A
DENGAN TEPID SPONGE DALAM MENURUNKAN PANAS
ANAK DI RUANG NUSA INDAH BAWAH RSUD DR SLAMET
GARUT
KIA
PENDAHULUAN
virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus dan family
genus Aedes, terutama Aedes Aegypti . Lebih lanjut DHF merupakan peyakit
infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti yang menyerang anak, remaja dan dewasa yang ditandai dengan demam
(Kristina, 2020).
tahunnya dengan jumlah terbanyak adalah anak-anak dan diketahui bahwa demam
Tenggara dengan 57% dari total kasus demam berdarah dengue di Asia Tenggara
terjadi di Indonesia, sekitar 2,5% dari penderita DHF tersebut meninggal (WHO,
2017).
Menurut data dari Kemenkes (2019), dari awal tahun 2018 hingga 29
Januari 2019, jumlah penderita DHF yang dilaporkan mencapai 13.683 orang
diseluruh Indonesia. Kemenkes mencatat, jumlah kasus penderita DHF dari tahun
2018 hingga awal tahun 2019 meningkat dengan signifikan. Pada Januari 2018,
hanya menerima laporan kasus 6.800 kasus dengan angka kematian 43 orang.
1
2
Jumlah penderita kasus DHF di Indonesia yang tertinggi yaitu Jawa Timur
dengan jumlah penderita 2.657 kasus DHF dan jumlah kematian 47 kasus, Jawa
Barat dengan jumlah penderita 2.008 kasus dan jumlah kematian 11 kasus, NTT
dengan jumlah penderita 1.169 kasus dan jumlah kematian 14 kasus, Jawa Tengah
dengan jumlah penderita 1,027 kasus dan jumlah kematian 8 kasus, Sulawesi Utara
dengan jumlah penderita 980 kasus dan jumlah kematian 13 kasus, Lampung
dengan penderita 827 kasus, DKI Jakarta dengan jumlah penderita sebanyak 613
Saat ini angka kematian karena penyakit DHF semakin meningkat, tidak
hanya pada kasus anak tetapi juga remaja bahkan dewasa. Penderita DHF akan
mengalami panas tinggi yang disebabkan masuknya virus dengue ke dalam tubuh
yang dapat menimbulkan tanda dan gejala seperti penderita akan mengalami
demam tinggi selama 2-7 hari, suhu tubuh lebih dari 37ºC, mukosa bibir kering,
Masalah keperawatan yang bisa muncul karena DHF, yaitu hipertermia dan
kekurangan volume cairan. (Sodikin, 2012). Menurut (Poter & perry., 2010)
panas maupun mengurangi produksi panas akibat dari peningkatan suhu tubuh.
Terjadinya hipertermia pada anak dengan DHF disebabkan oleh adanya virus di
kejang demam dan dehidrasi dapat dihindari. Terapi non farmakologi untuk demam
3
mandi tepid water sponge, yaitu dengan menggunakan air hangat. Perawatan anak
demam dilakukan dengan berbagai tindakan, seperti pemberian obat penurun panas
(farmakologi), pemberian cairan air yang lebih banyak dari biasanya (manajemen
cairan), penggunaan pakaian yang menyerap keringat, dan melakukan tepid water
Padasaat pemberian tepid water sponge, otak akan menyangka bahwa suhu
diluar panas, sehingga otak akan segera memproduksi dingin dan terjadilah
penurunan suhu tubuh. dengan kompres hangat pada daerah vaskuler yang banyak,
kuat pada kulit akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh
kekulit, hingga delapan kali lipat lebih banyak (Emy Mulyani, 2020).
mengenai Pengaruh Tepid Sponge Dalam Menurunkan Panas Anak Dengan DHF
Keperawatan Dhf Pada An. A Dengan Tepid Sponge Dalam Menurunkan Panas
Mengatasi Hipertermi pada Anak DHF di Ruang Nusa Indah Bawah RSUD
dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data digunakan secara langsung dan
tidak langsung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dilakukan dengan cara mengelap sekujur tubuh dan melakukan kompres pada
bagian tubuh tertentu dengan menggunakan air yang suhunya hangat untuk
jangka waktu tertentu. Pada saat pemberian tepid sponge otak akan menyangka
bahwa suhu diluar panas, sehingga otak akan segera memproduksi dingin dan
terjadilah penurunan suhu tubuh. dengan kompres hangat pada daerah vaskuler
panas dari tubuh kekulit, hingga delapan kali lipat lebih banyak (Emy Mulyani,
2020).
penyekaan keseluruh tubuh dengan menggunakn air hangat dengan suhu 32℃
sampai 37℃, yang bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh yang di atas normal
pemandian tubuh dengan cara mengelap atau melakukan kompres air hangat
dengan suhu 32℃ sampai 37℃ pada daerah vaskuler yang banyak, maka akan
6
7
2.1.3. Indikasi
Menurut Suwiyanto (2019), anak yang di berikan terapi tepid sponge adalah
anak yang mengalami peningkatan suhu tubuh di atas normal yaitu lebih dari
37,5℃.
2.1.4. Kontraindikasi
Hipertermia merupakan gejala yang paling sering muncul pada anak dengan
didefinisikan dengan suatu keadaan suhu tubuh di atas normal sebagai akibat
2.2.2. Etiologi
Menurut PPNI (2018), gejala dan tanda mayor objektifnya yaitu suhu
tubuh diatas nilai normal yaitu di atas 37,5oC. Sedangkan, gejala tanda minor
2.2.4. Dampak
Ketika suhu tubuh sangat tinggi sampai 40℃ dapat menyebabkan kejang
demam. Saat fase demam mulai berkurang dan klien tampak seakan sembuh, hal
ini perlu diwaspadai sebagai awal kejadian syok, biasanya pada hari ketiga dari
demam. Syok dapat terjadi dalam waktu yang sangat singkat, klien dapat
Dampak yang dapat ditimbulkan jika demam tidak ditangani adalah bisa
dari bayi hingga remaja. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan, anak
9
tidak selalu dalam kondisi kesehatan yang optimal tetapi juga berada pada
rentang sehat sakit. Anak merupakan dambaan setiap keluarga. Selain itu setiap
bangsa sebagai asset bangsa, anak harus mendapat perhatian sejak mereka
2020).
atau gizi, perawatan kesehatan dasar, tempat tinggal yang layak, sanitasi,
sandang, kesegaran jasmani atau rekreasi. Kebutuhan emosi atau kasih sayang
(asih), pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra atau
dan selaras antara ibu atau pengganti ibu dengan anak merupakan syarat yang
mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental
merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidkan dan latihan ) pada anak
(Kristina, 2020).
masa atau waktu kehidupan anak. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Kristina (2020), secara umum terdiri atas masa prenatal dan postnatal.
1) Masa prenatal
10
Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu embrio dan fase fetus. Pada
minggu pertama yang dapat terjadi perubahan yang cepat dari ovum menjadi
suatu organisme dan terbentuknya manusia. Pada fase fetus terjadi sejak usia
peningkatan fungsi organ, yaitu bertambah ukuran panjang dan berat badan
otot.
2) Masa postnatal
Terdiri atas masa neonatus, masa bayi, masa usia prasekolah, masa
a. Masa neonatus
dengan masa neonatus (0-28 hari). Pada masa ini terjadi kehidupan yang
organ tubuh.
b. Masa bayi
perkembangan motoric.
11
berada pada fase inisiatif dan rasa bersalah (initiative and guilty). Pada
masa ini, rasa ingin tahu dan adanya imajinasi anak berkembang,
d. Masa sekolah
pubertas.
12
disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala
(Suwiyanto, 2019).
borne virus) ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypty dan Aedes
Demam berdarah adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan
menyebabkan infeksi serius. Dalam beberapa kasus orang mengalami syok dan
demam selama 48 sampai 96 jam. Demam akan mereda selama beberapa hari
tapi kembali tinggi. Ketika ini terjadi, ruam biasanya muncul di atas anggota
(Dengue Hemoragic Fever) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
manusia dan hanya menyebabkan ruam kecil, namun, beberapa gigitan dapat
demam selama 48 sampai 96 jam. Demam akan mereda selama beberapa hari
3) Suara serak
4) Batuk
5) Epistaksis
6) Disuria
8) Muntah
9) Ptekie
10) Ekimosis
2.4.3. Etiologi
gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi virus dengue. Virus dengue penyebab
Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock
2.4.4. Klasifikasi
DHF yaitu:
perdarahan lain
nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (<20mmHg)/ hipotensi
2.4.5. Komplikasi
(2020), yaitu:
a. Perdarahan
terlihat pada uji tourniquet positif, ptekie, ekimosis, dan perdarahan saluran
b. Kegagalan Sirkulasi
Dengue syok syndrome (DSS) biasanya sesudah hari ke 2-7 disebabkan oleh
terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara
progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien
c. Hepatomegali
nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobules hati dan sel-sel
kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limfosit yang lebih besar dan
d. Efusi Pleura
adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi
dyspnea.
dengue yaitu perdarahan massif dan dengue shock syndrome (DSS) atau sindrom
syok dengue (SSD). Syok sering terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun.
Syok ditandai dengan nadi yang lemah dan cepat sampai tidak teraba; tekanan nadi
menurun menjadi 20mmHg atau sampai nol; tekanan darah menurun 80mmHg
atau sampai nol; terjadi penurunan kesadaran; sianosis disekitar mulut dan kulit
ujung jari; hidung, telinga dan kaki teraba dingin dan lembap; pucat dan oliguria
atau anuria.
17
sebagia berikut:
2) Trombositopenia (<100.000/ml)
6) Asidosis metabolik
2.5.1. Pengkajian
keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, mental, social, maupun spiritual
1) Identitas Klien
pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orangtua.
18
2) Keluhan Utama
batuk,mual, muntah, nyeri telan, anoreksia diare atau konstipasi, nyeri ulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada demam berdarah dengue anak
bisa mengalami serangan ulang demam berdarah dengue dengan tipe virus
yang lain.
5) Riwayat Imunisasi
6) Riwayat Gizi
Semua anak dengan status gizi yang baik maupun buruk dapat beresiko,
dengue sering mengalami keluhan mual, muntah dan napsu makan meurun.
19
7) Kondisi Lingkungan
8) Pola Kebiasaan
a. Pola nutrisi
b. Pola Eliminasi
konsistensi.
c. Personal Hygine
menggunting kuku.
mau tidur.
e. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sedikit sakit serta upaya
9) Pemeriksaan Fisik
4. Grade IV: kesadaran koma tanda-tanda vital, nadi tidak teraba, tensi
kadang) sianosis.
c) Hidung: epitaksis
d) Tenggorokan: hyperemia
servikal posterior.
c. Dada
Bentuk simetris dan terkadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura)
d. Abdomen
e. Ekstremitas
d. Ig M dan Ig G positif
dan hiponatremia.
Edukasi
13. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
14. Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
2. Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan Observasi:
cairan asuhan keperawatan diharapkan 1. Periksa tanda dan gejala hypovolemia (mis.frekuensi nadi
Definisi: Peningkatan masalah klien teratasi dengan meningkat, nadi teraba lemah, tekanandarah menurun, tekanan
volume cairan kriteria: nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa, kering,
intravaskular, volume urinmenurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
interstisial, dan / atau 2. Monitor intake dan output cairan
intraselular (PPNI, Terapeutik
2018). 3. Hitung kebutuhan cairan
4. Berikan posisi modified trendelenburg
5. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
6. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
7. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian cairan IV isotons (mis. Nacl, RL)
9. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%,
Nacl 0,4%)
24
Definisi: Beresiko masalah klien teratasi dengan meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
mengalami kriteria: nadi menyempit,turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,
ketidakcukupan aliran volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus dan lemah)
darah ke jaringan 2. Monitor intake dan output cairan
tubuh, yang dapat Terapeutik
mengakibatkan 3. Hitung kebutuhan cairan
disfungsi seluler yang 4. Berikan posisi modified trendelenburg
mengancam jiwa 5. Berikan asupan cairan oral
(PPNI, 2018). Edukasi
6. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
7. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis (mis. cairan NaCl, RL)
9. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
10. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)
11. Kolaborasi pemberian produk darah
29
2.5.4. Implementasi
keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas
kesehatan lain.
2.5.5. Evaluasi
dicapai dan memberikan umpan balik terhadap perawatan dapat dicapai dan
Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari
evaluasi formatif adalah hasil dari umpan balik selama proses keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1) Identitas
Tanggal masuk RS : 8 Desember 2021
Tanggal pengkajian : 9 Desember 2021
No. RM : 01295819
a. Identitas Klien
Nama : An. A
Tempat Tgl Lahir : 3 tahun 5 bulan 30 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Kp. Ciojar, Mekarjaya, Tarogong Kaler
Diagnosa Medik : DHF
b. Identitas Orang Tua
Nama : Tn. D
Usia : 37 tahun
Pendidkan : SD
Pekerjaan : Sopir
Agama : Islam
Alamat : Kp. Ciojar, Mekarjaya, Tarogong Kaler
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit, klien BAB darah sudah
1 bulan, demam naik turun disertai dengan gelisah dan tidak merespon
ketika diajak bicara.
31
32
32
33
b. Riwayat Perkembangan
Ibu klien mengatakan An. A mulai berguling usia 5 bulan, duduk 6 bulan,
merangkak 7 bulan, berjalan 9 bulan, mulai berbicara 9 bulan, bisa
berpakaian sendiri umur 2 tahun.
5) Riwayat Nutrisi
Ibu klien mengatakan An. A diberikan ASI eksklusif dengan cara pemberian
terjadwal 2 jam sekali, lama pemberian 1,5 tahun. An. A diberikan MPASI pada
umur 7 bulan, dan deiberi nasi pada umur 1 tahun.
6) Kebutuhan Nutrisi
a. Kebutuhan Nutrisi
a) BB ideal anak 1-10 tahun:
BBI: (umur tahun x 2) + 8 = (3 tahun x 2) + 8 = 14 kg = 14.000 gram
b) IMT:
BB Kg: (TB x TB (meter)) = 14 : (1,11 x 1,11 meter) = 11,3627
(kategori sangat kurus) = <17
c) Metode Batas Ambang:
Keb. EMB (AMB) 1 Kal x BB ideal x 24 jam = A Kalori
AMB = Akivitas AMB (tabel) x A kalori = B kalori
Fisik
Kebutuhan Energi perhari = B kalori
33
34
b. Kebutuhan Cairan
Menggunakan rumus Darrow
BB<3 Kg 175 cc/KgBB/hr
BB 3-10 Kg 105 cc/KgBB/hr
BB 10 – 15 Kg 85 cc/KgBB/hr
BB > 15 Kg 65 cc/KgBB/hr
BB 10 – 15 = 85cc/KgBB/hari
= 85 cc/14Kg/hari
= 1190 cc/hari
Tetesan Mikro = (1990 cc x 15) : (24 x 60)
= 29.850 cc : 1.440
= 21 tts/mnt
IWL = (14 x 15) : 24 jam
= (14 x 15) : 24 jam
= 210/24 jam = 8,75
Penentuan
= (((10% x CM) x jumlah kenaikan suhu) = IWL normal) : 24 jam
= (((10% x 1190 cc) x (37,7℃ - 37,5℃) + 210) : 24 jam
= ((119 cc x 0,2) + 84) : 24 jam
= (23,8 cc) : 24 jam
= 0,99 cc/jam
Balance cairan = intake – (output + IWL)
= 1.190 cc – (23,8 cc)
= 1.166 cc/24 jam
c. Kebutuan Transfusi
𝑃𝑅𝐶 = (𝐻𝑏 𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 − 𝐻𝑏 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑖)𝑥 𝐵𝐵 𝑥 4
𝑃𝑅𝐶 = (10 − 8,2)𝑥 14 𝑥 4
= (1,8)𝑥 14 𝑥 4 = 126 𝑚𝑙
34
35
35
36
4. Personal Hygiene
a. Mandi 2x/hari Hanya spon
b. Ganti baju 2x/hari 2x/hari
c. Keramas 2x/hari Belum
d. Gunting kuku Setiap panjang Setiap panjang
e. Keluhan Tidak ada Tidak ada
8) Pemeriksaan fisik
BB: 14 kg
TB: 1,11 m
a. Keadaan Umum
a) Keadaan umum : Lemah
b) Kesadaran : Somnolen, GCS 9
b. Tanda-tanda Vital
a) Suhu : 37,8℃
b) Pernafasan : 60 x/m
c) Nadi : 112 x/m
d) Tekanan darah : 100/80 mmHg
e) SpO2 : 97%
c. Persistem
a) Sistem penginderaan dan pendengaran
Posisi telinga simetris, kondisi telinga bersih, tidak ada lesi, fungsi
pendengaran baik, tidak ada benjolan.
b) Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, mata dapat mengikuti pergerakan tangan perawat,
reaksi pupil mengecil saat diberi cahaya.
c) Sistem pernafasan
Lubang hidung simetris, bersih, tidak ada nyeri tekan, bentuk dan
pergerakan dada simetris, suara dada rinkhi kanan dan kiri.
36
37
d) Sistem kardiovaskular
Nadi 112 x/menit.
e) Sistem pencernaan
Bentuk bibir simetris, mukosa bibir kering, bentuk abdomen sekung,
BU 16 x/m.
f) Sistem perkemihan
Klien berjenis kelamin laki-laki, tidak ada nyeri tekan di daerah
kendung kemih.
g) Sistem integumen
CRT<2 detik, warna kulit putih, rambut hitam.
h) Sistem muskuloskeletal
Ekstremitas atas dan bawah dapat digerakkan, kekuatan otot 2 pada
semua bagian ektremitas.
i) Sistem endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid.
j) Sistem neurologis
1) Nervus olfaktorius (saraf sensorik untuk penciuman)
Alat ukur : -
Hasil :-
2) Nurvus optikus (saraf sensorik untuk penglihatan)
Alat ukur :
Hasil : Klien dapat melihat orang-orang disekitarnya seperti
ibu dan neneknya
3) Nervus okulomotorius (saraf motorik untuk mengangkat kelopak
mata keatas, kontraksi pupil)
Alat ukur : Pulpen
Hasil : Bola mata mengikuti arah pergerakan pensil
4) Nervus troklearis (saraf motorik, gerakan mata kebawah dan
kedalam)
Alat ukur : Pulpen
37
38
9) Data Penunjang
Nama : An. A
Tanggal :09-12-21
No. RM : 01295819
38
39
Nama : An. A
Tanggal : 10-12-2021
No. RM : 01295819
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan
Hemoglobin 9,7 11,5 – 13,6 g/dL Rendah
Hematokrit 33 34 – 40% Rendah
Lekosit 6,770 3,000 – 14,500 /mm3 Normal
Trombosit 38,000 150,000 – 440,000 /mm3 Rendah
Eritrosit 4,81 3,95 – 5,25 juta/mm3 Normal
39
40
40
41
41
42
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Hipertermi b.d infeksi virus
2) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
3) Resiko syok b.d peningkatan perdarahan ekstra seluler
3. RENCANA KEPERAWATAN
Tabel 3.6. Rencana Keperawatan
No. SDKI SLKI SIKI
1. Hipertermi b.d infeksi virus Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermi (L15506)
keperawatan selama 3x 24 jam, Observasi
diharapkan masalah klien teratasi 1. Identifikasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi,
dengan kriteria hasil: terpapar lingkungan panas)
- Suhu tubuh dalam batas 2. Monitor suhu tubuh
normal 3. Monitor kadar elektrolit
- Kulit merah (menurun) 4. Monitor haluaran urin
- Takikardi (menurun) 5. Monitor komplikasi akibat hipertermi
Terapeutik
6. Sediakan lingkungan yang dingin
7. Longgarkan atau lepaskan pakaian
42
43
43
44
44
45
45
46
4. IMPLEMENTASI
Tabel 3.7. Implementasi
No. Diagnosa Implementasi
1. Hipertermi b.d infeksi virus Tanggal 9 desember 2021
Jam 08.20
1. Memonitor TTV pasien
2. Mengidentifikasi penyebab hipertermi
3. Memonitor suhu tubuh
4. Menganjurkan memberikan cairan oral
5. Memberikan O2
6. Melakukan kolaborasi pemberian cairan IV dan terapi paracetamol drip
140 mg
46
47
47
48
5. EVALUASI
Tabel 3.8. Evaluasi
No. Diagnosa Evaluasi
1. Hipertermi b.d infeksi virus Tanggal 9 desember 2021
Jam 10.00
S: Ibu klien mengatakan klien demamnya sudah turun
O:
- TD : 90/60 mmHg
- N:
- R:
- 37◦C
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
48
49
O:
- N: 91 x/m
- R: 49 x/m
- S: 36,5◦C
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan Tanggal 9 desember 2021
Jam 21.00
S: Ibu klien mengatakan An. A masih terlihat lemas, namun adaa
peningkatan dalam respon
O: Klien masih terlihat lemas
Hb: 9,7
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
3. Resiko syok b.d peningkatan perdarahan ekstra Tanggal 10 desember 2021
seluler Jam 08.00
S: Ibu klien mengatakan klien masih terlihat lemas namun ada
peningkatan dalam respon
O:
49
50
50
51
Analisis Jurnal
Nama
Judul
No. Penulis, Populasi dan Sampel Jenis Penelitian Data Temuan Penting Nama Jurnal
Penelitian
Tahun
1. Heriaty Pengaruh Populasi: anak yang Penelitian ini adalah Diketahui hasil penelitian dengan Jurnal
Berutu Kompres Tepid mengalami hipertermia studi kasus keenam subyek mengalami Kesehatan
(2019) Water Sponge yang di rawat inap di Dengan demam sebelum dilakukan Bukit Barisan
Terhadap RSU Daerah menggunakan kompres Tepid Water Sponge
Penurunan Suhu Sidikalang desain penelitian dengan suhu pada subyek I yaitu
Tubuh Pada Sampel: sampel yang quasi eksperimen 39ºC subyek II dengan suhu
Anak Yang digunakan pada dengan pendekatan 38,6ºC, subyek III dengan suhu
Mengalami penelitian ini yaitu 6 one group 38ºC, subyek IV dengan suhu
Hipertermi Di responden. pre post test design. 37,8ºC, subyek V dengan suhu
Ruang Melur 37,8ºC, subyek VI dengan suhu
Rumah Sakit 38ºC sementara setelah dilakukan
Umum Daerah kompres Tepid Water Sponge
Sidikalang pada keenam subyek maka
terdapat penurunan suhu yaitu
pada subyek I turun menjadi 37ºC,
subyek II menjadi 37,3ºC, subyek
III menjadi 37ºC, subyek IV
menjadi 37ºC, subyek V menjadi
51
52
52
53
53
54
Meily Terapi Tepid Sampel: sampel dalam proses asuhan Kesimpulan pada studi kasus ini Tuah
Nirmasari Sponge Untuk penelitian ini yaitu keperawatan bahwa terapi tepid sponge pada Tanjungpinang
(2020) Mengatasi sebanyak 2 orang asuhan keperawatan Anak DHF
Hipertermi Pada dengan hipertermi dapat
Anak DHF Di menurunkan suhu tubuh.
Ruang Anggrek
RSUD Kota
Tanjungpinang
54
55
PEMBAHASAN
yang disajikan untuk menjawab tujuan khusus. Setiap temuan perbedaan diuraikan
diantaranya berisi
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang penting dilakukan baik
saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama pasien dirawat di
rumah sakit
Pada tinjauan kasus, data subjektif pengkajian yang dilakukan pada An.
pada An. A dikarenakan Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita
akan menimbulkan viremia, hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat
2020).
bahwa keluhan utama pada klien DHF yang menonjol adalah panas tinggi dan
anak lemah. DHF adalah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh
empat serotype virus dengue dengan ditandai dengan empat gejala klinis yaitu
sirkulasi sampai timbul renjatan sebagai akibat dari kebocoran plasma yang
dapat menyebabkan kematian. Data An. A yang didapat pada saat pengkajian
56
yaitu ibu klien mengatakan SMRS klien BAB darah sudah 1 bulan, demam naik
turun disertai dengan gelisah dan tidak merespon ketika diajak bicara. Tanda-
tanda vital: suhu: 37,8℃, rerespirasi: 60 x/m, nadi: 112 x/m, tekanan darah:
yaitu terjadi penurunan trombosit. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
Trombositopenia dapat terjadi akibat sumsum tulang pada hari ke-4 mengalami
2. Diagnosa Keperawatan
muncul sesuai teori pada data kasus klien 1 dan klien 2 yaitu:
terdapat gejala dan tanda mayor 80-100% untuk validasi diagnosis dan
terdapat tanda minor: suhu tubuh diatas nilai normal. Sedangkan gejala dan
tanda minor subjektif: demam naik turun disertai dengan gelisah dan tidak
merespon ketika diajak bicara dan data objektif: kulit merah, takikardi,
mengatakan SMRS klien BAB darah sudah 1 bulan, demam naik turun
disertai dengan gelisah dan tidak merespon ketika diajak bicara. Keadaan
SDKI (2017) untuk penegakan diagnose risiko syok yaitu risiko syok
3. Intervensi
diberikan terhadap diagnosa utama adalah melakukan terapi tepid sponge yang
59
4. Implementasi Keperawatan
Terapi tepid sponge pada klien dilakukan selama 2 hari. Pada saat melakukan
terapi tepid sponge An. A mengalami demam dengan suhu 37,8℃, selanjutnya
dilakukan terapi tepid sponge pada hari pertama selama 20 menit pada pukul
8.20 dan 20 menit selanjutnya pada pukul 14.30 dan mengalami penurunan
suhu tubuh menjadi 37ºC. Pada hari kedua dilakukan terapi tepid sponge selama
20 menit pada pukul 8.30 dan mengalami penurunan suhu tubuh dengan suhu
36,5ºC.
5. Evaluasi
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi
suatu masalah. Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa jauh
60
(Fitriani, 2020).
Pada keluarga klien mengatakan bahwa terapi tepid sponge ini dapat
evaluasi yang diharapkan dan didapatkan oleh penulis yaitu : Evaluasi yang
hipertermi berhubungan dengan infeksi virus teratasi pada hari kedua, sesuai
4.1. Kesimpulan
1. Pengkajian
Desember 2021. Pada kasus ditemukan demam naik turun disertai dengan
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
Perencanaan yang digunakan dalam kasus ini semua intervensi setiap diagnosa
4. Implementasi Keperawatan
dan sesuai dengan analisa data dengan kebutuhan klien dengan DHF.
5. Evaluasi
yang di berikan. Pada evaluasi yang di lakukan yaitu berdasarkan kriteria yang
peneliti susun terdapat 3 diagnosa keperawatan yang telah teratasi dengan baik
62
sesuai rencana yaitu ipertermi b.d infeksi virus dengan masalah teratasi,
intoleransi aktivitas b.d kelemahan dengan masalah teratasi sebagian, dan risiko
syok b.d peningkatan perdarahan ekstra seluler dengan masalah belum teratasi
4.2.Saran
1) Bagi penulis
Hasil penelitian yang peneliti dapatkan bisa menjadi bahan acuan dan menjadi
klien dengan menggunakan acuan SDKI, SIKI, dan SLKI. Pada Asuhan
Studi kasus ini yang peneliti lakukan tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien
Anak Dengan DHF dapat menjadi acuan bagi perawat dalam memberikan
4) Bagi masyarakat
DHF.
DAFTAR PUSTAKA
63