Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL SKRIPSI

IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO K3 PADA


USAHA PENGOLAHAN MINYAK CENGKEH
UD. RESO PAMMASE DENGAN METODE HIRARC

ANDI NURLIA ASTI


1722060011

PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI


JURUSAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2021
LEMBAR PENGESAHAN NASKAH PROPOSAL

Judul : Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko K3 Pada Usaha


Pengolahan Minyak Cengkeh UD. Reso Pammase Dengan
Metode HIRARC

Nama : Andi Nurlia Asti

NIM : 1722060011

Program Studi : Agroindustri

Pembimbing 1 : Dr. Ir. Reta, S.TP., M.Si

Pembimbing 2 : A.Ita Juwita, S.Si., M.Si

Tanggal Seminar : 27 April 2021

Disetujui Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Reta, M.Si A.Ita Juwita, S.Si., M.Si


NIP. 19731231 200604 2 001 NIP. 19840405 200912 2 002

Mengetahui
Ketua Program Studi Agroindustri

Dr. Ir. Sitti Nurmiah, M.Si


NIP. 19670105 200112 2 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. berkat rahmat dan
hidaya-Nya penulis masih diberi kesehatan dan kesempatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul Identifikasi Bahaya dan
Penilaian Risiko K3 Pada Usaha Pengolahan Minyak Cengkeh UD. Reso
Pammase Dengan Metode HIRARC.
Penulis mengucapkan terimah kasih kepada segenap keluarga tercinta
terutama terhadap kedua orang tua penulis, ayahanda Ashar serta ibunda Andi
Witting yang telah memberikan bantuan moril maupun material serta doa,
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan tepat waktu.
Secara khusus penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. H. Darmawan, M.P., selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep.
2. Bapak Dr. A. Ridwan Makkulawu, ST., M.Sc, selaku Ketua Jurusan Teknologi
Pengolahan Hasil Perikanan.
3. Ibu Dr. Ir. Sitti Nurmiah, M. Si, selaku Ketua Program Studi Agroindustri.
4. Ibu Dr. Ir. Reta, S.TP., M. Si, selaku dosen pembimbing I yang penuh
kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan proposal
skripsi ini.
5. Ibu A.Ita Juwita, S.Si., M.Si, selaku pembimbing II yang penuh kesabaran
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan proposal skripsi ini.
6. Ibu Dr. Sri Wati Malle, S.TP., M.Kes, selaku dosen penguji I yang telah
memberikan saran dan masukan yang membangun kepada penulis dalam
penulisan proposal skripsi.
7. Bapak Dr. Ir. Zaimar, M.T, selaku dosen penguji II yang telah memberikan
saran dan masukan yang membangun kepada penulis dalam penulisan proposal
skripsi.
8. Dosen serta Teknisi Program Studi Agroindustri Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep.
9. Bapak H. Lacinding, selaku Pembimbing lapangan di UD. Reso Pammase
10. Rekan-rekan seperjuanagn mahasiswa Agroindustri 2017 yang telah
memebrikan bantuan, dan dukungan selama menempuh kuliah hingga
terselesaikannya proposal skripsi ini.
11. Seluruh pihak yang tidak bisa saya sebut satu persatu yang turut membantu
dalam penulisan proposal skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal skripsi ini masih
terdapat banyak kekurangan dan belum dapat dikatakan sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan untuk
kesempurnaan dalam penulisan proposal skripsi ini. Semoga propsal ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca.

Pangkep, 25 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN NASKAH PROPOSAL ............................................. ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ....................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................................................

1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................

1.4. Manfaat Penelitian ..........................................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori ...............................................................................................

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)......................................................

B. Keselamatan Kerja ......................................................................................

C. Kesehatan Kerja ..........................................................................................

D. Kecelakaan Kerja.........................................................................................

E. Bahaya .........................................................................................................

F. Risiko...........................................................................................................

G. Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC) ........

H. Landasan Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ........................

I. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) ................


2.2. Penelitian Terdahulu ....................................................................................

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu ......................................................................................

3.2. Metode Penelitian ........................................................................................

3.3. Prosedur Penelitian ......................................................................................

3.4. Sumber Data ................................................................................................

3.5. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................................

3.6. Teknik Analisis Data ...................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................


DAFTAR TABEL

No Hal

2.1 Tingkat Kemungkinan Terjadinya Risiko (Likelihood) .....................................

2.2 Tingkat Keparahan Terjadinya Risiko (Consequence) ......................................

2.3 Peringkat Risiko (Risk Raiting)..........................................................................

3.1 Alternatif Jawaban Dengan Skala Likert............................................................


DAFTAR GAMBAR

No Hal

3.1 Diagram kerangka pemikiran penelitian ............................................................

4.1 Diagram Alir Pengolahan Minyak Daun dan Gagang Cengkeh ........................

4.2 Area Gudang Penerimaan Bahan Baku ..............................................................

4.3 Area Penyulingan ...............................................................................................

4.4 Area Pipa Pendingin (Kondensor) ......................................................................

4.5 Area Pemisahan Minyak dan Air ........................................................................


DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. Identitas Responden ...........................................................................................


2. Peluang Terjadinya Bahaya (Likelihood) ...........................................................
3. Penyakit Akibat Kerja ........................................................................................
4. Konsekwensi Terjadinya Risiko (Consequence) ...............................................
5. Strategi yang dilakukan untuk Mengurangi Kecelakaan Kerja..........................
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Persaingan yang semakin ketat mengharuskan para pelaku usaha atau
pengelola industri harus meningkatkan kualitasnya, baik produk yang dihasilkan
maupun kualitas kerja dari para karyawan, suatu industri harus memperhatikan
masalah keselamatan dan kesehatan kerja untuk mencegah terjadinya suatu hal
yang tidak diinginkan seperti kecelakaan kerja, pencemaran lingkungan dan
kebakaran (Wiratmani, 2010).
Angka kecelakaan kerja di Indonesia dinilai masih tinggi. Hal ini didukung
oleh data yang mencatat adanya tren kenaikan angka kecelakaan kerja yang terus
meningkat. Pada tahun 2017 tercatat 123 kasus kecelakaan kerja, mengalami
peningkatan pada tahun 2018 tercatat 157.313 kasus kecelakaan kerja. Penyebab
utama terjadinya kecelakaan kerja adalah masih rendahnya kesadaran akan
pentingnya penerapan K3 dikalangan industri (Yuliandi dan Ahman, 2019).
Berdasarkan hal tersebut, maka keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
merupakan aspek yang penting dalam suatu industri. Suatu industri dapat
dikatakan berhasil apabila dapat menekan atau mengurangi kerugian, dengan
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang baik maka dapat
mengurangi biaya, seperti biaya pengobatan (Mayadilanuari, 2020).
Salah satu usaha yang mempunyai risiko kecelakaan kerja yaitu usaha
pengolahan minyak cengkeh. Usaha pengolahan minyak cengkeh ini merupakan
industri mikro yang terletak di Kec. Larompong Kab. Luwu. Usaha pengolahan
minyak cengkeh dilakukan melalui beberapa tahapan atau proses seperti
penyulingan, pendinginan dan penyaringan. Bagian tahapan proses yang
berpotensi mengalami kecelakaan kerja yaitu bagian proses penyulingan karena
pada tahapan ini berkaitan dengan panas sehingga dapat menimbulkan terjadinya
kecelakaan seperti ledakan atau kebakaran yang menyebabkan seseorang terkena
iritasi kulit, gangguan pernafasan atau bahkan kematian, untuk itu diperlukan
implementasi keselamatan dan kesehatan kerja yang baik untuk menghindari atau
meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.
UD. Reso Pammase pernah mengalami ledakan pada tahun 2006 yang
disebabkan oleh kelalaian karyawan yang kurang memperhatikan kondisi
peralatan saat bekerja sehingga penutup ketel uap meledak, selain peristiwa
ledakan juga pernah terjadi kebakaran yang disebabkan oleh percikan api dari
tungku pembakaran, pada peristiwa ledakan dan kebakaran tersebut tidak ada
korban jiwa akan tetapi mengalami kerugian materi sebesar 1,2 Milyar.
Berdasarkan uraian latar belakang penulis mengangkat judul, yaitu Identifikasi
Bahaya dan Penilaian Risiko K3 Pada Usaha Pengolahan Minyak Cengkeh UD.
Reso Pammase .

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarakan latar belakang diatas maka permasalahan yang akan dibahas
pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apa saja potensi bahaya yang terjadi pada usaha pengolahan minyak
cengkeh UD. Reso Pammase ?
2. Bagaimana tingkatan risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada
usaha pengolahan minyak cengkeh UD. Reso Pammase ?
3. Strategi apa yang perlu diterapkan untuk mengurangi kecelakaan kerja
pada usaha pengolahan minyak cengkeh UD. Reso Pammase ?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai setelah melakukan penelitian berdasarkan
permasalahan masalah adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi potensi bahaya di lingkungan kerja pada usaha
pengolahan minyak cengkeh UD. Reso Pammase.
2. Menganalisis tingkatan risiko pada setiap bahaya yang terdapat pada usaha
pengolahan minyak cengkeh UD. Reso Pammase.
3. Merekomendasikan startegi pengendalian risiko untuk mengurangi
kecelakaan kerja berdasarkan tingkat risiko pada setiap bahaya yang
terdapat pada usaha pengolahan minyak cengkeh UD. Reso Pammase.

1.4. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk mengantisipasi masalah dan
kendala dalam identifikasi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada
usaha pengolahan minyak cengkeh UD. Reso Pammase.
.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Menurut International Labor Organizational (ILO), keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan tindakan pengupayaan yang dilakukan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan karyawan baik secara fisik,
sosial maupun kondisi mental, tindakan pencegahan penyimpangan kesehatan
karyawan yang disebabakn oleh kondisi pekerjaan yang tidak stabil, perlindungan
karyawan dari faktor yang dapat merugikan kesehatan, pemeliharaan dan
penempatan karyawan dilingkungan kerja yang diadaptasikan secara fisiologis
dan psikologis atau dapat diringkaskan sebagai adaptasi kegiatan kerja antara
sesama karyawan ataupun adaptasi karyawan terhadap jabatannya (Yuliandi dan
Ahman, 2019). Tujuan utama dari pelaksanaan manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yaitu, menciptakan lingkungan kerja yang baik dengan artian
lingkungan yang selamat serta menciptakan keadaan yang sehat bagi karyawan
(Sujoso, 2011).

B. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan suatu tindakan yang dilakukan supaya
terhindar dari bahaya, yang berkaitan dengan proses produksi ataupun distribusi
barang dan jasa yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja (Casban, 2018). Jenis
bahaya keselamatan antara lain :
1. Bahaya Mekanik, bahaya yang disebabkan oleh mesin atau alat kerja
mekanik sehingga menimbulkan bahaya seperti terjatuh, terpeleset,
tersayat dan tertindih.
2. Bahaya Elektrik, bahaya yang disebabkan oleh alat kerja yang
mengandung arus listrik sehingga dapat menyebabkan seseorang tersengat
listrik.
3. Bahaya Kebakaran, bahaya yang disebabkan oleh bahan kimia yang
bersifat mudah terbakar (flammable).
4. Bahaya Peledakan, bahaya yang disebabkan oleh bahan kimia yang
bersifat mudah meledak (explosive).

C. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja merupakan gambaran kondisi fisik, mental dan sosial
terhadap pekerja disemua jabatan yang tidak hanya terbebas dari gangguan
kesehatan atau penyakit, juga dapat menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi
dengan pekerjaan serta lingkungannya. Paradigma baru dalam aspek kesehatan
mengupayakan agar yang sehat untuk tetap sehat dan bukan hanya sekedar untuk
merawat, mengobati atau menyembuhkan gangguan kesehatan. Pencegahan
terhadap kemungkinan terjadinya penyakit serta pemeliharaan kesehatan
dilakukan seoptimal mungkin untuk menghindari terjadinya hal yang tidak
diinginkan (Rejeki, 2016).

D. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kondisi yang tidak aman, kejadian yang
tidak diduga dan tidak diinginkan, yang dapat mengacaukan proses yang telah
diatur dari suatu aktivitas juga dapat menimbulkan kerugian baik korban jiwa
maupun harta benda (Putera dkk., 2017). Faktor penyebab kecelakaan kerja
disebabkan oleh faktor manusia (unsafe human acts), berupa seperti tidak
memakai alat pelindung diri (APD), bekerja tidak sesuai dengan SOP. Selain
faktor manusia juga disebabkan faktor lingkungan (unsafe condition), berupa
keadaan lingkungan yang tidak aman, seperti tata letak alat produksi yang tidak
terstruktur, penerangan yang kurang memadai, penggunaan peralatan yang sudah
tidak layak pakai tetapi masih digunakan, lantai kerja licin (Waruwu dan Yuamita,
2016).

E. Bahaya
Bahaya adalah suatu keadaan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan
berupa penyakit pada manusia, cedera, kerusakan atau gangguan lainnya, untuk
menghindari terjadinya suatau bahaya maka diperlukan tindakan atau upaya untuk
mengendalikan bahaya tersebut agar tidak menimbulkan kerugian (Soehatman
dalam Wulandari, 2011).

1. Kategori Bahaya
a. Bahaya Fisik
Bahaya yang ditimbulkan akibat dari lingkungan kerja seperti getaran yang
dapat menyebabkan gangguan metabolisme, bising atau suara tinggi yang
dapat menyebabkan gangguan pendengaran, radiasi sinar elektro magnetik
infra merah dapat menyebabkan katarak, temperatur atau suhu tinggi yang
dapat menyebabkan penyakit seperti heat edema hingga heart stroke yang
merupakan keadaan emergensi medis.
b. Bahaya Kimia
Bahaya kimia disebabkan oleh bahan baku, bahan tambahan, hasil samping
produk, sisa produksi atau bahan buangan yang berbentuk zat cair, padat,
gas, uap maupun partikel. Hal tersebut dapat terjadi pada pekerja/karyawan
yang sering kali berhadapan dengan bahan kimia. Bahan korosif (asam dan
basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah
yang daerah yang terpapar. Bahan toksik atau beracun jika terhirup, terserap
melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan
kematian.
c. Bahaya Biologi
Bahaya biologi disebabkan oleh debu organik yang berasal dari sumber-
sumber biologi yang berbeda seperti jamur, bakteri, virus, protein dari
binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang
terdegradasi. Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh bahaya biologi
yaitu AIDS atau hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus,
salmonella, clamidhya dan psittaci.
d. Bahaya Ergonomi
Bahaya ergonomi disebabkan oleh tata letak alat kerja yang tidak terstruktur,
cara kerja, posisi kerja yang tidak benar. Efek terhadap tubuh yaitu,
kelelahan fisik, nyeri otot, perubahan bentuk dan kecelakaan.
e. Bahaya Psikologi
Bahaya yang diakibatkan oleh organisasi kerja seperti tipe kepemimpinan,
keamanan, komunikasi yang tidak baik, kerja berlebihan, kerja shift.
Gangguan emosional yang ditimbulkan seperti cemas, gelisah, gangguan
kepribadian, penyimpangan seksual, ketagihan alkohol dan psikotropika.

2. Sumber-sumber Bahaya
a. Manusia
Kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia. Kesalahan
tersebut mungkin disebabkan oleh perancangan pabrik, kontraktor yang
membangun, pimpinan kelompok, pelaksana atau petugas yang melakukan
penelitian mesin dan peralatan.
b. Peralatan
Dalam industri digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya
apabila tidak digunakan dengan semestinya, tidak adanya latihan
penggunaan alat tersebut, tidak ada perawatan atau pemeriksaan, serta tidak
dilengkapi dengan perlindungan dan pengamanan. Bahaya yang mungkin
timbul antara lain luka atau cidera, ledakan, sengatan listrik, kebakaran.
c. Lingkungan
Dalam industri lingkungan merupakan salah satu sumber yang dapat
menyebabkan timbulnya bahaya yang mengakibatkan kerusakan seperti
pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah dari suatu industri
yang tidak ditangani dengan baik.

F. Risiko
Menurut Soehatman dalam Wulandari (2011), risiko adalah potensi
terjadinya suatu kejadian yang berkaitan dengan sumber bahaya yang timbul
dalam aktivitas kerja yang menyangkut aspek manusia, peralatan, material, dan
lingkungan kerja.
G. Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC)
Menurut Purnama dalam Ramadhan (2017), HIRARC merupakan sebuah
metode dalam mencegah atau meminimalisir kecelakaan kerja. HIRARC
merupakan metode yang dimulai dari menentukan jenis kegiatan kerja yang
kemudian diidentifikasi risikonya, kemudian akan dilakukan penilaian risiko dan
pengendalian risiko untuk mengurangi paparan bahaya yang terdapat pada setiap
jenis pekerjaan.

1. Identifikasi Bahaya
Proses identifikasi bahaya merupakan proses pemekriksaan tiap-tiap area kerja
dengan tujuan untuk mengidentifikasi jenis bahaya yang ada pada suatu
pekerjaan (Supriadi, 2015).
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko (Risk Assessment) adalah proses penilaian yang digunakan
untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat terjadi. Tujuan dari
penilaian risiko, yaitu memastikan kontrol risiko dari proses, aktivitas atau
operasi yang dilakukan berada pada tingkat yang dapat diterima. Penilaian
risiko yaitu Likelihood menunjukkan seberapa mungkin terjadi, Consequence
menunjukkan tingkat keparahan atau dampak dari kecelakaan. Nilai dari
Likelihood dan Consequence akan digunakan untuk menentukan risk raiting.
Risk raiting merupakan nilai yang menunjukkan risiko yang ada berada pada
tingkat rendah, sedang, tinggi dan ekstrim (Afandi, 2015).

Tabel 2.1 Tingkat Kemungkinan Terjadinya Risiko (Likelihood)


Tingkat Kriteria Keterangan
1 Sangat Sering Dapat terjadi kapan saja
2 Sering Dapat terjadi secara berkala
3 Sedang Dapat terjadi pada kondisi tertentu
4 Jarang Dapat terjadi, tapi jarang
5 Sangat Jarang Memungkinkan tidak perah terjadi
Sumber: AS/NZS 4360 dalam Ramadhan, 2017
Tabel 2.2 Tingkat Keparahan Terjadinya Risiko (Consequence)
Tingkat Kriteria Keterangan
1 Insignification Tidak ada cidera, kerugian finansial sangat kecil

2 Minor Cidera ringan, kerugian finansial sedang

3 Moderate Cidera sedang, memerlukan perawatan medis,


kerugian finansial besar

4 Major Cidera berat yang mengakibatkan kehilangan


kemampuan produksi, kerugian finansial besar

5 Catastrophic Menyebabkan kematian, kerugian finansial


sangat besar.

Sumber: AS/NZS 4360 dalam Ramadhan, 2017

Tabel 2.3 Peringkat Risiko (Risk Raiting)

Likelihood Consequenc
1 2 3 4 5
5 H H E E E
4 M H H E E
3 L M H E E
2 L L M H E
1 L L M H H
Sumber: AS/NZS 4360 dalam Ramadhan, 2017

Keterangan:
L: Low risk (risiko rendah)
M: Moderate risk (risiko sedang)

H: High risk (risiko tinggi)

E: Extreme risk (risiko ekstrim)

3. Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko merupakan suatu proses yang digunakan untuk
mengidentifikasi dan mengendalikan kemungkinan terjadinya bahaya ditempat
kerja serta melakukan peninjauan secara terus-menerus untuk menghindar
terjadinya bahaya (Afandi, 2015). Pengendalian risiko ada enam, yaitu :
a. Eliminasi (elimination)
Eliminasi adalah teknik pengendalian risiko sebagai pilihan prioritas
pertama yang dilakukan dengan menghilangkan sumber bahaya. Teknik ini
sangat efektif sehingga potensi risiko bisa dihilangkan.
b. Substitusi (substitution)
Subtitusi adalah teknik pengendalian yang dilakukan dengan cara
mengganti alat atau bahan-bahan yang berbahaya, dengan yang tidak
berbahaya tanpa mengurangi kandungan mutu serta hasil pekerjaan
sehingga kemungkinan kecelakaan dapat ditekan.
c. Rekayasa teknik (engineering control)
Pengendalian atau rekayasa teknik merupakan tindakan yang dilakukan
untuk mengurangi tingkat terjadinya risiko yang dilakukan dengan
merubah tata letak peralatan yang lebih terstruktur, memodifikasi
peralatan, pemberian alat bantu mekanik, pemberian absorben suara pada
dinding ruang mesin yang menghasilkan kebisingan tinggi.
d. Isolasi (isolation)
Isolasi merupakan teknik pengendalian risiko yang dilakukan dengan cara
memisahkan seseorang dari objek kerja, seperti menjalankan mesin-mesin
produksi dari tempat tertutup (control room).
e. Pengendalian Administrasi (administration control)
Pengendalian administrasi merupakan teknik pengendalian yang dilakukan
dengan menyediakan suatu sistem kerja yang dapat mengurangi
kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya, yang dapat dilakukan
dengan penerapan prosedur kerja, pengaturan waktu kerja dan waktu
istirahat, rekruitmen tenaga kerja baru sesuai jenis pekerjaan yang akan
ditangani, rotasi kerja untuk mengurangi kebosanan dan kejenuhan
f. Alat Pelindung Diri
Penggunaan alat pelindung diri (APD) merupakan pilihan terakhir dalam
pencegahan terjadinya kecelakaan kerja, penggunaan APD bukan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja tetapi hanya untuk mengurangi
keparahan dari kecelakaan.
4. Prinsip HIRARC
a. Langkah pertama untuk mengurangi kecelakaan atau penyakit akibat kerja
adalah dengan identifikasi sumber bahaya yang ada ditempat kerja.
b. Langkah kedua dengan melakukan tingkat penilaian risiko timbulnya
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja dari sumber bahaya tersebut.
c. Langkah ketiga dengan melakukan pengendalian risiko terhadapa
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

5. Proses Pembuatan HIRARC


a. Mengklasifikasikan jenis pekerjaan
b. Mengidentifikasi jenis bahaya
c. Melakukan penilaian risiko (menganalisa dan menghitung kemungkinan
terjadinya bahaya beserta tingkat parahnya).
d. Menentukan apakah risiko dapat ditoleransi dan mengimplementasikan
pengukuran tingkat bahaya jika diperlukan.

H. Landasan Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Berbagai perundang-undangan yang merupakan landasan hukum guna
dijadikan pedoman dalam penerapan K3 (Pricilia dan Sompie, 2015).
Landasan hukum yang berlaku di Indonesia sebagai berikut :
1. Undang-undang Dasar 1945
2. Undang-Undang No. 23 tahun 1992, pasal 23 tentang kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) disebutkan bahwa K3 diselenggarakan untuk
mewujudkan produktivitas kerja secara optimal yang meliputi pelayanan
kesehatan dan pencegahan penyakit akibat kerja.
3. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-undnag
ini sebagai aturan pelaksanaan dari UU No. 14 tahun 1969 yang menyangkut
norma perlindungan tenaga kerja, khususnya bidang keselamatan kerja.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per. 05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per. 04/MEN/1995 tentang
Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 03/MEN/1998
tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan.
7. Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 7 tahun 1964 tentang Syarat
Kesehatan Keberhasilan Serta Penerapan dalam Tempat Kerja.

I. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) merupakan
bagian dari sistem manajemen suatu industri secara menyeluruh dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
yang aman, efisien dan produktif. Implementasi Keselamatan dan Kesehatan kerja
yang dilakukan oleh industri harus didukung oleh sumber daya manusia di bidang
K3, sarana dan prasarana (PP No 50 Tahun 2012).
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang yang dimaksud adalah memiliki kompetensi kerja
yang dibuktikan dengan sertifikat dan kewenangan dibidang K3 yang
dibuktikan dengan surat izin kerja serta surat penunjukan dari instansi yang
berwenang.
2. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasaran yang dimaksud paling sedikit terdiri dari unit ataupun
organisasi yang bertanggung jawab dibidang K3, prosedur kerja, anggaran
yang memadai, informasi dan pelaporan serta dokumentasi dan instruksi kerja.
Menurut Delfani, G. (2018) tujuan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (SMK3) sebagai berikut :
(a). Meningkatkan efektivitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
yang terencana, terukur, terstektur, dan terintegrasi.
(b). Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
dengan melibatkan unsure manajemen, pekerja/buruh, dan sertifikat
pekerja/buruh.
(c). Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk
mendorong produktivitas.
Prinsip dasar implementasi sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (SMK3) yaitu, penetapan kebijakan, perencanaan K3,
pelaksanaan rencana K3, pemantauan evaluasi kinerja K3 dan peninjauan dan
peningkatan kinerja.
(a). Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap
implermentasi sitem manajemen K3 :
(1). Adanya kebijakan K3 yang dinyatakan secara tertulis dan ditandatangani
oleh pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan,
komitmen dan tekad melaksanakan K3, kerangka dan program kerja
mencakup kegiatan perushaan secara menyeluruh. Didalam membuat
kebijakan harus dikonsultasikan dengan perwakilan pekerja dan
disebarluaskan kepada semua tenaga kerja, pemasok, pelanggan dan
kontraktor. Kebijakan perusahaan harus selalu ditinjau ulang atau
direview untuk peningkatan kinerja K3.
(2). Adanya komitmen dari pucuk pimpinan (top manajement) terhadap K3
dengan menyediakan sumber daya yang memadai diwujudkan dalam
bentuk:
(a) Penempatan organisasi K3 pada posisi strategis
(b) Penyediaan anggaran biaya, tenaga kerja dan sarana pendukung lainnya
dalam bidang K3
(c) Menempatkan personil dengan tanggung jawab, wewenang dan
kewajiban secara jelas dalam menangani K3
(d) Perencanaan K3 yang terkoordinasi
(e) Penilaian kinerja dan tindak lanjut K3.

(3). Adanya tinjauan awal (Initial Review) kondisi K3 di perusahaan, yang


dilakukan dengan cara:
(a) Identifikasi kondisi yang ada, selanjutnya dibandingkan dengan
ketentuan yang berlaku (pedoman Sistem Manajemen K3) sebagai
bentuk pemenuhan terhadap peraturan perundangan (Law Enforcement)
(b) Identifikasi sumber bahaya di tempat kerja
(c) Penilaian terhadap pemenuhan peraturan perundangan dan standar K3
(d) Meninjau sebab akibat kejadian yang membahayakan, kompensasi
kecelakaan, dan gangguan yang terjadi
(e) Meninjau hasil penilaian K3 sebelumnya
(f) Menilai efisiensi dan efektifitas sumber daya yang disediakan.

(b). Merencanakan pemantauan kebijakan, tujuan dan sasaran implementasi


Sistem Manajemen K3 :
(1) Adanya perencanaan tentang identifikasi bahaya, penilaian dan
pengendalian risiko.
(2) Adanya pemahaman terhadap peraturan perundangan dan persyaratan
lainnya yang berkaitan dengan K3
(3) Adanya penetapan tujuan dan sasaran kebijakan perusahaan dalam
bidang K3 yang mencakup kriteria kebijakan sebagai berikut :
(a) Dapat diukur
(b) Satuan/indikator pengukuran
(c) Sasaran pencapaian
(d) Jangka waktu pencapaian
(4) Adanya indikator kinerja K3 yang dapat diukur
(5) Adanya perencanaan awal dan perencanaan kegiatan yang sedang
berlangsung.
(c). Menerapkan rencana K3 dengan menyatakan komitmen perwujudan
komitmen yang terdiri dari adanya jaminan kemampuan,
dilaksanakannya kegiatan pendukung dan adanya manajemen risiko dan
manajemen tanggap darurat di perusahaan.
(d). Mengukur ulang secara teratur dan mengevaluasi kinerja K3 serta
melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan, yang mencakup hal-hal
sebagai berikut:
(1) Adanya inspeksi, pengujian dan pemantauan yang berkaitan dengan
tujuan dan sasaran K3 di tempat kerja.
(2) Adanya audit sistem manajemen K3 secara berkala untuk
mengetahui efektifitas implementasi SMK3.
(3) Tindakan pencegahan dan perbaikan secara sistematik dan efektif
yang dilaksanakan oleh pihak manajemen.
(e). Meninjau ulang secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3
secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3 yang
meliputi:
(1) Evaluasi terhadap implementasi kebijakan K3.
(2) Tujuan, sasaran dan kinerja K3.
(3) Hasil temuan audit SMK3

2.2. Penelitian Terdahulu


Untuk mengetahui perkembangan penelitian dalam ruang lingkup
implementasi keselamatan dan kesehatan kerja K3, penulis merangkum
beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dalam uraian sebagai berikut :
1. Supriyadi, dkk. (2015), melakukan penelitian untuk mencegah terjadinya
bahaya risiko K3. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode
deskriptif yang mendeskripsikan terkait identifikasi dan penilaian risiko
dianalisis dengan HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment Risk
Control), kemudian akan dievaluasi dan ditentukan upaya perbaikan dan
pengendalian risiko bahaya di tempat menjadi aman. Hasil dari penelitian ini
yaitu, risk assessment teridentifikasi 70 risiko dari 52 bahaya dari 5 proses
tindakan perawatan dan perbaikan yang diklasifikasikan risiko rendah (Low
Risk) 16%, risiko sedang (Moderate Risk) 54%, risiko tinggi (High Risk) 27%
dan ekstrim (Extreme Risk) 3%. Pengendalian dilakukan dengan penggunaan
APD.
2. Ramadhan. (2017), melakukan penelitian untuk mengidentifikasi potensi
kecelakaan kerja yang terjadi sehingga dapat dilakukan pencegahannya. Dalam
penelitian ini upaya untuk pencegahan terjadinya kecelakaan kerja akan
dilakukan menggunakan metode HIRARC (Hazard Identification Risk
Assessment Risk Control), dengan melakukan identifikasi bahaya (Hazard
Identification), penilaian risiko (Risk Assessment) dan pengendalian risiko
(Risk Control). Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat 15 potensi bahaya
kecelakaan kerja yang ada di section marking cutting. Kemudian untuk risk
level pada penilaian risiko terdapat 4 kategori risiko yaitu, risiko ekstrim,
risiko tinggi, risiko sedang dan risiko rendah. Terdapat 2 proses pekerjaan
yang dikategorikan sebagai risiko ekstrim (Extreme Risk), sedangkan risiko
tinggi (High Risk) dan risiko sedang (Moderate Risk) masing-masing terdapat
6 proses pekerjaan, dan hanya 1 proses pekerjaan yang masuk kategori risko
rendah (Low Risk). Sedangkan pengendalian risikonya menggunakan metode
hirarki pengendalian (hirarchy of control), yaitu eliminasi, subtitusi, rekayasa
(engineering), administrative, dan APD.
3. Adianto dkk. (2018), melakukan penelitian untuk mengetahui rangkaian
lingkup pekerjaan yang mempunyai potensi bahaya yang tinggi pada
perusahaan ethanol. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi bahaya.
Penelitian ini menggunakan metode HIRARC (Hazard Identification Risk
Assessment and Risk Control). Hasil dari penelitian ini yaitu tahap pekerjaan
loading mempunyai 14 proses urutan pekerjaan, terdapat 1 risiko ekstrim
(Extreme Risk), 2 risiko tinggi (High Risk), 26 risiko sedang (Moderate Risk),
1 risiko rendah (Low Risk). Tahap pekerjaan unloading mempunyai 12 urutan
pekerjaan, terdapat 1 risiko ekstrim (Extreme Risk) , 2 risiko tinggi (High
Risk), 20 risiko sedang (Moderate Risk), 2 risiko rendah (Low Risk). Bentuk
pengendalian bahaya berupa mengatur jadwal maintenance terhadap
kendaraan, kemudian pengecekan pada beberapa bagian kendaraan agar
selama proses berlangsung tidak mengganggu jalannya produksi, memastikan
area yang akan dilewati dalam keadaan aman. Memberikan training terhadap
pekerja, memakai APD secara lengkap.
III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di UD.Reso Pammase, Kecamatan Larompong,
Kabupaten Luwu pada bulan April-Mei 2021.

3.2. Metode Penelitian


Pada penelitian ini menggunakan metode HIRARC (Hazard Identification
Risk Assessment and Risk Control). Pengelolaan data dengan metode ini meliputi
mengidentifikasi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian risiko. Diagram
kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1

UD. RESO PAMMASE

IDENTIFIKASI BAHAYA

OBSERVASI WAWANCARA KUISIONER

PENILAIAN TINGKAT RISIKO

PENGOLAHAN DATA

REKOMENDASI PENGENDALIAN
Gambar 3.1 Diagram kerangka pemikiran penelitian
3.3. Prosedur Penelitian
Tahapan-tahapan penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut.
1. Pengambilan data sekunder yang dilakukan dengan kajian pustaka dari jurnal
ataupun buku yang berkaitan dengan K3.
2. Identifikasi bahaya dengan metode observasi dan wawancara pekerja secara
umum.
3. Penyebaran kuisioner untuk para pekerja.
4. Pengambilan data primer yang didapat dengan cara penyebaran kuisioner,
wawancara, dan observasi.

3.4. Sumber Data


Sumber data yang dibutuhkan oleh penulis adalah data primer dan data
sekunder,data primer data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat
melaluli wawancara, observasi maupun alat lainya. Sedangkan data sekunder
adalah data yang diperoleh dari atau berasal dari bahan kepustakaan dan
digunakan untuk data primer.
Data penelitian yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis,yaitu :
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh untuk mencapai tujuan, maka penulis
mengambil data-data di lapangan dengan menggunakan data primer,
diantaranya data yang diperoleh melalui pengamatan yang meliputi:
wawancara dan observasi di lokasi tentang penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja pada karyawan.
2. Data sekunder
Data skunder adalah data yang diperoleh penulis secara tidak langsung, dari
berbagai sumber internet yang berhubungan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja pada karyawan.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh penulis untuk menyusun penelitan ini adalah sebagai
berikut :
1. Observasi Lapangan
Metode ini digunakan untuk memperoleh data dengan pengamatan langsung
untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang ada.
2. Wawancara
Metode ini dilakukan dengan proses tanya jawab secara langsung antara
peserta magang dengan tenaga kerja yang berwenang dan berkaitan dengan
masalah K3.
3. Kepustakaan
Selain dari kedua metode diatas, penulis juga memperoleh data keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) dari literatur-literatur yang berhubungan dengan
K3.
4. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan mempelajari dokumen-dokumen yang ada
diperusahaan serta catatan-catatan perusahaan yang berhubungan dengan
obyek yang diteliti.
5. Kuisioner
Dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah
dipersiapkan secara tertulis dengan menyebarkan angket dan disertai
alternatif jawaban yang akan diberikan secara random diluar jam kerja. Skala
yang digunakan yaitu skala likert untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang. Dari jumlah skor jawaban responden yang diperoleh
kemudian disusun kriteria penilaian untuk setiap item pertanyaan. Responden
member tanda pada skala likert dengan interval skor 1 (Sangan Tidak Setuju)
sampai dengan 5 (Sangat Setuju).
Tabel 3.1 Alternatif Jawaban Dengan Skala Likert
Alternatif Jawaban Bobot Nilai
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Kurang Setuju (KS) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Sumber: Maryuliana, 2016

3.6. Teknik Analisis Data


1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalitan atau ketepatan
suatu instrumen dengan menggunakan software SPSS dan teknik korelasi
product moment pearson dengan membandingkan r hitung dan r tabel. Jika r
hitung lebih besar dari r tabel maka dinyantakan valid dan sebaliknya, jika r
hitung lebih kecil dari r tabel maka dinyatakan tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi suatu instrumen yang
dapat dipercaya atau dapat diandalkan, pada penelitian ini menggunakan
software SPSS dengan cara membandingkan angka cronbach alpha dengan
ketentuan nilai minimal 0,6 yang berarti jika nilai cronbach alpha yang
didapatkan dari hasil perhitungan SPSS lebih besar dari 0,6 maka dinyatakan
reliabel, sebaliknya jika cronbach alpha lebih kecil dari 0,6 maka dinyatakan
tidak reliable.
IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan


UD. Reso Pammase merupakan perusahaan swasta yang bergerak
dibidang pengolahan hasil pertanian cengkeh, yang kemudian diekspor dalam
bentuk minyak atsiri daun dan tangkai atau gagang cengkeh. UD. Reso Pammase
didirikan pada tahun 2002 oleh Bapak H. Lacinding selaku pemilik perusahaan
yang didampingi oleh Bapak Ir. Dwi Darmawan, yang terletak di Desa Komba,
Kecamatan Larompong, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan yang memiliki luas
daerah pabrik 31 X 20 meter, mencakup area produksi, area penyimpanan bahan
baku, dan area parkir, jarak lokasi perusahaan dari Ibu Kota ± 15 Km. Sesuai
dengan ketentuan pemerintah mengenai kelayakan usaha, UD. Reso Pammase
memiliki sertifikat kelayakan usaha dengan nomor 5089/73/SKP/BK/IX/2016.
Sumber bahan baku yang diperoleh UD. Reso Pammase yaitu dari
berbagai daerah seperti Luwu Banggai, Palopo, Palu, Manado, dan Kendari. UD.
Reso Pammase tidak memproduksi minyak cengkeh setiap hari karena sumber
bahan baku yang masih kurang yang disebakan oleh cuaca yang sering kali turun
hujan, sehingga untuk produksi disesuaikan dengan bahan baku yang tersedia.
Bahan baku yang digunakan untuk pengolahan minyak atsiri daun cengkeh
untuk satu kali produksi yaitu 1.600 kg, 600 L air, suhu penyulingan yaitu 80°C,
dengan waktu penyulingan 6-8 jam sehingga hasil yang diperoleh dari minyak
daun cengkeh yaitu 1,5%. Minyak atsiri dari gagang cengkeh untuk satu kali
produksi yaitu 1.000 kg, 1.000 L air, suhu penyulingan yaitu 80 °C, dengan waktu
penyulingan yang dibutuhkan yaitu 9-11 jam sehingga hasil yang diperoleh dari
minyak gagang cengkeh yaitu sekitar 4%. Hasil minyak cengkeh yang diperoleh
kemudian dipasarkan didaerah Jawa.

.
4.2. Proses Pengolahan Minyak Daun dan Gagang Cengkeh
Kegiatan produksi minyak atsiri daun dan gagang cengkeh dibagi menjadi
beberapa tahapan yaitu penerimaan bahan baku, penimbangan daun cengkeh,
penyulingan, pipa pendingin (Kondensor), dan pemisahan. Dapat dilihat pada
Gambar 4.1

Penerimaan Bahan
Baku

Penimbangan Bahan Baku

Daun Cengkeh Gagang Cengkeh


1.600 Kg 1.000 Kg

Penyulingan
Daun (T = 80°C, t = 6-8 Jam)
Gagang (T = 80°C, t = 9-11 Jam)

Pipa Pendingin (Kondensor)

Minyak dan Air (Kondensat)

Pemisahan

Minyak Cengkeh

Gambar 4.1 Diagram Alir Pengolahan Minyak Daun dan Gagang Cengkeh
a. Penerimaan Bahan Baku
Tahap pertama dari kegiatan produksi yaitu penerimaan bahan baku.
Bahan baku yang digunakan pada proses produksi yaitu daun cengkeh dan
gagang cengkeh kering yang diperoleh dari berbagai daerah, yaitu Luwu
Banggai, Palopo, Palu, Manado, dan Kendari. UD. Reso Pammase
menggunakan bahan baku sebanyak 1.600 kg untuk daun cengkeh dan
1.000 kg untuk gagang cengkeh. Area gudang penerimaan bahan baku
dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Area Gudang Penerimaan Bahan Baku

b. Penyulingan/Distilasi
Penyulingan merupakan suatu proses pemisahan minyak atsiri dari bahan
bakunya dengan bantuan uap air, dimana minyak dan air tidak bercampur
maka kandungan minyak dalam kondensat (minyak dan air yang keluar
dari kondensor) berbeda untuk setiap jenis bahan minyak atsiri. Lama
waktu penyulingan daun cengkeh yaitu 6-8 jam, sedangkan gagang yaitu
9-11 jam, pada suhu 80°C. Penyulingan daun cengkeh menggunakan
boiler dengan diameter 181 cm, tinggi 300 cm. Area penyulingan dapat
dilihat pada Gambar 4.3.
c. Tungku Pembakaran b. Pengepresan Bahan Baku

a. Pemasangan Tutup Ketel/Boiler


Gambar 4.3. Area Penyulingan

c. Pipa Pendingin (Kondensor)


Sistem kondensasi untuk penyulingan minyak daun cengkeh menggunakan
pipa-pipa yang terbuat dari stainless yang berbentuk spiral. Pipa yang
digunakan sepanjang 80 meter. Area pipa pendingin dapat dilihat pada
Gambar 4.4.

Gambar 4.4. Area Pipa Pendingin (Kondensor)


d. Pemisahan
Pemisahan merupakan proses memisahkan antara minyak dan air yang
keluar dari pipa pendingin atau kondensor. Tahap pemisahan yang
tersaring kebawah adalah minyak cengkeh sementara air tidak tersaring,
karena massa minyak cengkeh lebih berat dari pada air. Area Pemisahan
dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5. Area Pemisahan Minyak dan Air


DAFTAR PUSTAKA

Adianto, F., dkk. 2018. Analisis Risiko Bahaya Proses Loading-Unloading


Perusahaan Ethanol Menggunakan Metode HIRARC. Jurnal Seminar
Nasional K3 PPNS. 2(1): 821-823.

Afandi,M., dkk. 2015. Manajemen Risiko K3 Menggunakan Pendekatan HIRARC


(Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control) Guna
Mengidentifikasi Potensi Hazard. Jurnal Teknik Industri. 3(2): 1-6.

Casban. 2018. Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja Pada Prosees Washing


Container Di Divisi Cleaning Dengan Metode Fishbone Diagram Scat.
Jurnal Integrasi Sistem Industri. 5(2): 111-121.

Delfani, G., dkk. 2018. Iplementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja Di PT. Pelindo IV(PERSERO) Terminal Petikemas
Makassar.Jurnal KMM. 1(3): 270-282.

Marfiana, P., dkk. 2019. Implementasi Job Safety Analysis (JSA) Sebagai Upaya
Pencegahan Kecelakaan Kerja. Jurnal Migasian. 3(2): 25-32.

Maryuliana, dkk. 2016. Sistem Informasi Angket Pengukuran Skala Kebutuhan


Materi Pembelajaran Tambahan Sebagai Pendukung Pengambilan
Keputusan Di Sekolah Menegah Atas Menggunakan Skala Likert. Jurnal
Transistor Elektro dan Informatika. 1(2): 1-12.

Mayadilanuari, A.M. 2020. Penggunaan HIRARC dalam Identifikasi Bahaya dan


Penialaian Risiko Pekerjaan Bongkar Muat. HIGEIA (Journal of Public
Health Research and Development). 4(2): 245-255.

Pricilia, C, dkk. 2015. Penerapan Aspek Hukum Terhadap Keselamatan Dan


Kesehatan Kerja. Jurnal Sipil Statik. 3(5): 331-340.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan


Sistem Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Putera, R. I., Harini, S. 2017. Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Terhadap Jumlah Penyakit Kerja Dan Jumlah Kecelakaan Karyawan Pada
PT. Hanei Indonesia. Jurnal Visionida. 3(1): 42-53.
Ramadhan, F. 2017. Analisis Kesehatan dan Keselamatan Keerja (K3)
Mengguakan Metode Hazard Identification Risk Assessment and Risk
Control (HIRARC). Jurnal Senasset. 164-169.

Rejeki, S. 2016. Sanitasi Hygene dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).


Penerbit Rekayasa Sains, Bandung.

Supriyadi, dkk. 2015. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko K3 Pada Tindakan
Perawatan & Perbaikan Menggunakan Metode HIRARC (Hazard
Identification Risk Assessment and Risk Control). Jurnal Senasset. 281-
286.
Sujoso, A. D. P. 2012. Dasar-dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jember
University Press. Penrbit UPT Penerbitan UNEJ, Jember.
Waruwu, S., Yuamita, F. 2016. Analisis Faktor Kesehatan dan Keselamatan kerja
(K3) Yang Signifikan Mempengaruhi Kecelakaan Kerja Pada Proyek
Pembangunan Apartement Student Castle. Jurnal Spektrum Industri.
14(1): 1-108.

Wiratmani, E. 2010. Analisis Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K-


3) Pada Bagian Pressing Di PT. X. Jurnal Ilmiah Faktor Exacta. 3(1): 95-
110.

Wulandari, S. 2011. Identifikasi Bahaya Penilaian, dan Pengendalian Risiko Area


Produksi Line 3 Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT.
Cocoa Cola Amatil Indonesia Central Java. Skripsi (Tidak dipublikasikan).
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Yuliandi, C. D., Ahman, E. 2019. Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


(K3) Di Lingkungan Kerja Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang.
Jurnal Manajeral. 18(2): 98-109.
Lampiran I Identitas Responden

Nama : ………………………………........

Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

Usia : …………Tahun

Pendidikan Terakhir : ………………………………........

Masa Kerja : …………Tahun

Bagian/Departemen : ………………………………........
Lampiran II Peluang Terjadinya Bahaya (Likelihood)
1. Area Penerimaan Bahan Baku
SJ J Sd S SS
No. Bahaya Potensial
(1) (2) (3) (4) (5)

1 Terpeleset/Keseleo

2 Tergores /Tersayat

3 Tertimpa Barang Jatuh

2. Area Penyulingan
a. Tungku Pembakaran
SJ J Sd S SS
No. Bahaya Potensial
(1) (2) (3) (4) (5)

1 Kebakaran/Ledakan

2 Tergores /Tersayat

3 Terjepit

4 Keseleo

5 Terbentur

b. Pengepresan Bahan Baku


SJ J Sd S SS
No. Bahaya Potensial
(1) (2) (3) (4) (5)

1 Terbentur

2 Tergores /Tersayat

3 Keseleo
c. Pemasangan Tutup Ketel/Boiler
SJ J Sd S SS
No. Bahaya Potensial
(1) (2) (3) (4) (5)

1 Terjepit

2 Tergores /Tersayat

3 Keseleo

3. Area Pipa Pendingin/Kondensor


SJ J Sd S SS
No. Bahaya Potensial (5)
(1) (2) (3) (4)
1 Terpeleset
2 Terbentur

4. Area Pemisahan Minyak dan Air


SJ J Sd S SS
No. Bahaya Potensial
(1) (2) (3) (4) (5)

1 Terpeleset

2 Terbentur

3 Terjepit

Keterangan:
SJ : Sangat jarang, memungkinkan tidak pernah terjadi
J : Jarang, dapat terjadi tetapi jarang
Sd : Sedang, dapat terjadi pada kondisi tertentu
S : Sering, dapat terjadi secara berskala
SS : Sangat sering, dapat terjadi kapan saja
Lampiran III Penyakit Akibat Kerja
SJ J Sd S SS
No. Sakit Akibat Kerja
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Asma/Gangguan Pernafasan
2 Ketulian/Gangguan Pendengaran
3 Iritasi Mata
4 Iritasi Kulit
5 Luka Bakar
6 Nyeri Punggung
7 Nyeri Otot/Otot Tegang
8 Sakit Kepala

Keterangan:
SJ : Sangat jarang, memungkinkan tidak pernah terjadi
J : Jarang, dapat terjadi tetapi jarang
Sd : Sedang, dapat terjadi pada kondisi tertentu
S : Sering, dapat terjadi secara berskala
SS : Sangat sering, dapat terjadi kapan saja
Lampiran IV Konsekwensi Terjadinya Risiko (Consequence)
1. Area Penerimaan Bahan Baku
TS M Sd B BB
No. Bahaya Potensial
(1) (2) (3) (4) (5)

1 Terpeleset/Keseleo

2 Tergores /Tersayat

3 Tertimpa Barang Jatuh

2. Area Penyulingan
a. Tungku Pembakaran
TS M Sd B BB
No. Bahaya Potensial
(1) (2) (3) (4) (5)

1 Kebakaran/Ledakan

2 Tergores/Tersayat

3 Terjepit

4 Keseleo

5 Terbentur

b. Pengepresan Bahan Baku


TS M Sd B SS
No. Bahaya Potensial
(1) (2) (3) (4) (5)

1 Terbentur

2 Tergores /Tersayat

3 Keseleo
c. Pemasangan Tutup Ketel/Boiler
SJ J Sd S SS
No. Bahaya Potensial
(1) (2) (3) (4) (5)

1 Terjepit

2 Tergores /Tersayat

3 Keseleo

3. Area Pipa Pendingin/Kondensor


TS M Sd B BB
No. Bahaya Potensial
(1) (2) (3) (4) (5)

1 Terpeleset

2 Terbentur

4. Area Pemisahan Minyak dan Air


TS M Sd B BB
No. Bahaya Potensial
(1) (2) (3) (4) (5)

1 Terpeleset

2 Terbentur

3 Terjepit

Keterangan :

TS : Tidak signifikan, memungkinkan tidak ada konsekuensi yang terjadi

M : Minor, mengakibatkan luka kecil dan tidak permanen

Sd : Sedang, mengakibatkan luka atau cacat minor

B : Bencana, mengakibatkan kematian atau cacat permanen

BB : Bencana Besar, mengakibatkan kematian dan kerugian finansial tinggi


Lampiran V Strategi yang Dilakukan Untuk Mengurangi Kecelakaan Kerja

1. Pelatihan
Pernyataan STS TS Netral S SS
No.
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Perusahaan mengadakan pelatihan
K3 untuk pelaksanaan pekerjaan
yang berpotensi bahaya
2 Perusahaan mengadakan pelatihan
mengenai pertologan pertama saat
kecelakaan (P3K)

2. Kontrol Lingkungan Kerja


Pernyataan STS TS Netral S SS
No.
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Suhu ruangan cukup baik
2 Kondisi ventilasi, pendingin,
penerangan cukup baik
3 Pemeriksaan kesehatan secara
berskala
4 Pemeriksaan kondisi APD secara
berskala
5 Perusahaan menyediakan P3K
6 Kontrol sumber risiko di tempat
kerja dan lingkungan
3. Pengawasan dan Disiplin

Pernyataan STS TS Netral S SS


No.
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Pengecekan terlebih dahulu alat-
alat sebelum digunakan
2 Kewajiban penggunaan APD
3 Pengecekan alat-alat K3 secara
berskala
4 Pemberlakuan peraturan dan
pemberian sanksi
5 Memberikan pengawasan
terhadap bahan-bahan berbahaya
6 Perusahaan mempunyai peraturan
K3
7 Ada departemen khusus yang
menangani K3

4. Peningkatan Kesadaran K3
Pernyataan STS TS Netral S SS
No.
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Perusahaan memberikan perhatian
yang besar terhadap masalah K3
2 Perusahaan menempatkan K3
sebagai prioritas utama
3 Perusahaan sangat memperhatikan
keselamatan dan kesehatan kerja
anda
4 Memiliki motivasi yang baik
untuk melaksanakan K3
Keterangan:
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
Netral : Netral
S : Setuju
SS : Sangat Setuju

Anda mungkin juga menyukai