Mini Project
Disusun oleh
dr. Jessica Benedick
Pembimbing
dr. Eva Lestari, M.Kes
NIP. 198204012010012022
Mini Project
Telah diterima sebagai salah satu syarat mengikuti Program Internsip Dokter
Indonesia periode Maret 2019 – Juli 2019.
Pembimbing
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Mini Project
dengan judul “Manajemen Kasus Tuberkulosis di Puskesmas Air Itam Periode 12
Maret 2019 – 12 Juni 2019” untuk memenuhi tugas yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran dan penilaian program internsip dokter Indonesia di stase
Puskesmas, yaitu Puskesmas Air Itam.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Eva Lestari M.Kes, selaku pendamping dokter internsip di Puskesmas Air Itam
juga pembimbing yang telah membantu memberikan ajaran dan masukan
sehingga Mini Project ini dapat selesai. Selain itu, penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman dan perawat yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................x
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................1
2.1 Definis..........................................................................................................5
2.2 Epidemiologi................................................................................................5
2.3 Etiologi.........................................................................................................6
2.5 Patogenesis...................................................................................................8
2.6 Klasifikasi...................................................................................................10
2.7 Diagnosis....................................................................................................12
2.8 Penatalaksanaan..........................................................................................16
2.9 Evaluasi......................................................................................................19
2.10 Komplikasi.................................................................................................20
5.1 Kesimpulan.................................................................................................27
5.2 Saran...........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................28
LAMPIRAN.......................................................................................................30
DAFTAR TABEL
No Tabel Halaman
Tabel 4.3 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Air Itam yang Aktif............25
No Lampiran Halaman
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2.Rumusan Masalah
1. Tujuan umum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh basil
aerob yang tahan asam, Mycobacterium tuberculosis atau spesies lain yang dekat seperti
M. bovis dan M. africanum. Tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru tetapi dapat
pula menyerang susunan saraf pusat, sistem limfatik, sistem pernapasan, sistem
genitourinaria, tulang, persendian, bahkan kulit.1
2.2 Epidemiologi
TB merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia, terutama di kawasan Asia
dan Afrika. Sekitar 55% dari seluruh kasus global TB terdapat pada negara-negara di
benua Asia, 31% di benua Afrika, dan sisanya yang dalam proporsi kecil tersebar di
berbagai negara di benua lainnya. Secara global, pada tahun 2008 tercatat 9,4 juta kasus
baru TB, dengan prevalensi 11,1 juta, dan angka kematian berkisar 1,3 juta pada kasus
TB dengan HIV negatif dan 0,52 juta pada kasus TB dengan HIV positif. Sementara itu,
hingga tahun 2007, TB adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan
merupakan peringkat ketiga dalam daftar 10 penyakit pembunuh tertinggi di Indonesia
yang menyebabkan sekitar 88.000 kematian setiap tahunnya dan termasuk ke dalam 22
high-burden countries dalam penanggulangan TB. 1-5
.Di Indonesia, angka insidensi TB secara perlahan bergerak ke arah kelompok
usia lanjut (dengan puncak pada 55-64 tahun), meskipun saat ini sebagian besar kasus
masih terjadi pada kelompok umur 15-64 tahun. Secara Regional prevalensi TB BTA
positif di Indonesia dikelompokan kedalam 3 wilayah, yaitu :2
1. Wilayah Sumatera angka prevalensi TB adalah 160 per 100.000 penduduk
2. Wilayah Jawa dan Bali angka prevalensi TB adalah 110 per 100.000 penduduk
3. Wilayah Indonesia timur angka prevalensi TB adalah 210 per 100.000 penduduk
2.3 Etiologi
5
Perkembangan TB terjadi melalui dua proses, yaitu seseorang yang rentan bila
terpajan oleh kasus TB infeksius akan menjadi tertular TB (infectious TB), dan setelah
beberapa lama kemudian baru menjadi sakit. Oleh karena itu faktor risiko untuk infeksi
berbeda dengan faktor risiko menjadi sakit TB. 9 Terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya infeksi TB maupun timbulnya penyakit TB pada anak. Faktor
risiko tersebut dibagi menjadi faktor resiko infeksi dan faktor resiko progresi infeksi
menjadi penyakit (resiko penyakit). 10
a. Resiko infeksi TB
Faktor resiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah anak yang terpajan
dengan orang dewasa dengan TB aktif (kontak TB positif), daerah endemis,
kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat (higiene dan sanitasi yang tidak
membaik), tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara atau panti
perawatan lain) yang banyak terdapat pasien TB dewasa aktif. Risiko timbulnya
transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien dewasa
tersebut mempunyai BTA sputum positif, infiltrat luas atau kavitas pada lobus
atas, produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan kuat, serta terdapat
faktor lingkungan yang kurang sehat terutama sirkulasi udara yang kurang
baik.11
Penularan M. tuberculosis adalah dari orang ke orang, droplet lendir
berinti (droplet nuclei) di udara. Penularan jarang terjadi dari barang-barang
yang terkontaminasi kuman TB. Faktor lingkungan terutama sirkulasi udara
yang buruk, memperbesar peluang penularan. Penularan dari anak ke anak
jarang terjadi, karena basil tuberkel sedikit disekresi endobronkial. Hal tersebut
karena :
a.) Jumlah kuman pada TB anak biasanya sedikit (paucibacillary), tetapi
karena imunitas anak masih lemah jumlah yang sedikit tersebut sudah
mampu menyebabkan sakit.
b.) Lokasi infeksi primer yang kemudian berkembang menjadi sakit TB primer
biasanya terjadi di daerah parenkim yang jauh dari bronkus, sehingga tidak
terjadi produksi sputum.
7
c.) Sedikitnya atau tidak ada produksi sputum dan tidak terdapatnya reseptor
batuk di daerah parenkim menyebabkan jarangnya gejala batuk pada TB
anak. 11
b. Resiko sakit TB
Anak yang telah terinfeksi TB tidak selalu akan mengalami sakit TB.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan berkembangnya
infeksi TB menjadi sakit TB :
a.) Usia
Anak berusia ≤5 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami progresi
infeksi menjadi sakit TB karena imunitas selulernya belum berkembang
sempurna (imatur). Akan tetapi, risiko sakit TB ini akan berkurang secara
bertahap seiring dengan pertambahan usia. Anak berusia ≤5 tahun memiliki
risiko lebih tinggi mengalami TB diseminata (seperti TB milier dan
meningitis TB). Pada bayi, rentang waktu antara terjadinya infeksi dan
timbulnya sakit TB singkat (kurang dari 1 tahun) dan biasanya timbul gejala
yang akut.
b.) Infeksi baru yang ditandai dengan adanya konversi uji tuberkulin (dari
negatif menjadi positif) dalam 1 tahun terakhir.
c.) Sosial ekonomi yang rendah, kepadatan hunian, penghasilan yang kurang,
pengangguran, pendidikan yang rendah.
d.) Faktor lain yaitu malnutrisi, immunocompromise (misalnya pada infeksi
HIV, keganasan, transplantasi organ dan pengobatan imunosupresi).
e.) Virulensi dari M. tuberculosis dan dosis infeksinya. 11
2.5 Patogenesis
2.6 Klasifikasi
- Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah tiga spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian
antibiotik non OAT.
- Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan
penangan khusus, seperti pneumothoraks, pleuritis eksudatif, efusi perikarditis, atau
efusi pleural dan pasien yang mengalami batuk berdarah berat untuk menyingkirkan
bronkiektasis atau aspergiloma.
Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi aktif akan tampak bayangan
berawan di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus
bawah. Dapat ditemukan juga kavitas atau bayangan bercak milier. Pada lesi TB inaktif
tampak gambaran fibrotik, kalsifikasi dan penebalan pleura. 13,14
Pemeriksaan foto toraks standar untuk menilai kelainan radiologis TB paru
adalah foto toraks posisi posteroanterior dan lateral. Kelainan radiologis tuberkulosis
paru menurut klasifikasi The National Tuberkulosis Assosiation of the USA (1961)
adalah sebagai berikut: 13
1. Minimal lesion
- Infiltrat kecil tanpa kaverne
- Menenai sebagian kecil dari satu paru atau keduanya
- Jumlah keseluruhan paru yang ditemui tanpa memperhitungkan
distribusi, tidak lebih dari luas antara pesendian chondrosternal kedua sampai corpus
vertebra torakalis V (kurang dari 2 sela iga).
2. Moderately advanced lesion
Dapat mengenai sebelah paru atau kedua paru tetapi tidak melebihi ketentuan
sebagai berikut :
- Bercak infiltrat tersebar tidak melebihi volume sebelah paru
- Infiltrat yang mengelompok yang luasnya tidak melebihi 1/3
volume sebelah paru
- Diameter kaverne bila ada tidak melebihi dari 4 cm.
3. Far advanced lesion
Far advanced lesion merupakan lesi yang melewati moderately advanced lesion
atau ada kavernae yang sangat besar.
14
15
2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan, dan mencegah terjadinya
16
15
Tabel 2.2
15
Tabel 2.3
2.10 Komplikasi
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan mengambil data rekam medis pasienTB paru
yang sedang menjalani pengobatan di Puskesmas Air Itam periode Maret 2019- Juni 2019.
Penelitan ini dilakukan di Puskesmas Air Itam Pangkal Pinang dan waktu
penelitian di Bulan 12 Maret 2019 sampai dengan 12 Juni 2019
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah semua pasien batuk lama yang merupakan suspek TB paru
yang menjalani pengobatan di poli paru dan poli umum Puskesmas Air Itam .
3.3.2 Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan di anggap mewakili seluruh populasi yang
akan diteliti (Notoatmodjo,2012). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini ialah
dengan menggunakan metode total sampling
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pasien batuk lama lebih dari
2 minggu yang menjalani pengobatan di poli paru dan poli umum Puskesmas Air Itam.
1. Kriteria Inklusi
Semua pasien batuk lama lebih dari 2 minggu.
2. Kriteria Eksklusi
Pasien dengan rhinitis alergi, pneumonia dan infeksi paru selain TB. Pasien
dengan profilaksis TB paru.
BAB IV
PROFIL PUSKESMAS
Berdasarkan posisinya, Puskesmas Air Itam berada dibagian timur wilayah kota
Pangkalpinang dan berada di Pusat Pemerintahan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
tepatnya di Kecamatan Bukit Intan. Semua wilayah bisa ditempuh dengan jalur darat.
Batas wilayah kerja Puskesmas Air Itam adalah sebagai berikut :
(1) Sebelah Utara : Wilayah Laut Cina Selatan
(2) Sebelah Timur : Desa Kebintik Kabupaten Bangka Tengah
(3) Sebelah Selatan : Wilayah Pangkalan Baru Kabupaten Bangka Tengah
(4) Sebelah Barat :Wilayah Kecamatan Pangkalbalam dan Kecamatan Girimaya
1. Luas wilayah
Secara administrasi pemerintahan, Luas wilayah Kerja Puskesmas Air Itam
Km². Wilayah Puskesmas Air Itam terbagi menjadi empat wilayah setingkat
kelurahan/desa yaitu :
(1) Kelurahan Air Itam dengan luas wilayah 3.43 Km
(2) Kelurahan Bacang dengan luas wilayah 3.92 Km
(3) Kelurahan Sinar Bulan dengan luas wilayah 3.65 Km
(4) Kelurahan Temberan dengan luas wilayah 1.661 Km
2. Kependudukan
Berdasarkan hasil pendataan dari Kelurahan/Desa dan Kecamatan, jumlah
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Air Itam pada tahun 2016 berjumlah 18.097
jiwa.
1) Sosial Ekonomi
a) Pendidikan
b) Mata Pencaharian Penduduk
Sebagaian besar penduduk di wilayah kerja Puskesmas Air Itam berprofesi
sebagai Pertanian/Nelayan (20%), Pedagang/Swasta (30%), Pegawai Negeri
(20%), Buruh ( 30 %).
c) Agama
Sebagian besar penduduk yang berada di wilayah kerja Puskesmas Air Itam
merupakan mayoritas pemeluk agama Islam dan sebagaiannya minoritas etnis
Cina.
23
2) Hasil
a)Unit Kegiatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
(1) Posyandu
Dengan jumlah Posyandu sebanyak 11 buah, Posyandu didistribusikan
berdasarkan kriteria posyandu, sebagai berikut :
15 Asisten Apoteker 1 - 1
16 Apoteker 1 - 1
17 Pekarya Kesehatan - - -
18 Rekam Medis 3 - 3
19 Administrasi 1 - 1
20 Sanitarian 1 - 1
21 Satpam 2 - 2
22 Cleaning service 2 - 2
JUMLAH 52 - 52
25
BAB V
Dari hasil Pengumpulan data, pengolahan data dan analisa data yang telah
dilakukan pada 40 pasien dengan suspek TB di puskesma Air Itam diperoleh hasil
penelitian sebagai berikut
5.2 PEMBAHASAN
BAB VI
6.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional penanggulangan
Tuberkulosis, Jakarta: 2006.
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi IV Jilid II. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Peyakit
Dalam Fakultas Kedoktern UI, Jakarta: 2006.
3. Tuberkulosis causes, symptoms, treatment and prevention.
www.emedicinehealth.com/tuberkulosis/page3_em.htm.
4. University of Maryland Medical Center. Pulmonary Tuberkulosis.
www.umm.edu/ency/artcle/000077.htm.
5. World Health Organization. Tuberkulosis Facts 2007.
http://www.who.int/TB/en/.
6. Chintu C, Mudenda V, Lucas S. 2002. Lung Diseases at Necropsy in African
Children Dying from Respiratory Illnesses : a Descriptive Necropsy Study.
Berlin : Lancet
7. Soeparman. 1990. Ilmu Penyakit Dalam - FKUI. Jakarta : Fakultas Kediokteran
Universitas Indonesia
8. Madhi SA, et al. 2000. Increased Disease Burden and Antibiotic Resistance of
Bacteria Causing Severe Community-aquired Lower Respiratory Tract Infections
in Human Immunodeficiency Virus type I Infected Children. Berlin : Springer
9. Lienhardt C, et al. 2003. Risk Factors for Tuberculosis Infection in Sub-Sahara
Africa. Berlin : Springer
10. Supriyatno B, et al. 2007. Pedomen Nasional Tuberkulosis Anak Edisi ke-2.
Jakarta : UKK Respirologi PP Ikatan Dokter Anak Indonesia
11. Behrman, et al. 2002. Nelson - Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta : EGC
12. Depkes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi II. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI, 2008.
13. Depkes RI. Komite Nasional Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis Paru di
Indonesia. Prosedur Tetap Penanggulangan TB Paru Nasional Secara Terpadu.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2006.
14. Bello SI, Itiola OA. (2010). DrugAdherence amongst tuberculosis patients in the
University of Ilorin Teaching Hospital, Ilorin, Nigeria. African Journal of
Pharmacy and Pharmacology: 4(3),p 109-114.
15. Adane AA, Alene KA, Koye DN, Zeleke BM. (2013). Nonadherence to Anti-
Tuberculosis Treatments and Determinant Factors among patients with
Tuberculosis in Northwest Ethiopia. PLoS ONE 8(11): e78791.
16. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. (2011). Strategi Nasional Pengendalian TB
28
LAMPIRAN
JENIS
NO NAMA USIA BTA PENGOBATAN
KELAMIN
1 ASP SONY LAKI LAKI 37 1
1
2 SUBARIA LAKI-LAKI 35 0
1
3 EBIT SAPUTRA LAKI-LAKI 26 1
1
4 SUKIRMAN LAKI-LAKI 70 1
1
5 HARTINI PEREMPUAN 34 1
1
6 DELVI PEREMPUAN 49 1
1
7 IBNU ISMAIL LAKI-LAKI 46 0
1
8 HENDRI LAKI-LAKI 37 1
1
9 BAGUS LAKI-LAKI 25 0
1
10 RIRIN LESTARI PEREMPUAN 27 0
1
11 LIE LING CHA PEREMPUAN 62 0
1
12 AGUSTIAN LAKI-LAKI 40 0
1
13 ISHAR LAKI-LAKI 52 0
1
14 SUAIBAH PEREMPUAN 63 0
1
15 HOTMAN LAKI-LAKI 50 0
1
16 A JI HIAN PEREMPUAN 63 0
1
17 ASNAH PEREMPUAN 53 0
1
18 NOVIANDA LAKI-LAKI 27 0
1
19 HARIADI LAKI-LAKI 31 0
1
20 SUBANA LAKI-LAKI 35 1
1
30
21 SALEH LAKI-LAKI 71 1
1
22 HENDRI LAKI-LAKI 51 0
1
23 SAIBAL LAKI-LAKI 60 1
1
24 NURLENIA PEREMPUAN 38 1
1
25 SURATMI PEREMPUAN 37 1
1
26 ZAKI LAKI-LAKI 27 0
1
27 APHIY LAKI-LAKI 22 1
1
28 SARIAH PEREMPUAN 63 1
1
29 USMAN LAKI-LAKI 32 1
1