Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN HIPERTERMIA DI

PUSKESMAS KALIBALANGAN KOTABUMI DENGAN PEMBERIAN

TINDAKAN RENDAM KAKI MENGGUNAKAN

AIR HANGAT

KARYA AKHIR ILMIAH

DISUSUN OLEH:

1. Ade Permana
2. Neti Liyana

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU

TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Demam merupakan bentuk reaksi atau proses alami tubuh

terhadapbakteri, virus atau bakteri sebagai bukti tubuh melawan infeksi

(Wilbert, 2018). Demam (hipertermi) adalah peningkatan suhu tubuh

dari variasi suhu normal sehari-hari yang berhubungan dengan

peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Cara pengukuran suhu

menentukan tinggi rendahnya suhu tubuh. Suhu tubuh normal berkisar

antara 36,5 – 37,2⁰C. Derajat suhu dapat dikatakan demam adalah ≥

38⁰C atau oral temperature ≥ 37,5⁰C atau axillary temperature ≥

37,2⁰C. Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi maupun non

infeksi. Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri,

virus, jamur, ataupun parasit ( Hermayudi & Ariani, 2017).

Hipetermi adalah suatu keadaan suhu tubuh diatas normal akibat

peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar

deman pada anak akibat dari perubahan pada pusat panas

(termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit-penyakit yang ditandai

adanya deman dapat menyerang sistem tubuh. Selain itu demam juga

berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan

non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap

infeksi (Fadli & Hasan, 2018).

1
2

Hipertermia dapat membahayakan keselamatan anak jika

pengobatan hipertermia tidak memadai dan lambat, dapat

menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan anak.

Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, dapat menyebabkan

komplikasi lain seperti: demam, penurunan kesadaran hingga

menimbulkan kejang. Hipertermia yang mencapai suhu 41°C angka

kematiannya mencapai 17%, Dan pada suhu 43°C akan koma dengan

kematian 70%, dan pada suhu 45°C akan meninggal dalam beberapa

jam (Wardiyah, 2015).

Sebagian besar hipertermi pada anak di sebabkan oleh infeksi,

peradangan dan gangguan metabolik. Hal ini menyebabkan perubahan

pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus. Jika hipertermi tidak

segera diatasi dapat menimbulkan efek yang berbahaya pada anak

seperti dehidrasi, kejang demam sampai kematian (Karra, Anas, Hafid,

& Rahim, 2020).

World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah kasus

demam di seluruh dunia mencapai 16-33 juta setiap tahun dan 50-

600.000 meninggal (Hasan, 2018). Data dari kunjungan ke fasilitas

kesehatan anak di Brasil menunjukkan bahwa 19% hingga 30% anak

diskrining untuk hipertermia. Sehingga sebagian besar anak usia 3

hingga 36 bulan rata-rata mengalami 6 serangan hipertermia per tahun.

(Hasan, 2018).

Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

dengan jumlah kasus sebanyak 22 juta per tahun di dunia dan


3

menyebabkan 216.000 – 600.000 kematian. Studi yang dilakukan di

daerah urban di beberapa negara Asia pada anak usia 5–15 tahun

menunjukkan bahwa insidensi dengan biakan darah positif mencapai

180–194 per 100.000 anak, di Asia Selatan pada usia 5–15 tahun

sebesar 400–500 per 100.000 penduduk, di Asia Tenggara 100–200 per

100.000 penduduk, dan di Asia Timur Laut kurang dari 100 kasus per

100.000 penduduk. Komplikasi serius dapat terjadi hingga 10%,

khususnya pada individu yang menderita tifoid lebih dari 2 minggu dan

tidak mendapat pengobatan yang adekuat (Purba, Wandra, Nugrahini,

Nawawi, & Kandun, 2016).

Berdasarkan Profil Kesehatan di Indonesia tahun 2018 jumlah

kejadian hipertermia di Rumah Sakit adalah 80.850 kasus pada

penderita rawat inap dan 1.013 diantaranya meninggal dunia.

Sedangkan pada tahun 2019 penderita hipertermia sejumlah 41.081

kasus pada penderita rawat inap jumlah pasien meninggal dunia

sebanyak 276 jiwa (Depkes RI, 2020). Di Lampung kejadian

hipertermia di Puskesmas dan beberapa Rumah Sakit masing-masing

4000 dan 1000 kasus per bulan, dengan angka kematian 0.8%.

Prevalensi hipertermia di Kota Lampung sebanyak 1,2% dari 10.966

sampel pada tahun 2020 (Riskesdas, 2020).

Bandar Lampung 1.197 kasus tersebut diperoleh dari Januari ada

217 kasus, Februari 177, lalu Maret 158 kasus, April 126 kemudian

Mei 126 dan Juni ada 131 kasus. Sedangkan bulan Agustus sampai
4

dengan tanggal 22 ada 101 kasus. Angka kasus hipertermia di

Puskesmas Kalibalangan Kotabumi selama 3 bulan terdapat

peningkatan yang mana pada bulan Juli terdapat 22 kasus, Agustus

terdapat 25 kasus dan September terdapat 27 kasus.

Hipertermia dapat membahayakan keselamatan anak, jika tidak

ditangani dengan cepat dan tepat akan menimbulkan komplikasi lain

seperti, hipertermi, kejang dan penurunan kesadaran. Hipertermi yang

mencapai suhu 41°C angka kematiannya mencapai 17%, dan pada suhu

43°C akan koma dengan kematian 70%, dan pada suhu 45°C akan

meninggal dalam beberapa jam (wasihun et al., 2015).

Penanganan yang akan dilakukan ada 2 yaitu dengan tindakan

farmakologi dan non-farmakologi. Tindakan farmakologi adalah

pemberian terapi obat antipiretik seperti paracetamol dan cinam, yang

dimasukkan melalui injeksi intravena. Sedangkan tindakan non

farmakologi adalah cara kompres hangat, tepid water sponge (teknik

seka), terapi cairan dengan memperbanyak minum, tidak menggunakan

pakaian tebal, berada dalam ruangan bersuhu normal cukup efektif

dalam menurunkan suhu tubuh (Marni, 2016).

Rendam kaki air hangat merupakan salah satu terapi non

farmakologi jenis hidroterapi yang dapat meningkatkan relaksasi otot,

meredakan nyeri, melebarkan pembuluh darah, meningkatkan

sirkulasi, melemaskan jaringan ikat, memberikan efek menenangkan,

dan meningkatkan kehangatan (Pereira & Sebastian, 2018). Hal ini

dibuktikan dengan hasil penelitian Pereira dan Sebastian (2018),


5

bahwa terapi rendam kaki air hangat selama 15 menit efektif

menurunkan suhu tubuh pada anak usia 6-12 tahun dengan demam.

Berdasarkan data studi kasus di atas, penulis tertarik untuk

melakukan “Asuhan keperawatan pada anak dengan hipertermia di

Puskesmas Kalibalangan Kotabumi dengan pemberian tindakan

rendam kaki menggunakan air hangat”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana pelaksanaan “Asuhan keperawatan pada anak dengan

hipertermia di Puskesmas Kalibalangan Kotabumi dengan pemberian

tindakan rendam kaki menggunakan air hangat”.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Diketahuinya asuhan keperawatan pada anak dengan

hipertermia di Puskesmas Kalibalangan Kotabumi dengan

pemberian tindakan rendam kaki menggunakan air hangat.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hasil pengkajian asuhan keperawatan pada

anak dengan hipertermia di Puskesmas Kalibalangan

Kotabumi dengan pemberian tindakan rendam kaki

menggunakan air hangat.

b. Diketahuinya hasil perumusan masalah asuhan

keperawatan pada anak dengan hipertermia di Puskesmas

Kalibalangan Kotabumi dengan pemberian tindakan

rendam kaki menggunakan air hangat.


6

c. Diketahuinya hasil perencanaan masalah asuhan

keperawatan pada anak dengan hipertermia di Puskesmas

Kalibalangan Kotabumi dengan pemberian tindakan

rendam kaki menggunakan air hangat.

d. Diketahuinya hasil implementasi masalah asuhan

keperawatan pada anak dengan hipertermia di Puskesmas

Kalibalangan Kotabumi dengan pemberian tindakan

rendam kaki menggunakan air hangat.

e. Diketahuinya hasil evaluasi asuhan keperawatan pada anak

dengan hipertermia di Puskesmas Kalibalangan Kotabumi

dengan pemberian tindakan rendam kaki menggunakan air

hangat.

f. Diketahuinya rencana tindak lanjut asuhan keperawatan

pada anak dengan hipertermia di Puskesmas Kalibalangan

Kotabumi dengan pemberian tindakan rendam kaki

menggunakan air hangat.

C. MANFAAT

1. Manfaat Teoritis

Menambah dan mengembangakan ilmu khususnya di

keperawatan anak yang dapat diketahui dengan pemberian

rendam kaki menggunakan air hangat untuk perubahan suhu

tubuh anak.

2. Manfaat praktis

a. Pasien
7

Manfaat bagi pasien menambah wawasan bagi pasien tentang

kasus hipertermia pada anak dan cara penatalaksanaannya

dengan rendam kaki menggunakan air hangat.

b. Tenaga Kesehatan

Manfaat bagi tenaga kesehatan memberikan masukan,

menambah informasi ataupun ilmu pengetahuan dalam

rangka meningkatkan mutu pelayanan, perawatan,

pengetahuan dan keterampilan kerja sehingga dapat terwujud

budaya kerja yang profesionalisme, bermutu dan tenaga

kesehatan yang berkualitas khususnya dalam penanganan

kasus hipertermia.

c. Mahasiswa Praktik Klinik

Manfaat bagi mahasiswa praktik klinik yaitu untuk

memperdalam ilmu atau kasus tentang hipertermia pada anak

d. Puskesmas Kalibalangan

Manfaat bagi Puskesmas Kalibalangan yaitu untuk dapat

meningkatkan pelayanan terutama pemberian asuhan

keperawatan pada anak dengan masalah keperawatan

hipertermia.

D. Pengumplan data
Didalam pengumpulan tugas ini, penulis menyusun penulisan
menggunakan:
1. Pengumpulan data dengan wawancara bersama responden

2. Studi literature

3. Observasi dalam memberikan asuhan keperawatan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Termoregulasi

1. Definisi Termoregulasi

Termoregulasi adalah suatu pengatur fisiologis tubuh manusia


mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu
tubuh dapat dipertahankan secara konstan (Surinah dalam Hartini, 2015).
Gangguan termoregulasi adalah kegagalan mempertahankan suhu tubuh
dalam rentang normal. Suhu tubuh secara normal dipertahankan pada rentang
yang sempit, walaupun terkena suhu lingkungan yang bervariasi (Tim pokja
SDKI DPP PPNI, 2016).

Menurut Surinah Hartini (2015), termoregulasi tubuh dibagi :

1) Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C


2) Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36°C – 37,5°C
3) Febris/pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5°C - 40°C
4) Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C

2. Patofisiologi Gangguan Termoregulasi

Termoregulasi tubuh secara normal dipertahankan pada rentang


yang sempit, walaupun terpapar suhu lingkungan yang bervariasi.
Termoregulasi tubuh secara normal berfluktuasi sepanjang hari, 0,50C
dibawah normal pada pagi hari dan 0,50C diatas normal pada malam
hari.3 Termoregulasi tubuh diatur oleh hipotalamus yang mengatur
keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas. Produksi
panas tergantung pada aktivitas metabolik dan aktivitas fisik.
Kehilangan panas terjadi melalui radiasi, evaporasi, konduksi dan
konveksi. Dalam keadaan normal termostat di hipotalamus selalu diatur
pada set point sekitar 370 C, setelah informasi tentang suhu diolah di
hipotalamus selanjutnya ditentukan pembentukan dan pengeluaran

8
9

panas sesuai dengan perubahan set point (Irianto Koes, 2015).

3. Mekanisme Pengeluaran Panas

Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara simultan.


Stuktur kulit dan paparan terhadap lingkungan secara konstan,
pengeluaran panas secara normal melalui :
a) Radiasi
Transfer panas dari permukaan suatu objek ke permukaan
objek lainnya tanpa kontak lansung diantara keduanya.panas
pada 85% area luas permukaan tubuh diradiasikan
kelingkungan. Vasokontriksi perifer meningkatkan aliran darah
dari organ dalam ke kulit untuk meningkatkan kehilangan panas.
vasokontriksi perifer meminimalisasi kehilangan panas. Radiasi
akan meningkat saat perbedaan suhu antara dua objek semakin
besar.

b) Konduksi
Transfer panas dari dan melalui kontak langsung antara dua
objek. Beda padat, cair, dan gas mengkonduksi panas melalui
kontak. Saat kulit yang hangat menyentuh objek yang lebih
dingin, panas akan hilang. Konduksi hanya berperan untuk
sejumlah kecil kehilangan panas. Contohnya : memberikan
kompres es dan memandikan pasien dengan kain dingin.

c) Konveksi

Transfer panas melalui melalui gerakan udara. Panas


konduksi keudara terlebih dahulu sebelum dibaawa aliran
konveksi, kehilngan panas melalui konveksi sekitar 15%.
Contohnya : kipas angin. Kehilangan panas konvektif meningkat
jika kulit yang lembab terpapar dengan udara yang bergerak.
10

d) Evaporasi
Transfer energi panas sat cairan berubah menjadi gas. Tubuh
kehilangan panas secara kontinu melalui evaporasi. Sekitar 600 –
900 cc air tiap harinya menguap dari kulit dan paru – paru
sehingga terjadi kehilangan air dan panas. tubuh menambah
evaporasi melalui perspirasi ( berkeringat). Saat suhu tubuh
meningka, hipotalamus anterior menberikan sinyal kepada
kelenjar keringat untuk melepaskan keringat melalui saluran
kecil pada permukaan kulit. Keringat akan mengalami evaporsi,
sehingga terjadi kehilangan panas.

e) Diaforesis
Perspirasi yang tampak dan umumnya terjadi pada dahi dan
dada bagian atas. Evaporsi yang berlebihan akan menyebabkan
sisik pada kulit dan rasa gatal serta pengeringan nares dan
faring. Suhu tubuh yang menurun akan menghambat sekresi
kelenjar keringat. Kelainan kongenital berupa ketiadaan kelenjar
keringat dapat menyebabkan seseorang tidak dapat bertahan
pada suhu hangat karena tidak mampu mendinginkan tubuhnya.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Termoregulasi

Menurut Potter & Perry (2012) banyak faktor yang


mempengaruhi termoregulasi. Perubahan suhu tubuh dalam rentang
normal terjadi ketika hubungan antara produksi panas dan
kehilangan panas diganggu oleh variabel fisiologis atau perilaku.
1) Usia
Termoregulasi tubuh dapat berespon secara drastis terhadap
perubahan suhu lingkungan. Oleh karena itu pakaian yang
digunakan juga harus cukup dan paparan terhadap suhu
lingkungan yang ekstrem perlu dihindari. Bila terlindungi dari
lingkungan yang ekstrem, suhu tubuh dapat dipertahankan pada
36,5°C sampai 37,5°C. Produksi panas akan meningkat seiring
11

dengan pertumbuhan tubuh. Regulasi suhu tidak stabil sampai


anak-anak mencapai masa pubertas. Rentang suhu normal turun
secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia.

2) Irama sirkadian
Termoregulasi tubuh berubah secara normal 0,5°C sampai 1°C selama
periode 24 jam. Bagaimana pun, suhu merupakan irama paling stabil
pada manusia. Suhu tubuh biasanya paling rendah antara 01.00 dan
04.00 dini hari. Sepanjang hari suhu tubuh akan naik sampai sekitar
pukul 18.00 dan kemudian turun seperti pada dini hari.
3) Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan termoregulasi tubuh melalui
stimulasi hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologis tersebut
meningkatkan panas. Pasien yang cemas saat masuk rumah sakit atau
tempat praktik dokter termoregulasi tubuhnya akan lebih tinggi dari
normal.
4) Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi termoregulasi tubuh. Jika
termoregulasi dikaji dalam ruangan yang sangat hangat, pasien
mungkin tidakmampu meregulasi termoregulasi tubuh melalui
mekanisme-mekanisme pengeluaran panas dan termoregulasi tubuh
akan naik. (Potter & Perry, 2012)
5. Dampak Gangguan Termoregulasi

a. Kekurangan oksigen ke dalam tubuh


b. Metabolisme meningkat
c. Gangguan pembekuan sehingga megakibatkan perdarahan
d. Shock
e. Apnea (Surinah dalam Hartini, 2015).

6. Macam-macam Gangguan Termoregulasi

a. Hipertermia
Hipertermia merupakan mekanisme pertahanan yang sangat
penting. Peningkatan system imun tubuh.
12

Demam juga merupakan bentuk pertarungan akibat infeksi karena


virus menstimulasi interferon (substansi yang bersifat melawan
virus ). Pola demam berbeda bergantung pada pirogen. Peningkatan
dan penurunan jumlah pirogen berakibat puncak demam dan turun
dalam waktu yang berbeda. Pirogen, seperti bakteri atau virus
meningkatkan termoregulasi tubuh. Pirogen bertindak sebagai
antigen yang memicu respons sistem imun.

b. Kelelahan akibat panas


Kelelahan akibat panas karena terjadi bila diaferosis yang
banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan eletrolit secara
berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. tanda
dan gejala kurang volume cairan adalah hal umum selama kelelahan
akibat panas. tindakan pertama yaitu memindahkan pasien
kelingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan
cairan dan elektrolit

c. Heatstroke
Panas akan menekan fungsi hipotalamus. Pajanan yang lama
terhadap matahari atau lingkungan panas akan membebani
mekanisme kehilangan, panas pada tubuh kondisi ini mengakibatkan
heatstroke yaitu kegawatan berbahaya dengan mortalitas yang tinggi.
Pasien yang berisiko adalah anak-anak, lansia, pederita penyakit
kardiovaskular, hipotiroid, diabetes atau alkoholisme. Resiko ini juga
terdapat pada individu yang mengkonsumsi obat-obatan yang dapat
mengurangi kemampuan tubuh untuk membuang panas. (fenotiazin,
antikolinergik, deuretik, amfetamin, dan antagonis beta-adrenergik),
serta pasien yang berolahraga atau bekerja keras (atlet, pekerja
bangunan, dan petani).

Tanda dan gejala heatstroke adalah rasa bingung, haus yang


sangat, mual, kram otot, gangguan penglihatan dan bahkan
inkontinensia. Tanda yang paling penting adalah kulit yang panas
dan kering.
13

d. Hipotermi
Pengeluaran panas yang hilang saat paparan lama terhadap
lingkungan dingin akan melebihi kemampuan tubuh untuk
menghasilkan panas, sehingga terjadi hipotermi. Hipotermi
dikelompokan oleh pengukuran suhu inti (Mubarok, 2017).

7. Penatalaksanaan gangguan termoregulasi


Pada dasarnya menurunkan demam dapat dilakukan secara fisik,
obat- obatan maupun kombinasi keduanya.

a. Secara fisik

1) Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal


2) Pakaian anak diusahakan tidak tebal
3) Memberikan minuman yang banyak
4) Memberikan kompres

b. Obat-obatan

Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam


menurunkan demam. Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan
antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering
berbeda dalam susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan
dalam efek pengobatannya.Tujuannya menurunkan set point
hipotalamus melalui pencegahan pembentukan prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase.
Asetaminofen merupakan derivate para-aminofenol yang
bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam
susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mg/kgBB/kali
tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90
mg/kgBB/hari. Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga
analgetik dan antiinflamasi. Dosis terapeutik yaitu 5-10
mg/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam.

Dosis terapeutik 10mg/kgBB/kali tiap 6-8 jam dan tidak


dianjurkan untuk anak kurang dari 6 bulan. Pemberiannya secara
14

per oral, intramuskular atau intravena. Asam mefenamat suatu obat


golongan fenamat. Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan
sebagai antipiretik. Dosis pemberiannya 20 mg/kgBB/hari dibagi 3
dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh diberikan anak
usia kurang dari 6 bulan (Butwick, 2018).

B. Konsep Hipertermia

1. Definisi Hipertermia

Pada manusia, suhu tubuhnya cenderung berfluktuasi tiap saat. Ada


banyak faktor yang menjadi penyebab fluktuasi suhu tersebut, agar suhu
tubuh mampu dipertahankan secara konstan, maka diperlukan
pengaturan (regulasi) suhu tubuh. Keseimbangan antara produksi panas
dan kehilangan panas akan menentukan suhu tubuh. Keseimbangan
tersebut dipengaruhi oleh karena kecepatan reaksi kimia bervariasi
sesuai suhu, selain itu sistem enzim tubuh juga memiliki rentang suhu
yang sempit agar berfungsi optimum, maka fungsi tubuh yang normal
tergantung pada suhu badan yang relatif tetap (Sodikin, 2017).
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal
yang tidak teratur, dan disebabkan ketidakseimbangan antara produksi
dan pembatasan panas. Interkulin-1 pada keadaan ini tidak terlibat.
Hipertermia juga didefinisikan dengan suatu keadaan dimana suhu
tubuh melebihi titik set, yang biasanya diakibatkan oleh kondisi tubuh
atau eksternal yang menciptakan lebih banyak panas daripada yang
dapat dikeluarkan oleh tubuh. Hipertermi dapat disebabkan karena
sengatan panas, toksisitas aspirin, kejang dan hipertiroidisme. Pada
keadaan hipertermia pusat pengaturan suhu di hipotalamus berada dalam
keadaan normal. Karakteristik dari hipertermi adalah kejang
(konvulsi), kulit memerah, kulit hangat bila disentuh, kuku kebiruan,
hipertensi dan muka pucat (Sodikin, 2017).

2. Etiologi
15

Berdasarkan kondisi yang dapat menimbulkan kejang demam


menurut Lumban Tobing (2017):
a. Demam itu sendiri, yang disebabkan oleh infeksi saluran
pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan
infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu
yang tinggi.
b. Efek produk toksik daripada mikroorganisme respon alergik
atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
d. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang
tidak diketahui atau ensefalitis toksik sepintas.

3. Tanda dan Gejala

Menurut Eveline, IBCLC, Djamaludin (2010), tanda dan gejala anak


yang mengalami kejang demam adalah sebagai berikut:
a. Demam
Saat kejang anak kehilangan kesadaran, kadang-kadang nafas dapat
berhenti beberapa saat
b. Tubuh termasuk tangan dan kaki jadi kaku, kepala terkulai ke
belakang, disusul munculnya gerakan kejut yang kuat
c. Warna kulit berubah pucat, bahkan tampak membiru dan bola mata
naik ke atas
d. Gigi terkatup dan terkadang disertai muntah

4. Patofisiologi

Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal


yang tidak teratur, dan disebabkan ketidaksieimbangan antara
produksi dan pembatasan panas. Interkulin-1 pada keadaan ini tidak
terlibat. Hipertermia juga didefinisikan dengan suatu keadaan dimana
suhu tubuh melebihi titikset, yang biasanya diakibatkan oleh kondisi
tubuh atau eksternal yang menciptakan lebih banyak panas daripada
yang dapat dikeluarkan oleh tubuh. Hipertermi dapat disebabkan karena
16

sengatan panas, toksisitas aspirin, kejang, dan hipertiroidisme. Pada


keadaan hipertermia pusat pengaturan suhu di hipotalamus berada dalam
keadaan normal (Sodikin, 2017)
Kenaikan suhu 1 C akan mengakibatkan metabolisme basal 10-
15% dan kebutuhan O2 meningkat 20%. Anak berumur 3 tahun
sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan
orang dewasa (hanya 15%), oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat
mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu
singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran
listrik. Ini demikian besarnya sehingga meluas dengan seluruh sel dan
membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang tersebut
neirotransmitter yang terjadi kejang. Anak dengan ambang kejang yang
rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38 C dan anak dengan ambang
kejang demam tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 C atau lebih,
kejang yang berlangsung lama (>15 menit)biasanya disertai apnea.
Meningkatnya kebutuhan O2 dan untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, denyut jantung yang tidak
teratur dan makin meningkatnya suhu tubuh karena tingginya aktifitas
otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Faktor
terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan
hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul
edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otal (Ngastiyah,
2016).

C. Konsep Terapi Rendam Kaki Air Hangat


1. Definisi Rendam Kaki Air Hangat
Rendam kaki air hangat adalah pengobatan nonfarmakologi
yang penggunaan air untuk meringankan berbagai keluhan. Rendam kaki
air hangat dapat memberikan banyak manfaat di antaranya memberikan
badan lebih rileks, menghilangkan rasa pegal, kaku di otot memperlancar
sirkulasi darah, kecemasan, stres, penyakit jantung dan obesitas (Saputra &
Indrani, 2017).
17

2. Manfaat Rendam Kaki Air Hangat


Putri Damarsanti (2018) menjelaskan yaitu :

a. Digunakan untuk berbagai penyakit, seperti pemulihan vitalitas tubuh,


meredakan nyeri pada osteoarthritis (nyeri sendi) (Amal, 2016).
b. Dapat mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah yang
mengakibatkan aliran darah menjadi lancar sehingga otot dapat
berelaksasi.
c. Menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
d. Meningkatkan kualitas tidur (insomnia).
e. Menguraikan faktor psikologis yang menjadi penyebab kecemasan.
3. Efek Fisiologis Rendam Kaki Air Hangat
Rendam kaki air hangat merupakan metode terapi dengan
pendekatan lowtech yang mengandalkan respon-respon tubuh terhadap air
untuk mengobati dan meringankan kondisi yang menyakitkan (Damayanti,
2014). Manfaat merendam kaki air hangat dapat menurunkan kontraksi
otot yang berlebihan sehingga menimbulkan efek rileks yang mengobati
gejala infeksi, insomnia dan kecemasan. Terapi ini juga dapat membantu
sirkulasi darah dan memperlancar atau memperlebar jalannya pembuluh
darahsehingga lebih banyak oksigen yang masuk ke dalam jaringan tubuh,
serta dapat meringankan berbagai masalah kesehatan seperti insomnia,
sakit punggung, remartik, linu panggul, radang sendi, kelelahan, nyeri
otot, kaku, kram, stres dan kecemasan (Wulandari, Ariffianto &
Sekarning, 2016).

Rendam kaki air hangat secara fisiologi terapi ini dapat


menimbulkan efek rileks yang melibatkan saraf parasimpatis dalam sistem
saraf pusat yang berfungsi menurunkan produksi hormon adrenalis atau
efinefrin atau biasa disebut hormon rileks dan meningkatkan sekresi
hormon nonadrenalin atau nonefinefrin atau biasa disebut hormon rileks
sehingga terjadi penurunan ketegangan dan kecemasan dan berakhir
menjadi lebih rileks (Dumitrascu & Lazarescu, 2017).
18

3. Jenis-Jenis Hidroterapi
Berdasarkan Ningrum (2012) menjelaskan jenis-jenis hidroterapi sebagi
berikut :

a. Rendaman Air

Menggunakan bak air atau kolam yang berisi air dengan

merendam seluruh tubuh selama 10 menit.

b. Whirlpoll atau Pusaran Air

Menggunakan alat jet atau juga nozzle untuk memompa

tekanan yang dirancang khusus sesuai kebutuhan.

c. Pancuran Air

Menggunakan pancuran air dengan tekanan dan suhu sesuai

kebutuhan.

d. Terapi Air Hangat dan Dingin

Menggunakan temperatur suhu yang berbeda yaitu panas dan dingin.

4. Dosis Rendam Kaki Air Hangat


Merendam kaki air hangat merupakan pengaplikasian nya sangat
berdampak pada gejala nyeri kronik maupun akut. Rendam kaki air hangat
ini sangat efektif untuk memperlancar peredaran darah serat mengatasi
masalah hormon, dan ketegangan otot. Ada banyak titik akupuntur di
daerah telapak kaki ada enam meridian yakni limpa, perut, ginjal, empedu,
hati kandung kemih (Amot, 2019). Menurut dari penelitian Gilang (2015)
menyatakan bahwa rendam kaki air hangat dicelupkan sampai betis kaki
dengan suhu 39°C - 42°C dan dibiarkan selama 10 menit, dilakukan
pengukuran suhu setiap 5 menit, jika suhu air rendaman turun dapat
dipanaskan kembali sampai sesuai dengan suhu awal yang telah
ditentukan.
19

6. Kontraindikasi Rendam Kaki Air Hangat

Damayanti (2017), kasus kontraindikasi pada rendam kaki air hangat,


meliputi :
1) Penyakit jantung dengan kondisi yang parah,
2) Orang yang memiliki tekanan darah rendah,
3) Penyakit diabetes.

D. Asuhan Keperawatan Hipertermia


1. Pengkajian Identitas Pasien
Pengkajian adalah pendekatan sistemik untuk mengumpulkan data
dan menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien
tersebut (Santosa, 2016). Pengkajian adalah suatu langkah pertama yang
akan dilakukan dalam pengambilan data mengenai identitas pasien.
Pengkajian ini dilakukan agar mendapatkan data dasar dan semua
informasi yang diperlukan perawat untuk mengevaluasi masalah pasien
(Roymond, 2019). Pengkajian yang dilakukan pada anak demam (febris)
antara lain :
a. Data subyektif ( Anamnesa )
Anamnesa adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan
wawancara yang bertujuan untuk mendapatkan sumber informasi
(Nursalam, 2013).
b. Identitas
Identitas harus didapatkan sebelum melakukan wawancara agar
untuk memastikan bahwa klien yang diperiksa itu benar yang dimaksud
dan tidak ada kekeliruan. Identitas meliputi :
c. Nama anak
Nama harus jelas dan lengkap disertai dengan nama panggilan
akrabnya.
d. Umur
Usia anak juga perlu menginterpretasikan data pemeriksaan
klinis anak serta untuk menentukan saat pemberian dosis obat pada
anak.
20

e. Jenis kelamin
Dikaji untuk identitas dan penilaian data pemeriksaan klinis,
misalnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan reproduksi.
f. Anak keberapa
Agar mengetahui ada berapa anggota dalam satu keluarga dan
untuk mendaptkan data genogram.
g. Nama orang tua
Dikaji agar jelas dan tdak keliru dengan orang tua pasien yang
lain.
h. Agama
Keyakinan orang tua pasien dan merupakan pedoman hidup dan
dapat dijadikan pegangan dalam mengmbil keputusan untuk memberikan
tindakan keperawatan dalam spiritual.
i. Pendidikan

Dikaji untuk memperoleh keakuratan data yang diperoleh serta


ditentukan pola penektan anamnesis.
j. Pekerjaan

Dikaji untuk mengetahui kemampuan orang tua dalam menentukan


tindakan dan keperawatan yang dapat dilakukan sesuai dengan
kemampuan orang tua untuk membiayai perawatan anaknya. Dikaji untuk
mengetahui tempat tinggal pasien dan kondisi pasien.
2. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan adalah informasi mengenai kesehatan masa lalu
seseorang, kesehatan keluarganya, dan masalah lainnya.
1) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakn oleh pasien,
sehingga menjadi alasan mengapa pasien dibawa kerumah sakit, dan
keluhan utama pada kasus febris adalah panas dan rewel.

2) Riwayat kesehatan sekarang


Riwayat kesehatan sekarang untuk mengetahui kapan
terjadinya demam, sudah berapa hari demam terjadi, karakteristik
21

demam (pagi hari, siang hari, malam hari, atau sepanjang hari), dan
keluhan lain yang dirasakan pada saat demam (mual, muntah, batuk,
pilek).
3) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu untuk mengetahui apakah pasien
sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit yang sama atau yang
lain.
4) Riwayat kesehatan keluargaRiwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah
keluarga pernah menderita penyakit yang sama, apakah keluarga
memiliki penyakit yang menurun atau menular.
5) Review of system
Review of system adalah tekhnik yang digunakan oleh
penyedia kesehatan untuk mengkaji lebih detail berdasarkan sistem
untuk mendapatkan data yang mendukung masalah yang sedang
dialami oleh pasien tidak hanya saat ini.

3. Diagnosa keperawatan

Menurut (NANDA, 2015) diagnosa yang sering muncul meliputi :


a. Hipertermia b.d proses penyakit
Definisi : peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal.
Batasan karakterisitik :
1. Konvulsi
2. Kulit kemerahan
3. Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal
4. Kejang
5. Takikardi
6. Takipnea
7. Kulit terasa hangat
Faktor yang berhubungan :

Ansietas, penurunan respirasi, dehidrasi, pemajanan lingkungan


yang panas, proses penyakit, pemakaian pakaian yang tidak sesuai
22

dengan suhu lingkungan, peningkatan laju metabolisme, medikasi,


trauma, dan aktivitas berlebih.
1) Menurut SDKI (2017) Definisi Hipertermia adalah suhu tubuh
meningkat diatas rentang normal tubuh.
2) Penyebab

a) Dehidrasi
b) Terpapar lingkungan panas
c) Proses penyakit (mis, infeks., kanker)
d) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
e) Peningkatan laju metabolisme
f) Respon trauma
g) Aktivitas berlebihan
h) Penggunaan inkubator
3) Gejala dan Tanda MayorSubjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a) Suhu tubuh diatas nilai normal
4) Gejala dan Tanda Minor Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a) Kulit merah
b) Kejang
c) Takikardia
d) Takipnea
e) Kulit terasa hangat

5) Kondisi Klinis Terkait


a) Proses infeksi
b) Hipertiroid
c) Stroke
d) Dehidrasi
e) Trauma
f) Prematuritis
23

b. Ketidakefektifan termoregulasi b.d proses penyakit, fluktuasi


suhulingkungan
Definisi : fruktuasi suhu diantara hipotermi dan hipertermi
Batasan karakteristik :
1. Dasar kuku sianostik
2. Kulit kemerahan
3. Hipertensi
4. Pucat sedang
5. Fruktuasi suhu tubuh di atas dan di bawah normal
6. Kulit dingin, kulit hangat
Faktor yang berhubungan :

Usia yang ekstrem, fluktuasi suhu lingkungan, penyakit, dan


trauma.
1) Menurut SDKI (2017) Definisi Termoregulai Tidak
Efektif adalah kegagalan mempertahankan suhu tubuh
dalam rentang normal.

2) Penyebab
a) Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus
b) Fluktuasi suhu lingkungan
c) Prose penyakit (mis. Infeksi)
d) Proses penuaan
e) Dehidrasi
f) Ketidaksesuaian pakaian untuk suhu lingkungan
g) Peningkatan kebutuhan oksigen
h) Perubahan laju metabolisme
i) Suhu lingkungan ekstrem
j) Ketdakadekuatan suplai lemak subkutan
k) Berat badan ekstrem
l) Efek agen farmakologis

3) Gejala dan Tanda MayorSubjektif


(tidak tersedia)
24

Objektif:
a) Kulit dingin/hangat
b) Menggigil
c) Suhu tubuh fluktuatif

4) Gejala dan Tanda Minor Subjektif

(tidak tersedia)
Objektif:
a) Piloereksi
b) Pengisian kapiler >3 detik
c) Tekanan darah meningkat
d) Pucat
e) Frekuensi nafas meningkat
f) Takikardia
g) Kejang
h) Kulit kemerahan
i) Dasae kuku sianotik

5) Kondisi Klinis Terkait


a) Cedera medula spinalis
b) Infeksi/sepsis
c) Pembedahan
d) Cedera otak akut
e) Trauma
c. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh
Definisi : berisiko mengalami kegagalan mempertahankan
suhutubuh dalam kisaran normal.
Faktor yang berhubungan :

Perubahan laju metabolisme, dehidrasi, pemajanan


suhu lingkungan yang ekstrem, usia ekstrem, berat badan
ekstrem, penyakit yang mempengaruhi regulasi suhu, tidak
beraktivitas, pakaian yang tidak sesuai untuk suhu
lingkungan, obat yang menyebabkan vasokontriksi, obat
25

yang menyababkan vasodilatasi, sedasi, trauma yang


mempengaruhi pengaturan suhu tubuh, dan aktivitas yang
berlebihan.
6) Fokus intervensi

Menurut NANDA (2013) fokus intervensi dan


rasional pada diagnosa keperawatan :
a. Hipertermia berhubungan dengan ansietas, penurunan
respirasi, dehidrasi, pemajanan lingkungan yang panas,
proses penyakit, pemakaian pakaian yang tidak sesuai
dengan suhu lingkungan, peningkatan laju metabolisme,
medikasi, trauma, dan aktivitasberlebih.
Tujuan :
1. Klien memperoleh suhu tubuh normal dalam 24
jamberikutnya
2. Klien memperoleh kenyamanan dalam 48 jam
berikutnya.
3. Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan
selama 3hari berikutnya
Hasil yang diharapkan :

1. Suhu tubuh dalam rentang normal


2. Nadi dan RR dalam rentang normal
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada
pusing Intervensi :
a. Monitor suhu tubuh sesering mungkin
Rasional : untuk mengetahui kenaikan suhu
tubuh secaratiba-tiba
b. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
Rasional : untuk menurunkan suhu tubuh
c. Memberi selimut pada pasien.
Rasional : Mendorong kehilangan panas melalui
konduksidan konveksi
d. Berikan antipiretik.
26

Rasional : Antipiretik menurunkan titik pengaturan


e. Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan
dan penanganan emergency yang diperlukan
Rasional : aktivitas dan stres meningkatkan laju
metbolisme,sehingga meningkatkan produksi panas
f. Tingkatkan intake cairan dan monitor IWL
Rasional : Cairan yang hilang membutuhkan
penggantian
g. Sarankan hygiene oral karena membran mukosa
mulut mudahmengering akibat dehiderasi

Rasional : hygiene oral untuk membran mukosa


mulut pasienagar tetap lembab
h. Kurangi aktivitas fisik untuk membatasi produksi
panas.
Rasional : aktivitas dapat meningkatkan suhu tubuh.
i. Lakukan mandi tepid sponge hangat untuk
membantupengeluaran panas secara konduksi.
b. Ketidakefektifan termogulasi berhubungan dengan
usia yang ekstrem, fluktuasi suhu lingkungan,
penyakit, dan trauma.
Tujuan :
Klien memperoleh suhu tubuh normal dalam 24 jam
berikutnya.Hasil yang diharapkan :
Keseimbangan antara produksi panas, panas yang
diterima, dankehilangan panas
Mempertahankan suhu kulit/aksila dalam 95,9˚
sampai 99,1˚F (35,5˚ sampai 37,3˚C).
Intervensi :
1. Kaji suhu tubuh minimal tiap 2 jam
1. Rasional : hipotermia membuat bayi atau anak
cenderung kedinginan
2. Selimuti pasien
27

Rasional : mencegah hilangnya kehangatan pada tubuh


3. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu
dankemungkinan efek negatif dari kedinginan

Rasional : Menurunkan kehilangan panas karena


konveksi/konduksi. Memberi kehilangan panas melalui
radiasi
4. Ganti pakaian atau linen tempat tidur bila basah
Rasional : Menurunkan kehilangan panas melalui
evaporasi
5. Pantau sistem pengatur suhu, penyebar hangat, atau
inkubator (Pertahankan batas atas pada 98,6˚F,
tergantung pada ukuran atau usia bayi/anak.
Rasional : hipertermia dengan akibat peningkatan pada
laju metabolisme, kebutuhan oksigen dan glukosa, dan
kehilangan air tidak kasat mata dapat terjadi bila suhu
lingkungan yang dapat dikontrol, terlalu tinggi.
6. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan
dengan perubahan laju metabolisme, dehidrasi,
pemajanan suhu lingkungan yang ekstrem, usia
ekstrem, berat badan ekstrem, penyakit yang
mempengaruhi regulasi suhu, tidak beraktivitas,
pakaian yang tidak sesuai untuk suhu lingkungan, obat
yang menyebabkan vasokontriksi, obat yang
menyababkan vasodilatasi, sedasi, trauma yang
mempengaruhi pengaturan suhu tubuh, dan aktivitas
yang berlebihan.
Tujuan :
Hidrasi atau jumlah air dalam ruang intraseluler dan
ekstraseluler tubuh dapat terpenuhi.
Hasil yang diharapkan :
2. Suhu tubuh normal 36˚C-37˚C
3. TTV dalam batas normal
28

4. Hidrasi adekuat
5. Tidak menggigil
Intervensi :
a. Pantau suhu tubuh tiap 2 jam sesuai dengan
kebutuhan Rasional : Digunakan untuk
memantau terjadinya kenaikan suhu secara tiba-
tiba
b. Kaji suhu lingkungan dan modifikasi sesuai
kebutuhan Rasional : Dapat membantu dalam
mempertahankan ataumenstabilkan suhu pasien
c. Pantau warna kulit dan suhu tubuh
Rasional : Kehilangan panas dapat terjadi waktu
kulit dipajankan pada lingkungan yang dingin atau
panas
d. Sediakan pengukuran pendinginan dan pemajanan
permukaankulit ke udara
Rasional : Irigasi pendinginan dan pemajanan
permukaan kulit ke udara mungkin dibutuhkan untuk
menurunkan suhu.
e. Berikan antipiretik jika perlu
Rasional : Hipertermia harus dikenali dan diobati
dengan tepat untukmenghindari komplikasi yang
serius.

E. Penelitian Terkait
Penelitian Dian di tahun 2021 tentang “Keefektifan Rendam Kaki
Air Hangat Dalam Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Demam 6 – 12
Tahun” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa p value sebesar
0,000 (p value < 0,05), berarti ada penurunan suhu tubuh setelah
dilakukan rendam kaki hangat. Kesimpulan penelitian ini adalah
rendam kaki air hangat efektif menurunkan suhu tubuh pada anak 6-
12 tahun.
29

Hasil penelitian Mustika Muin (2018) “Manfaat Intervensi


Rendam Kaki Air Hangat Pada Asuhan KeperawatanPasien
Preklamsia Dengan Masalah Utama Hipertensi” diketahui bahwa
analisis menunjukkan terdapat beberapa diagnosis yaitu nyeri akut dan
ansietas serta tekanan darah yang tinggi yaitu200/160 mmHg. Salah
satu intervensi yang dapat diberikan untuk menurunkantekanan darah
serta ansietas dan nyeri yaitu merendam kaki menggunakanair hangat.
Penelitian yang dilakukan oleh Syelinda Eka Jani pada tahun 2021
tentang “Asuhan keperawatan pada anak dengan hipertermia di RSUD
Kardinah Kota Tegal”. Hasil penelitian menunjukan sebelum Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x pertemuan pada
masing-masing responden dengan menggunakan kaidah ONEK
meliputi observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital, lakukan
pendinginan eksternal misalnya kompres hangat atau Water Tepid
Sponge serta berikan cairan oral, anjurkan tirah baring serta edukasi
kepada keluarga pasien dan pasien mengenai penyakit pasien dan cara
penanganan demam, serta kolaborasi pemberian program terapi sesuai
advis dokter didapatkan hasil suhu tubuh menurun dimana pasien
pertama didapatkan suhu tubuh 36,5ºC dan pada pasien kedua
didapatkan hasil suhu tubuh 36,4º.
Rendam kaki air hangat mampu menurunkan suhu tubuh pada anak
dengan demam usia 6-12 tahun di ruang rawat inap anak RSUD
Karanganyar. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tindakan
nonfarmakologi untuk menurunkan suhu tubuh pada anak yang
mengalami demam selama anak di rumah sakit dan memberi
pengetahuan kepada orang tua dalam menangani anak demam ketika
di rumah (Dian, 2021).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian Karya Tulis Ilmiah Akhir

Penelitian karya tulis ilmiah akhir ini menggunakan desain atau metode

penelitian berupa studi kasus dengan asuhan keperawatan pada anak dengan

hipertermia di Puskesmas Kalibalangan Kotabumi dengan pemberian tindakan

rendam kaki menggunakan air hangat.

B. Responden

Responden yang digunakan oleh peneliti yaitu anak dengan anak dengan

hipertermia di Puskesmas Kalibalangan Kotabumi.

C. Lokasi & Waktu

Lokasi penelitian berada di Puskesmas Kalibalangan Kotabumi dan waktu

pelaksaannya masing-masing responden selama 3 hari yang akan dilakukan

pada bulan September Tahun 2022.

D. Tindakan Yang Dilakukan

Tindakan atau intervensi utama yang akan diberikan kepada responden adalah

tindakan pemberian rendam kaki menggunakan air hangat.

E. Pengumpulan Data

a. Tahap persiapan :

1. Persiapan pasien,

2. Pengucapan salam terapeutik,

3. Menjelaskan pada pasien tentang tujuan, proseur dan tindakan yang

dilakukan,

30
31

4. Selama komunikasi menggunakan bahasa yang jelas dan muda

dipahami,

5. Klien/ keluarga diberi kesempatan untuk bertanya dahulu,

6. Menjaga privasi pasien slama komunikasi,

7. Membuat kontrak (waktu, tepat dan tindakan yang akan dilakukan).

b. Persiapan Alat dan Bahan

1. Termometer,

2. Catatan,

3. Air hangat,

4. Baskom/ ember bentuk tabung,

5. Waslap,

6. Air bersih (hangat).

c. Tahap kerja

1. Menjaga privasi klien

2. Berikan klien posisi duduk

3. Mengukur tekanan darah klien 10 menit sebelum dilakukan rendam

kaki menggunakan sphygmomanometer, stetoschope dan dicatat

dalam lembar penilaian observasi.

4. Siapkan ember lalu isi dengan air dingin dan air panas sampai

setengah penuh lalu ukur suhu air (35oC) dengan thermometer air.

5. Jika kaki tampak kotor, maka disarankan untuk mencuci kaki terlebih

dahulu.
32

6. Celupkan dan rendam kaki sampai betis (10 menit)

7. Lakukan pengukuran suhu setiap 5 menit, jika suhu turun maka

tambahkan air panas (kaki diangkat dari ember) dan ukur kembali

suhunya dengan thermometer. Atau bisa dengan cara lansung

mengganti dengan ember yang baru dengan suhu yang sudah diukur

dan pindahkan kaki pasien pada ember selanjutnya atau ember

kedua.

8. Tutup ember dengan handuk untuk mempertahankan suhu

9. Setelah selesai (10 menit), angkat kaki dan keringkan dengan

handuk.

10. Diberikan 2-3x sehari selama 10menit secara berturut selama 3 hari,

11. Ukur suhu tubuh kembali sesudah Setelah tindakan,

12. Rapikan alat

13. Salam terapetik,

d. Tahap terminasi

1. Menanyakan apakah ada penurunan demam selama perlakuan,

2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan,

3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya,

4. Catatan Dokumentasi,

5. Lembar observasi.
33

F. Etika Studi Kasus

Prinsip etika yang digunakan penulis dalam membuat asuhan

keperawatan ini harus diperhatikan hak asasi manusia. Prinsip etika

keperawatan dalam memberikan layanan keperawatan kepada individu,

kelompok/keluarga dan masyarakat, yaitu:

a. Informed consent

Peneliti dalam menjalankan laporan tugas akhir menggunakan

informed consent sebagai suatu cara persetujuan antara peneliti

dengan keluarga, dengan memberikan lembar persetujuan (informed

consent). Informed consent tersebut diberikan sebelum tindakan

keperawatan dilaksanakan dengan memberikan lembar persetujuan

untuk menjadi sasaran asuhan keperawatan. Tujuan informed consent

adalah agar pasien mengerti maksud dan tujuan, mengetahui

dampaknya. Jika pasien bersedia maka mereka harus menandatangani

lembar persetujuan, serta bersedia untuk direkam dan jika keluarga

tidak bersedia maka penelitian harus menghormnati hak pasien.

b. Tanpa Nama (Anonimity)

Peneliti dalam menjalankan laporan tugas akhir menggunakan

etika penelitian keperawatan dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama pasien pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan inisial 1 huruf pada lembar pengumpulan data dan hasil

laporan yang disajikan pada saat presentasi.

c. Kerahasiaan (confidentiality)
34

Peneliti dalam menjalankan laporan tugas akhir menggunakan

etika dalam penelitian untuk menjamin kerahasiaan dari hasil laporan

baik informasi maupun masalah-masalah lainnya, pasien dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti.

d. Otonomi

Otonomi adalah hak untuk membuat keputusan mandiri.

Perawat yang mematuhi prinsip ini menyadari bahwa setiap pasien

unik, berhak menjadi dirinya sendiri, dan berhak memilih tujuan

pribadinya.

e. Beneficence

Beneficence berarti “berbuat baik”. Perawat wajib untuk berbuat

baik, yakni melakukan tindakan yang menguntungkan pasien dan

orang yang mendukung mereka.

Anda mungkin juga menyukai