Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA

BRONKIAL DI RUANGAN SEKATUNG RUMAH SAKIT

ANGKATAN LAUT Dr. MIDIYATO SURATANI

TANJUNGPINANG

Proposal KaryaTulis Ilmiah

ANGGIT WIGATI

NIM.PO7220119 1632

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGPINANG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA

BRONKIAL DI RUANGAN SEKATUNG RUMAH SAKIT

ANGKATAN LAUT Dr. MIDIYATO SURATANI

TANJUNGPINANG

Proposal KaryaTulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan

Guna memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

ANGGIT WIGATI

NIM.PO7220119 1632

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGPINANG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma Bronkial dengan masalah keperawatan

ketidakefektifan Pola Nafas di Ruangan Sekatung Rumkital Dr. Midiyato Suratani

Tanjungpinang Tahun 2020” sebagai salah satu persyaratan ujian untuk

memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan.

Dalam penulisan Proposal Tugas Akhir ini penulis banyak menemui

hambatan dan kesulitan. Namun berkat bimbingan, bantuan, serta saran dari

berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini tepat

pada waktunya. Maka pada kesemptan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Novian Aldo, SST., MM selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Tanjungpinang.

2. Romalina, S.Kep., Ners, M.Kep selaku Ketua Program Studi D-III dan selaku

Pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan serta motivasi hingga

terselesainya proposal ini

3. Asmarita Jasda, S.Kep, M.Si,Med selaku pembimbing I yang telah banyak

memberikan arahan serta motivasi hingga terselesainya proposal ini

4. Kolonel (K) dr. Tanto Budiharto, Sp.JP selaku Kepala Rumah Sakit Rsal dr.

Midiyato Suratani dan staff.


5. Dosen-dosen pengajar serta staf pendidikan di Prodi Keperawatan Politeknik

Kesehatan Tanjungpinang

6. Orangtua dan keluarga yang terus memberikan dukungan kepada penulis,

baik moril maupun materil selama penulis menjalani masa pendidikan.

7. Seluruh rekan mahasiswa jurusan keperawatan yang telah banyak

memberikan saran serta dukungan dalam menyelesaikan laporan tugas akhir

ini.

Penulis menyadari didalam proposal karya tulis ilmiah ini masih

banyak terdapat kekurangan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran

guna menyempurnakan proposal karya tulis ilmiah ini kedepannya. Penulis

berharap proposal ini dapat dilanjutkan dan menjadi lebih baik.

Tanjungpinang, Mei 2020


Penulis

ANGGIT WIGATI

NIM : P07220119 1632


DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................. i

Halaman Pernyataan Keaslian Tulisan ......................................................... ii

Halaman Lembar Persetujuan ....................................................................... iii

Halaman Lembar Pengesahan ....................................................................... iv

Kata pengantar .............................................................................................. v

Daftar isi ........................................................................................................ vii

Daftar gambar ............................................................................................... x

Daftar singkatan ............................................................................................ xi

Daftar lampiran ............................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah ................................................................................... 3

1.3 Tujuan Studi Kasus ................................................................................. 3

1.3.1 Tujuan umum .............................................................................. 3

1.3.2 Tujuan khusus ............................................................................. 3

1.4 Manfaat Studi Kasus ............................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Asma Bronkial ......................................................................... 5

2.1.1 Definisi ........................................................................................ 5

2.1.2 Etiologi ........................................................................................ 6

2.1.3 Patofisiologi................................................................................. 7

2.1.4 WOC ........................................................................................... 8

2.1.5 Manifestasi Klinis ....................................................................... 9

1
2.1.6 Komplikasi .................................................................................. 10

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik .............................................................. 11

2.1.8 Penatalaksanaan Medis ............................................................... 13

2.2 Konsep Dasar Keperawatan ................................................................ 14

2.2.1 Pengkajian ................................................................................... 14

2.2.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................... 18

2.2.3 Intervensi Keperawatan .............................................................. 19

2.2.4 Implementasi Keperawatan ......................................................... 22

2.2.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................. 21

2.3 Konsep Ketidakefektifan Pola Nafas

2.3.1 Defenisi ....................................................................................... 21

2.3.2 Batasan Karakteristik .................................................................. 21

2.3.3 Faktor Yang Berhubungan .......................................................... 22

BAB III METODOLOGI PENULISAN

3.1 Rancangan Studi Kasus ........................................................................... 23

3.2 Subjek Studi Kasus ................................................................................. 23

3.3 Fokus Studi ............................................................................................. 23

3.4 Definisi Operasional ............................................................................... 23

3.5 Lokasi dan Waktu ................................................................................... 24

3.6 Instrumen dan Metode Pengumpulan Data ............................................. 24

3.7 Penyajian data ......................................................................................... 24

3.8 Etika Penelitian ....................................................................................... 25

Daftar pustaka

Lampiran

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 WOC ......................................................................................... 20

3
DAFTAR SINGKATAN

AGD : Analisa gas darah

Dr/ dr : Dokter

FEV : Forced expiratory value

FVC : Forced vital capacity

IgE : Imunoglobulin E

LTA : Laporan Tugas Akhir

NANDA : North American Nursing Diagnosis Association

NIC : Nursing Intervention Classification

NOC : Nursing Outcome Classification

PEFR : Peak expiratory flow rate

RR : Respiratory rate

RSAL : Rumah Sakit Angkatan Laut

SAK : Standar Asuhan Keperawatan

SGOT : Serum glutamic oxaloacetic transaminase

SGPT : Serum glutamic pyruvate transaminase

TTV : Tanda tanda vital

WHO : World Health Organization

WOC : Web Of Cautions

4
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar konsultasi

Lampiran II : Surat izin pengambilan data di RSAL Tanjungpinang

Lampiran III : Surat balasan izin pengambilan data di RSAL Tanjungpinang

Lampiran IV : Lembar Informed Consent

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asma bronkial merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan yang

banyak dijumpai di masyarakat. Penyakit pernafasan ini merupakan penyebab

tingginya angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) terbanyak di

Indonesia. Saluran pernafasan tersebut bereaksi dengan cara menyempit dan

menghalangi udara yang masuk sampai menimbulkan manifestasi klinis

sehingga muncul masalah (Muttaqin, 2008).

Asma bronkial disebabkan oleh beberapa faktor penyebab diantaranya

allergen, polusi, infeksi napas, perubahan cuaca, aktivitas berlebihan dan

sebagainya. Salah satu gejala dari reaksi tersebut adalah dengan adanya sesak

napas. Sesak nafas ini disebabkan oleh adanya penyempitan saluran napas.

Penyempitan saluran napas terjadi karena adanya hyperreaktifitas dari saluran

napas sehingga proses pertukaran gas terganggu. Gangguan pertukaran gas

menjadi masalah utama yang sering muncul pada pasien asma bronkial.

Apabila masalah pertukaran gas ini tidak segera ditangani akan dapat

menimbulkan masalah yang lebih berat seperti pasien akan mengalami

obstruksi saluran nafas yang lebih parahnya akan menimbulkan kematian

(Muttaqin, 2008).

Menurut WHO (2016) World Health Organisation memperkirakan

sekitar 235 juta penduduk dunia menderita asma bronkial dan merupakan

penyakit umum di kalangan anak-anak. Data terbaru yang dirilis pada

6
Desember 2016, terdapat 383.000 kematian akibat asma bronkial pada tahun

2015. Sebagian besar kematian terkait asma bronkial terjadi di negara

berpenghasilan rendah dan menengah kebawah.

Persentase asma bronkial di Indonesia pada tahun 2018 terbanyak

terdapat di 7 provinsi, yaitu DI Yogyakarta (4,5%), Kalimantan Timur (4,0%),

Bali (3,9%), Kalimantan Tengah (3,4%), Kalimantan Utara (3,3%),

Kalimantan Barat (3,2%) dan Sulawesi Tengah (3,0%). Sementara persentase

asma bronkial di Provinsi Kepulauan Riau adalah sebesar 2,4%. Berdasarkan

jenis kelamin, persentasi kejadian asma bronkial di Indonesia adalah

perempuan (2,5%) dan laki-laki (2,3%). Asma bronkial lebih banyak dan

sering terjadi di perkotaan dengan persentase 2,6% dan pedesaan hanya 2,1%

(Riskesdas, 2018).

Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau persentase

kejadian asma bronkial di Kepulauan Riau pada tahun 2018 terbanyak terdapat

di Kabupaten Bintan dengan persentase 82,5% , Kabupaten Batam 79,6% ,

Kota Tanjung Pinang 65,4% , Kota Tanjung Balai Karimun 62,7% , Natuna

58,7%, dan persentase terendah terdapat di Anambas dengan persentase 65,4%

( Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau, 2018). Data yang di dapat dari

RSAL dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang pada tahun 2017 penderita asma

bronkial sebanyak 15 orang, dan pada tahun 2019 terjadi peningkatan menjadi

22 orang (Rekam medis RSAL dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang).

Upaya yang dapat dilakukan pada pasien dengan asma bronkial adalah

memulihkan kemampuan pernafasan, terutama pada pasien dengan masalah

gangguan pertukaran gas. Pengobatan, renang dan senam asma dilakukan

7
secara rutin oleh penderita asma bronkial dapat memulihkan kemampuan

pernafasan dengan cara melemaskan otot- otot pernafasan, mengendalikan

pernafasan bahkan meningkatkan kapasitas pernafasan. Selain itu, kebutuhan

cairan dan nutrisi harus terpenuhi, mengontrol emosional serta menjaga

lingkungan yang bersih dan aman (Muttaqin, 2008).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk

melakukam Asuhan Keperawatan pada Pasien Asma Bronkial dengan masalah

ketidakefektifan pola nafas di Ruangan Sekatung RSAL Dr. Midiyato Suratani

Tanjungpinang Tahun 2020.

1.2 Rumusan Masalah

“Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada pasien asma bronkial dengan

masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas di ruangan Sekatung Rumah

Sakit Angkatan Laut Dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang tahun 2020?”

1.3 Tujuan Studi Kasus

1.3.1 Tujuan Umum

Mampu memberikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma

Bronkial dengan masalah Keperawatan ketidakefektifan pola nafas di

Ruangan Sekatung RSAL Dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang Tahun

2020.

8
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian pada pasien asma bronkial dengan masalah

keperawatan ketidakefektifan pola nafas di ruangan Sekatung

RSAL Dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang tahun 2020.

2. Merumuskan pengkajian dan penetapan diagnosa keperawatan

pada pasien asma bronkial dengan masalah keperawatan

ketidakefektifan pola nafas di ruangan Sekatung RSAL Dr.

Midiyato Suratani Tanjungpinang tahun 2020.

3. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien asma

bronkial dengan masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas

di ruangan Sekatung RSAL Dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang

tahun 2020.

4. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien asma bronkial

dengan masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas di

ruangan Sekatung RSAL Dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang

tahun 2020.

5. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan

yang telah dilakukan pada pasien asma bronkial dengan masalah

keperawatan ketidakefektifan pola nafas di ruangan Sekatung

RSAL Dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang tahun 2020

6. Pendokumentasian terhadap pelaksanaan Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Asma Bronkial dengan masalah keperawatan

ketidakefektifan pola nafas di ruangan Sekatung RSAL Dr.

Midiyato Suratani Tanjungpinang Tahun 2020.

9
1.4 Manfaat Studi Kasus

1.4.1 Manfaat Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam memberikan asuhan

keperawatan bagi pasien khususnya dengan gangguan sistem

pernafasan: asma bronkial.

1.4.2 Manfaat Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Menambah informasi dan sebagai referensi mahasiswa/mahasiswi

Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang Jurusan Keperawatan untuk

meningkatkan informasi tentang asuhan keperawatan pada pasien asma

bronkial dengan masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas.

1.4.3 Manfaat Bagi Penulis

Sebagai sarana belajar serta menambah pengetahuan dan pengalaman

dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien asma bronkial

dengan masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas di ruangan

Sekatung RSAL Dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Asma Bronkial

2.1.1 Definisi Asma Bronkial

Asma bronkial adalah suatu penyakit nafas dengan ciri

meningkatnya respon bronkus dan trakea terhadap terhadap berbagai

rangsangan (Muttaqin, 2008). Asma bronkial adalah suatu bentuk

peradangan (inflamasi) kronik pada saluran nafas yang menyebabkan

hyperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai

dengan adanya gejala episodik yang berulang yang berupa sesak nafas,

batuk, mengi dan rasa sesak di dada terutama dirasakan pada waktu

malam yang bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan

(Depkes, 2009). Asma bronkial adalah suatu peradangan akibat reaksi

hypersensitive mukosa bronkus terhadap bahan alergen yang

mengakibatkan pembengkakan pada mukosa bronkus (Riyadi &

Sukirman, 2013). Asma bronkial adalah hiperreaksi bronkus akibat

rangsangan dari luar berupa alergen yang merupakan faktor dari

lingkungan, radang saluran pernapasan dan bronkokontriksi

menyebabkan saluran pernapasan menyempit dan sesak nafas/ sukar

bernafas yang diikuti dengan suara “wheezing” (bunyi yang meniup

sewaktu mengeluarkan udara/ nafas) (Putri, 2013). Asma bronkial

adalah salah satu penyakit noncommunicable (penyakit yang tidak

menular) utama kronis saluran pernafasan yang hiperreaktif dan

11
12

menyempit akibat berbagai rangsangan yang ditandai adanya serangan

sesak napas dan mengi dengan tingkat keparahan dan frekuensi tiap

orang berbeda (WHO, 2016).

2.1.2 Etiologi

Etiologi dari penyakit asma bronkial belum diketahui secara pasti

namun ada beberapa faktor pencetus yang menimbulkan asma

bronkial, antara lain (Muttaqin, 2012):

1. Alergen

Alergen adalah zat-zat tertentu yang dihirup maupun dimakan yang

dapat menimbulkan serangan asma bronkial misalnya seperti debu

rumah, tengau, spora jamur, bulu binatang, beberapa makanan laut

dan sebagainya.

2. Infeksi saluran pernafasan

Infeksi saluran pernafasan terutama yang disebabkan oleh virus.

Virus yang biasa menjadi penyebab kambuhnya asma bronkial

adalah virus influenza.

3. Olahraga/ kegiatan jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma bronkial akan mengalami serangan

asma bila melakukan olahraga atau aktivitas yang berlebih. Lari

cepat dan bersepeda merupakan jenis aktivitas yang mudah

memicu serangan asma bronkial.


13

4. Obat- obatan

Beberapa penderita asma bronkial sensitif atau alergi dengan obat

tertentu seperti penisilin, salisilat, beta blocker, kodein, dan

sebagainya

5. Polusi udara

Penderita asma bronkial sangat sensitif terhadap udara yang

berdebu, asap pabrik/ kendaraan, asap rokok, asap yang

mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal, serta bau

yang tajam.

2.1.3 Patofisiologi Asma Bronkial

Asma bronkial timbul akibat mengalami atopi dari pemaparan

alergen membentuk IgE menyerang sel-sel mast dalam paru yang

menyebabkan pelepasan sel-sel mast seperti histamin dan

prostaglandin.Terjadi hiperreaktif bronkus karena allergen (inhalan

dan kontaktan), polusi, asap serta bau tajam. Berdasarkan hal tersebut

asma bronkial merupakan penyakit bronkospasme yang reversible

yang secara patofisiologi disebut sebagai suatu hiperreaksi bronkus

dan secara patologi sebagai suatu peradangan saluran pernafasan.

Mukosa dan dinding bronkus pada klien asma bronkial akan terjadi

edema menyebabkan terjadinya penyempitan pada bronkus dan

percabangannya, sehingga akan menimbulkan sesak, nafas berbunyi

(wheezing), dan batuk yang produktif (Muttaqin, 2012).


14

Asma bronkial nonalergnik (asma instrintik) terjadi bukan karena

allergen tetapi akibat faktor pencetus seperti infeksi saluran pernafasan

atas, olahraga, atau kegiatan jasmani yang berat, dan tekanan jiwa atau

stress psikologis. Adanya gangguan saraf otonom terutama gangguan

saraf simpatis, yaitu blockade adrenergic beta dan hiperreaktivitas

adrenergik alfa. Aktivitas adrenergik alfa diduga meningkat sehingga

mengakibkan bronkokontraksi dan menimbulkan sesak nafas

(Muttaqin, 2012).

2.1.4 Manifestasi Klinis

Mumpuni (2013) mengungkapkan tanda gejala serangan asma

bronkial yang mudah dikenali oleh setiap orang, antara lain:

1. Kesulitan bernafas dan sering terlihat terengah- engah apabila

melakukan aktivitas yang sedikit berat.

2. Sering batuk, baik disertai dahak atau tidak. Batuk adalah tanda

adanya ketidakberesan dari sistem pernafasan.

3. Mengi pada suara nafas penderita asma yang terus menerus.

4. Dada merasa sesak karena adanya penyempitan saluran pernafasan

akibat adanya suatu rangsangan tertentu. Akibatnya untuk

memompa oksigen keseluruh tubuh harus ekstra keras (memaksa)

sehingga dada menjadi sesak.

5. Perasaan selalu lesu dan lelah akibat dari kurangnya pasokan

oksigen ke seluruh tubuh.


15

6. Tidak mampu menjalankan aktivitas fisik yang lebiih berat karena

mengalami masalah pernafasan.

7. Susah tidur akibat dada sesak dan batuk.

8. Paru-paru tidak berfungsi secara normal.

9. Lebih sensitif terhadap alergi


16

2.1.5 Web Of Caution

Melepaskan mediator kimia


Reaksi antigen dan antibody
Dikeluarkannya
Kontraksisubstansi vasoaktif
otot polos
Peningkatan sekresi kelenjar (antihistamine,bradikinin,danafilatik) Peningkatan permeabilitas
mukosa kapiler

Bronkospasme
Edema mukosa
Peningkatan mukosa mukus Penyempitan saluran paru

Penyempitan saluran paru


Pengisian bronki dengan mukus
Sesak nafas
Pola Nafas Tidak Efektif
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Gangguan Pertukaran Gas

Gangguan Pola Tidur

Keletihan

Intoleransi
Aktivitas

Gambar 2.1 WOC Asma Bronkial


(Sumber: Muttaqin, 2008)
17

2.1.6 Komplikasi

Beberapa komplikasi dari asma bronkial menurut Mansjoer

(2012) meliputi:

1. Pneumothoraks

Pneumothoraks adalah keadaan dimana adanya udara dalam

rongga pleura yang dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan

dada.

2. Pneumomediastenum

Pneumomediastenum atau disebut emfisema mediastinum adalah

suatu kondisi dimana adanya udara pada mediastinum. Kondisi ini

dapat disebabkan oleh trauma fisik atau situasi lain yang mengarah

keudara luar dari paru- paru, saluran udara atau usus ke dalam

rongga dada.

3. Atelectasis

Atelectasis adalah pengerutan atau seluruh paru-paru akibat

penyumbatan saluran udara atau akibat dari pernafasan yang sangat

dangkal.

4. Aspergilosis

Aspergilosis merupakan penyakit pernafasan yang disebabkan dari

jamur yaitu Aspergillus sp.

5. Gagal nafas

Gagal napas diakibatkan karena pertukaran oksigen dengan

karbondioksida dalam paru- paru yang tidak dapat mengontrol


18

konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam sel- sel

tubuh.

6. Bronkhitis

Bronkhitis atau radang paru- paru adalah kondisi dimana lapisan

bagian dalam saluran pernafasan yang kecil (bronkhiolis)

mengalami bengkak.

2.1.7 Pemeriksaan Diagnotik

Pemeriksaan diagnotik asma bronkhial meliputi (Muttaqin,

2012):

1. Pengukuran Fungsi Paru (Spirometri)

Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian

bronkodilator aerosol golongan adrenergik. Menunjukkan

diagnotik asma jika adanya peningkatan pada nilai FEV dan FVC

sebanyak lebih dari 20%.

2. Tes Provokasi Bronkus

Tes ini dilakukan pada Spirometri internal. Penurunan FEV sebesar

20% atau bahkan lebih setelah tes provoksi dan denyut jantung 80-

90% dari maksimum dianggap bermakna bila menimbulkan

penurunan PEFR 10% atau lebih.

3. Pemeriksan Kulit

Pemeriksaan kulit ini dilakukan untuk menunjukkan adanya

antibody IgE hypersensitive yang spesifik dalam tubuh.


19

4. Pemeriksaan Laboratorium

a. Analisa Gas Darah (AGD/ Astrup)

Hanya dilakukan pada serangan asma bronkial berat karena

terjadi hipoksemia, hiperksemia, dan asidosis respiratorik.

b. Sputum

Adanya badan kreola adalah salah satu karakteristik untuk

serangan asma bronkial yang berat, karena hanya reaksi yang

hebat yang akan menyebabkan transudasi dari edema mukosa,

sehingga terlepas sekelompok sel- sel epitel dari perlekatannya.

c. Sel Eosinofil

Sel eosinofil pada klien asma bronkial dapat mencapai 1000-

1500/mm2 dengan nilai sel eosinofil normal adalah 100-

200/mm2

d. Pemeriksaan Darah Rutin dan kimia.

Menunjukkan asma bronkial jika jumlah sel eosinofil yang

lebih dari 15.000/mm2 terjadi karena adanya insfeksi. Serta

nilai SGOT dan SGPT meningkat disebabkan hati akibat

hipoksia atau hyperkapnea.

e. Pemeriksaan Radiologi

Hasil pemeriksaan radiologi biasanya normal tetapi ini

merupakan prosedur yang harus dilakukan dalam pemeriksaan

diagnostik dengan tujuan tidak adanya kemungkinan adanya

penyakit patologi di paru serta komplikasi asma bronkial.


20

2.1.8 Penatalaksanaan Medis

Penatalaksaan medis pada klien asma bronkial meliputi

(Muttaqin, 2012):

1. Pengobatan Nonfarmakologi

Penyuluhan. Penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan klien tentang penyakit asma sehingga klien dapat

menghindari faktor pencetus dari asma bronkial, menggunakan

obat secara benar dan berkonsulati dengan tim kesehatan.

a. Menghindari faktor pencetus. Klien dibantu dalam

mengidentifikasi faktor pencetus serangan asma bronkial.

b. Fisioterapi, digunakan untuk mempermudah pengeluaran

mucus yang dapat dilakukan dengan cara postural drainase,

perkusi, dan fibrasi dada.

2. Pengobatan Farmakologi

a. Agonis beta: metaproterenol (alupent, metrapel). Bentuknya

aerosol, bekerja sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 x

semprot, dan jarak antara semprotan pertama dan kedua 10

menit.

b. Metilxantin, dosis dewasa diberikan 125- 200 mg 4 x sehari.

Golongan metilxantin adalah aminofilin dan teofilin. Obat ini

diberikan jika golongan beta agonis tidak memberikan hasil

yang memuaskan.

c. Kortikosteroid. Jika agonis beta dan metilxantin tidak

memberikan respon yang baik, harus diberikan kortikosteroid.


21

Steroid dalam bentuk aerosol dengan dosis 4 x semprot tiap

hari. Pemberian steroid dalam jangka waktu yang lama akan

memberikan efek samping, maka klien yang mendapat steroid

jangka lama harus diawasi secara ketat.

d. Kromolin dan Iprutropioum bromide (atroven). Kromolin

merupakan obat pencegah asma bronkial khususnya untuk

anak- anak. Dosis Iprutropioum bromide diberikan 1- 2 kapsul

4 x sehari.

2.2 Konsep Ketidakefektifan Pola Nafas

2.2.1 Definisi Ketidakefektifan Pola Nafas

Menurut NANDA (2015) definisi dari ketidakefektifan pola nafas

adalah inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang

adekuat. Dan juga kondisi dimana pasien tidak mampu mempertahankan

pola inhalasi atau ekshalasi karena adanya gangguan fungsi paru.

2.2.2 Batasan Karakteristik

Adapun batasan karakteristik dari ketidakefektifan pola nafas

dalam NANDA (2015) adalah:

1. Bradipnea

2. Dispnea

3. Fase ekspirasi memanjang

4. Penggunaan otot bantu pernafasan

5. Orthopnea
22

6. Penggunaan posisi tiga-titik

7. Peningkatan diameter anterior-superior

8. Penurunan kapasitas vital

9. Penurunan tekanan ekspirasi

10. Penurunan tekanan inspirasi

2.2.3 Faktor yang berhubungan

Faktor yang berhubungan dari ketidakefektifan pola napas dalam

NANDA (2015) adalah:

1. Ansietas

2. Cedera medulla spinalis

3. Deformitas dinding dada

4. Deformitas tulang

5. Disfungsi neuromoscular

6. Gangguan muskuloskletal

7. Muskuloskeletal

Dari pemeriksaan ini perawat akan mengetahui apakah ada output

yang berlebihan sehingga membuat fisik menjadi lemah.

8. Penginderaan

Indra yang perlu diperiksa oleh perawat utamanya adalah mata,

hidung, dan telinga. Apakah masih normal atau sudah mengalami

perubahan atau kelainan

9. Neurologis

Bagaimana kesadaran pasien selama menjalani masa pengobatannya.


23

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan

Konsep asuhan keperawatan pada klien dengan asma bronkial adalah

sebagai berikut (SAK RSAL dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang, 2015).

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan asma bronkial

meliputi:

1. Pengkajian mengenai identitas klien dan keluarga mengenai nama,

umur, dan jenis kelamin karena pengkajian umur dan jenis kelamin

diperlukan pada klien dengan asma bronkial.

2. Keluhan utama

Klien dengan asma bronkial akan mengluhkan sesak napas, bernapas

terasa berat pada dada, dan adanya kesulitan untuk bernapas.

3. Riwayat penyakit sekarang

Klien dengan riwayat serangan asma bronkial datang mencari

pertolongan dengan keluhan sesak nafas yang hebat dan mendadak,

dan berusaha untuk bernapas panjang kemudian diikuti dengan suara

tambahan mengi (wheezing), kelelahan, gangguan kesadaran,

sianosis, dan perubahan tekanan darah.

4. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit klien yang diderita pada masa- masa dahulu

meliputi srangan asma bronkial sebelumnya dan penyakit yang

berhubungan dengan sistem pernapasan seperti infeksi saluran

pernapasan atas, sakit tenggorokan, sinusitis, amandel, dan polip

hidung.
24

5. Riwayat penyakit keluarga

Pada klien dengan asma bronkial juga dikaji adanya riwayat penyakit

yang sama pada anggota keluarga klien.

6. Pengkajian psiko-sosio-kultural

Kecemasan dan koping tidak efektif, status ekonomi yang

berdampak pada asuhan kesehatan dan perubahan mekanisme peran

dalam keluarga serta faktor gangguan emosional yang bisa menjadi

pencetus terjadinya serangan asma bronkial.

7. Pola resepsi dan tata laksana hidup sehat

Gejala asma bronhial dapat membatasi klien dalam berperilaku hidup

normal sehingga klien dengan asma bronkial harus mengubah gaya

hidupnya agar serangan asma bronkial tidak muncul.

8. Pola hubungan dan peran

Gejala asma bronkial dapat membatasi klien untuk menjalani

kehidupannya secara normal sehingga klien harus menyesuaikan

kondisinya dengan hubungan dan peran klien.

9. Pola persepsi dan konsep diri

Persepsi yang salah dapat menghambat respons kooperatif pada diri

klien sehingga dapat meningkatkan kemungkinan serangan asma

bronkial yang berulang.

10. Pola penanggulangan dan stress

Stress dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik

pencetus serangan asma bronkial sehingga diperlukan pengkajian

penyebab dari asma bronkial.


25

11. Pola sensorik dan kognitif

Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi

konsep diri klien yang akan mempengaruhi jumlah stressor sehingga

kemungkinan serangan asma bronkial berulang pun akan semakin

tinggi.

12. Pola tata nilai dan kepercayaan

Kedekatan klien dengan apa yang diyakini di dunia ini dipercaya

dapat meningkatkan kekuatan jiwa klien sehingga dapat menjadi

penanggulangan stress yang konstruktif.

13. Pemeriksaan Fisik Head to Toe

a. Keadaan umum tampak lemah

b. Tanda- tanda vital. Perubahan tanda vital meliputi tekanan darah

menurun, nafas cepat, nadi lemah dan cepat, suhu meningkat,

distress pernafasan sianosis.

c. Tinggi badan dan berat badan sesuai dengan pertumbuhan dan

perkembangan, namun dapat ditemukan penurunan berat badan

pada klien dengan asma bronkial sedang-berat, terutama yang

disertai penyakit lain.

d. Kulit tampak pucat, sianosis, biasanya turgor jelek.

e. Kepala, dapat ditemukan keluhan sakit kepala.

f. Mata, tidak ada keluhan yang begitu spesifik.

g. Hidung, dapat ditemukan pernapasan cuping hidung, sianosis.

h. Mulut tampak pucat (sianosis), membran mukosa kering.

i. Telinga biasanya tidak ada keluhan spesifik pada kasus ini


26

j. Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening dan

kelenjar tiroid

k. Jantung pada kasus komplikasi ke endokardititis, terjadi bunyi

tambuhan

l. Paru- paru, infiltrasi pada lobus paru, perkusi pekak (redup),

wheezing, sesak istirahat dan bertambah saat beraktivitas.

m. Punggung, tidak ada perubahan spesifik.

n. Abdomen, tidak ada perubahan spesifik.

o. Genetalia tidak ada perubahan spesifik.

p. Ektremitas, kelemahan, penurunan aktivitas, sianosis ujung jari

dan kaki

q. Neurologis, terdapat kelemahan otot, tanda reflex spesifik tidak

ada

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Muttaqin (2008) mengungkapkan diagnosa keperawatan

merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga, dan

masyarakat tentang kesehatan aktual atau potensial, dimana

berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara

akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara

pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah, dan

merubah status kesehatan klien. Diagnosa keperawatan pada klien

dengan asma bronkial meliputi:


27

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan

adanya serta sekresi mucus kental dan batuk yang tidak efektif.

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi

3. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan ventilasi

perfusi.

4. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan umum.

2.3.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan atau perencanaan merupakan tahap ketiga

dari proses keperawatan dimana perawat menetapkan tujuan dan hasil

yang diharapkan bagi pasien yang ditentukan. Selama tahap intervensi

keperawatan, dibuat prioritas dengan kolaborasi klien dan keluarga,

konsultasi tim kesehatan lain, telah literature, modifikasi asuhan

keperawatan dan cacat informasi yang relavan tentang kebutuhan

perawatan kesehatan klien dan penatalaksanaan klinik (Muttaqin,

2012).
28

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan / batasan
kriteria hasil Intervensi Rasional
Pola nafas tidak efektif NOC NIC Managemen jalan nafas
Definisi: inspirasi dan ekspirasi Ukuran Penyelesaian Managemen jalan nafas 1) Mencegah obstruksi/aspirasi. Penghisapan
yang tidak memeberikan 1) Status pernafasan 1) Menghisapan lendir dapat dilakukan bila pasien tidak mampu untuk
ventilasi yang adekuat. 2) Status pernafasan: pada jalan nafas mengeluarkan sekret.
faktor-faktor yang ventilasi 2) Pengguarangan 2) Klien dapat menggungkapkan penyebab
berhubungan Mengukur batasan kecemasan kecemasan sehingga perawat dapat
1) Ansietas karakteristik: 3) Managemen jalan nafas menentukan tingkat kecemasan klien dan
2) Deformitas dinding dada 1) Status pernafasan : buatan menentukan intervensi untuk klien
3) Hiperfentilasi kepatenan Jalan Nafas selanjutnya.
4) Keletihan 2) Status Pernafasan : Monitoring Pernafasan 3) Bertujuan sebagai evakuasi cairan atau udara
5) Nyeri pertukaran gas 1) Bantuan ventilasi dan memudahkan ekspansi paru secara
6) Posisi tubuh yang 3) Keparahan syok 2) Monitoring tanda- maksimal.
menghambat ekspansi paru tanda vital
7) Sindrom hipoventilasi Faktor yang 3) Stabilisasi dan Monitoring Pernafasan
berhubungan atau pencegahan : membuka jalan nafas 1) mempermudahkan ekspansi paru secara
Batasan Karakteristik 1) Keparahan Respirasi 4) Pemberian maksimal.
1) Bradipnea Asidosis Akut Analgesik 2) Mengetahui perkembangan dan menilai
2) Dispnea 2) Keparahan respiratori 5) Fisioterapi Dada keadaan umum
3) Fase ekpirasi memanjang alkalosis akut 6) Perawatan Gawat 3) Terapi oksigen dapat mengoreksi hipoksemia
4) Pengguan otot bantu 3) Tingkat kecemasan Darurat yang terjadi akibat penurunan ventilasi/
penapasan 4) Kongnisi 7) Dukungan emosional menurunnya permukaan alveolar paru
5) Kelelahan : efek yang 8) Managemen 4) Menjadikan individu memiliki rasa
5) Peningkatan diameter Anterior-
mengganggu pengobatan yakin, nyaman, dan diperhatikan orang
posterior
29

6) Penurunan kapasitas vital 6) Tingkat kelelahan 9) Monitoring disekitarnya


7) Penurunan tekanan ekspirasi 7) Status neurologi : Neurologi 5) Mempertahankan kondisi dalam keadaan
8) Penurunan ventilasi semenit otonomik 10) Managemen Nyeri normal
9) Pernafasan bibir 8) Status neuroligi : 11) Phlebotomi : sampel 6) mendeteksi perobahan yang terjadi dan
sensori tulang darah arteri memulai langkah penyelamatan
10) Pernafasan cuping hidung
punggung/fungsi motorik 12) Phlebotomi : sampel 7) Membantu meidentifikasi tindakan yang tepat
9) Tingkat nyeri darah vena untuk memberikan kenyamanan
10) Perilaku berhenti merokok 13) Pengaturan posisi 8) mengkaji status oksigenasi klien (tekanan
11) Berat Badan : massa Tubuh 14) Menghadirka n Diri oksigen arterial [PaO2])
15) Relaksasi Otot Progresif 9) Untuk mendapatkan sampel darah vena yang
16) Resusitasi baik dan memenuhi syarat untuk dilakukan
17) Bantuan pemeriksaan
18) Penghentian Merokok 10) Membantu memaksimalkan ekspansi paru
11) Mengespresikan, menjernihkan dan
mengontrol sosial individu seseorang.
Ketidakefektifan bersihan jalan NOC NIC
nafas 1.Kepatenan jalan nafas Monitor Pernafasan
Definisi 2.TTV 1. monitor kecepatan,
Ketidakmampuan Kriteria Hasil : irama, kedalaman,
membersihkan sekresi atau 1. Mendemonstrasikan batuk dan kesulitan
obstruksi dari saluran nafas efektif dan suara nafas yang bernafas
untuk mempertahankan bersih, tidak ada sianosis 2. catat pergerakan
bersihan jalan nafas dan dipsneu (mampu dada, catat
Batasan Karakteristik: mengeluarkan sputum, ketidaksimetrisan,
1. Batuk yang tidak efektif mampu bernafas dengan penggunaan otot-
2. Dipsneu mudah, tidak ada pursed otot bantu nafas, dan
3. Gelisah lips) retraksi pada otot
4. Kesulitan verbalisasi 2. nafas yang paten (klien supraklavikulas dan
5. Mata terbuka lebar tidak merasa factor interkosta
6. Ortopneu menunjukkan jalan yang 3. monitor suara nafas
7. Penurunan bunyi nafas dapat menghambat jalan tambahan seperti
30

8. Perubahan frekuensi nafas nafas ngorok atau mengi


9. Perubahan pola nafas 3. Tanda-tanda vital dalam 4. monitor pola nafas
10. Sianosis rentang Normal (RR, Nadi, (misalnya bradipnea,
11. Sputum dalam jumlah yang dan Suhu) takipneu,
berlebihan hiperventilasi,
12. Suara nafas tambahan pernafasan kusmaul,
pernafasan 1:1,
Faktor yang berhubungan upneustik, respirasi
1.Lingkungan biot dan pola ataxic)
 Perokok pasif 5. palpasi kesemetrisan
 Terpajan asap ekspansi paru
2.Obstruksi jalan nafas 6. perkusi thorax
 Adanya jalan nafas anterior dan
buatan posterior, dari apex
 eksudat dalam alveoli ke basis paru, kanan
 hyperplasia pada dan kiri
dinding bronkus 7. catat lokasi trakea
 mucusberlebihan 8. monitor kelelahan
 sekresi yang tertahan otot-otot diafragma
dengan pergerakan
 spasme jalan nafas
parasoksikal
 Fisiologis
9. auskultasi suara
nafas, catat area
dimana terjadi
penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan
keberadaan suara
nafas tambahan
31

Gangguan pertukaran gas NOC NIC


Definisi 1. Respiratory status: Monitor Pernafasan:
Kelebihan atau deficit oksigenasi Ventilation 1.Monitor kecepatan,
dan/ atau karbon dioksida pada 2. Vital Sign Status irama, kedalaman, dan
membrane alveolar- kapiler. Kriteria hasil: kesulitan bernafas.
Batasan Krakteristik: 1. Mendemontrasikan 2.Catat pergerakan dada,
1. Diaforesis peningkatan ventilasi catat ketidaksimetrisan,
2. Dyspnea dan oksigenasi yang penggunaan otot- otot
3. Gangguan penglihatan adekuat. bantu nafas. Dan
4. Gas darah arteri 2. Memelihara kebersihan retraksi pada otot
abnormal paru- paru dan bebas dari supraklaviculas dan
5. Gelisah tanda- tanda distress intercostal.
6. Hiperkapnia pernapasan
3.Monitor pola napas
7. Hipoksemia 3. Mendemontrasikan
(misalnya., bradipneu,
8. Iritabilitas batuk efektif dan suara
takipneu,
9. Konfusi napas yang bersih, tidak
hiperventilasi,
10. Nafas cuping hidung ada sianosis dan dyspnea
pernafasan kusmaul,
11. Penurunan ( mampu mengeluarkan
pernafasan 1:1,
karbondioksida sputum, mampu
apneustik, respirasi
12. pH arteri abnormal bernapas dengan mudah,
biot, dan pola ataxic)
13. Pola pernapasan tidak ada pursed lips)
abnormal (mis., 4. Tanda- tanda vital dalam 4.Monitor saturasi
kecepatan, irama, rentang normal ( tekanan oksigen pada pasien
kedalaman) darah, nadi, pernapasan) yang tersedasi (seperti,
14. Sakit kepala saat SaO2, SvO2, SpO2)
bangun 5.Pasang sensor
15. Sianosis pemantauan oksigen
16. Somnolen non- invasive dengan
17. Takikardia mengatur alarm pada
18. Warna kulit abnormal pasien beresiko tinggi
(mis., pucat, kehitaman) 6.Monitor suara napas
32

19. Faktor- faktor yang tambahan seperti


berhubungan: ngorok dan mengi
20. Ketidakseimbangan 7.Palpasi kesimetrisan
ventilasi- perfusi ekspansi paru
21. Perubahan membrane 8.Perkusi thorax anterior
alveolar- kapiler dan posterior, dari apes
ke basis paru, kanan
dan kiri
9.Catat lokasi trakea
10. Monitor kelelahan
otot- otot diafragma
dengan pergerakan
parasoksikal
11. Kaji perlunya
penyedotan pada jalan
napas dengan
auskultasi suara napas
di paru
12. Auskultasi suara
nafas, area dimana
terjadi penurunan atau
tidak adanya ventilasi
dan keberadaan suara
nafas tambahan
13. Auskultasi suara nafas
setelah tindakan,
untuk dicatat
14. Monitor nilai fungsi
paru, terutama
kapasitas vital paru,
33

volume inspirasi
maksimal, volume
ekspirasi.
15. Monitor hasil
pemeriksaan ventilasi
mekanik, catat
peningkatan tekanan
inspirasi dan
penurunan volume
tidal
16. Monitor peningkatan
kelelahan, kecemasan
dan kekurangan udara
pada pasien
17. Catat perubahan pada
saturasi O2, volume
tidal CO, dan
perubahan nilai analisa
gas darah dengan tepat
18. Monitor kemampuan
batuk pasien
19. Monitor sekresi
pernafasan pasien
20. Monitor keluhan sesak
nafas pasien, termasuk
kegiatan yang
meningkatkanatau
memperburuk sesak
nafas tersebut
21. Monitor suara
krepitasi pada pasien
34

22. Monitor hasil foto


thorax
23. Berikan banguan
resusitasi jika
diperlukan
24. Berikan bantuan terapi
nafas jika diperlukan
( misalnya., nebulizer)
25. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu, dan
status pernafasan
dengan tepat
26. Monitor irama dan
laju pernapasan
(misalnya., kedalaman
dan kesimetrisan)
27. Monitor suara paru-
paru
28. Monitor pola
pernapasan abnormal
29. Identifikasi
kemungkinan
penyebab perubahan
tanda- tanda vital

(Sumber: Wilkinson, 2013)


35

2.3.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan inisiatif dari rencana

tindakan dalam mencapai tujuan yang spesifik.Implementasi

keperawatan dengan posisikan pasien asmabronkhial untuk

memaksimalkan ventilasi sudah dilakukan.Tahap pelaksanaan ini

dilaksanaan setelah intervensi disusun dan telah ditujukan pada nursing

orders untuk membantu klien dalam mencapai tujuan yang diharapkan

(Sitiatava, 2012).

2.3.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan berisi tentang kriteria keberhasilan

proses dan tindakan keperawatan. Evaluasi keperawatan dengan

posisikan pasien asma untuk memaksimalkan ventilasi sudah

dilakukan pada kedua pasien. Keberhasilan tersebut dapat dilihat

dengan membandingkan antara proses pedoman/ rencana tersebut

sedangkan keberhasilan tindakan dilihat dengan membandingkan

antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari- hari dan

tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah

dirumuskan sebelumnya (Sitiatava, 2012).


36

BAB III

METODE STUDI KASUS

1.

3.1 Rancangan Studi Kasus

Rancangan studi kasus yang digunakan adalah metode deskriptif. kasus

yang diarahkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan asuhan

keperawatan pada pasien dengan asma bronkial di Rumah Sakit Angkatan

Laut Dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang. Pendekatan yang digunakan

adalah studi literatur asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

3.2 Subjek Studi Kasus

Subjek studi kasus yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah

dua pasien dengan kasus dan masalah keperawatan yang sama yaitu pasien

dengan diagnosis asma bronkial di ruangan Sekatung Rumah Sakit Angkatan

Laut Dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang

1.

3.3 Fokus Studi Kasus

Fokus di dalam asuhan keperawatan ini adalah masalah ketidakefektifan

pola nafas pada pasien dengan penyakit asma bronkial.


37

3.4 Definisi Operasional

Adapun definisi operasional pada studi kasus ini adalah sebagai berikut:

1. Pasien Asma Bronkial adalah pasien yang didiagnosa medis asma bronkial

baik dewasa ataupun anak-anak yang dirawat di ruangan Sekatung Rumah

Sakit Angkatan Laut Dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang.

2. Ketidakefektifan Pola Nafas adalah ketidakmampuan klien

mempertahankan pola inhalasi dan ekshalasi karena adanya gangguan

fungsi paru

3.5 Lokasi dan Waktu

Lokasi pada studi kasus ini ialah di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr.

Midiyato Suratani Tanjungpinang. Waktu pelaksanaan pengkajian serta

penerapan atau pelaksanan asuhan keperawatan direncanakan pada bulan april

2020.

3.6 Instrumen dan Metode Pengumpulan Data

Instrumen penelitian atau alat pengumpulan data, dalam pembuatannya

mengacu pada variabel, definisi operasional, dan skala pengukuran data yang

dipilih. Pengumpulan data pada partisipan I dan partisipan II dimulai dengan

melakukan studi literatur pengkajian sampai evaluasi. Instrumen yang

digunakan adalah format pengkajian asuhan keperawatan medikal bedah. Data

yang didapatkan melalui data sekuder berupa catatan rekam medis dan buku

asuhan keperawatan.
38

3.7 Penyajian Data

Untuk studi kasus ini, data disajikan secara tekstular/narasi dan dapat

disertai dengan ungkapan verbal dari pasien asma bronkial yang merupakan

data pendukungnya.

3.8 Etika Penelitian

Berikut ini dijelaskan tentang prinsip-prinsip etika dalam penelitian (The

Five Right of Human Subject in Research) menurut Macnee dalam Panduan

LTA Program studi DIII Keperawatan Poltekkes Tanjungpinang (2018),

yaitu:

1. Hak untuk self determination, klien memiliki otonomi dan hak untuk

membuat keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik, bebas dari

paksaan untuk berpatisipasi atau tidak dalam penelitian ini atau untuk

mengundurkan diri dari penelitian ini.

2. Hak terhadap privacy dan dignity berarti bahwa klien memiliki hak untuk

dihargai tentang apa yang mereka lakukan dan apa yang dilakukan

terhadap mereka serta untuk mengontrol kapan dan bagaimana informasi

tentang mereka dibagi dengan orang lain.

3. Hak anonymity dan cofidentiality, maka semua informasi yang didapat dari

klien dijaga dengan sedemikian rupa sehingga informasi individual

tertentu tidak bisa langsung dikaitkan dengan klien, dan klien juga harus

dijaga kerahasiaan atas keterlibatannya dalam penelitian ini.

4. Hak terhadap penanganan yang adil memberikan individual hak yang sama

untuk dipilih atau terlibat dalam penelitian tanpa diskriminasi dan


39

diberikan penanganan yang sama dengan menghormati seluruh

persetujuan yang disepakati, dan untuk memberikan penanganan terhadap

masalah yang muncul selama partisipasi dalam penelitian.

5. Hak untuk mendapatkan perlindungan dan ketidaknyamanan dan kerugian

mengharuskan agar klien dilindungi dari eksploitasi dan peneliti harus

menjamin bahwa semua usaha dilakukan untuk meminimalkan bahaya

atau kerugian dari suatu penelitian, serta memaksimalkan manfaat dari

penelitian.

Anda mungkin juga menyukai