SKRIPSI
Oleh :
GHAFUR ROCHIYATMA
190101053P
TAHUN AKADEMIK
2020
HUBUNGAN PEKERJAAN, USIA, DAN JENIS KELAMIN DENGAN
KEJADIAN PTERIGIUM DIRUMAH SAKIT MATA
LAMPUNG EYE CENTER
TAHUN 2020
SKRIPSI
OLEH:
GHAFUR ROCHIYATMA
190101053P
i
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN
JUDUL PROPOSAL:
HUBUNGAN PEKERJAAN, USIA, DAN JENIS KELAMIN DENGAN
KEJADIAN PTERIGIUM DIRUMAH SAKIT MATA LAMPUNG EYE
CENTER TAHUN 2020
NIM : 190101053P
Telah di periksa dan di setujui oleh pembimbing untuk seminar hasil penelitian.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah dan
karunia-Nya, sehingga penyusunan Karya Ilmiahyang berjudul “HUBUNGAN
PEKERJAAN, USIA, DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN
PTERIGIUM DIRUMAH SAKIT MATA LAMPUNG EYE CENTER”,dapat
peneliti selesaikan.Penyelesainproposal penelitian ini juga berkat dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini perkenankan peneliti
menghaturkan rasa terima kasih kepada bapak/ibu yang terhormat:
1. Sukarni, S,ST. M.Kes selaku ketua Universitas Aisyah Lampung.
2. Hardono,S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Ketua Universitas Aisyah Pringsewu.
3. Feri Kameliawati,S.Kep.,Ners.,M.kep selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Aisyah Pringsewu Lampung.
4. Ikhwan Amirudinn,S.Kep.,Ners.,M.kep selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Aisyah Pringsewu Lampung.
5. Hardono, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku pembimbing utama dan pendamping
yang telah banyak membantu penyelesaian penulisan proposal penelitian ini.
6. DR.dr.Prambudi Rukmono Sp.A (K) selaku direktur RS Mata Lampung Eye
Center Bandar Lampung.
7. Dan rekan-rekan yang membantu jalannya penelitian ini.
Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang telah di
berikan dan semoga proposal ini dapat di jadikan pedoman untuk melakukan
penelitian.
Peneliti menyadari dalam penulisan proposal ini masih banyak kekurangan, untuk
itu peneliti sangat mengharapkan masukan serta saran yang membangun guna
perbaikan selanjutnya, semoga Alaah SWT senantiasa melindungi kita semua.
Amin
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
1.Tujuan Umum ....................................................................... 7
2.Tujuan Khusus ...................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 8
E. Ruang Lingkup Penelitian......................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 45
LAMPIRAN....................................................................................................
DAFTAR TABEL
v
Tabel Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar Derajat I .............................................................................................18
Gambar Derajat II.............................................................................................18
Gambar Derajat III............................................................................................18
Gambar Derajat IV...........................................................................................19
KerangkaTeori..................................................................................................35
Kerangka Konsep..............................................................................................36
DAFTAR LAMPIRAN
vii
1. Surat Izin Pra-Survei.....................................................................................
2. Surat Rekom Pra-Survei...............................................................................
viii
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terjadi dengan prevalensi berkisar antara 0,7% dan 33% secara global.
kelamin, ras, dan geografi. Pterygium ditemukan sekitar 23,4% dari orang
kulit hitam, 23,7% dari campuran (orang kulit hitam dan kulit putih), dan
10,2% dari orang kulit putih dalam studi mata di Barbados. Prevalensi
utara Cina, 14,49% di Tibet dan 33,01% di daerah etnis Tionghoa dewasa
salah satu kota dengan insidensi ptergium yang cukup tinggi di Lampung.
nasional tertinggi diikuti oleh Tulang Bawang dan Lampung Timur. Data
Abdoel Moeloek pada tahun 2018 menunjukkan 370 orang yang mendapat
pterygium. Data dari bulan Januari sampai April 2020 menunjukkan 139
3
3
JKN KIS.
mata yang sensitif terhadap cahaya yaitu retina. Retina mengandung sel sel
batang dan kerucut yang akan merubah impuls cahaya yang menjadi
impuls saraf. Setelah melintasi suatu rangkaian lapisan sel saraf dan sel-sel
yaitu tulang rongga orbita setiap mata terdiri atas sebuah bola mata fibrosa
memfokuskan bayangan selapis sel fotosensitif dan suatu system sel dan
udara yang panas dapat menyebabkan kelainan pada mata, salah satu
bekerja sebagai petani dan nelayan yang merupakan faktor risiko untuk
kronik karena sinar matahari, debu dan angin. Penelitian sebelumnya telah
tersebut seperti faktor usia, pekerjaan dan jenis kelamin (Gazzard, 2002)
pada umur di atas 30 tahun sebanyak 2,9% dengan jumlah yang hampr
banyak dijumpai pada orang yang bekerja di luar ruangan dan banyak
terpanjan udara, debu atau sinar matahari dalam jangka waktu lama
umumnya banyak muncul pada usia 20-30 tahun. (Purnomo Dedi dkk,
2017 : 41)
Jenis kelamin dan aktivitas luar ruangan. Pada usia tua banyak yg
5
ruangan serta lebih sering mengalami gangguan pada mata. Dari studi
menderita pterigium dan 2,9% penduduk kota karena penduduk desa lebih
banyak bekerja di luar ruangan seperti petani. Hal ini juga dibuktikan pada
aktivitas di luar ruangan dan 13,6% pada wanita. (Dwi Jayanti Dkk 2017 :
20)
antara lain bare sklera, simple eksisi, eksisi dengan flap konjungtiva,
(Laszuarni, 2009).
6
yang tropis, daerah pesisir pantai, dan daerah perindrustrian yang rentan
pterigium yang diambil pada bulan juni 2020 tercatat 20 pasien menderita
pterigium, dan bulan juli 2020 tercatat 52 pasien menderita pterigium dan
pasien menderita pterigium dan telah dilakukan operasi, itu artinya terjadi
Center Bandar Lampung. Dimana terdapat data pasien yang bekerja dalam
suasana outdoor sebanyak 70% dari dari 130 pasien yang berobat ke RS
Tahun 2020”.
B. Rumusan Masalah
Bandar Lampung?
lingkup skripsi ini. Adapun yang menjadi ruang lingkup adalah sebagai
berikut:
Desember 2020
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Bandar Lampung.
2. Tujuan Khusus
Lampung.
E. Manfaat Penelitian
1. Penulis
2. Institusi/masyarakat
penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian Pterigium
suatu system sel dan saraf yang berfungsi mengumpulkan, memproses dan
sinar matahari, dan udara yang panas dapat menyebabkan kelainan pada
9
terletak di bagian tepi bola mata bagian medial bentuknya menyerupai
b. Epidemiologi
yakni daerah < 37o LU dan LS dan pada daerah > 40o.Pasien dibawah
sesuai dengan umur, terutama decade kedua dan ketiga dari kehidupan,
dan insiden tertinggi pada usia antara 20 dan 49 tahun. Kejadian berulang
10
lebih sering terjadi pada usia yang muda disbanding yang lebih tua. Laki-
c. Patogenesis
11
pterigium.Studi epidemiologik menunjukkan paparan kronis sinar
12
p53, yaitu tipe normal atau wild type serta mutant type. P53 wild
mutasi gen yang tersering dari tumor manusia dan dijumpai lebih
13
b. Teori Progresif Aktif Konjungtivalisasi
pterogium.
c. Teori Angiogenesis
14
d. Histopatologi
migrasi dari sel yang berproliferasi aktif dan invasi lokal sel epitel yang
Spandidos, 2009
puncak, leher dan badan. Puncak adalah bagian pada kornea, leher adalah
yang terletak di limbus, dna badan adalah sclera. Lapisan epitel secara
15
pterigium, epitel kornea menaik dan pada daerah ini membrane Bowman
e. Gambaran Klinis
juga terjadi apabila pterigium tumbuh di bagian nasal dan temporal pada
satu mata (Erry dkk., 2011). Pterigium kecil tidak ada gejala, hanya
pterigium)
16
Pterigium dapat tidak memberikan keluhan atau akan
dellen (Penipisan kornea akibat kering) dan garis besi yang terletak
mm melewati kornea
c. Derajat III : Jika telah melebihi derajat II, tetapi tidak melebihi
Derajat I
17
Derajat II
Derajat III
Derajat IV
2009).
18
f. Diferensial diagnosis
a. Asimptomatik
d. Timbul astigmatisme
mengganggu penglihatan.
19
G. Penatalaksanaan
20
Pembedahan adalah pengobatan pilihan untuk pterigium. Tidak
progresif menuju tengah kornea atau visual axis mata (Lazuarni, 2009).
a. Pterigium eksisi
b. Bare sclera
21
Setelah pterigium di eksisi, sclera menjadi terbuka
rektus.
c. Primary closure
22
konjungtiva, oleh karena itu teori saat ini amnion digunakan
H. Komplikasi
dapat dilakukan eksisi ulang dan graft dengan konjungtiva autograft atau
23
2014).Komplikasi yang jarang adalah malignan degenerasi pada jaringan
b. Merah
c. Iritasi
e. Rekurensi pterigium
i. Prognosa
Rasa tidak nyaman pada hari pertama post operasi dapat ditoleransi.
membrane amnion.
24
j. Pencegahan
kaca mata dan topi. Kemampuan kaca mata dan topi dapat menghambat
k. Faktor Risiko
pterigiumadalah :
25
faktor local seperti kelengkungan kornea, kedalaman ruang anterior
dan ocular menentukan cahaya yang jatuh pada mata. Faktor eksternal
2002).
26
Pertumbuhan pterigium berhubungan dengan paparan yang sering
c. Jenis kelamin
hasil 12,92% pada pria dan 8,43% pada wanita (Saerang, 2011).
27
d. Usia
Usia adalah lamanya seseorang hidup sejak dilahirkan sampai saat ini.
tahun dikatakan mulai masa dewasa, dan pada umur 30-an dikatakan
masih berusia dua dekade. Banyak dari mereka yang mulai bekerja
28
Harlock (1993) membagi periodisasi biologis perkembangan manusia
a) 21 – 30 tahun
b) 31 – 40 tahun
c) 41 – 50 tahun
d) 51 – 60 tahun
e) > 60 tahun
L. Keturunan
29
M. Iritasi kronik dari lingkungan
N. Penelitian Terkait
30
Aceh Utara tahun 2015. Sedangkan usia dan factor pekerjaan tidak
berhubungan.
31
banyak adalah bilateral sebanyak 71 penderita (56,3%). Serta jenis
perempuan pada usia >40 tahun dan bekerja di dalam ruangan serta
letaknya bilateral.
pterigium okuli dekstra sinistra (78,6%), pada sisi nasal (91,9%), dan
lanjut.
5. Luh Putu Eka Naryati (2016) dengan judul Prevalensi dan Hubungan
32
Tahun Ke Atas di Bali. Penelitian ini melibatkan 720 subjek dan
kejadian pterigium.
33
O. Kerangka Teori
Faktor Risiko
Paparan ultraviolet
Kerusakan limbal
Kelainan tear film
stem cell
Pertumbuhan
fibroblastic baru Pterigium
34
P. Kerangka Konsep
diartikan suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep
Pekerjaan
Usia Pterigium
Jenis Kelamin
Q. Hipotesis
35
Ha 1 : Ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian pterigium di RS
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
C. RANCANGAN PENELITIAN
(Nursalam, 2013).
37
D. SUBJEK PENELITIAN
1. Populasi
2. Sampel
a) Besar Sampel
b) Kriteria Sampel
1) Kriteria Inklusi
2) Kriteria ekslusi
38
3. Teknik Pengambilan Sampel
E. VARIABEL PENELITIAN
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep
menggunakan variabel:
39
F. DEFINISI OPERASIONAL
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala
Ukur
Dependen
Independen
Pekerjaan Kegiatan sehari-hari Rekam Melihat 1 = Outdoor Ordinal
penduduk untuk medic rekam 0 = Indoor
memenuhi kebutuhan medik
hidup
40
G. INSTRUMEN PENELITIAN
ceklis yang digunakan untuk pekerjaan, usia dan jenis kelamin dan
H. PENGUMPULAN DATA
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang meliputi
2. Data Sekunder
pasien pterigium, usia pasien dan pekerjaan pasien yang tertulis secara
Pringsewu Lampung.
41
2. Peneliti mengurus Surat Izin Penelitian yang dibuat oleh
dilakukannya penelitian.
lotre.
42
J. PENGOLAHAN DATA
sebagai berikut :
1. Editing
di dalam penelitian.
2. Coding
saat analisis data dan mempercepat pada saat entri data. Pemberian kode
kode 1 apabila outdoor. Untuk variabel usia diberi kode 0 jika < 30 tahun
dan 1 jika > 30 tahun. Untuk Variabel Jenis Kelamin diberi kode 0 jika
3. Processing
K. ANALISA DATA
1) Analisa Univariat
kelamin.
2) Analisa Bivariat
Square).
44
45
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, (2019) Riset Kesehatan Dasar Provinsi Provinsi lampung Tahun
20019.Jakarta
Dora Pona Ardianty, dkk. (2015). Hubungan Faktor risiko dengan kejadian
pterigium di poliklinik mata badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit
Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 : jurnal. Dibuka
pada tanggal 20-09-2020 pukul 10.59 WIB
Eka Naryati, Luh Putu. (2016). Prevalensi dan Hubungan Faktor Risiko dengan
Kejadian Pterigium Pada Penduduk Usia 50 Tahun Ke Atas di Bali.
(https://sinta.unud.ac.id) dibuka pada tanggal 20-09-2020 pukul 17.00
WIB
Ilham, Darul. (2016). Hubungan faktor risiko dengan terjadinya pterigium pada
pasien yang berobat di poli klinik mata RSUDZA Banda Aceh 2016 :
jurnal. (https://etd.unisyah.ac.id) dibuka pada tanggal 20-09-2020 pukul
16.23 WIB
45
46