Anda di halaman 1dari 66

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

TINGKAT ANSIETAS PADA PENERIMA VAKSIN COVID-19


DI KAMPUNG RAMA UTAMA KECAMATAN SEPUTIH
RAMAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2022

LAPORAN AKHIR STUDI

oleh:

I WAYAN ARI CANDRA PURMANA


2020206203442P

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
2022

1
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
TINGKAT ANSIETAS PADA PENERIMA VAKSIN COVID-19
DI KAMPUNG RAMA UTAMA KECAMATAN SEPUTIH
RAMAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2022

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Menyelesaikan


Pendidikan Program Studi S1 Keperawatan

Oleh :
I WAYAN ARI CANDRA PURMANA
NIM : 2020206203442P

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
TAHUN 2022

2
3
HALAMAN PERSETUJUAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT


ANSIETAS PADA PENERIMA VAKSIN COVID-19 DI KAMPUNG RAMA
UTAMA KECAMATAN SEPUTIH RAMAN KABUPATEN LAMPUNG
TENGAH TAHUN 2022

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH
I WAYAN ARI CANDRA PURMANA
2020206203442P

MENGETAHUI

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Ns. Nur Hasanah, M.MR Ns. Rita Sari. M.Kep


NBM. 1282499 NBM. 927021

Ketua
Program Studi

Ns. RITA SARI.M.Kep


NBM. 927021

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini
dengan baik sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan pada Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Pringsewu. Adapun judul proposal skripsi ini adalah
“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT
ANSIETAS PADA PENERIMA VAKSIN COVID-19 DI KAMPUNG RAMA
UTAMA KECAMATAN SEPUTIH RAMAN KABUPATEN LAMPUNG
TENGAH TAHUN 2022
”.
Dalam penyusunan proposal skripsi ini, penulis mengalami banyak kesulitan,
namun karena peran serta dari berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. H. Wanawir Am, M.M., M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Pringsewu Lampung.
2. Elmi Nuryati, M.Epid sebagai dekan Fakultas Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
3. Ns. Rita Sari. M.Kep sebagai Ketua Prodi dan pembimbing 2 S.1 Keperawatan
UniversitasMuhammadiyah Pringsewu Lampung.
4. Ns. Nur Hasanah, M.MR, sebagai pembimbing 1 yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis dengan penuh kesabaran sehingga
skripsi ini dapat selesai..
5. Kedua orang tua tercinta dan keluarga besar yang telah memberikan
dukungan, do’a, cinta dan motivasi yang tinggi sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-teman seperjuangan S1 Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pringsewu yang sama-sama berjuang menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, maka dari itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan. Tiada hal penulis
harapkan semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi rekan-rekan mahasiswa Program Studi S1
Keperawatani Fakultas Kesehatan Universias Muhammadiyah Pringsewu
Lampung.

Pringsewu, April 2022

I Wayan Ari Candra Purmana

iv
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul ............................................................................................... i
Pernyataan Bebas Plagiat ............................................................................. ii
Halaman Persetujuan ................................................................................... iii
Halaman Pengesahan .................................................................................... iv
Kata Pengantar .............................................................................................. iv
Daftar Isi ........................................................................................................ v
Daftar Tabel ................................................................................................... xv
Daftar Gambar ............................................................................................... xvi
Daftar Lampiran ............................................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1


A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 7
C. Rumusan Masalah ................................................................. 7
D. Tujuan Penelitian ................................................................... 8
E. Tujuan Umum ........................................................................ 8
F. Tujuan Khusus ....................................................................... 8
G. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 9
H. Manfaat Penelitian ................................................................. 10
I. Manfaat Teoritis ..................................................................... 10
I.. Manfaat Aplikatif ................................................................... 10

BAB II TINJAUAN TEORI ..................................................................... 12


A. COVID-19 ............................................................................. 12
1 Definisi .................................................................................. 12
2 Gejala-Gejala COVID-19 ...................................................... 12
3 Vaksinasi COVID-19 ............................................................ 14
4 Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 ........................................ 15

B. Ansietas .................................................................................. 17
1 Definisi .................................................................................. 17
2 Gejala dan Tanda Ansietas .................................................... 22
3 Teori-Teori Kecemasan ........................................................ 23
4 Tingkat Kecemasan ............................................................... 25
5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan ................... 27
6 Rentang Respon Kecemasan .................................................. 35
7 Instrumen Pengukuran Kecemasan ........................................ 36
8 Kerangka Teori ...................................................................... 37
9. Kerangka Konsep ................................................................... 38
10 Hipotesis ................................................................................ 39

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 43


A. Desain Penelitian ................................................................... 43

v
B. Waktu Dan Tempat Penelitian ............................................... 31
C. Subyek Penelitian (Populasi dan Sampel) ............................. 43
1 Populasi ................................................................................. 43
2 Sampel .................................................................................. 43
D. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel ..... 45
E. Variabel Penelitian ................................................................. 48
F Etika Penelitian ...................................................................... 48
G Instrumen dan teknik pengumpulan data ............................... 53
H Pengolahan Data…………………………...……………….. 56
I. Analisa Data ........................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini dunia masih berjuang menghadapi pandemi CoronaVirus Disease-

2019 (COVID-19). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit

menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome

Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis

baru yang belum pernah diidentifikasi pada manusia sebelumnya. Pada

tanggal 31 Desember 2019, World Health Organization (WHO) China

Country Office di kota Wuhan melaporkan kasus pneumonia yang tidak

diketahui penyebabnya (Phelan, Katz, & Gostin, 2020). ). Pada tanggal 7

Januari 2020, Pemerintah China kemudian mengumumkan bahwa penyebab

kasus tersebut ialah Coronavirus jenis baru yang kemudian diberi nama

SARS-CoV-2. Sejak dilaporkan jumlah kasus COVID-19 meluas ke negara-

negara lain di seluruh dunia. Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO menetapkan

COVID-19 sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan

Dunia/ Public Health Emergencyof International Concern (KKMMD/PHEIC)

(Baharudin, 2020).

Presiden Republik Indonesia telah menandatangani dan mengeluarkan

Peraturan Presiden (Perpres) tentang pengadaan vaksin dan pelaksanaan

program vaksinasi untuk menanggulangi Pandemi COVID-19. Perpres

tersebut menetapkan bahwa pemerintah akan mempersiapkan pengadaan dan

distribusi vaksin serta pelaksanaan vaksinasi pada tanggal 6 Oktober 2020

(Kemenkes RI Dirjen P2P, 2020). Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di

1
2

Indonesia dibagi menjadi 4 (empat) tahapan dengan usia penerima minimal

18 tahun. Sebelum diberikan vaksinasi terlebih dahulu dilakukan pendataan

penerima vaksin. Pendataan penerima vaksin dilakukan secara top-down

melalui Sistem Informasi Satu Data Vaksinasi COVID-19 yang bersumber

dari Kementerian/Lembaga terkait atau sumber lainnya yang meliputi nama,

Nomor Induk Kependudukan, dan alamat tempat tinggal sasaran Namun,

pada pelaksanaannya tidak semua kelompok prioritas penerima vaksinasi

terdata di dalam sistem tersebut. (Kemenkes RI Dirjen P2P, 2020).

Pelaksanaannya kampanye vaksinasi COVID-19 masih banyak mengalami

penolakan. Menurut data selama bulan September 2020, WHO, Kemenkes

RI, ITAGI dan UNICEF melakukan survei daring terhadap lebih dari 115.000

responden di 34 provinsi di Indonesia untuk mengukur penerimaan

masyarakat terhadap vaksin COVID-19, dari hasil survei tersebut didapatkan

data sekitar 70% masyarakat mengetahui rencana pemerintah untuk

melakukan vaksinasi nasional, sekitar 65% masyarakat bersedia menerima

vaksin apabila disediakan oleh pemerintah, sekitar 27% mengatakan ragu-

ragu dan 8% lainnya menolak divaksin. Aceh dan Sumatera Barat dengan

penerimaan vaksin terendah yaitu di bawah 50%, Papua Barat dan Kepulauan

Nusa Tenggara dengan penerimaan tertinggi yaitu 74% dan 70%. .

(Kemenkes RI Dirjen P2P, 2020).

Sedangkan di provinsi Lampung penerimaan vaksin hanya sekitar 66%.

Masyarakat yang menolak vaksin sebagian besar dikarenakan masih

meragukan keamanannya (30%) dan tidak yakin bahwa vaksinasi akan efektif

(22%). Sementara sebagian kecil lainnya menyatakan tidak percaya vaksin

2
3

(13%), takut pada efek samping (12%), alasan agama (8%) dan alasan lainnya

(15%) (Kemenkes RI, ITAGI, WHO, UNICEF et al. 2020).

Menurut Data Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2021,

untuk cakupan vaksinasi 52,49 persen atau 1.151.421 penduduk yang telah

divaksin dosis satu, dua, dan tiga. tercatat bahwa dosis vaksin satu telah

menyasar kepada 679.991 penduduk. Sementara dosis kedua 468.360 orang,

dan dosis ketiga 3.150 orang yang berusia di atas 12 tahun. Khusus lansia,

dosis kesatu telah diberikan kepada 56.273 orang atau pencapaia 45,78

persen. Lalu untuk dosis yang kedua sudah diterima sebanyak 35,374

penduduk atau 28,78 persen., saat ini petugas kesulitan untuk menyuarakan

dosis vaksinasi kepada penduduk Lampung Tengah, lantaran minat warga

yang berkurang dalam melaksanakan vaksin. Padahal, Dinas Kesehatan sudah

mengembar-gemborkan bahaya varian covid jenis omicron yang terbaru.

.( Dinkes Kabupaten Lampung Tengah, 2021).

Masyarakat yang akan diberikan vaksinasi COVID-19 dapat mengalami

ketakutan dan kecemasan. Menurut survei penerimaan vaksin COVID-19 di

Indonesia (2020) dengan karakteristik responden berdasarkan usia, jenis

kelamin, status ekonomi, agama dan kepercayaan, persepsi, pengguna

asuransi, kesediaan membayar dan akses ke vaksin diperoleh hasil bahwa

responden mengungkapkan kekhawatiran terhadap keamanan dan keefektifan

vaksin, menyatakan ketidak percayaan terhadap vaksin, kekhawatiran adanya

efek samping dan mempersoalkan kehalalan vaksin. Penelitian ini penting

untuk dilakukan mengingat program vaksinasi yang dicanangkan pemerintah

masih terus dilakukan namun masih ada masyarakat yang memiliki persepsi

3
4

berbeda-beda tentang vaksin dan masih ada yang kawatir dengan vaksin

COVID-19. (Kapla n & Sadoc k, 2017).

Pemberian vaksin kadang menimbulkan efek samping. Rasa ketakutan

pada vaksin lebih dominan daripada penyakitnya. Efek samping pada vaksin

sering disebut Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), timbul secara cepat

atau pun lambat. Menurut KepDijenP2P Kemenkes RI (2020) menyatakan

KIPI pada vaksinasi COVID-19 dapat digolongkan dalam reaksi lokal, reaksi

sistemik dan reaksi lainnya. Reaksi lokal seperti nyeri, bengkan dan

kemerahan pada tempat suntikan. Reaksi sistemik sepert demam, nyeri otot

seluruh tubuh (myalgia), nyeri sendi (atralgia) badan lemah dan sakit kepala.

Reaksi lain seperti reaksi alergi misalnya urtikaria, odema, reaksi anafilaksis

dan syncope atau pingsan. Adanya reaksi ini bagi beberapa calon penerima

vaksin dapat menimbulkan rasa ketakutan atau kecemasan sehingga

mempengaruhi penerimaan vaksin. (Kemenkes RI Dirjen P2P, 2020)

Menurut penelitian Setiawan (2018) dengan judul Kecemasan Masyarakat

Akan Vaksinasi Covid-19 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang

sangat signifikan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Prasetyo (2019) yang

menyatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang maka semakin

baik tingkat kecemasannya.

Menurut penelitian Mario Jensen (2022) Menurut peneliti kecemasan yang

dialami oleh peserta vaksinasi covid-19 sudah tidak dirasakan lagi atau tidak

memiliki kecemasan (normal) dikarenakan masyarakat yang mulai sadar akan

manfaat dan pentingnya vaksinasi covid 19. Walaupun hasil penelitian

4
5

menyatakan bahwa sebagian besar peserta vaksinasi covid 19 di RS Jiwa

Naimata Kota Kupang tidak memiliki kecemasan (normal) tetapi masih ada

juga peserta vaksinasi covid 19 yang masih merasakan cemas terhadap

vaksinasi covid 19 seperti responden merasa gugup, cemas atau gelisah dan

kurang bersemangat dalam melakukan sesuatu karena akan melaksanakan

vaksinasi covid-19. Hal ini sejalan dengan penelitian Eka Kirana, dkk (2021)

dengan judul Kecemasan Masyarakat Akan Vaksinasi Covid-19 menyatakan

bahwa dari total 399 responden 207 responden (51,9%) tidak memiliki

kecemasan dan 192 responden (48,1%) memiliki kecemasan terhadap

vaksinasi covid-19, mengatakan bahwa kecemasan menjadi salah satu

masalah yang terjadi pada masa pandemik covid-19, ternyata menjadi

masalah juga saat telah tersediannya vaksin covid-19.

Berdasarkan hasil prasurvei yang dilakukan peneliti di Kampung Rama

Utama pada bulan maret 2022 Kecamatan Seputih Raman Kabupaten

Lampung Tengah, jumlah penduduknya 3.787 jiwa. Dari 2069 jiwa penduduk

usia produktif baru sekitar 80% atau 1.655 jiwa yang telah tervaksin Covid-

19. masyarakat yang belu m terdata menerima vaksinasi COVID-19 dosis

satu. Sala h satunya karena faktor tekana n dara h serta efek samping vaksinasi

(KIPI). Banya k masyarakat yang gaga l karena tekana n darahnya di atas

norma l. Itu terjadi bisa karena ketakuta n atau kecemasa n da n lai n

sebagainya.. Hal ini tentunya masih jauh dari harapan bahwa semua warga

usia produktif akan mendapatkan vaksinasi COVID-19. Hasil wawancara saat

prasurvey, dari 10 orang yang terdaftar vaksin, ada 7 orang menyatakan

5
6

khawatir akan efek samping vaksin dan 3 diantaranya siap untuk divaksin

COVID-19

Dari hal-hal di atas, peneliti tertarik untuk melihat faktor-faktor yang

mempengaruhi ansietas pada penerima vaksinasi COVID-19 di Kampung

Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Faktor-fFktor apa saja

yang berhubungan dengan Tingkat Ansietas pada penerima vaksin Covid-

19 di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten

Lampung Tengah”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ansietas pada

penerima vaksin Covid-19 di Kampung Rama utama Kecamatan

Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi ansietas penerima vaksin Covid-19

di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten

Lampung Tengah

b. Diketahui distribusi frekuensi usia penerima vaksin Covid-19 di

Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten

Lampung Tengah.

6
7

c. Diketahui distribusi frekuensi jenis kelamin penerima vaksin Covid-

19 di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman

Kabupaten Lampung Tengah

d. Diketahui distribusi frekuensi tingkat Pendidikan penerima vaksin

Covid-19 di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman

Kabupaten Lampung Tengah

e. Diketahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan penerima vaksin

Covid-19 di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman

Kabupaten Lampung Tengah.

f. Diketahui hubungan usia dengan ansietas penerima vaksin Covid-

19 di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman

Kabupaten Lampung Tengah..

g. Diketahui hubungan jenis kelamin dengan ansietas penerima vaksin

Covid-19 Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman

Kabupaten Lampung Tengah.

h. Diketahui hubungan tingkat pendidikan dengan ansietas penerima

vaksin Covid-19 di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih

Raman Kabupaten Lampung Tengah.

i. Diketahui hubungan tingkat pengetahun dengan ansietas penerima

vaksin Covid-19 di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih

Raman Kabupaten Lampung Tengah.

7
8

D. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif dengan

menggunakan rancangan penelitian survey dan pendekatan cross sectional.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara

ansietas dengan penerimaan vaksin COVID-19.

Penelitian ini penting untuk dilakukan mengingat program vaksinasi yang

dicanangkan pemerintah masih terus dilakukan namun masih ada

masyarakat yang memiliki persepsi berbeda-beda tentang vaksin dan

masih ada yang kawatir dengan vaksin COVID-19. Penelitian dimulai

dengan pembuatan proposal sampai dengan selesai yang dilakukan pada

bulan April – Juni 2022 di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih

Raman Kabupaten Lampung Tengah. Populasi dalam penelitian ini adalah

warga Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten

Lampung Tengah yang telah terdata sebagai penerima vaksinasi COVID-

19.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Secara Teoritis

a) Bagi Institusi Pendidikan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu

referensi bagi mahasiswa terutama yang terkait dengan vaksinasi

COVID-19.

8
9

2. Manfaat Secara Praktis

a) Bagi perawat

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan dan

meningkatkan wawasan dan ketenangan dalam pelaksanaan

vaksinasi covid 19

b) Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

bagi pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan terkait

program vaksinasi COVID-19 seperti menjamin pemerataan

pendataan penerima vaksinasi di daerahnya, menjamin ketersediaan

APD dan fasilitas yang memadai dalam pelaksanaan pemberian

vaksinasi serta sebagai acuan menyusun strategi komunikasi yang

baik terutama bagi masyarakat yang menolak vaksin.

c) Bagi Masyarakat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

yang nyata tentang vaksin COVID-19 baik dari segi manfaat,

efektifitas, efek samping dan kehalalannya sehingga masyarakat

dapat mempercayai dan tidak perlu terlalu kawatir terhadap vaksin

COVID-19.

9
10

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Definisi

Virus korona 2019 sekarang dinamakan sindrom pernapasan akut

yang parah-virus korona-2 (SARS-CoV-2) sementara penyakit yang terkait

dengan virus itu dinamakan COVID-19. Virus yang menyebabkan

COVID-19 dan virus yang menyebabkan Sindrom Pernapasan Akut yang

Parah (SARS) berasal dari famili virus yang sama secara genetik, tetapi

berbeda satu sama lain (Zhang, 2020).

Coronavirus Disease (Covid-19) adala h penyakit menular yang

disebabka n ole h virus corona yang baru ditemuka n da n dikena l sebagai

sindro m pernafasa n akut atau para h virus corona 2 (SARS-CoV-2).

Coronavirus Disease iala h jenis penyakit yang belu m teridentifikasi

sebelumnya ole h manusia, virus ini dapat menular dari manusia ke

manusia melalui konta k erat yang sering terjadi, orang yang memiliki

resiko tinggi tertular penyakit ini iala h orang yang melakuka n konta k erat

denga n pesie n Covid-19 yakni dokter da n perawat (Lina Sayekti, 2020).

2. Gejala-Gejala COVID-19

COVID-19 bisa sulit didiagnosis berdasarkan gejala-gejala karena

kemunculannya sangat mirip dengan pilek biasa atau flu. Penyakit-

penyakit yang dilaporkan memiliki gejala ringan sampai penyakit berat

dan kematian untuk kasus-kasus COVID-19 yang terkonfirmasi. Gejala-

12
13

gejala yang dapat muncul dalam 2-14 hari setelah terpapar adalah demam,

batuk, sesak napas, pneumonia (di beberapa kasus), tubuh terasa pegal-

pegal, mual dan atau muntah, diare (Pennington, 2020).

National Institute of Helath, 2020 menyatakan gejala-gejala COVID-19

dikelompokkan dalam beberapa kategori:

a. Asimpomatik

Seseorang yang melakukan tes virologi menunjukkan hasil positif

SARS-CoV-2, tetapi tidak memiliki gejala yang serupa dengan

gejala COVID-19.

b. Ringan

Seseorang yang memiliki beberapa tanda dan gejala COVID-19

seperti batuk, demam, sakit tenggorokan, lemas, sakit kepala, nyeri

sendi, mual, muntah, diare, hilangnya rasa dan bau, tetapi tidak

memiliki sesak nafas, dispnea atau gambaran abnormal paru.

c. Sedang

Seseorang yang menunjukkan bukti adanya penyakit paru bawah

selama pengkajian klinis atau gambaran dan saturasi oksigen SpO₂

≥ 94% pada suhu ruang setinggi air laut.

d. Berat

Seseorang yang memiliki SpO₂ > 94% pada suhu ruangan setinggi

air laut, rasio tekanan parsial oksigen arteri (PaO₂/FiO₂) < 300

mmHg, frekuensi napas > 30 x/menit, atau infiltrate paru > 50%.
14

e. Kritis

Seseorang yang memiliki kondisi gagal nafas, syok septik, atau

disfungsi organ tubuh.

Seseorang dapat tertular Covid -19 melalui berbagai cara, yaitu:

a. Tida k sengaja menghiru p percika n luda h (droplet) yang keluar

saat

penderita Covid-19 batu k atau bersin

b. Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tanga n terlebi h dulu

setela h menyentu h benda yang terkena ciprata n luda h penderita

Covid-19

c. Konta k jara k dekat denga n penderita Covid-19 (PDPI, 2020).

3. Vaksinasi COVID-19

Kemenkes RI Dirjen P2P (2020) menyatakan pemberian vaksinasi

COVID-19 bertujuan untuk mengurangi transmisi/penularan COVID-

19, menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19,

mencapai kekebalan kelompok di masyarakat (herd immunity) dan

melindungi masyarakat dari COVID-19 agar tetap produktif secara

sosial dan ekonomi. Kekebalan kelompok hanya dapat terbentuk

apabila cakupan vaksinasi tinggi dan merata di seluruh wilayah.

Upaya pencegahan melalui pemberian program vaksinasi jika dinilai

dari sisi ekonomi, akan jauh lebih hemat biaya, apabila dibandingkan

dengan upaya pengobatan.


15

Upaya telah dilakukan oleh berbagai negara, termasuk Indonesia,

untuk mengembangkan vaksin yang ideal untuk pencegahan infeksi

SARS-CoV-2 dengan berbagai platform yaitu vaksin inaktivasi

(inactivated virus vaccines), vaksin virus yang dilemahkan (live

attenuated), vaksin vektor virus, vaksin asam nukleat, vaksin seperti

virus (virus-like vaccine), dan vaksin subunit protein (Kemenkes RI

Dirjen P2P, 2020).

4. Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19

Menurut Kemenkes RI Dirjen P2P (2020) pelaksanaan vaksinasi

COVID-19 di Indonesia dilakukan dengan tahapan:

a. Perencanaan kebutuhan

b. Sasaran

c. Pendanaan

d. Distribusi serta manajemen vaksin dan logistik lainnya

e. Pelaksanaan pelayanan

f. Kerja sama

g. Pencatatan dan pelaporan

h. Strategi komunikasi

i. Pemantauan dan penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi

COVID-19

j. Monitoring dan evaluasi

5. Perencanaan Kebutuhan
16

Menurut Kemenkes RI Dirjen P2P (2020) vaksinasi COVID-19

dilaksanakan dalam 4 tahapan mempertimbangkan ketersediaan, waktu

kedatangan dan profil keamanan vaksin. Kelompok prioritas penerima

vaksin adalah penduduk yang berdomisili di Indonesia yang berusia ≥ 18

tahun. Kelompok penduduk berusia di bawah 18 tahun dapat diberikan

vaksinasi apabila telah tersedia data keamanan vaksin yang memadai dan

persetujuan penggunaan pada masa darurat (emergency use

authorization) atau penerbitan nomor izin edar (NIE) dari Badan

Pengawas Obat dan Makanan.

Tahapan pelaksanaan vaksinasi COVID 19 adalah sebagai berikut:

a) Tahap 1 dengan waktu pelaksanaan Januari-April 2021

Penerima vaksinasi COVID-19 tahap 1 adalah tenaga kesehatan,

asisten tenaga kesehatan, tenaga penunjang serta mahasiswa yang

sedang menjalani pendidikan profesi kedokteran yang bekerja pada

Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

b) Tahap 2 dengan waktu pelaksanaan Januari-April 2021

Penerima vaksinasi COVID-19 tahap 2 adalah:

1) Petugas pelayanan publik yaitu Tentara Nasional

Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia, aparat hukum,

dan petugas pelayanan publik lainnya yang meliputi petugas di

bandara/pelabuhan/stasiun/terminal, perbankan, perusahaan listrik

negara, dan perusahaan daerah air minum, serta petugas lain yang

terlibat secara langsung memberikan pelayanan kepada

masyarakat.
17

2) Kelompok usia lanjut (≥ 60 tahun).

c) Tahap 3 dengan waktu pelaksanaan April 2021-Maret 2022

Penerima vaksinasi COVID-19 tahap 3 adalah masyarakat rentan

dari aspek geospasial, sosial dan ekonomi.

d) Tahap 4 dengan waktu pelaksanaan April 2021-Maret 2022

Penerima vaksinasi tahap 4 adalah masyarakat dan pelaku

perekonomian lainnya dengan pendekatan kluster sesuai dengan

ketersediaan vaksin.

6. Sasaran

Menurut Kemenkes RI Dirjen P2P (2020) pendataan sasaran penerima

vaksin dilakukan secara top-down melalui Sistem Informasi Satu Data

Vaksinasi COVID-19 yang bersumber dari Kementerian/Lembaga terkait

atau sumber lainnya meliputi nama, Nomor Induk Kependudukan dan

alamat tempat tinggal sasaran. Melalui Sistem Informasi Satu Data

Vaksinasi COVID-19 dilakukan penyaringan data (filtering) sehingga

diperoleh sasaran kelompok penerima vaksin Covid-19 sesuai kriteria

yang telah ditetapkan.

Penentuan jumlah sasaran per kelompok penerima vaksin dilakukan

melalui pertimbangan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan

Ekonomi Nasional (Kemenkes RI Dirjen P2P, 2020). Penetapan jumlah

sasaran per kelompok penerima vaksin untuk tingkat provinsi dan


18

kabupaten/kota akan menjadi dasar dalam penentuan alokasi serta

distribusi vaksin dan logistik vaksinasi dengan juga mempertimbangkan

cadangan sesuai kebutuhan.

7. Pendataan dan Penetapan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

PelaksanaPelayanan Vaksinasi COVID-19

Menurut Kemenkes RI Dirjen P2P (2020) fasilitas pelayanan kesehatan

yang melaksanakan vaksinasi COVID-19 adalah sebagai berikut:

a. Puskesmas, puskesmas pembantu;

b. Klinik;

c. Rumah sakit; dan/atau

d. Unit pelayanan kesehatan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).

Bila fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia tidak dapat memenuhi

kebutuhan dalam memberikan vaksinasi bagi seluruh sasaran dan/atau

fasilitas pelayanan kesehatan tidak memenuhi persyaratan maka Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dan puskesmas dapat membuka pos pelayanan

vaksinasi COVID-19 dengan mekanisme sebagai berikut:

a. Puskesmas mengusulkan pos pelayanan vaksinasi COVID-19 ke

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pos pelayanan vaksinasi

merupakan pos layanan luar gedung (area/tempat di luar fasilitas

pelayanan kesehatan).

b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menetapkan daftar pos pelayanan

vaksinasi melalui SK Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta

menginput data tersebut ke dalam aplikasi Pcare Vaksinasi.


19

c. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan puskesmas harus memastikan

ketersediaan tenaga pelaksana serta sarana rantai dingin yang

memadai untuk melaksanakan pelayanan vaksinasi COVID-19 yang

aman dan berkualitas.

d. Pelaksanaan pelayanan vaksinasi di pos pelayanan vaksinasi harus

memenuhi standar pelayanan vaksinasi COVID-19. Masing-masing

pos pelayanan vaksinasi juga melaksanakan pencatatan dan pelaporan

tersendiri, terpisah dari puskesmas yang menjadi koordinatornya.

8. Prinsip Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19

Menurut Kemenkes RI Dirjen P2P (2020) prinsip dalam pelaksanaan

vaksinasi COVID-19 yaitu:

a. Pemberian vaksinasi COVID-19 dilakukan oleh dokter, perawat

atau bidan yang memiliki kompetensi.

b. Pelaksanaan pelayanan vaksinasi COVID-19 tidak menganggu

pelayanan imunisasi rutin dan pelayanan kesehatan lainnya;

c. Melakukan skrining/penapisan terhadap status kesehatan sasaran

sebelum dilakukan pemberian vaksinasi;

d. Menerapkan protokol kesehatan; serta

e. Mengintegrasikan dengan kegiatan surveilans COVID-19

terutama dalam mendeteksi kasus dan analisa dampak.

9. Dosis dan Cara Pemberian Berbagai Jenis Vaksin COVID-19


20

Dosis dan cara pemberian berbagai jenis vaksin COVID-19 dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1

Dosis dan Cara Pemberian Berbagai Jenis Vaksin COVID-19

Jadwal
Pengembang Jumlah Cara
Platform Pemberian
Vaksin Dosis Pemberian
(Hari ke-)

Inactivated virus Sinovac Research 2 (0,5 ml 0,14 Intramuskular

and Development per dosis)

Co., Ltd

Inactivated virus Sinopharm + 2 (0,5 ml 0,21 Intramuskular

Beijing Institute of per dosis)

Biological Product

Viral vector (Non- Astrazeneca + 1-2 (0,5 Bila 2 Intramuskular

replicating) University of ml per dosis: 0,28

Oxford dosis)

Protein subunit Novavax 2 (0,5 ml 0,21 Intramuskular

per dosis)

RNA based Moderma + 2 (0,5 ml 0,28 Intramuskular

vaccine National Institute of per dosis)

Allergy and

Infectious Diseases

(NIAID)
21

RNA based Pfizer Inc. + 2 (0,3 ml 0,28 Intramuskular

vaccine BioNTech per dosis)

Sumber: Kemenkes RI Dirjen P2P (2020)

10. KIPI Vaksin COVID-19

Menurut Menurut Kemenkes RI Dirjen P2P (2020) secara umum, vaksin

tidak menimbulkan reaksi pada tubuh, atau apabila terjadi, hanya

menimbulkan reaksi ringan. Vaksinasi memicu kekebalan tubuh dengan

menyebabkan sistem kekebalan tubuh penerima bereaksi terhadap antigen

yang terkandung dalam vaksin. Reaksi lokal dan sistemik seperti nyeri

pada tempat suntikan atau demam dapat terjadi sebagai bagian dari respon

imun. Komponen vaksin lainnya (misalnya bahan pembantu, penstabil,

dan pengawet) juga dapat memicu reaksi. Vaksin yang berkualitas adalah

vaksin yang menimbulkan reaksi ringan seminimal mungkin namun tetap

memicu respon imun terbaik. Frekuensi terjadinya reaksi ringan vaksinasi

ditentukan oleh jenis vaksin.

Reaksi yang mungkin terjadi setelah vaksinasi COVID-19 hampir sama

dengan vaksin yang lain. Beberapa gejala tersebut antara lain:

a) Reaksi lokal, seperti nyeri, kemerahan, bengkak pada tempat suntikan,

reaksi lokal lain yang berat misalnya selulitis.

b) Reaksi sistemik seperti demam, nyeri otot seluruh tubuh (myalgia),

nyeri sendi (atralgia), badan lemah, sakit kepala.


22

c) Reaksi lain, seperti reaksi alergi misalnya urtikaria dan oedem, reaksi

anafilaksis dan syncope (pingsan).

B. Ansietas

1. Definisi

PPNI (2017) menyatakan ansietas merupkan kondisi emosi dan

pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan

spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu

melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman. Penyebabnya dapat

berupa krisis situasional, kebutuhan tidak terpenuhi, krisis maturasional,

ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap kematian, kekhawatiran

mengalami kegagalan, disfungsi system keluarga, hubungan orang tua

anak tidak memuaskan, faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi

sejak lahir), penyalahgunaan zat, terpapar bahaya lingkungan (misalnya

toksin, polutan dan lain-lain) dan kurang terpapar informasi.

Menurut Stuart dan Sundeen (2016) dalam Kusumawardhani

(2016) menyatakan kecemasan adalah keadaan emosi tanpa objek

tertentu. Kecemasan dipicu oleh hal yang tidak diketahui dan menyertai

semua pengalaman baru, seperti masuk sekolah, memulai pekerjaan baru

atau melahirkan anak. Karakteristik kecemasan ini yang membedakan

dari rasa takut.

2. Gejala dan Tanda Ansietas

PPNI (2017) menyatakan gejala dan tanda ansietas terdiri dari gejala dan

tanda mayor serta gejala dan tanda minor.

Gejala dan tanda mayor meliputi:


23

Subjektif:

a) Merasa bingung

b) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi

c) Sulit berkonsentrasi

Objektif:

a) Tampak gelisah

b) Tampak tegang

c) Sulit tidur

Gejala dan tanda minor meliputi:

Subjektif:

a) Mengeluh pusing

b) Anoreksia

c) Palpitasi

d) Merasa tidak berdaya

Objektif:

a) Frekuensi napas meningkat

b) Frekuensi nadi meningkat

c) Tekanan darah meningkat

d) Diaforesis

e) Tremor

f) Muka tampak pucat

g) Suara bergetar

h) Kontak mata buruk

i) Sering berkemih
24

j) Berorientasi pada masa lalu

3. Teori-Teori Kecemasan

Konsep kecemasan berkembang dari zaman dahulu sampai

sekarang. Masing-masing model mengembangkan beberapa teori tertentu

dari fenomena kecemasan. Teori-teori ini saling diperlukan untuk

memahami kecemasan secara komprehensif. Berikut beberapa teori

kecemasan menurut (Kaplan dan Sadock, 2010 dalam Kusumawardhani,

2016) yaitu:

a) Teori Genetik

Pada sebagian manusia yang menunjukkan kecemasan, riwayat hidup

dan riwayat keluarga merupakan predisposisi untuk berperilaku

cemas. Sejak kanak-kanak mereka merasa risau, takut dan merasa

tidak pasti tentang sesuatu yang bersifat sehari-hari. Penelitian riwayat

keluarga dan anak kembar menunjukkan faktor genetik ikut berperan

dalam gangguan kecemasan.

b) Teori Katekolamin

Situasi-situasi yang ditandai oleh sesuatu yang baru, ketidakpastian

perubahan lingkungan, biasanya menimbulkan peningkatan sekresi

adrenalin (epinefrin) yang berkaitan dengan intensitas reaksi-reaksi

yang subjektif, yang ditimbulkan oleh kondisi yang merangsangnya.

Teori ini menyatakan bahwa reaksi cemas berkaitan dengan

peningkatan kadar katekolamin yang beredar dalam badan.

c) Teori James-Lange
25

Kecemasan adalah jawaban terhadap rangsangan fisik perifer, seperti

peningkatan denyut jantung dan pernapasan.

d) Teori Psikoanalisa

Kecemasan berasal dari impulse anxiety, ketakutan berpisah

(separation anxiety), kecemasan kastrisi (castriation anxiety) dan

ketakutan terhadap perasaan berdosa yang menyiksa (superego

anxiety).

e) Teori Perilaku atau Teori Belajar

Teori ini menyatakan bahwa kecemasan dapat dipandang sebagai

sesuatu yang dikondisikan oleh ketakutan terhadap rangsangan

lingkungan yang spesifik. Jadi kecemasan disini dipandang sebagai

suatu respon yang terkondisi atau respon yang diperoleh melalui

proses belajar.

f) Teori Perilaku Kognitif

Kecemasan adalah bentuk penderitaan yang berasal dari pola pikir

maladaptif.

g) Teori Belajar Sosial

Kecemasan dapat dibentuk oleh pengaruh tokoh-tokoh penting masa

kanak-kanak.

h) Teori Sosial

Kecemasan sebagai suatu respon terhadap stessor lingkungan, seperti

pengalaman-pengalaman hidup yang penuh dengan ketegangan.

i) Teori Eksistensi
26

Kecemasan sebagai suatu ketakutan terhadap ketidakberdayaan

dirinya dan respon terhadap kehidupan yang hampa dan tidak berarti.

4. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart (2009) dalam Kusumawardhani, (2016) ada 4 tingkat

kecemasan yaitu:

a) Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada. Kecemasan

ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan

kreativitas.

b) Kecemasan sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada

masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga

seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan

sesuatu yang terarah.

c) Kecemasan berat

Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada

sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal

lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat

memusatkan pada suatu area yang lain.

d) Panik (kecemasan sangat berat)

Berhubungan dengan ketakutan karena mengalami kehilangan kendali.

Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun

dengan pengarahan. Kecemasan yang dialami akan memberikan


27

berbagai respon yang dapat dimanifestasikan pada respon fisiologis,

respon kognitif dan respon perilaku yang tergambar pada tabel di

bawah ini:

Tabel 2.2

Tingkat Respon Kecemasan

Tingkat

Kecemasan Ringan Sedang Berat Panik

Fisiologis

Tekanan Darah (TD) TD tidak TD TD TD

ada meningkat meningkat meningkat

perubahan kemudian

menurun

Nadi Nadi tidak Nadi cepat Nadi cepat Nadi cepat

ada kemudian

perubahan lambat

Pernafasan Pernafasan Pernafasan Pernafasan Pernafasan

tidak ada meningkat meningkat cepat dan

perubahan dangkal

Sumber: Stuart (2009) dalam Kusumawardhani (2016)


28

5. Faktor-Faktot Yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Stuart (2009) dalam Kusumawardhani (2016), faktor yang

mempengaruhi kecemasan dibedakan menjadi dua yaitu:

a) Faktor prediposisi yang menyangkut tentang teori kecemasan:

1) Teori Psikoanalitik

Teori Psikoanalitik menjelaskan tentang konflik emosional yang

terjadi antara dua elemen kepribadian diantaranya Id dan Ego. Id

mempunyai dorongan naluri dan impuls primitive seseorang,

sedangkan Ego mencerminkan hati nurani seseorang dan

dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Fungsi

kecemasan dalam ego adalah mengingatkan ego bahwa adanya

bahaya yang akan datang (Stuart, 2009 dalam Kusumawardhani

2016).

2) Teori Interpersonal

Stuart (2009) menyatakan, kecemasan merupakan perwujudan

penolakan dari individu yang menimbulkan perasaan takut.

Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma,

seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kecemasan.

Individu dengan harga diri yang rendah akan mudah mengalami

kecemasan.

3) Teori Perilaku

Pada teori ini, kecemasan timbul karena adanya stimulus

lingkungan spesifik, pola berpikir yang salah, atau tidak produktif

dapat menyebabkan perilaku maladaptif. Menurut Stuart (2009)


29

dalam Kusumawardhani (2016), penilaian yang berlebihan

terhadap adanya bahaya dalam situasi tertentu dan menilai rendah

kemampuan dirinya untuk mengatasi ancaman merupakan

penyebab kecemasan pada seseorang.

4) Teori biologis

Teori biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor

khusus yang dapat meningkatkan neuroregulatory inhibisi (GABA)

yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berkaitan

dengan kecemasan. Gangguan fisik dan penurunan kemampuan

individu untuk mengatasi stressor merupakan penyerta dari

kecemasan.

b) Faktor Presipitasi

a. Faktor Eksternal

1) Ancaman Integritas Fisik Meliputi ketidakmampuan fisiologis

terhadap kebutuhan dasar sehari-hari yang bisa disebabkan

karena sakit, trauma fisik, kecelakaan.

2) Ancaman Sistem Diri Diantaranya ancaman terhadap identitas

diri, harga diri, kehilangan, dan perubahan status dan peranan

kelompok, sosial budaya.

3) Faktor eksternal lain berupa (kondisi medis/diagnosis penyakit,

akses informasi, komunikasi terapeutik, lingkungan, fasilitas

kesehatan) (Kaplan & Sadock, 1997 dalam Kusumawardhani

(2016).

b. Faktor Internal
30

1) Usia

Gangguan kecemasan lebih mudah dialami oleh seseorang

yang mempunyai usia lebih muda dibandingkan individu

dengan usia yang lebih tua (Kaplan & Sadock, 2010 dalam

Kusumawardhani, 2016).

Menurut Haryanto, 2012 dalam Haniba, 2019 menyatakan

umur menunjukan ukuran waktu pertumbuhan dan

perkembangan seorang individu. Umur berkorelasi dengan

pengalaman, pengalaman berkorelasi dengan pengetahuan,

pemahaman dan pandangan terhadap suatu penyakit atau

kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap.

Kematangan dalam proses berpikir pada individu yang

berumur dewasa lebih memungkinkannya untuk menggunakan

mekanisme koping yang baik dibandingkan kelompok umur

anak-anak (Lukman, 2017 dalam Haniba, 2019).

2) Jenis Kelamin

Wanita lebih sering mengalami kecemasan daripada pria.

Wanita memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi

dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan bahwa wanita lebih

peka dengan emosinya dan cenderung menggunakan

pendekatan emosional untuk mengatasi masalahnya, yang pada

akhirnya mempengaruhi perasaan cemasnya (Kaplan dan

Sadock, 2010 dalam Laorensya, 2019).


31

3) Tingkat Pendidikan

Pendidikan pada umumnya berguna dalam merubah pola pikir,

pola bertingkah laku dan pola pengambilan keputusan. Tingkat

pendidikan seseorang dapat mempengaruhi banyaknya

pengetahuan yang dimiliki seseorang yang didapatkan melalui

proses pendidikan yang dijalani baik formal maupun noformal.

Tingkat pendidkan seseorang juga akan berpengaruh dalam

memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

yang lebih tinggi memainkan peran preventif melawan

kecemasan dan depresi dari masalah penyakit yang dialami

(Setiawan, 2015 dalam Laorensya, 2019).

4) Pengalaman

Robby, 2017 dalam Haniba, 2019 menyatakan pengalaman

masa lalu terhadap penyakit baik yang positif maupun negatif

dapat mempengaruhi perkembangan keterampilan

menggunakan koping. Kebehasilan seseorang dapat membantu

individu untuk mengembangkan kekuatan koping, sebaliknya

kegagalan atau reaksi emosional menyebabkan seseorang

menggunakan koping yang maladaptif terhadap stressor

tertentu.

5) Stressor

Kaplan dan Sadock (2010) dalam Kusumawardhani (2016)

mendefinikan stressor merupakan tuntutan adaptasi terhadap


32

individu yang disebabkan oleh perubahan keadaan dalam

kehidupan. Sifat stresor dapat berubah secara tiba-tiba dan

dapat mempengaruhi seseorang dalam menghadapi kecemasan,

tergantung mekanisme koping seseorang. Semakin banyak

stressor yang dialami, semakin besar dampaknya bagi fungsi

tubuh sehingga jika terjadi stressor yang kecil dapat

mengakibatkan reaksi berlebihan.

6) Lingkungan

Individu yang berada di lingkungan asing lebih mudah

mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan

yang biasa dia tempati (Stuart, 2009 dalam Kusumawardhani,

2016).

7) Pengetahuan

Setiawan (2018) menyatakan terdapat hubungan yang sangat

signifikan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat

kecemasan. Penelitian Wahyuningtyas dan Sudaryanto (2016)

dalam Prasetyo (2019) menunjukkan bahwa semakin tinggi

pengetahuan seseorang maka semakin baik tingkat

kecemasannya.

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil

dari tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang

dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan

sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan


33

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar

pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran

(telinga), dan indra penglihatan (mata).

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas

atau tingkat yang berbeda-beda. Menurut Notoatmodjo (2014)

secara garis besarnya dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan

yakni:

a) Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori

yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b) Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek

tersebut, tidak dapat sekadar dapat menyebutkan, tetapi

orang tersebut harus dapat mengintrepretasikan secara benar

tentang objek yang diketahui tersebut.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami

objek yang dimaksud dapat mengunakan atau

mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada

situasi yang lain.

d) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan

dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara


34

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah

atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan

seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah

apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau

memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan)

terhadap pengetahuan atau objek tersebut.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang

logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang

telah ada.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek

tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma

yang berlaku di masyarakat.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket berisi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau

responden (Notoatmodjo, 2014). Wawan & Dewi (2010), menyatakan


35

pengukuran pengetahuan dapat dilaksanakan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat pengetahuan. Menurut

Budiman dan Agus Riynto, 2014 dalam membuat kategori tingkat

pengetahuan juga bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok jika yang

diteliti masyarakat umum yaitu tingkat pengetahuan kategori baik jika

nilai > 50% dan tingkat pengetahuan kategori kurang baik jika nilainya ≤

50%.

6. Rentang Respon Kecemasan

Rentang respon kecemasan dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:

Gambar 2.1

Rentang Respon Kecemasan

ADAPTIF MALADAPTIF

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Sumber: Stuart & Sundeen (2016) dalam Kusumawardhani (2016)

a) Respon adaptif
36

Hasil yang positif akan didapatkan jika individu dapat menerima dan

mengatur kecemasan. Kecemasan dapat menjadi suatu tantangan,

motivasi yang kuat untuk menyelesaikan masalah dan merupakan

sarana untuk mendapatkan penghargaan yang tinggi. Strategi adaptif

biasanya digunakan seseorang untuk mengatur kecemasan antara lain

dengan bekerja kepada orang lain, menangis, tidur, latihan, dan

menggunakan teknik relaksasi.

b) Respon maladaptif

Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu menggunakan

mekanisme koping ulang disfungsi dan tidak berkesinambungan

dengan yang lainnya. Koping maladaptif mempunyai banyak jenis

termasuk perilaku agresif, bicara tidak jelas, isolasi diri, banyak

makan, konsumsi alkohol, berjudi dan penyalahgunaan obat terlarang.

7. Instrumen Pengukuran Kecemasan

Kecemasan dapat diukur dengan kuesioner State-Trait Anxiety

Inventory (STAI) yang dibuat oleh Spielberger, Gorsuch dan Luschene

pada tahun 1968. STAI dirancang untuk mengukur A-State (keadaan

cemas) dan A-Trait (ciri cemas). Instrumen ini pada awalnya

dikembangkan sebagai instrument penelitian untuk mempelajari

kecemasan pada sampel orang dewasa dan dapat digunakan dengan sampel

pasien (Mcdowell, 2006 dalam Laorensya, 2019). Skala untuk state terdiri

dari 20 item yang mencerminkan reaksi transie psikologis dan fisiologis

yang secara langsung terkait dengan situasi buruk pada saat tertentu yang

dicirikan oleh timbulnya rasa ketakutan, tegang, gelisah, dan khawatir,


37

sedangkan skala trait terdiri dari 20 item untuk mengukur kecemasan

sebagai karakteristik dari personal atau ciri menetap yang stabil.

Ada empat aspek utama dari skala trait yang terkait dengan situai tertentu

yaitu ancaman evaluasi sosial, ancaman bahaya fisik, ancaman ambigu,

dan ancaman dalam situasi yang tidak berbahaya atau rutinitas sehari-hari.

Rentang skor untuk kecemasan STAI adalah 20-39 kecemasan ringan, 40-

59 kecemasan sedang, 60-80 kecemasan berat (Leal dkk, 2017 dalam

Laorensya, 2019). Tingkat kecemasan pada instrumen ini berupa

kecemasan ringan, kecemasan sedang, dan kecemasan berat. Pada

kuesioner STAI terdapat 4 pilihan jawaban pada setiap bagiannya dan

setiap item pertanyaan mempunyai rentang angka pilihan 1 sampai 4

dengan nilai setiap bagian sebagai berikut: pernyataan positif dinyatakan

dengan skor 1 = tidak merasakan, 2 = sedikit merasakan, 3 = cukup

merasakan, 4 = sangat merasakan.

Sedangkan pada pertanyaan negatif dinyatakan dengan skor 1 = sangat

merasakan, 2 = cukup merasakan, 3 = sedikit merasakan, 4 = tidak

merasakan. Penjumlahan skor hasil pengisian kuesioner untuk skala

kecemasan, dimasukkan ke dalam pembagian kategori yaitu: kecemasan

ringan jika skor 20-39, kecemasan sedang jika 40-59, kecemasan berat jika

skor 60-80 (Spielberger, 2010 dalam Laorensya, 2019).

Faktor-Faktor
8. Kerangka TeoriInternal
- Usia
- Jenis
Kerangka Kelamin
teori penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini:
- Pendidikan
- Pengetahuan Gambar 2.2
- Pengalaman
- Stressor Kerangka Teori
- Lingkungan

Faktor-Faktor Eksternal
- Ancaman Integritas
Fisik
- Ancaman Sistem Diri
38

Ansietas Pada
Penerima Vaksin
COVID-19

Penerimaan

Sumber : Stuart (2013) dalam Kusumawardhani (2016); Hanggoro

(2020); Kemenkes RI, ITAGI, UNICEF, WHO et al (2020)

9. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep

yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan

(Nursalam, 2015). Kerangka konsep akan membantu peneliti dalam

menghubungkan hasil penemuan dengan teori.

Kerangka konsep pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.3

Kerangka Konsep

Faktor-Faktor Internal
- Usia
- Jenis Kelamin
- Pendidikan Ansietas
- Pengetahuan
39

Berdasarkan kerangka kerja di atas penulis mengadakan penelitian untuk

mencari faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan ansietas pada

penerima vaksin Covid-19 di Kampung Rama utama Kecamatan Seputih

Raman Kabupaten Lampung Tengah. Faktor ansietas yang akan diteliti

meliputi faktor-faktor internal yang meliputi usia, jenis kelamin,

pendidikan dan pengetahuan.

10. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Hipotesis I

Ha : ada hubungan usia dengan tingkat ansietas penerima vaksin

Covid-19 di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih

Raman Kabupaten Lampung Tengah.

Ho : Tidak ada hubungan usia dengan tingkat ansietas penerima

vaksin Covid-19 di Kampung Rama Utama Kecamatan

Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

2. Hipotesis II

Ha : ada hubungan jenis kelamin dengan tingkat ansietas

penerima vaksin Covid-19 Kampung Rama Utama

Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.


40

Ho : Tidak ada hubungan jenis kelamin dengan tingkat ansietas

penerima vaksin Covid-19 Kampung Rama Utama

Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

3. Hipotesis III

Ha : ada hubungan Pendidikan dengan tingkat ansietas penerima

vaksin Covid-19 di Kampung Rama Utama Kecamatan

Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

Ho : Tidak ada hubungan Pendidikan dengan tingkat ansietas

penerima vaksin Covid-19 di Kampung Rama Utama

Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

4. Hipotesis IV

Ha : ada hubungan pengetahuan dengan tingkat ansietas

penerima vaksin Covid-19 di Kampung Rama Utama

Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan dengan tingkat ansietas

penerima vaksin Covid-19 di Kampung Rama Utama

Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.


41
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif dengan

desain korelasi dan pendekatan cross sectional, dimana variabel bebas

dan terikat diobservasi sekaligus pada saat yang sama yakni diketahui

faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat ansietas pada

penerima vaksin Covid-19 di Kampung Rama Utama Kecamatan

Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. (Notoatmojo, 2010).

B. Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah

warga Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten

Lampung Tengah yang telah terdata sebagai penerima vaksinasi

COVID-19. Berdasarkan prasurvei penelitian jumlah warga yang telah

terdata sebagai penerima vaksin adalah 110 orang.

Sampel

Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik Simple

Random Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan

secara acak dan digunakan apabila setiap anggota populasi bersifat

43
44

homogen, sehingga anggota populasi itu mempunyai kesempatan yang

sama untuk diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012).

Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Warga tinggal di Kampung Rama utama Kecamatan Seputih

Raman Kabupaten Lampung Tengah dan sudah terdaftar sebagai

sasaran penerima vaksin Covid-19.

2. Berumur minimal 18 tahun – 59 tahun

3. Bersedia mengikuti prosedur penelitian.

Kriteria eklusi dalam penelitian ini antara lain:

A. Warga Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman

Kabupaten Lampung Tengah dan tidak terdata sebagai sasaran

penerima vaksin Covid-19.

B. Berusia diatas 60 tahun dan memiliki penyakit komorbid seperti

penyakit jantung, penyakit hipertensi, asma dan penyakit lainnya

yang menjadi kontra indikasi vaksinasi COVID-19.

Berdasarkan jumlah populasi maka dapat ditentukan jumlah sampel

yang diperlukan dalam penelitian ini. Jumlah sampel dapat dihitung

berdasarkan rumus besar sampel untuk survei menurut Slovin, 1960

dengan menggunakan rumus:

n = N (1 + N e2)

Keterangan:

n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Seluruh Populasi
e = Toleransi Error(0,05)
45

Jadi perhitungan jumlah sampelnya adalah sebagai berikut:

n = N (1 + N e2)

n= 110 (1+110X 0,05 X 0,05)

n = 86

Berdasarkan perhitungan jumlah sampel di atas maka sampel dalam

penelitian ini adalah 86 orang.

C. Definisi Operasional

Defnisi operasional variabe digunakan untuk membatasi ruang lingkup

penelitian. Definisi operasional dalam penelitian ini yaitu:

Tabel 3.1

Definisi Operasional

Alat Cara
No. Variabel Definisi Hasil Skala
Ukur Ukur

1. Variabel Tingkat penilaian Kuesioner Mengi 0. Ansietas Ordinal

Dependen: terhadap suatu STAI si ringan

Tingkat ansietas respon emosional (State- Lemba (total skor

seseorang Trait r STAI 20-

meliputi Anxiety Kuisio 39)

gambaran Inventory) ner 1. Ansietas

ketidaknyamanan sedang

atau kekhawatiran (total skor

dan ketidak STAI 40-

pastian sebelum 59)

diberikaan vaksin 2. Ansietas


46

COVID-19. berat (total

(Stuart 2009) skor STAI

60-80)

2. Variabel Menunjukkan Mengisi Angke 0. Remaja Ordinal

Independen: ukuran waktu Lembar t akhir = 18-

Usia pertumbuhan dan Kuisioner 25 tahun

perkembangan 1. Dewasa

individu awal =26-

(haryanto 2012 35 tahun

dalam haniba 2. Dewasa

2019) akhir = 36-

45 tahun

3. Lansia

awal = 46-

55 tahun

4. Lansia

akhir = 56-

65 tahun

3 Jenis Kelamin Karakteristik Mengisi Angke 0. Laki-laki Nomin

perbedaan Lembar t 1. Perempuan al

biologis sejak Kuisioner

seseorang

dilahirkan (hungu

2016;43)

4 Pendidikan Suatu sarana Mengisi 0. SD Ordinal

untuk mencari Lembar Angke 1. SMP

kebenaran Kuisioner t 2. SMA


47

( Socrates) 3. Perguruan

Tinggi

5 Pengetahuan Hasil pengindraan Mengisi Angke 0. Baik: Ordinal

manusia / hasil Lembar t >50%

tahu Kuisioner 1. Kurang

seseorang( notoat Baik:

mojo dalam ≤50%.

yuliana 2017) (Budiman &

dalam hal ini Riyanto,

pengetahuan 2014)

tentang vaksinasi

COVID-19

D. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Dalam Penelitian di lakukan di Kampung Rama Utama Kecamatan

Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

2. Waktu

Waktu penelitian di lakukan pada bulan Mei 2022

E. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti harus memperhatikan masalah

etika penelitian yang meliputi: (Sugiyono, 2016).

1. Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti.Peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan serta


48

dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data,

bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap

menghormati hak-hak responden.

2. Tanpa Nama(Anonymity)

Dalam menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan

nama responden pada lembar pengumpulan data, cukup dengan

memberi kode pada masing-masing lembar tersebut.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang telah

dikumpulkan.Hanya data tertentu saja yang disajikan pada peneliti dan

peneliti menjamin privasi (kerahasiaan) responden dengan tidak

menanyakan hal-hal lain selain yang berkaitan dengan lingkup

penelitian.

F. Instrumen Dan Teknik Pengumpulan Data

1. Uji Instrumen

Menurut Wiranata (2014), validitas dan reliabilitas dilakukan sebelum

penelitian. Dalam validitas dan reliabilitas instrument ini digunakan

sebagai panduan dalam membuat kuesioner.

a) Uji Validitas

.Pada penelitan ini tidak dilakukan uji validitas dikarenakan telah

menggunakan instrumen telah terstandarisasi yaitu State Trait Anxiety

Inventory (STAI). Instrumen STAI ini juga telah diadaptasi ke dalam

48 bahasa dalam berbagai bentuk studi dibidang penelitian Kesehatan

dan sudah digunakan pada berbagai pasien medis dan bedah.


49

Instrumen ini telah teruji validitas dengan nilai interval 0,88 dan uji

realibilitas dari kuesioner STAI menunjukan nilai Alpha Cronbach

0,960 (r hitung > r tabel) yang artinya dapat diterima dan dapat

digunakan sebagai alat ukur penelitian. (Mc Dowell, 2006 dalam

Laorensya, 2019).

b) Uji Reliabilitas

Reabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsiten atau

tetap (asas ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih

terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama

(Notoatmodjo, 2012). Pada penelitan ini tidak dilakukan uji reliabilitas

dikarenakan telah menggunakan instrumen telah terstandarisasi yaitu

State Trait Anxiety Inventory (STAI).

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer. Data primer adalah data yang diambil langsung dari responden

dengan menggunakan kuesioner yang telah dirancang oleh peneliti

sesuai dengan keperluan penelitian. Teknik pengumpulan data dengan

menggunakan angket, yaitu dengan membagikan kuesioner pada

warga yang telah terdata sebagai penerima vaksin Covid-19.

Kuesioner berisi pertanyaan yang berkaitan dengan identitas

responden, tentang vaksin COVID-19 dan tentang ansietas. Pengukuran

tingkat ansietas dengan menggunakan State Trait Anxiety Inventory


50

(STAI) yang sudah terstandar dan sering digunakan untuk mengukur

ansietas individu dalam suatu wilayah. Responden diminta memberikan

jawaban pada salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan responden.

Langkah-langkah dalam pengumpulan data yaitu:

a. Menentukan subyek penelitian yaitu warga Kampung Rama Utama

Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah yang sesuai

dengan kriteria inklusi.

b. Menghubungi warga yang identitasnya sudah diketahui peneliti pada

saat prasurvei dan mendatangi rumah warga untuk menjadi responden

penelitian, karena perbedaan pekerjaan dan kegiatan maka

pengambilan data menyesuaikan waktu dan tempat responden. Selain

dirumah, pengambilan data dilakukan juga saat pelaksanaan vaksinasi

di kampung / puskesmas.

c. Memberikan penjelasan tentang penelitian dan persetujuan dengan

memberikan inform consent yaitu surat pernyataan bersedia menjadi

responden.

d. Pembagian angket dilakukan sendiri oleh peneliti sehingga tidak ada

asisten peneliti. Angket diberikan kepada responden dan meminta

mereka mengisi kuisioner.

e. Memberikan bimbingan dan memberikan penjelasan bila ada kalimat

pertanyaan yang dianggap tidak jelas oleh responden.

f. Waktu yang diberikan sekitar 10-15 menit per responden.

G. Pengolahan Data
51

Setelah data terkumpul dari hasil pengisian kuesioner, data tersebut diolah

dengan cara:

1. Editing

Hasil angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu

disunting (edit) terlebih dahulu. Jikalau ternyata masih ada data atau

informasi yang tidak lengkap dan tidak mungkin dilakukan pengumpulan

data ulang, maka kuesioner tersebut (drop out) atau dikeluarkan

(Notoatmodjo, 2012). Pada kegiatan ini, peneliti sudah melakukan edit dan

tidak ada data yang tidak lengkap sehingga tidak perlu dilakukan

pengumpulan data ulang ataupun drop out.

2. Membuat Lembar Kode (Coding Sheet)

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

pengkodean atau “coding”, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2012). Peneliti

memberikan kode pada setiap variabel. Kode A untuk identitas responden

meliputi usia, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan terakhir dan

pekerjaan. Usia responden ditulis sesuai usia saat ini. Usia remaja (18-25)

kode 0, dewasa awal (26-35) kode 1, dewasa akhir (36-45) kode 2, lansia

awal (46-55) kode 3, lansia akhir (55-65) kode 4.

Jenis kelamin diberi kode 0 untuk laki-laki dan kode 1 untuk perempuan.

Pendidikan terakhir diberi kode 0 untuk SD, kode 1 untuk SMP, kode 2

untuk SMA, kode 3 untuk perguruan tinggi. Status perkawinan diberi kode

0 untuk menikah dan kode 1 untuk belum menikah. Pekerjaan diberi kode
52

0 untuk bekerja dan kode 1 untuk tidak bekerja. Kode B untuk kuesioner

pengetahuan responden, kode 0 untuk baik dank ode 1 untuk kurang baik.

Kode C untuk kuesioner tingkat ansietas, kode 0 untuk ansietas ringan,

kode 1 untuk ansietas sedang, kode 2 untuk ansietas berat.

3. Memasukkan Data (Data Entry) atau Procecing

Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, maka langkah selanjutnya

adalah memproses data agar data yang sudah dientri dapat dianalisis. Data,

yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk

“kode” dimasukkan kedalam tabel tabulasi data dan diproses dengan

“softwere” komputer (Notoatmodjo, 2012).

4. Pembersihan Data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi (Notoatmodjo,

2012).

I. Analisis Data

Setelah data terkumpul dan diolah, selanjutnya dilakukan analisa data.

Analisa data dilakukan dengan teknik analisis univariat dan bivariat.

Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian, diantaranya menggunakan

distribusi frekuensi. Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012)


53

1. Analisa Univarit

Analisa univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi

responden berdasarkan usia, jenis kelamin, status perkawinan,

pendidikan terakhir dan pekerjaan.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

dari kedua variabel independen dan variabel dependen dengan

menggunakan uji statistik. Dalam penelitian ini, analisa bivariat

digunakan untuk menguji faktor-faktor yang berhubungan dengan

ansietas pada penerima vaksin Covid-19. Uji statistik yang

digunakan adalah Chi Squere dengan tingkat kepercayaan 95%,

dengan menghubungkan antara dua variabel yang diperoleh pada

analisis Chi Squere kemudian dibandingkan dengan α = 0,05.

Apabila p value ≥ 0,05 maka tidak ada hubungan antra variabel

independent dengan variabel dependen dan apabila p value < 0,05

maka terdapat hubungan antara variabel independent dan variabel

dependen.
DAFTAR PUSTAKA

Ainunnisa. 2020. Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan tingkat Kecemasan


Pada Pasien Gagal Jantung. Skripsi Thesis, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Basofi. 2015. Hubungan Jenis Kelamin, Pekerjaan dan Status Pernikanhan


Dengan Tingkat Kecemasan pada pasien Pre Operasi Katarak di
Rumah Sakit YARSI Pontianak. Jurnal Mahasiswa PSPD FK
Universitas Tanjungpura.

Bendau,et.al. 2021. COVID-19 vaccine hesitancy and related fears and anxiety.
International immunopharmacology, 97, 107724. Advance online
publication. https://doi.org/10.1016/j.intimp.2021.107724

Budiman & Agus Riyanto. 2014. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Haniba SW. 2019. Analisis Faktor-Faktor Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien


Yang Akan Menjalani Operasi. Authors Tecnológico, Técnico Y.
Jurnal Program Studi S-1 Keperawatan STIKES Insan Cendikia
Media.

Hanggoro AY, L. Suwarni. 2020. Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap


Kecemasan Masyarakat: Literature Review. Jurnal Bina Generasi:
Jurnal Kesehatan tahun 2020 volume 12. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Indonesia tahun 2020 volume 15.

Hardiyati. 2020. Kecemasan Saat pandemic Covid-19. Jurnal Kesehatan


Menarang tahun 2020 volume 6.

Kemenkes RI Dirjen P2P. 2020. Keputusan Direktur Jenderal Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit Nomor Hk 02.02/4/1/2021 tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Jurnal
Kementerian Kesehatan RI tahun 2020 volume 4247608.

Kemenkes RI, ITAGI, WHO, UNICEF et al. 2020. Survei Penerimaan Vaksin
COVID-19 di Indonesia. Jurnal Satuan Gugus Tugas Penanganan
COVID-19 tahun 2020.

Komite Etik Penelitian dan Pengembangan Nasional (KEPPKN) Kemenkes RI.


2017. Pedoman dan Standar Etik Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Nasional. KEPPKN Kemenkes RI.
Kusumawardhani I. 2016. Telaah Pustaka Kecemasan Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta. Jurnal Info Kesehatan tahun 2016 volume 4.

Laorensya H. 2019. Tingkat Kecemasan Pasien Praoperasi Ortopedi Di Rumah


Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Sripsi tahun 2019
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.

Makmun A & Siti FH. 2020. Tinjauan Terkait Pengembangan Vaksin Covid 19.
Jurnal Molucca Medica tahun 2020 volume 13.

Malik M. 2019. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Ibu Terhadap


Pemberian Imunisasi MR (Measles Rubella) Di Kelurahan Tompo
Balang Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa Tahun 2019.

National Institute of Health. 2020. Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)


Treatment Guidelines, in Covid-19 Treatment Guidelines.

Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. (edisi revisi). Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Notoatmodjo S. 2014. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Nursalam. 2015. Metodologi Ilmu Keperawatan, Edisi 4, Jakarta: Salemba


Medika

Pennington T. 2020. Panduan Kesiapsiagaan Hadapi Virus Corona_Cara


Melindungi Rumah, Sekolah, Tempat Kerja, dan Komunitas Anda
Dari Pandemi Mematikan. Jakarta: PT Gramedia

PPNI T.P. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

PPNI T.P. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan cetakan II ed 1. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.

Prasetyo. 2019. Hubungan Pengetahuan dengan Kecemasan Pada Pasien Pra-


Operasi Katarak di Rumah Sakit Mitra Husada Kabupaten Pringsewu
Provinsi Lampung. Jurnal Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Bagian
Oftalmologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Putri. 2021. Kecemasan masyarakat akan vaksinasi Covid-19. Jurnal tahun 2021.
Vol 9. Pages 539-548.
Rahman. 2018. Analisis Usia Menikah dan Status Pekerjaan yang Berhubungan
dengan Tingkat Kecemasan Ibu Tentang Efek Samping DPT. MPPKI
(Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia): The Indonesian
Journal of Health Promotion. Vol 1. Pages 99-103.

Sari I. 2020. Analisis Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Kecemasan


Masyarakat: Literature Review. Jurnal Bina Generasi: Jurnal
Kesehatan tahun 2020 volume 12

Setiawan dkk. 2018. Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Mellitus


2. Urecol STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta tahun 2018.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta

Suyanto. 2009. Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi. Yogyakarta: Mitra


Cendikia Press

Wawan & Dewi. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wiranata. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Zhang. 2020. Panduan Pencegahan dan Pengawasan Covid-19. Depok: Papas


Sinar Sinanti.
Kuesioner Penelitian

KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANSIETAS
PADA PENERIMA VAKSIN COVID-19 DI KAMPUNG
RAMA UTAMA KECAMATAN SEPUTIH RAMAN
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2022

Petunjuk Pengisian:
Isilah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda silang (X)
pada pilihan jawaban yang paling benar atau paling sesuai.
Pada pertanyaan terbuka, jawaban diisikan pada titik-titik yang tersedia.
Jika terdapat keterangan (*Diisi oleh Peneliti) maka Responden tidak perlu
memberikan isian apa pun.

Tanggal : ……/ ……/ 2022


Nomor Responden : ……........ (*Diisi oleh Peneliti)

A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Usia : .......................tahun

2. Jenis Kelamin
0. Laki-Laki
1. Perempuan

3. Pendidikan terakhir
0. SD
1. SMP
2. SMA
3. Perguruan Tinggi

4. Status perkawinan
0. Menikah
1. Belum menikah

5. Pekerjaan
0. Bekerja
1. Tidak bekerja

B. PENGETAHUAN
1. Tujuan pemberian vaksin COVID-19 adalah untuk meningkatkan
imunitas/meningkatkan kekebalan tubuh?
0. Salah
1. Benar
2. Pemberian vaksin COVID-19 di Indonesia dibagi menjadi 5 tahapan?
0. Salah
1. Benar

3. Persyaratan penerima vaksin COVID-19 adalah penduduk yang


berdomisili di Indonesia yang berusia ≥ 6 tahun?
0. Salah
1. Benar

4. Vaksin COVID-19 yang diberikan terjamin keamanannya dan bebas dari


bahaya?
0. Salah
1. Benar

5. Vaksin COVID-19 yang diberikan ada efeknya, ada pengaruhnya, manjur


atau mujarab?
0. Salah
1. Benar

6. Vaksin COVID-19 belum teruji keefektifannya?


0. Salah
1. Benar

7. Vaksin COVID-19 memberikan efek samping yang berbahaya?


0. Salah
1. Benar

8. Vaksin COVID-19 telah mendapatkan izin resmi dari BPPOM?


0. Salah
1. Benar

9. Vaksin COVID-19 telah mendapatkan sertifikat halal dari MUI?


0. Salah
1. Benar

10. Vaksin COVID-19 yang diprogramkan oleh pemerintah pada tahap


pertama adalah Sinovac?
0. Salah
1. Benar

11. Platform vaksin COVID-19 dapat berasal dari vaksin inaktivasi, vaksin
virus yang dilemahkan, vaksin vektor virus, vaksin asam nukleat, vaksin
seperti virus dan vaksin subunit protein.
0. Salah
1. Benar
12. Vaksin Sinovac adalah vaksin COVID-19 yang platformnya berasal dari
vaksin vector virus?
0. Salah
1. Benar

13. Vaksin Sinovac diberikan dengan cara diinjeksikan pada lengan sebanyak
2 kali dengan jarak pemberian 0 dan 14 hari?
0. Salah
1. Benar

14. Reaksi lokal pemberian vaksin COVID-19 dapat berupa nyeri pada area
yang disuntik, kemerahan dan bengkak?
0. Salah
1. Benar

15. Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang melaksanakan Vaksinasi COVID-19


antara lain adalah puskesmas, klinik, rumah sakit dan kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP)?
0. Salah
1. Benar

C. ANSIETAS

KUESIONER SKALA PENGUKURAN KECEMASAN


DENGAN STATE-TRAIT ANXIETY SCALE (STAI)

Petunjuk pengisian:
Bacalah masing-masing kalimat di bawah ini dan berikan tanda cek list (√)
pada respons yang tepat yang menunjukkan apa yang anda rasakan sekarang,
pada saai ini. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, berikan jawaban yang
paling menggambarkan perasaan Anda saat ini.
Tidak
No Pernyataan Sama Agak Cukup Sangat
Sekali
1. Saya merasa tenang
2. Saya merasa aman
3. Saya tegang
4. Saya merasa tertekan
5. Saya merasa tentram
6. Saya merasa kesal/marah
7. Saya sekarang khawatir dengan
kemungkinan ketidakberuntungan
8. Saya merasa puas
9. Saya merasa takut
10. Saya merasa nyaman
11. Saya merasakan kepercayaan diri
12. Saya merasa gugup
13. Saya merasa gelisah
14. Saya merasa bimbang
15. Saya merasa santai
16. Saya merasakan kepuasan
17. Saya khawatir
18. Saya merasa bingung
19. Saya merasa mantap/yakin
20. Saya merasa senang

Total Skor : (*Diisi oleh Peneliti)

Anda mungkin juga menyukai