori cari di google

scholar sebagai referensi

4. Di tujuan khusus, ruang lingkup, dan manfaat

penelitian di revisi sesuai saran saat konsul

Bimbingan 1. Di BAB I tidak di beri penomoran 1,2,3 atau

ke empat: a,b,c

30 Mei 2. Di latar belakang murni Narasi tidak ada

2022 penomoran dan tidak menjelaskan teori karena

teori di BAB II

3. Untuk tinjauna teori Initial Asessment diambil

dari Buku BTCLS yang terbaru

4. Pada definisi operasional kuesioner Initial

assessment di Hasil ukur darimana sumbernya

5. Pada definisi operasional kuesioner Motivasi

kerja sesuaikan dengan jurnal tentang

penelitian yang serupa


Bimbingan 1. Latar belakang bukan uraian teori tetapi

kelima Tgl alasan/masalah, berdasarkan pengamatan,

11 Juni mengungkap permasalahan, hasil survey awal,

2022 dan permasalahan yang terjadi.

2. Kerangka Teori pelaksanaan Initial Asessment

di pengaruhi apa saja ?


BLANGKO KONSULTASI BIMBINGAN

Nama Mahasiswa : Eko Heri kurniawan

NPM : 2020206203239P

Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kesehatan

Pembimbing II : Ns. Gunawan Irianto,M.Kep,Sp.Kom

Judul Skripsi : Hubungan Motivasi Kerja Petugas UGD dengan

Pelaksanaan Initial Asessmnet di UGD Puskesmas Seputih

Banyak Tahun 2022

Tanggal Hasil Konsultasi Paraf


Bimbingan
Tanggal 1. Latar belakang kebanyakan teori, terkait apa

11 Juni 2022 yang menjadi masalah di judul ini,tujuan di

sesuaikan motivasi kerja, pelaksanaan, dan

hubungan

2. Kerangka Teori 6 faktor di sesuaikan dengan

BAB 3 termasuk kriteria inklusi dan eksklusi

3. Definisi operasional, kuesioner/ lembar

observasi di sesuaikan tahapan Initial Asessment

Anda mungkin juga menyukai