LAPORAN PENELITIAN
Oleh :
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas mini project mata kuliah Ilmu
Sosial dan Perilaku Kesehatan yang bertema “Perilaku Keluarga dan Perawatan
Kasus Maternitas di Ruang ICU RSUD dr. Haryoto Lumajang.”
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Karenanya,
penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Iwan Taruna, M. Eng., selaku Rektor Universitas jember
2. Bapak Prof. Dr. M. Arief Amrullah, SH, M.Hum., selaku Direktur Pasca
Sarjana Universitas Jember
3. Bapak Dr. Isa Ma’rufi, S.KM., M.Kes., selaku Koordinator Program Studi
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
4. Dr. Rondhianto, S.Kep., Ns., M.Kep., Ibu Erwin Nur Rif’ah, MA. Phd, Ns.,
Tantut Susanto, S.Kep. M.Kep., selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Ilmu
Sosial dan Perilaku Kesehatan
5. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan laporan ini, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
iii
iv
iv
v
DAFTAR TABEL
v
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB 1. PENDAHULUAN
4.197 jiwa. Penyebab kematian ibu pada tahun lalu, antara lain diakibatkan
oleh pendarahan (28,29%), hipertensi (23%), dan gangguan sistem peredaran
darah (4,94%). Jumlah kematian ibu di Jawa Barat tercatat paling banyak,
yakni mencapai 745 jiwa pada 2020. Sedangkan jumlah bayi lahir di provinsi
tersebut mencapai 880.250 jiwa dan yang meninggal sebanyak 2.891 jiwa.
Provinsi dengan jumlah kematian ibu terbanyak berikutnya adalah Jawa Timur,
yakni mencapai 565 jiwa dengan jumlah bayi lahir hidup sebanyak 562.006
jiwa. Diikuti Jawa Tengah dengan kematian ibu sebanyak 530 jiwa, kemudian
Banten sebanyak 242 jiwa, dan Sumatera utara sebanyak 187 jiwa. Hasil studi
pendahuluan di ruang ICU RSUD dr. Haryoto Lumajang rata-rata kasus
kegawatdaruratan maternitas (kehamilan, persalinan dan nifas) bulan Januari
sampai dengan Maret sebanyak 20 kasus per bulannya.
Program yang dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB dari aspek
medis, kebijakan dan manajemen pelayanan kesehatan, antara lain dengan
meningkatkan cakupan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
maternal. Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan, sudah
dilakukan kegiatan dengan target meningkatkan cakupan persalinan oleh
tenaga kesehatan terampil, meningkatkan cakupan pelayanan komplikasi
obstetri dan neonatal berkualitas, meningkatkan dan melaksanakan pelayanan
obstetri dan neonatal emergensi dasar (PONED) di Puskesmas dengan tempat
tidur di setiap Kabupaten/Kota dan meningkatkan pelayanan obstetri dan
neonatal emergensi komprehensif (PONEK) selama 24 jam di Rumah sakit
Kabupaten/Kota (Rahmawati, 2006) dalam (Pranata et al., 2011). Selain itu
kematian ibu dapat diantisipasi melalui penanganan secara dini permasalahan
yang terjadi melaui rujukan. Menurut Depkes RI, sistem rujukan adalah suatu
jaringan sistim pelayanan kesehatan, penyerahan tanggung jawab secara timbal
balik atas timbulnya sutau masalah dari suatu kasus baik secara vertikal
maupun horizontal kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan
secara rasional. Rujukan persalinan adalah salah satu metode layanan
persalinan kepada ibu bersalin. Secara operasional sistem rujukan paripurna
dan terpadu merupakan suatu tatanan, melalui berbagai komponen dalam
3
jaringan pelayanan persalinan dapat berinteraksi dua arah timbal balik, antara
bidan desa, bidan dan dokter puskesmas di pelayanan kesehatan dasar.
Pelaksanaan proses rujukan dimulai dari Posyandu, kemudian pasien
harus dirujuk ke layanan kesehatan lebih tinggi, yaitu puskesmas, bila tidak
mampu menangani harus dirujuk ke RSUD Tk.II, selanjutnya bila belum bisa
juga tertangani dirujuk ke RSUD Tk. I, terakhir dirujuk ke RSUP. Mekanisme
ini wajib dilaksanakan oleh tenaga medis dari tingkatan paling bawah sampai
ke atas. Kuatnya sistem rujukan merupakan salah satu cara dalam mempercepat
penurunan angka kematian ibu. Faktor utama yang mempengaruhi sistem
rujukan seperti fasilitas, tenaga, SOP, kerjasama tim, transportasi, komunikasi,
dan pendanaan perlu mendapatkan perhatian serius dari semua stakeholders
yang terlibat dalam program kesehatan ibu (Wahyuningsih et al., 2018). Hal
ini alasan peneliti untuk mengetahui Perilaku Keluarga dan Perawatan Kasus
Maternitas di Ruang ICU RSUD dr. Haryoto Lumajang.
1.3 Tujuan
Penelitian ini disusun bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
Perilaku Keluarga dan Perawatan Kasus Maternitas di Ruang ICU RSUD dr.
Haryoto Lumajang
1.4 Manfaat
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi terutama
pelayanan kesehatan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu.
syok hipofolemik, syok septik, syok jenis lain ( syok kardioganik, syok
neurologik dan sebagainya), koma, kejang-kejang, atau koma disertai
kejang-kejang dan hal itu terjadi dalam kehamilan, persalinan, atau pasca
persalinan.
Perilaku Keluarga
Keterangan:
: Tidak di teliti
: Di teliti
: Menghubungkan / kejadian
Tabel 4.1 Definisi Operasional hubungan hubungan Perilaku Kesehatan dan Perawatan
Kasus Maternitas di Ruang ICU RSUD dr. Haryoto Lumajang.
ALAT
VARIABEL DEFINISI INDIKATOR SKALA SKOR
UKUR
OPERASIONAL
Variabel Tanggapan terhadap Adanya Kuesioner Interval 1= Mendukung
independen: rangsangan yang perilaku yang (1-15) (>10)
Perilaku berkaitan dengan mendukung
keluarga sakit, penyakit, dan 0= Tidak
pelayanan Mendukung
kesehatan (≤10)
(pengetahuan dan
sikap keluarga)
Variable Kondisi ibu saat Kondisi ibu Kuesioner Interval 1=Berhasil (6)
dependen: tiba di RS dan hidup (1-6) 0=Tidak
Perawatan mendapat tindakan Berhasil (<6)
maternitas perawatan
Tabel 5.1 menunjukkan dari 22 responden sebagian besar responden berada dalam
rentang usia 20-30 tahun dengan jumlah 15 responden (68,2%)
18
Tabel 5.2 menunjukkan dari 22 responden setengah merupakan suami dari pasien
dengan jumlah 12 responden (54,5%).
3. Pendidikan Responden
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendididkan
Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
SMP 7 31,8
SMA 10 45,5
PT 5 22,7
Jumlah 22 100
Tabel 5.6 menunjukkan dari 22 responden menyatakan pasien dalam kondisi sadar
ketika sampai di tempat rujukan/ RSUD dr. Haryoto Lumajang (90,9%) dan
mendapatkan perawatan maksimal di ICU (95,5%).
Tabel 5.8 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara perilaku keluarga
menunjukkan (p<0,05).
BAB 6. PEMBAHASAN
dari dua. Melahirkan dapat menjadi sangat berbahaya ketika kelahiran yang
terlalu cepat atau terlambat, terlalu berdekatan atau terlalu banyak.
Hal lain yang diperhatikan yaitu tiga keterlambatan mengenali keadaan
gawat darurat kebidanan yang mengharuskan ibu segera dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatanyang lebih lengkap dan keterlambatan kedua adalah
keterlambatan mencapai fasilitas kesehatan rujukan karena kendala geografis
dan sarana transportasi.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan adanya keterlambatan
pengambilan keputusan dalam melakukan rujukan antara lain keterlambatan
menyadari atau mendeteksi masalah, munculnya perasaan takut dirawat di
rumah sakit atau karena kurangnya biaya pengobatan. Keterlambatan mencapai
tempat rujukan biasanya disebabkan oleh kendala sarana transportasi
sedangkan keterlambatan dalam memperoleh pelayanan sering terjadi karena
peralatan medis yang kurang, ruang operasi yang terbatas atau persediaan darah
yang kurang.
Three Delay Models (tiga keterlambatan merujuk ibu ke fasilitas rujukan)
merupakan faktor yang memiliki peranan yang sangat penting terhadap angka
kematian ibu di masyarakat. Faktor ini merupakan penyebab yang mendasar
walaupun bukan menjadi penyebab langsungnya.Sebuah studi menyimpulkan
bahwa peran suami dan istri dalam mengambil keputusan untuk merujuk ibu
hamil resiko tinggi di Kecamatan Wanukaka masih ditekankan pada budaya
patrilineal. Suami memegang peranan yang sangat dominan dalam
pengambilan keputusan dalam keluarga walaupun dukungan keluarga yang
lain memberikan sumbangan yang besar bagi ibu hamil dalam menyesuaikan
diri dengan kehamilan atau menghadapi komplikasi kehamilan.
Perilaku Utilisasi Pelayanan Kesehatan Ibu juga perlu diperhatikan, dari
informan menyatakan bahwa jarak rumah dengan fasilitas kesehatan dapat
dijangkau dengan mudah menggunakan alat transportasi kendaraan roda dua
atau roda empat sedangkan pada permasalahn biaya pelayanan kesehatan
terdapat tiga Informan yang tidak memiliki kartu jaminan kesehatan sehingga
ketika memeriksakan kehamilan di klinik harus membayar karena berlaku
25
rumah tangga sampai rumah sakit. Lintas tahap siklus hidup, terutama dari
masa prakonsepsi, konsepsi hingga pascapersalinan. Konsep ini sangat penting
diterapkan untuk mengatasi masalah kesehatan pada masa reproduksi, masa
kehamilan, persalinan dan masa nifas (pascapersalinan). Konsep continuum of
care diharapkan dapat memenuhi tantangan dalam meningkatkan kesehatan
dan survival dari ibu, bayi baru lahir dan anak (Sines et al., 2006).
Ada dua dimensi dari continuum of care yaitu dimensi waktu dan dimensi
tempat. Dimensi waktu dari continum of care adalah dengan memperhatikan
kesehatan maternal, bayi baru lahir, dan anak (MNCH). Sedangkan dimensi
tempat dari continuum of care adalah dari rumah tangga hingga rumah sakit
(HHCC). Tujuan dari pendekatan HHCC adalah untuk meyakinkan
ketersediaan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas untuk ibu hamil dan
bayi baru lahir yang tersedia mulai dari rumah, masyarakat, pusat pelayanan
kesehatan dasar, hingga ke rumah sakit.
Alur atau link dalam suatu sistem pelayanan kesehatan (primaryhealth-
care system) yang terintegrasi dari rumah, komunitas, jangkauan dan pelayanan
berbasis fasilitas (facility-based care). Tentunya alur kontinum ini difokuskan
untuk MNCH. Konsep continuum of care MNCH berdasarkan asumsi bahwa
kesehatan dan kesejahteraan ibu, bayi baru lahir dan anakanak, saling terkait
satu sama lain dan harus ditangani dalam kesatuan. Model ini akan melibatkan
ketersediaan dan akses pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan reproduksi
untuk wanita dari remaja hingga hamil, melahirkan dan pascamelahirkan;
untuk bayi baru lahir hingga masa kanak-kanak, hingga masa dewasa muda
(Sines et al., 2006; Unicef, 2014).
Konsep pelayanan kesehatan dari hulu ke hilir adalah mengacu pada
konsep dan pendekatan continuum of care ditinjau dari dimensi tempat.
Pelayanan atau Intervensi di hulu merupakan semua bentuk pelayanan di level
rumah tangga dan masyarakat seperti program KB, perbaikan gizi, wanita, dan
social ekonomi.
Conceptual Framework Penerapan Model Sosio Ekologi Perilaku
Kesehatan dan Pendekatan Continuum of Care dalam Menurunkan AKI
28
Konsep sosio ekologi perilaku sehat dan continuum of care telah diuraikan
pada sub bab sebelumnya. Penerapan kedua konsep tersebut dipadukan untuk
sebagai satu kesatuan pendekatan yang bersifat komprehensif dalam mengatasi
masalah tingginya angka kematian ibu di Indonesia.
Pada tingkat individu (intrapersonal level) dan tingkat hubungan antar
individu (interpersonal relationship) berada di pelayanan di hulu. Sementara
pada tingkat masyarakat di suatu daerah tertentu (community level) serta
masyarakat luas (society level) merupakan pelayanan di hilir. Perpaduan kedua
konsep tersebut diterapkan sebagai kerangka kerja (conceptual framework)
dalam upaya pengembangan program yang bertujuan untuk menurunkan angka
kematian ibu (Sumarni, 2017).
yang terlibat dalam pendampingan ibu hamil. Jika dilihat dari komposisi usia
dari seluruh kader di wilayah kerja Puskesmas Mulyorejo, mayoritas kader
memiliki usia diatas 35 tahun.
Menurut Bahri (1981), Sumardilah (1985) menyatakan ciri-ciri kader
yang aktif sebaiknya berumur antara 25-35 tahun, karena pada masa muda
kader mempunyai motivasi yang positif, merasa lebih bertanggung jawab dan
inovatitf. Dalam mengatasi masalah ini Puskesmas dapat berkoordinasi dengan
kelurahan setempat untuk segera melakukan kaderisasi pengganti kader yang
berusia lanjut, sehingga ketika kader yang lama berhenti maka sudah ada kader
muda yang menggantikan.
Proses pendampingan ibu hamil dilakukan dengan periode waktu
berbeda antara kader di kelurahan satu dengan kader di kelurahan lain.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kader, periode pendampingan ibu hamil
dilakukan setiap seminggu sekali. Sedangkan kader lainnya melakukan
pendampingan ibu hamil setiap bulan sekali. Kegiatan pendampingan ibu
hamil, setiap kader mendatangi rumah ibu hamil untuk melakukan pendataan
tentang status kesehatan ibu hamil dengan menggunakan skor pudji rochyati.
Selain itu kader juga melakukan pengecekan buku KIA ibu hamil untuk
mengetahui jadwal periksa, memastikan bahwa setiap ibu hamil telah
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan dengan frekuensi periksa sesuai
dengan usia kehamilan.
Hasil dari wawancara dengan kader diketahui bahwa ada beberapa
kendala yang dihadapi oleh ibu hamil untuk melakukan periksa tepat waktu
yaitu kendala transportasi. Seringkali suami dan keluarga ibu hamil bekerja
sehingga tidak ada yang mengantar untuk periksa ke pelayanan kesehatan. Hal
ini jika dikaitkan dengan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang rendah, kemungkinan salah satu penyebabnya adalah tidak
tersedianya sarana transportasi yang memadai sehingga seringkali ibu hamil
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang lebih dekat dengan domisili.
Pelayanan Kesehatan Ibu (Maternal Care Services/MHS) di Negeria
tidak terlepas dari penurunan angka kematian ibu serta luaran kesehatan bayi
30
dan neonatus. Antenatal Care memberikan informasi dan risiko yang relevan
kepada ibu hamil yang bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan MHS
mereka. Komplikasi diketahui berhubungan langsung atau tidak langsung
dengan kematian ibu, sekitar 75% wanita meninggal akibat komplikasi ini baik
selama persalinan atau seminggu sebelum persalinan. Oleh karena itu,
penolong persalinan terampil perlu merawat ibu hamil dan tenaga persalinan
terampil tersebut meliputi dokter, petugas kesehatan masyarakat, perawat, dll.
Statistik terbaru menunjukkan bahwa komplikasi kehamilan pada tahun 2007
menyebabkan kematian lebih dari 52.000 wanita di Nigeria.
Selama tujuh tahun sebelum Survei Kesehatan Demografi Nasional
tahun 2008, pengalaman kesehatan ibu Mengalami penurunan drastis, catatan
menunjukkan angka kelahiran hidup menjadi 545 per 100.000, yang
menyiratkan bahwa untuk satu komplikasi kehamilan tunggal yang
mengakibatkan kematian, lebih dari 20 lainnya dihadapkan pada kecacatan
yang mungkin berlangsung seumur hidup. Perempuan di Bikobiko, Ijiman,
Ijom, Ikpakapit, dan Ketabebe, mewakili lima dewan adat di Ugep Wilayah
Pemerintah Daerah Yakurr, meninggal saat hamil dan melahirkan terutama
pasca melahirkan dini. Artinya, penolong persalinan yang tidak terampil masih
tetap dilindungi meskipun perawatan antenatal diperoleh dari persalinan
layanan obstetri yang terampil.
Di negara berkembang seperti Nigeria, wanita hamil mengkhawatirkan
kelahiran anak, karena rasa sakit dan kematian dianggap sebagai kemungkinan
yang kuat selama kelahiran anak, situasi ini sangat berbeda dengan apa yang
didapat di negara maju, ada hubungan antara status sosial ekonomi perempuan
dan pemanfaatan layanan kesehatan ibu (Arisukwu et al., 2021).
7.1 Kesimpulan
Pendekatan continuum of care program diupayakan untuk menangani
masalah kesehatan ibu dan anak dari saat pra-konsepsi sampai dengan masa
kehamilan dan masa pascapersalinan sebagai suatu kesatuan, antara ibu dan anak.
Dari dimensi perilaku keluarga yaitu dimulai program pelayanan kesehatan dari
rumah tangga/ keluarga, masyarakat lingkungan terdekat, hingga pelayanan di
rumah sakit serta tetap memperhatikan Determinan Antara terhadap kematian ibu
yang meliputi satus reproduksi, status gizi ibu, tiga keterlambatan serta perilaku
utilisasi pelayanan kesehatan ibu.
Dalam penelitian ini didapatkan hubungan yang signifikan antara perilaku
kesehatan keluarga dengan keberhasilan perawatan maternitas di ICU RSUD Dr.
Haryoto Lumajang.
7.2 Saran
Pelaksanaan pelayanan kesehatan dalam rangka menurunkan kematian ibu
sewajarnya menjadi tanggung jawab kita bersama dan mendapatkan dukungan dari
pemegang kebijakan yaitu pemerintah, sehingga target akhir dapat tercapai
maksimal.
33
DAFTAR PUSTAKA
Arisukwu, O., Akinfenwa, S., & Igbolekwu, C. (2021). Primary healthcare services
and maternal mortality in Ugep. Annals of Medicine and Surgery, 68(August),
102691. https://doi.org/10.1016/j.amsu.2021.102691
Liu, J., Song, L., Qiu, J., Jing, W., Wang, L., Dai, Y., Qin, G., & Liu, M. (2020).
Reducing maternal mortality in China in the era of the two-child policy. BMJ
Global Health, 5(2), 1–6. https://doi.org/10.1136/bmjgh-2019-002157
Prof. Dr. Sugiyono. (2018). Statistik Nonparametris (Bayu Rahmat Setiadi (ed.);
2nd ed.). ALFABETA.
Small, M. J., Allen, T. K., & Brown, H. L. (2017). Global disparities in maternal
morbidity and mortality. Seminars in Perinatology, 41(5), 318–322.
https://doi.org/10.1053/j.semperi.2017.04.009
Sumarni, S. (2017). Model sosio ekologi perilaku kesehatan dan pendekatan. The
Indonesian Journal of Public Health, 12, No.1(August), 129–141.
https://doi.org/10.20473/ijph.v12i1.2017.129
WD. Yuni. M. Usa. (2017). Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) DI
Puskesmas Mulyorejo Kota Surabaya. VJurnal Penelitian Kesehatan Suara
Forikes, VIII Nomor, 126–134.
Willcox, M. L., Price, J., Scott, S., Nicholson, B. D., Stuart, B., Roberts, N. W.,
Allott, H., Mubangizi, V., Dumont, A., & Harnden, A. (2020). Death audits
and reviews for reducing maternal, perinatal and child mortality. Cochrane
Database of Systematic Reviews, 2020(3).
https://doi.org/10.1002/14651858.CD012982.pub2
35
Lampiran 1
Nama Saksi:
Lampiran 2
“Perilaku Keluarga dan Perawatan Kasus Maternitas di Ruang ICU RSUD
dr. Haryoto Lumajang.”
Kode Responden:
Karakteristik Respondem
Tanggal wawancara :
Responden :
Umur :
Hubungan dengan pasien :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Keluarga setuju dirujuk : (dijawab dengan YA/ TIDAK)
Perilaku Kesehatan
Riwayat kehamilan, persalinan, nifas pasien sekarang:
1. Usia kehamilan.... ≥28 < 28
2. Pernah periksa kehamilan ≥ 4x < 4x
3. Dimana periksa kehamilan Nakes Non Nakes
4. Pernah mengalami masalah kehamilan ini Tidak Ya
Proses Rujukan Ibu Hamil, Bersalin, Nifas :
1. Minta pertolongan pada siapa....... Nakes Non Nakes
2. Keluarga mendampingi saat minta pertolongan Ya Tidak
3. Keluarga mendengarkan informasi pra rujukan Ya Tidak
4. Jarak dari rumah/ institusi kesehatan ke RS <100 km ≥100 km
5. Berapa lama dari rumah/ institusi kesehatan ke RS < 2 jam ≥2 jam
6. Sarana transportasi telah tersedia Ya Tidak
7. Kendaraan yang dipakai merujuk.... Ambulan K. Lain
8. Keluarga ikut mendampingi di dekat ibu Ya Tidak
9. Penanggung jawab biaya di RS... BPJS Non BPJS
10. Apakah keluarga sudah punya persediaan biaya Ya Tidak
37