Disusun oleh:
PROGRAM STUDI
PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN (D-3)
STIKES JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2017
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah yang Maha memudahkan segala urusan hamba-
Nya di muka bumi ini. Dengan segala kemudahan-Nyalah penulis selaku hamba-
Nya dapat menyelesaikan pemyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Manejemen resiko perubahan sistem penyimpanan dari Disentralisasi ke
Sentralisasi berdasarkan FMEA (failure mode and effect analysis) di RSUD Dr.
Tjitrowardojo purworejo”
Karya Tulis ilmiah ini dapat diselesaikan atas bimbingan, arahan, bantuan
dan saran berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dengan setulus-tulusnya kepada
1. Kuswanto Hardjo., Dr., M.Kes sebagai ketua STIKES Jendaral Achmad
Yani Yogyakarta
2. Sis Wuryanto., A.Md.Perkes., SKM., MPH sebagai Kepala prodi Perekam
dan Informasi Kesehatan (D-3) di STIKES Jendaral Achmad Yani
Yogyakarta
3. Kori Puspita Ningsih., A.Md., SKM selaku dosen pembimbing
4. Ery Rustiyanto., SKM., N.Kes selaku penguji
5. Drg.Gustanul Arifin, M.Kes sebagai Direktur RSUD Dr. Tjitrowardojo
purworejo
6. Kedua orang tua tercinta yang telah banyak memberikan motivasi dan
kakaku tercinta sebagai penyemangat.
7. Teman-teman yang banyak membantu dan memberikan semangat.
8. Dan semua pihak yang teelah banyak membantu secara langsung maupun
tidak langsung, namun tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian yang peneliti buat ini masih jauh
dari yang diharapkan, sehingga banyak terdapat kekurangan bahkan kesalahan
yang terdapat dalam penulisan penelitian ini dari segi isi maupun penulisannya.
Dalam hal ini penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam
menyusun penelitian ini sehingga dapat menjadi penelitian yang baik dan dapat
digunakan pada masa yang akan datang
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... xi
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 2
4. FMEA ..................................................................................................... 10
v
B. Landasan Teori ............................................................................................ 14
C. Kerangka Konsep......................................................................................... 15
D. Pertanyaan Penelitian................................................................................... 16
1. Subyek Penelitian.................................................................................... 18
B. Hasil ............................................................................................................. 32
C. Pembahasan ................................................................................................. 50
vi
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 57
A. Kesimpulan .................................................................................................. 57
B. Saran ............................................................................................................ 57
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Hal
viii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2. 1 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................... 15
ix
DAFTAR SINGKATAN
Dr = Dokter
FMEA = Failure Mode and Effect Analysis
MenKes = Menteri Kesehatan
RPN = Risk Priority Number
RSU = Rumah Sakit Umum
RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah
SDM = Sumber Daya Manusia
SOP = Standar Oprasional prosedur
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
MANEJEMEN RISIKO PERUBAHAN SISTEM PENYIMPANAN DARI
DESENTRALISASI KE SENTRALISASI BERDASARKAN FMEA
(FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS) DI RSUD Dr.
TJITROWARDOJO PURWOREJO
Oleh:
Ayu Made purnamasari1, Kori Puspita Ningsih2
INTISARI
Hasil : berdaasarkan hasil FGD mode kegagalan yang menyebabkan cacat pasa
perubahan sistem penyimpanan dari desentralisasi ke sentralisasi di penengaruhi
oleh 3 faktor (SDM, Sarana prasarana, Sistem), dan didapatkan nilai RPN
tertinggi yaitu 252 dan usulan perbaikan untuk perubahan sistem penyimpanan
dari desentralisasi adalah revisi regulasi Internal Rumah sakit (kebijakan,
pedoman, SOP assembling dan SOP penyimpanan)
xii
RISK MANAGEMENT OF STORAGE SYSTEM CHANGE FROM
DECENTRALIZATION TO CENTRALIZATION BASED ON FMEA
(FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS) IN Dr. TJITROWARDOJO
PURWOREJO HOSPITAL
By:
Ayu Made purnamasari1, Kori Puspita Ningsih2
ABSTRACT
Objective: Analyze modes of failure using FMEA methods, Obtain RPN (Risk
Priority Number) scores, proposed improvements to change storage systems from
decentralization to centralization.
Methods: The research use descriptive with qualitative approach and Cross
Sectional design. Data collection using documentation study, interview, Chack list
Observation and FGD.
Result: Based on the FGD result, the failure mode causing defect in the change of
the storage system from decentralization to centralization was influenced by 3
factors (HR, infrastructure, System), and obtained the highest RPN value of 252.
And the proposed improvement for the storage system change from
decentralization is revision Internal hospital regulations (policies, guidelines, SOP
assembling and SOP storage)
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan perorangan yang
menyediakan rawat inap dan rawat jalan. Pelayanan kesehatan jangka pendek
dan jangka panjang yang terdiri dari observasi, diagnosis, terapeutik dan
rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, cidera dan melahirkan
(Permenkes, 2006).
Salah satu peran yang paling pentng dari sebuah rumah sakit adalah
menyediakan informasi dari rekam medis yang baik dan lengkap. Rekam medis
merupakan berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien. Rekam medis juga harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas
atau secara elektronik (Permenkes, 2008).
Pelayanan rekam medis pasien salah satunya dilakukan oleh bagian
penyimpanan (filing). Dimana filing adalah kegiatauan menyimpan, penataan
atau penyimpanan (storage) berkas rekam medis untuk mempermudah
pengambilan kembali (Retrieval) (Rustiyanto, 2011)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 15 Mei 2017 diketahui
bahwa sistem penyimpanan Di RSUD dr. Tjitrowardojo purworejo menggunakan
sistem penyimpanan desentralisasi, yaitu dengan cara pemisahan antara rekam
medis poliklinik dengan rekam medis penderita dirawat, berkas rekam medis
rawat jalan dan rawat inap disimpan di tempat penyimpanan yang terpisah.
Sehingga penyimpanan berkas rekam medis tidak berpusat di satu tempat saja.
Sistem penyimpanan secara desentralisasi memiliki beberapa kekurangan di
antaranya: banyak terjadi duplikasi data rekam medis, biaya untuk pembuatan rak
dan ruangan lebih banyak, membutuhkan rak dan ruangan yang banyak,
membutuhkan banyak tenaga pelaksana. Secara teori cara sentralisasi lebih baik
1
diterapkan daripada desentralisasi, tetapi pada pelaksanannya tergantung pada
situasi dan kondisi masing – masing rumah sakit.
Sehubungan dengan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang perencanaan perubahan sistem penyimpanan dari Desentralisasi ke
sentralisasi di RSUD dr. Tjitrowardojo Purworejo. Dengan penggunaan FMEA
mampu mengidentifikasi resiko kegagalan yang terjadi selama proses perubahan
sistem penyimpanan dari desentralisasi ke sentralisasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penulisan Karya
Tulis Ilmiah adalah “Bagaimana manajemen resiko perencanaan perubahan sistem
penyimpanan dari desentralisasi ke sentralisasi berdasarkan FMEA (FAILURE
MODE AND EFFECT ANALYSIS) di RSUD dr. Tjitrowardojo Purworejo?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui Manajemen Resiko Perubahan Sistem penyimpanan dari
Desentralisasi menjadi Sentralisasi di RSUD dr. Tjitrowardojo Purworejo
2. Tujuan khusus
a. Menganalisa moda kegagalan yang menyebabkan cacat pada saat
perubahan sistem penyimpanan dengan menggunakan metode FMEA
b. Mendapatkan resiko kegagalan terbesar dalam nilai RPN (Risk Priority
Number)
c. Memberikan usulan perbaikan untuk perubahan sistem penyimpanan
desentralisasi ke sentralisasi.
2
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi mahasiswa
Dapat meningkatkan pengetahuan penulis tentang sistem Penyimpanan
berkas rekam medis dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Perekam & Informasi Kesehatan
2. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan pertimbangan dan panduan untuk mahasiswa yang akan
melakukan praktik kerja lapangan yang akan datang dan menambah
kerja sama dengan rumah sakit pemerintah maupun swasta.
3. Bagi rumah sakit
Dapat digunakan sebagai bahan atau informasi dan penilaian (evaluasi)
pelayanan kesehatan dan peningkatan kinerja petugas rekam medis
dimasa yang akan datang di RSUD dr. Tjitrowardojo Purworejo
E. Keaslian Penelitian
Menurut pengamatan pneliti, penelitian dengan menggunakan judul
“Perencanaan Perubahan Sistem Penyimpanan dari Desentralisasi menjadi
Sentralisasi Di RSUD dr. Tjitrowardojo Purworejo” belum pernah dilakukan,
namun ada beberapa penelitian yang hamper sama, yaitu:
a. Marjeki (2016) yang berjudul “Gambaran Tata Kelola Sistem Filling Rekam
Medis Rawat Jalan Di RSU Imelda Pekerja Indonesia”.
Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui cara penerapan sistem filing
dengan sistem angka langsung (straight numerical filing system) di rekam
medis rawat jalan di RSU Imelda Pekerja Indonesia tahun 2015 sampai
dengan tahun 2016.
Hasil penelitian ini adalah penelitian sistem filing rekam medis rawat
jalan menggunakan sistem desentralisasi, yaitu terjadi pemisahan antara
rawat inap dan rawat jalan. Sistem filing yang diterapkan menggunakan
sistem angka langsung.
3
Persamaan penelitian Marjeki (2016) adalah meneliti bagian rekam
medis tentang sistem penjajaran serta mencari hambatan- hambatan yang
terjadi dan penelitian nya dengan deskriptif kualitatif. Perbedaan adalah
penulis bertujuan untuk mengetahui Perencanaan Perubahan sistem
Penyimpanan dari Desentralisasi menjadi Sentralisasi sedangkan penelitian
Marjuki ini bertujuan untuk mengetahui cara penerapan sistem filling dengan
sistem angka langsung (straight numerical filing system) di rekam medis
rawat jalan di RSU Imelda Pekerja Indonesia tahun 2015 sampai dengan
tahun 2016.
b. Puspitasari, N. B., dan Martanto Arif. (2004) dengan judul “Penggunaan
FMEA Dalam Mengidentifikasi Resiko Kegagalan Proses Produksi Sarung
ATM (Alat Tenun Mesin)
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis moda kegagalan yang
menyebabkan cacar produk dengan menggunakan FMEA, menganalisis
moda kegagalan proses produksi terbesar dalam RPM (Risk Priority
Number), memberikan usulan perbaikan untuk produksi selanjutnya di PT.
ASAPUTEX JAYA TEGAL.
Hasil pengamatan ini cacat produksi yang terjadi pada perusahaan
masih ada yang diluar dari ketentuan batas perusahaan yaitu diatas angka
persentase yang telah diterapkan oleh perusahaan yaitu sebesar 2%, sehingga
perusahaan segera melakukan perbaikan agar tidak terjadi waste yang
merugikan perusahaan.
Persamaan penelitian Puspitasari, N. B., dan Martanto Arif (2014)
adalah sama-sama meneliti dengan menggunakan metode FMEA (Failure
Mode And Effect Analysis). Perbedaannya adalah penulis meneliti tentang
manajemen risiko perubahan sistem penyimpanan dari Desentralisasi ke
Sentralisasi sedangkan penelitian Puspitasari, N. B., dan Martanto Arif
meneliti tentang resiko kegagalan proses produksi sarung ATM (Alat Tenun
Mesin).
4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
27
Latar belakang pada tahun 1915 RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo
didirikan pertama kali dengan nama Zenden. Tahun 1951 Zenden berubah
nama menjadi Rumah Sakit Umum Purworejo. Tahun 1979 penetapan
kelas Rumah Sakit Umum Purworejo menjadi Rumah Sakit Umum Type
D. Tahun 1983 penetapan kelas Rumah Sakit Umum Purworejo menjadi
Rumah Sakit Umum Type C. 22 Desember 1994 penetapan kelas Rumah
sakit Umum Purworejo menjadi Rumah sakit Umum Daerah Type B Non
Pendididkan. Januari 1997 Rumah Sakit umum Daerah Purworejo
Terakreditasi Penuh 5 Bidang Pelayanan. 5 Oktober 2005 Rumah Sakit
Umum Daerah purworejo resmi berganti nama menjadi Rumah Sakit
Umum Daerah Saras Husada Purworejo. Tahun 2008 Rumah Sakit
Umum Daerah Saras Husada Purworejo mendapat Piagam Penghargaan
Prima dari Menteri Negara Pembedayaan Aparatur Negara atas
prestasinya dan Peningkatan Pelayanan Publik di Bidang “Pelayanan dan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat”. 29 Desember 2009 Rumah Sakit
Umum Daerah saras Husada Purworejo Terakreditasi 16 Bidang
Pelayanan dengan sertifikat Nomor: YK.01.10/III/5053/09. Tahun 2009
Rumah Sakit Umum Daerah Saras Husada Purworejo ditetapkan sebagai
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Tahun 2011 Rumah Sakit
Umum Daerah Saras Husada Purworejo menjadi juara ke II untuk
Kategori I Kompetisi Pelayanan Publik Se-Kabupaten Purworejo. 21
Februari 2014 Penetapan kelas Rumah Sakit Umum Daerah Saras Husada
Purworejo menjadi Rumah Sakit Pendidikan dengan sertifikat Nomor :
1069/Menkes/SK/XI/2008. 26 September 2015 perubahan nomenklatur
menjadi Rumah Sakit Umum daerah Dr.Tjitrowardojo Purworejo
diresmikan oleh presiden ke 3 B.J. Habibie yang merupakan cucu Dr.
Tjitrowardojo.
28
b. Visi dan Misi
Rumah sakit Umum daerah Dr.Tjitrowardojo Purworejo memiliki
visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan arah kebijakan sebagai berikut :
1) Visi
Terwujudnya Kabupaten Purworejo yang semakin sejahtera
berbasis pertanian, pariwisata, industri dan perdagangan yang
berwawasan budaya, lingkungan dan ekonomi kerakyatan.
2) Misi
Mewujudkan kabupaten purworejo sebagai kabupaten yang
unggul di bidang pendidikan dan pelayanan kesehatan.
3) Tujuan
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan akses pelayan
kesehatan dasar dan rujukan berkualitas selama 24 jam.
4) Sasaran
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
5) Strategi
Meningkatkan kualitas pelayan kesehatan dasar dan rujukan
selama 24 jam melalui pelayan berdasarkan siklus daur kehidupan.
6) Arah kebijakan
Pelayan kesehatan berdasar siklus daur kehidupan denagn
pelayan skrining dan pelayanan kesehatan, peningkatan kualitas
sarana prasarana kesehatan, penanganan penyakit menular dan
peningkatan kesehatan lingkungan.
c. Pelayanan
1) Poliklinik
a) Klinik Dalam
b) Klinik Anak
c) Klinik Kebidanan dan Kandungan
d) Klinik Bedah
29
e) Klinik Bedah Orthopedi
f) Klinik Syaraf
g) Klinik Kulit dan Kelamin
h) Klinik Mata
i) Klinik Jiwa
j) Klinik THT
k) Klinik Gigi
l) Klinik Paru
m) Klinik Psikologi
n) Klinik Rehabilitasi Medik
o) Klinik DOTS/VCT
p) Klinik Konsultasi Gizi
2) Penunjang
a) Radiologi
b) Anesthesi
c) Laboratorium
3) Jam Pelayanan
a) Senin - Kamis : 07.00 WIB - 12.00 WIB
b) Jumat - Sabtu : 07.00 WIB - 10.00 WIB
30
2. Gambaran Umum Unit Rekam Medis
31
B. Hasil
Responden A
Triangulasi Sumber
32
Berdasarkan hasil FGD dengan beberapa responden serta
Triangulasi Sumber mengenai analisa moda kegagalan yang
menyebabkan cacat pada perubahan sistem penyimpanan dari
desentralisasi ke sentralisasi dilihat dari 3 aspek (SDM, Sarana
prasarana dan Sistem Penyimpanan), sebagai berikut:
a. SDM
b. Sarana Prasarana
c. Sistem
33
2. Mendapatkan resiko kegagalan terbesar dalam nilai RPN (Risk Priority
Number)
34
Berdasarkan hasil FGD terdapat perbedaan penetapan rangking,
dan disepakati nilai severity diperoleh dari rata-rata nilai yang
diberikan oleh responden. Berikut hasil severity :
35
2. Masalah
pencarian/pe
ngamilan
kembali
3 1 1 1 4 4 3
berkas
rekam medis
menjadi
lebih lama
2 Sarana Belum 1. Tidak ada
Prasara adanya penyekat
2 1 1 1 2 2 2
na penyekat/ pada map
guide rekam medis
2. Berkas
rekam medis
rawat jalan
2 1 1 1 1 1 2
dan rawat
inap
digabung
Severity
N Modus Efek
Aspek Rata-
o Kegagalan Kegagalan A B C D E F
tara
3. Perawat
atau dokter
akan
kesulitan
membedaka 2 1 1 1 1 1 2
n form
rawat jalan
dan rawat
inap
Penyekat/gui 1. Tidak ada
de tidak penyekat
tersedia pada pada map
saat petugas rekam medis 2 2 3 3 1 1 2
akan
melakukan
assembling
2. Berkas
rekam medis
rawat jalan
2 1 3 3 1 1 2
dan rawat
inap
digabung
3. Perawat
atau dokter
akan
kesulitan 2 1 3 3 1 1 2
membedaka
n form
rawat jalan
36
dan rawat
inap
Kesalahan 1. Waktu
penataan penyedian
ruang berkas
penyimpana rekam medis 2 3 3 3 3 3 3
n pasien lama
belum dapat
diprediksi
2. Ketidak
tepatan
pembagian
penyimpana 2 2 2 2 6 6 4
n berkas
rekam medis
Kesalahan 1. Berkas
penataan rak rekam medis
penyimpana susah di 2 3 2 3 2 2 3
n temukan
2. Waktu
pencarian/
pengambila 3 3 3 3 7 7 5
n berkas
lebih lama
N Modus Efek
Aspek Severity
o Kegagalan Kegagalan
Rata-
A B C D E F
tara
Berkas tidak 1. Dokter/
melakukan perawat
assembling kesulitan
mencari
urutan/
menggunaka 2 8 8 8 8 8 7
n berkas
rekam medis
karena tidak
sesuai
urutan
37
2. Tidak
terdapat
guide untuk
memisahkan
rekam medis 2 8 8 8 1 1 5
rawat jalan
dan rekam
medis rawat
inap
3. Tidak
mengetahui
klengkapan 2 8 8 8 5 5 6
dari berkas
rekam medis
Berkas tidak 1. Tidak
digabung tergambar
kontunuitas/
kesinambun 2 8 8 8 7 7 7
gan riwayat
kesehatan
pasien
2. Formulir
rekam medis
rawat jalan
dakn 2 8 7 7 1 1 5
terpisah
dengan
rawat inap
regulasi petugas
internal masih
rumah sakit bekerja
3 sistem (Kebijakan, dengan 2 8 8 8 5 5 6
Pedoman, menggunaka
SOP) belum n sistem
direvisi yang lama
38
Tabel 4. 3 Rating Occurrence
Rating Deskripsi Kemungkinan Definisi
39
Tabel 4. 4 Nilai Occurrence
Occurrence
Modus
No Aspek Efek Kegagalan Rata-
Kegagalan A B C D E F
rata
2. Masalah
pencarian/pengamil
an kembali berkas 5 1 1 1 3 3 3
rekam medis
menjadi lebih lama
2. Berkas rekam
medis rawat jalan 4 1 1 1 1 1 2
dan rawat inap
digabung
Modus Occurrence
No Aspek Efek Kegagalan
Kegagalan
Rata-
A B C D E F
rata
3. Perawat atau
dokter akan
kesulitan 4 1 1 1 1 1 2
membedakan form
rawat jalan dan
rawat inap
40
Penyekat/guide 1. Tidak ada
tidak tersedia penyekat pada map
pada saat rekam medis 4 1 3 3 1 1 3
petugas akan
melakukan
assembling
2. Berkas rekam
medis rawat jalan 3 1 3 3 1 2 2
dan rawat inap
digabung
3. Perawat atau
dokter akan
kesulitan 3 1 3 3 1 1 2
membedakan form
rawat jalan dan
rawat inap
Kesalahan 1. Waktu
penataan ruang penyedian berkas
4 3 3 3 3 3 4
penyimpanan rekam medis
pasien lama belum
dapat diprediksi
2. Ketidak tepatan
pembagian
4 2 2 2 4 4 3
penyimpanan
berkas rekam
medis
Kesalahan 1. Berkas rekam
penataan rak medis susah di 4 3 2 3 2 2 3
penyimpanan temukan
2. Waktu
pencarian/ 4 3 3 3 6 6 5
pengambilan
berkas lebih lama
Berkas tidak 1. Dokter/ perawat
melakukan kesulitan mencari
assembling urutan/
menggunakan
berkas rekam 5 8 8 8 8 8 8
medis karena tidak
sesuai urutan
Modus Occurrence
No Aspek Efek Kegagalan
Kegagalan
Rata-
A B C D E F
rata
2. Tidak terdapat
guide untuk
memisahkan rekam 4 8 8 8 1 1 5
medis rawat jalan
dan rekam medis
rawat inap
41
3. Tidak
mengetahui 4 8 8 8 4 4 6
klengkapan dari
berkas rekam
medis
Berkas tidak 1. Tidak tergambar
digabung kontunuitas/
kesinambungan 4 8 8 8 8 8 8
riwayat kesehatan
pasien
2. Formulir rekam
medis rawat jalan 4 8 7 7 1 1 5
dakn terpisah
dengan rawat inap
petugas masih
regulasi internal bekerja dengan
rumah sakit menggunakan 4 8 8 8 4 4 6
3 Sistem (Kebijakan, sistem yang lama
Pedoman, SOP)
belum direvisi
10 Tidak ada upaya 0 dari 10 Tidak ada mekanisme deteksi atau proses
deteksi baru
42
Berdasarkan hasil FGD terdapat perbedaan penetapan
rangking, dan disepakati nilai Detection diperoleh dari rata-rata
nilai yang diberikan oleh responden. Berikut hasil Detection:
Modus
No Aspek Efek Kegagalan Rata-
Kegagalan A B C D E F
rata
Modus Detection
No Aspek Efek Kegagalan
Kegagalan
Rata-
A B C D E F
rata
2. Masalah
pencarian/pengamil
an kembali berkas 2 1 1 1 4 4 3
rekam medis
menjadi lebih lama
2. Berkas rekam
medis rawat jalan 2 1 1 1 1 1 2
dan rawat inap
digabung
43
3. Perawat atau
dokter akan
kesulitan 2 1 1 1 1 1 2
membedakan form
rawat jalan dan
rawat inap
Penyekat/guide 1. Tidak ada
tidak tersedia penyekat pada map
pada saat rekam medis 2 1 3 3 1 1 2
petugas akan
melakukan
assembling
2. Berkas rekam
medis rawat jalan 2 1 3 3 1 2 2
dan rawat inap
digabung
3. Perawat atau
dokter akan
kesulitan
membedakan form 2 1 3 3 1 1 2
rawat jalan dan
rawat inap
Modus Detection
No Aspek Efek Kegagalan
Kegagalan
Rata-
A B C D E F
rata
Kesalahan 1. Waktu
penataan ruang penyedian berkas
2 3 3 3 3 3 3
penyimpanan rekam medis
pasien lama belum
dapat diprediksi
2. Ketidak tepatan
pembagian
2 2 2 2 4 4 3
penyimpanan
berkas rekam
medis
Kesalahan 1. Berkas rekam
penataan rak medis susah di 2 3 3 3 2 2 3
penyimpanan temukan
2. Waktu
pencarian/ 2 3 3 3 6 6 4
pengambilan
berkas lebih lama
Berkas tidak 1. Dokter/ perawat
melakukan kesulitan mencari
assembling urutan/
menggunakan 2 8 8 8 8 8 7
berkas rekam
medis karena tidak
sesuai urutan
44
2. Tidak terdapat
guide untuk
memisahkan rekam 2 8 8 8 1 1 5
medis rawat jalan
dan rekam medis
rawat inap
3. Tidak
mengetahui
klengkapan dari
2 8 8 8 4 4 6
berkas rekam
medis
2. Formulir rekam
medis rawat jalan
dakn terpisah 2 8 7 7 1 1 5
dengan rawat inap
Modus Detection
No Aspek Efek Kegagalan
Kegagalan
Rata-
A B C D E F
rata
petugas masih
regulasi internal bekerja dengan
rumah sakit menggunakan 4 8 8 8 5 5 7
3 sistem (Kebijakan, sistem yang lama
Pedoman, SOP)
belum direvisi
45
Tabel 4. 7 Nilai RPN untuk perubahan sistem penyimpanan
desentralisasi ke sentralisasi
1. Petugas mengambil
berkas rekam medis
2 2 2 8
sesuai dengan jenis
kunjungannya
2. Petugas mencari
berkas rekam medis 3 3 3 27
lebih lama
1 SDM 3. Petugas sering
bertanya kepada petugas 2 2 2 8
yang lebih berkompeten
4. Petugas menyediakan
berkas rekam medis
yang sama untuk semua 4 4 3 48
jenis pelayanan
Belum adanya penyekat/
guide 2 2 2 8
Penyekat/guide tidak
tersedia pada saat
petugas akan melakukan 2 3 2 12
assembling
Kesalahan penataan
Sarana
2 ruang penyimpanan 4 4 3 48
Prasarana
Kesalahan penataan rak
penyimpanan 4 4 6 96
46
sentralisasi yaitu 252 yaitu Petugas tidak melakukan assembling.
Berikut adalah rengking dari RPN
Occu
Modus Sever Detec Rengki
No Aspek rrenc RPN
Kegagalan ity tion ng
e
Petugas tidak
1 melakukan 6 7 6 252 I
sarana
assembling
Prasara
na Berkas tidak
2 6 7 6 252 II
digabung
Regulasi
intrnal rumah
sakit
(kebijakan,
pedoman,
3 Sistem 5 4 6 120 III
SOP) belum
direvisi masih
menerapkan
sistem
desentralisasi
sarana Kesalahan
4 Prasara penataan rak 4 4 6 96 IV
na penyimpanan
Petugas
menyediakan
berkas rekam
5 SDM medis yang 4 4 3 48 V
sama untuk
semua jenis
pelayanan
Kesalahan
sarana
penataan
6 Prasara 4 4 3 48 VI
ruang
na
penyimpanan
Petugas
mencari
7 SDM berkas rekam 3 3 3 27 VII
medis lebih
lama
47
Penyekat/guid
e tidak
sarana tersedia pada
8 Prasara saat petugas 2 3 2 12 VIII
na akan
melakukan
assembling
Petugas sering
bertanya
kepada
9 2 2 2 8 IX
petugas yang
lebih
berkompeten
Occu
Modus Sever Detec Rengki
No SDM rrenc RPN
Kegagalan ity tion ng
e
1. Petugas
mengambil
berkas rekam
10 2 2 2 8 X
medis sesuai
dengan jenis
kunjungannya
sarana Belum adanya
11 Prasara penyekat/ 2 2 2 8 XI
na guide
48
Tabel 4. 9 Usulan Perbaikan untuk perubahan sistem
penyimpanan dari desentralisasi ke sentralisasi
Tindakan yang di
No Modus Kegagalan RPN Rangking
rekomendasikan
Petugas tidak melakukan
252 I
assembling
Revisi regulasi Berkas tidak digabung 252 II
Internal Rumah
sakit (kebijakan, regulasi intrnal rumah sakit
1 (kebijakan, pedoman, SOP)
pedoman, SOP
assembling dan belum direvisi masih 120 III
SOP penyimpanan) menerapkan sistem
desentralisasi
Petugas mencari berkas
27 VIII
rekam medis lebih lama
Tindakan yang di
No Modus Kegagalan RPN Rangking
rekomendasikan
evaluasi
penghitungan rak
penyimpanan Kesalahan penataan rak
2 96 IV
rekam medis penyimpanan
dengan sistem
sentralisasi
evaluasi kebutuhan
luas ruang
Kesalahan penataan ruang
3 penyimpanan 48 V
penyimpanan
dengan sistem
sentralisasi
pengajuan jadwal
untuk menyatukan
Petugas menyediakan berkas
berkas rekam medis
4 rekam medis yang sama 48 VI
rawat jalan dan
untuk semua jenis pelayanan
rawat inap (SDM,
Waktu dan Biaya)
Penyekat/guide tidak
pengadaan guide tersedia pada saat petugas 12 VIII
5 dan perencanaan akan melakukan assembling
anggaran
Belum adanya penyekat/
8 IX
guide
49
Dari tabel diatas dapat disimpulkan perbaikan perubahan sistem dari
desentralisasi ke sentralisasi berdasarkan prioritas tertinggi dari nilai RPN adalah
Revisi regulasi Internal Rumah sakit (kebijakan, pedoman, SOP assembling dan SOP
penyimpanan).
C. Pembahasan
50
satukali pertahun melakukan Failure Mode And Effect Analysis (FMEA)
untuk proses resiko tinggi.
51
Berdasarkan hasil FGD Sumber Daya Manusia merupakan salah satu
faktor yang penting dalam sebuah organisasi dan untuk menganalisis
moda kegagalam dalam perubahan sistem penyimpanan dari desentralisasi
ke sentralisasi. Sedangkan menurut Hasibuan (2016) Sumber Daya
Manusia memiliki peran sentral pada perkembangan suatu organisasi.
SDM merupakan komponen kritis yang berarti tingkat manfaat suber daya
lainya tergantung kepada bagaimana kita memanfaatkan SDM.
Dari hasil FGD guide adalah kertas yang yang berfungsi memisahkan
antara sattus lama dan satus baru pasien rawat inap. Di RSUD
tjitrowardojo Purworejo guide dikenal dengan istilah Cover. Sedangkan
menurut Rustiyanto dan Rahayu (2011) Guide card (tanda batas/sekat
penunjuk) adalah alat yang terbuat dari karton atau plastik tabal yang
berfungsi sebagai penunjuk, pembatas atau penyangga deretan folder yang
ada dibelakangnya.
Ruang penyimpanan berkas rekam medis dan berkas rawat inap masih
terpisah, ruang penyimpann rawat jalan letaknya dibelakang tempat
pendaftaran pasien rawat jalan, sedangkan ruang penyimpanan rawat inap
berada di lantai dua gedung perkantoran. Ruang penyimpanan rekam
medis rawat inap tidak dekat dengan tempat pendaftaran rawat inap karena
setiap pasien mondok akan dibuatkan berkas baru dan tidak digabung
dengan status sebelumnya.
52
Menurut Rustiyanto dan Rahayu (2011) Work space atau area kerja di
bagian filing seharusnya dekat dengan unit kerja rekam medis, agar
supaya dalam mencari dan pendistribusian dokumen rekam medis lebih
cepat. Ruang penyimpanan dokumen rekam medis sebaiknya terpusat
menjadi satu ruangan, baik rawat jalan maupun rawat inap maupun gawat
darurat. Pernyataan ini juga didukug dengan pernyataan dari Budi (2011)
yang menyatakan Penyimpanan berkas rekam medis bertujuan
mempermudah dan mempercepat ditemukan kembali berkas rekam medis
yang disimpan dalam rak filing, mudah mengambil dari tempat
penyimpanan, mudah mengambilnya, melindungu berkas rekam medis
dari pencuri, bahaya kerusakan fisik, kimiawi dan biologi.
53
keparahan, tingkat ketajaman, dan tingkat deteksi. RPN menentukan
prioritas dari kegagalan. RPN tidak memiliki nilai atau arti. Nilai tersebut
digunakan untuk merengking kegagalan proses yang potensial.
54
dari desentralisasi ke sentralisasi. Menurut penelitian dari andiyanto
(2016) Dalam menentukan tingkat deteksi ini dapat ditentukan bagaimana
kegagalan tersebut dapat diketahui sebelum terjadi. tingkat deteksi juga
dapat dipengaruhi dari banyaknya kontrol yang mengatur jalanya proses.
Hal ini di dukung juga dengan penelitian dari Stamatis (1995) yang
menyatakan bahwa Nilai detection diasosiasikan dengan pengendalian saat
ini. Detection adalah pengukuran terhadap kemampuan
mengendalikan/mengontrol kegagalan yang dapat terjadi.
Berdasarkan hasil wawancara dan FGD didapatkan nilai RPN terbesar
yaitu 252. Nilai RPN didapatkan dari perkalian Severity dikali Occurance
dikali Detection. Hasil dilihat dari nilai keparahan atau severity karena
kalau nilai keparahan besar maka mode kegagalannya juga sangat banyak
terjadi.
Menurut Stamatis (1995), RPN menentukan Prioritas dari kegagalan.
RPN tidak memiliki Nilai atau arti. Nilai tersebut digunakan untuk
merangking kegagalan proses yang potensial. Nilai RPN dapat ditinjau
dengan persamaan sebagai berikut :
55
Menurut Azwar (2011), Perencanaan sebagai menyusun rencana
(Plan) cara penyelesaian masalah yang telah ditetapkan ke dalam unsur-
unsur rencana yang lengkap serta saling terkait terpadu sehingga dapat
dipakai sebagai pedoman dalam melaksanakan cara penyelesaian masalah.
D. Keterbatasan Penelitian
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mode kegagalan yang menempati urutan teratas atau yang mendapat
rangking tertinggi dalam tabel mode kegagalan yang menyebabkan cacat
pada perubahan sistem penyimpanan dari desentralisasi ke sentralisasi
yaitu pada aspek sarana prasarana.
2. Risiko kegagalan tertinggi sebesar 252 di dapatkan dari rumus RPN (Risk
Priority Number yaitu pada mode kegagalan petugas tidak melakukan
assembling sedangkan risiko ke gagalan terendah ada di angka 8 yaitu
pada mode kegagalan belum adanya penyekat/guide pada berkas rekam
medis.
3. Priorita Usulan perbaikan untuk perubahan sistem penyimpanan dari
desentralisasi ke sentralisasi berdasarkan nilai RPN tertinggi adalah revisi
regulasi internal rumah sakit (kebijakan, pedoman, SOP ) Assembling dan
penyimpanan berkas rekam medis dari desentralisasi ke sentralisasi
B. Saran
1. Sebaiknya prioritas perbaikan dilakukan pada aspek sarana prasarana, agar
nilai kegagalan pada aspek sarana prasarana dapat diturunkan.
2. Sebaiknya prioritas perubahan sistem penyimpanan dilakukan dari yang
mendapat rangking tertinggi dari nilai RPN yaitu sebaiknya petugas
melakukan assembling pada berkas rekam medis.
3. Sebaiknya dilakukan revisi regulasi internal rumah sakit (Kebijakan,
Pedoman, SOP assembling dan SOP penyimpanan)
57
DAFTAR PUSTAKA
58
Rustiyanto, Ery dan Rahayu, Warih Ambar (2011) Manajemen Filing Dokumen
Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Yogyakarta: Poltekes Permata
Indonesia.
Sailendra, Annie (2015). Langkah-langkah Praktis Membuat SOP. Trans Idea
Publishing, Yogyakarta
Stamatis, D. H. (1995). Falilure Mode and Effect Analysis : FMEA from Theory to
Execution. ASQC Quality Press, Milwaukee
Sugiyono. (2010) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta,
Bamdung
Sulistiyaningsih, (2011), Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif.
Graha Ilmu, Yogyakarta
Tahir, Arif (2014). kebijakan Public dan Daerah. Alfabeta, Bandung
59
L
A
M
P
I
R
A
N
60
81
98
99