TANJUNGPINANG
ANGGIT WIGATI
NIM.PO7220119 1632
2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA
TANJUNGPINANG
ANGGIT WIGATI
NIM.PO7220119 1632
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul
hambatan dan kesulitan. Namun berkat bimbingan, bantuan, serta saran dari
berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini tepat
pada waktunya. Maka pada kesemptan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
Tanjungpinang.
2. Romalina, S.Kep., Ners, M.Kep selaku Ketua Program Studi D-III dan selaku
4. Kolonel (K) dr. Tanto Budiharto, Sp.JP selaku Kepala Rumah Sakit Rsal dr.
Kesehatan Tanjungpinang
ini.
ANGGIT WIGATI
BAB I PENDAHULUAN
2.1.3 Patofisiologi................................................................................. 7
1
2.1.6 Komplikasi .................................................................................. 10
Daftar pustaka
Lampiran
2
DAFTAR GAMBAR
3
DAFTAR SINGKATAN
Dr/ dr : Dokter
IgE : Imunoglobulin E
RR : Respiratory rate
4
DAFTAR LAMPIRAN
5
BAB I
PENDAHULUAN
sebagainya. Salah satu gejala dari reaksi tersebut adalah dengan adanya sesak
napas. Sesak nafas ini disebabkan oleh adanya penyempitan saluran napas.
menjadi masalah utama yang sering muncul pada pasien asma bronkial.
Apabila masalah pertukaran gas ini tidak segera ditangani akan dapat
(Muttaqin, 2008).
sekitar 235 juta penduduk dunia menderita asma bronkial dan merupakan
6
Desember 2016, terdapat 383.000 kematian akibat asma bronkial pada tahun
perempuan (2,5%) dan laki-laki (2,3%). Asma bronkial lebih banyak dan
sering terjadi di perkotaan dengan persentase 2,6% dan pedesaan hanya 2,1%
(Riskesdas, 2018).
kejadian asma bronkial di Kepulauan Riau pada tahun 2018 terbanyak terdapat
Kota Tanjung Pinang 65,4% , Kota Tanjung Balai Karimun 62,7% , Natuna
( Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau, 2018). Data yang di dapat dari
RSAL dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang pada tahun 2017 penderita asma
bronkial sebanyak 15 orang, dan pada tahun 2019 terjadi peningkatan menjadi
Upaya yang dapat dilakukan pada pasien dengan asma bronkial adalah
7
secara rutin oleh penderita asma bronkial dapat memulihkan kemampuan
2020.
8
1.3.2 Tujuan Khusus
tahun 2020.
tahun 2020.
9
1.4 Manfaat Studi Kasus
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dengan adanya gejala episodik yang berulang yang berupa sesak nafas,
batuk, mengi dan rasa sesak di dada terutama dirasakan pada waktu
11
12
sesak napas dan mengi dengan tingkat keparahan dan frekuensi tiap
2.1.2 Etiologi
1. Alergen
dan sebagainya.
4. Obat- obatan
sebagainya
5. Polusi udara
yang tajam.
dan kontaktan), polusi, asap serta bau tajam. Berdasarkan hal tersebut
Mukosa dan dinding bronkus pada klien asma bronkial akan terjadi
atas, olahraga, atau kegiatan jasmani yang berat, dan tekanan jiwa atau
(Muttaqin, 2012).
2. Sering batuk, baik disertai dahak atau tidak. Batuk adalah tanda
Bronkospasme
Edema mukosa
Peningkatan mukosa mukus Penyempitan saluran paru
Keletihan
Intoleransi
Aktivitas
2.1.6 Komplikasi
(2012) meliputi:
1. Pneumothoraks
dada.
2. Pneumomediastenum
dapat disebabkan oleh trauma fisik atau situasi lain yang mengarah
keudara luar dari paru- paru, saluran udara atau usus ke dalam
rongga dada.
3. Atelectasis
dangkal.
4. Aspergilosis
5. Gagal nafas
tubuh.
6. Bronkhitis
mengalami bengkak.
2012):
diagnotik asma jika adanya peningkatan pada nilai FEV dan FVC
20% atau bahkan lebih setelah tes provoksi dan denyut jantung 80-
3. Pemeriksan Kulit
4. Pemeriksaan Laboratorium
b. Sputum
c. Sel Eosinofil
200/mm2
e. Pemeriksaan Radiologi
(Muttaqin, 2012):
1. Pengobatan Nonfarmakologi
2. Pengobatan Farmakologi
menit.
yang memuaskan.
4 x sehari.
1. Bradipnea
2. Dispnea
5. Orthopnea
22
1. Ansietas
4. Deformitas tulang
5. Disfungsi neuromoscular
6. Gangguan muskuloskletal
7. Muskuloskeletal
8. Penginderaan
9. Neurologis
2.3.1 Pengkajian
meliputi:
umur, dan jenis kelamin karena pengkajian umur dan jenis kelamin
2. Keluhan utama
hidung.
24
Pada klien dengan asma bronkial juga dikaji adanya riwayat penyakit
6. Pengkajian psiko-sosio-kultural
tinggi.
kelenjar tiroid
tambuhan
dan kaki
ada
adanya serta sekresi mucus kental dan batuk yang tidak efektif.
perfusi.
2012).
28
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan / batasan
kriteria hasil Intervensi Rasional
Pola nafas tidak efektif NOC NIC Managemen jalan nafas
Definisi: inspirasi dan ekspirasi Ukuran Penyelesaian Managemen jalan nafas 1) Mencegah obstruksi/aspirasi. Penghisapan
yang tidak memeberikan 1) Status pernafasan 1) Menghisapan lendir dapat dilakukan bila pasien tidak mampu untuk
ventilasi yang adekuat. 2) Status pernafasan: pada jalan nafas mengeluarkan sekret.
faktor-faktor yang ventilasi 2) Pengguarangan 2) Klien dapat menggungkapkan penyebab
berhubungan Mengukur batasan kecemasan kecemasan sehingga perawat dapat
1) Ansietas karakteristik: 3) Managemen jalan nafas menentukan tingkat kecemasan klien dan
2) Deformitas dinding dada 1) Status pernafasan : buatan menentukan intervensi untuk klien
3) Hiperfentilasi kepatenan Jalan Nafas selanjutnya.
4) Keletihan 2) Status Pernafasan : Monitoring Pernafasan 3) Bertujuan sebagai evakuasi cairan atau udara
5) Nyeri pertukaran gas 1) Bantuan ventilasi dan memudahkan ekspansi paru secara
6) Posisi tubuh yang 3) Keparahan syok 2) Monitoring tanda- maksimal.
menghambat ekspansi paru tanda vital
7) Sindrom hipoventilasi Faktor yang 3) Stabilisasi dan Monitoring Pernafasan
berhubungan atau pencegahan : membuka jalan nafas 1) mempermudahkan ekspansi paru secara
Batasan Karakteristik 1) Keparahan Respirasi 4) Pemberian maksimal.
1) Bradipnea Asidosis Akut Analgesik 2) Mengetahui perkembangan dan menilai
2) Dispnea 2) Keparahan respiratori 5) Fisioterapi Dada keadaan umum
3) Fase ekpirasi memanjang alkalosis akut 6) Perawatan Gawat 3) Terapi oksigen dapat mengoreksi hipoksemia
4) Pengguan otot bantu 3) Tingkat kecemasan Darurat yang terjadi akibat penurunan ventilasi/
penapasan 4) Kongnisi 7) Dukungan emosional menurunnya permukaan alveolar paru
5) Kelelahan : efek yang 8) Managemen 4) Menjadikan individu memiliki rasa
5) Peningkatan diameter Anterior-
mengganggu pengobatan yakin, nyaman, dan diperhatikan orang
posterior
29
volume inspirasi
maksimal, volume
ekspirasi.
15. Monitor hasil
pemeriksaan ventilasi
mekanik, catat
peningkatan tekanan
inspirasi dan
penurunan volume
tidal
16. Monitor peningkatan
kelelahan, kecemasan
dan kekurangan udara
pada pasien
17. Catat perubahan pada
saturasi O2, volume
tidal CO, dan
perubahan nilai analisa
gas darah dengan tepat
18. Monitor kemampuan
batuk pasien
19. Monitor sekresi
pernafasan pasien
20. Monitor keluhan sesak
nafas pasien, termasuk
kegiatan yang
meningkatkanatau
memperburuk sesak
nafas tersebut
21. Monitor suara
krepitasi pada pasien
34
(Sitiatava, 2012).
BAB III
1.
dua pasien dengan kasus dan masalah keperawatan yang sama yaitu pasien
1.
Adapun definisi operasional pada studi kasus ini adalah sebagai berikut:
1. Pasien Asma Bronkial adalah pasien yang didiagnosa medis asma bronkial
fungsi paru
Lokasi pada studi kasus ini ialah di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr.
2020.
mengacu pada variabel, definisi operasional, dan skala pengukuran data yang
yang didapatkan melalui data sekuder berupa catatan rekam medis dan buku
asuhan keperawatan.
38
Untuk studi kasus ini, data disajikan secara tekstular/narasi dan dapat
disertai dengan ungkapan verbal dari pasien asma bronkial yang merupakan
data pendukungnya.
yaitu:
1. Hak untuk self determination, klien memiliki otonomi dan hak untuk
membuat keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik, bebas dari
paksaan untuk berpatisipasi atau tidak dalam penelitian ini atau untuk
2. Hak terhadap privacy dan dignity berarti bahwa klien memiliki hak untuk
dihargai tentang apa yang mereka lakukan dan apa yang dilakukan
3. Hak anonymity dan cofidentiality, maka semua informasi yang didapat dari
tertentu tidak bisa langsung dikaitkan dengan klien, dan klien juga harus
4. Hak terhadap penanganan yang adil memberikan individual hak yang sama
penelitian.