Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu golongan usia
bayi (0-2 tahun), golongan batita (2-3 tahun), dan golongan prasekolah
(>3-5 tahun). Populasi penduduk didunia sekitar 7,7 miliar pada tahun 2020,
dan akan meningkat menjadi 9,7 miliar pada tahun 2050. Pada tahun 2020
jumlah anak yang berusia 3-6 tahun, yakni mencapai 662 juta jiwa atau
sekitar 8,7% dari total populasi (WHO, 2018).
Anak Anak (3-6 tahun) adalah anak yang telah berusia diatas tiga tahun
namun kurang dari tujuh tahun. Para ahli mengatakan usia anak adalah
usia yang rentang terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Pada masa
ini sering kali anak-anak ditimpa berbagai macam gejala penyakit salah
satu gejalanya adalah demam (Kementrian Kesehatan RI, 2015).
Data Indonesia berdasarkan profil anak Indonesia 2020 terdapat 84,4
juta anak yang terbagi menjadi 43,2 juta anak laki-laki dan 41,1 juta
anak perempuan dari data tersebut 7,4 juta. (Profil anak indonesia
2020). Menurut WHO (World Health Organization), angka kematian anak
pada tahun 2016 masih tinggi yaitu mencapai 6,3 juta. Negara dengan angka
kematian anak tertinggi adalah anak anak dalam sehari yaitu 92% atau
29.000 anak (Rahman et al, 2019). Berdasarkan data dari Kementrian
Kesehatan R I 27 Maret 2020. Total angka kematian bayi (AK B ) berjumlah
49.566 per 1000 kelahiran hidup (KH). Angka kematian A K B di
Jawa Barat (10,93%), Penyebab kematian anak sebesar 71.47% diare,

1
2

10,72% demam, 9,46% ekonomi budaya dan daerah edemis menjadi


kontributor dalam kematian anak dan anak di indonesia (Kemenkes RI, 2020).
Di provinsi Jawa Barat AKB pada tahun 2020 yaitu
1.649/1.447.592 kelahiran h i d u p . Perporsi kematian bayi 81% adalah
kematian post neonatal tertinggi B B L R 42%, Asfiksia 29%. Sedangkan
pada post neo, tertinggi akibat lain-lain 60% dan pneumonia 23% (Dinkes
Provinsi Jawa Barat, 2020). Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran dari
tahun pada tahun 2020 sebanyak 162 kasus A K B . Anak anak yang
meninggal karena kejang demam pada tahun 2019 sebanyak 2/3.724
kelahiran hidup. Pada tahun 2020 angka kematian anak yang mengalami
kejang demam sebanyak 2 dari 3.357 kelahiran hidup. (Dinas Kesehatan
Kabupaten Pangandaran, 2021). Setiap anak yang mempunyai keluhan
tersebut sebagian besar disertai dengan peningkatan suhu tubuh (demam)
(Riskesdas, 2019).
Usia anak merupakan usia yang rentan terhadap penyakit khususnya
penyakit menular. Saat ini, anak-anak sering mengalami berbagai
gejala penyakit, termasuk demam. Demam adalah infeksi atau peradangan
yang disebabkan oleh bakteri, virus atau patogen lain yang melepaskan
pirogenendogen. Pirogen bekerja di hipotalamus, di mana mereka
memicu dan meningkatkan nilai suhu referensi ini memicu reaksi
terhadap dingin,menyebabkan kedinginan, vasokonstriksi dan penurunan
perfusi perifer untuk mengurangi kehilangan panas dan memungkinkan suhu
tubuh mencapai nilai referensi baru. (Kyle & Terri, 2020).
Demam bukan merupakan sebuah penyakit, namun demam merupakan
tanda atau gejala dari timbulnya penyakit. Demam terjadi pada suhu
>37,5°C. Demam merupakan respon normal saat tubuh terkena infeksi, yaitu
saat mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, dan parasit masuk ke dalam
tubuh selain disebabkan oleh infeksi, penyebab demam yang lainya adalah
terkena panas yang berlebihan, dehidrasi, alergi, dan gangguan system
imun (Hartini, 2019).
3

Terdapat beberapa cara untuk menurunkan atau mengendalikan demam


pada anak yaitu dengan cara farmakologi (antipiretik) serta non farmakologi.
Beberapa orang tua bila mendapati suhu anaknya di atas normal langsung
memberikan obat antipiretik yang berbahan dasar kimia seperti golongan
paracetamol, asam silisat, ibu profen, dan lain-lain. Namun penggunaan
antipiretik memiiki efek samping yaitu spasme bronkus, peredaran saluran
cerna, penurunan fungsi ginjal serta menghalangi supresi respon antibody
serum (Andriani & Arisandi, 2020).
Selain antipiretik, energi panas juga dapat digunakan untuk
menurunkan suhu tubuh secara fisik (non farmakologi) melalui metode
konduksi dan evaporasi. Cara menurunkan atau mengendalikan demam pada
anak dapat dilakukan dengan mengenakan pakaian tipis, sering minum,
perbanyak istirahat, mandi dengan air hangat dan kompres. Kompres tidak
memiliki efek samping dan tidak membahayakan ataupun memperparah
kondisi penderita. Selain itu, kompres juga dapat meringankan sehingga pasien
dan keluarga tidak ketergantungan dengan penggunaan obat antifiretik
(Cahyaningrum, 2019).
Pemberian kompres tidak selalu harus diberikan air hangat, metode lain
yang juga diberikan kepada anak-anak yang adalah metode kompres dengan
kompres lidah buaya (Aseng, 2018). Pemberian kompres terapeutik dengan
Lidah buaya dipilih karena 95% kandungan yang terkandung dalam air
lidah buaya, yang memungkinkan pemakainya terhindar dari alergi
kulit. Kandungan air yang melimpah ini digunakan untuk menurunkan
demam melalui mekanisme penyerapan panas dan perpindahan panas ke
molekul air, pada suhu yang lebih rendah.Pemberian kompres ini juga akan
menyebabkan vasodilatasi dalam tubuh.Vasodilatasi inilah yang menyebabkan
pelepasan dari tubuh melalui kulit sebelumnya. menyebabkan pelepasan
panas dari dalam tubuh melalui kulit sebelumnnya (Notoatmodjo, 2018).
Lidah buaya dapat digunakan untuk menurunkan demam, Salah satu
metode untuk menurunkan suhu tubuh dari luar tubuh, dengan cara meletak kan
daging Lidah buaya yang dipotong dengan dan kemudian dicuci dengan
4

air mengalir untuk menghilangkan lendir yang ada pada lidah buaya.
Metode pengeluaran panas dengan kompres lidah buaya ini menggunakan
prinsip konduksi. Melalui metode tersebut, panas dari tubuh responden dapat
pindah kedalam lidah buaya. Konduksi terjadi antara suhu lidah buaya dan
jaringan sekitarnya, termasuk pembuluh darah, sehingga suhu darah
yang melewati daerah tersebut menurun. Kemudian darah tersebut akan
mengalir kebagian tubuh lain dalam proses konduksi terus berlangsung
sehingga setelah dilakukan kompres menggunakan lidah buaya , suhu
tubuh responden dapat menurun (Purnomo, 2019).
Penelitian yang dilakukan (Muzdalifah, 2017). Didapatkan pemberian
kompres Aloe vera berpengaruh terhadap penurunan suhu tubuh pada penderita
demam, hasil penelitiannya menunjukkan penurunan suhu anak setelah
mendapat kompres dari Lidah buaya, pada suhu rata-rata anak yang semula

38,1oC, nilai rata-rata suhu anak menjadi 37,4oC. Hasil penelitian (Yuli.w
dkk, 2019) menunjukkan bahwa suhu sebelum kompres Lidah buaya
terbanyak pada suhu 37.8 sejumlah responden, dan suhu paling sedikit pada
suhu 38.6 dan suhu 38.7 masing-masing responden dan suhu 38.0 dan 38.3
sejumlah 1 sejumlah 3 responden.
Hasil dari studi pendahuluan yang dilaksanakan pada hari Rabu 22
Juni 2022. Bardasarkan dari hasil wawancara kepada ibu klien di Desa
Legokjawa, didapatkan hasil bahwa penatalaksanaan demam selama ini ibu
langsung membawa anaknya ke bidan/dokter ataupun membeli obat di apotik
terdekat ketika mengalami demam. Ketika ditanya mengenai pengobatan
non farmakologi seperti pemberian kompres, ibu pernah memberikan
kompres air hangat. Setelah melihat beberapa jurnal penelitian mengenai
keberhasilan penanganan demam menggunakan kompres lidah buaya, maka
disini peneliti tertarik untuk mengaplikasikan kompres lidah buaya pada anak
di Desa Legokjawa Kabupaten Pangandaran.

B. Rumusan Masalah
5

Hasil penelitian yang sudah dilakukan mengatakan bahwa kompres


demam memggunakan lidah buaya sangat membatu untuk menurunkan
demam pada anak. Demam dapat terjadi karena berbagai proses infeksi dan
non infeksi yang berinteraksi dengan hospes.
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu menurunkan demam pada anak dengan kompres alovera di
desa legokjawa kabupaten pangandaran
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis kasus kelolaan dengan demam pada anak.
b. Melakukan intervensi untuk penurunan demam.
b. Mengetahui efek intervensi kompres lidah buaya pada anak
demam.
D. Ruang lingkup
Proses dalam pembuatan asuhan keperawatan ini meliputi proses
pengkajian dimana peneliti melakukan pengkajian secara langsung dengan
metode home visit, diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan anamnesis
yang ditemui pada kasus, pembuatan intervensi disesuaikan berdasarkan
diagnosa yang diambil implementasi dilakukan pada hari kedua dan evaluasi
dilakukan pada hari ketiga, kemudian selanjutnya dicatat catatan
perkrmbangan klien.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan kajian ilmiah dalam menelaah tentang
pengetahuan terhadap penurunan demam pada anak menggunakan kompres
lidah buaya yang sangat mudah untuk didapatkan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya
dibidang ilmu keperawatan dan dijadikan referensi bagi mahasiswa
dalam mengembangkan penelitian mengenai kompres aloe vera
6

terhadap penurunan demam.


b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan menjadi referensi untuk peneliti
selanjutnya serta lebih menggunakan sampel yang lebih banyak
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners yaitu:
1. Bab I yaitu mendeskripsikan latarbelakang masalah yang
disajikan yang sifatnya luas dan bersifat khusus serta
mendeskripsikan terkait judul dan rumusan masalah yang
akan di ambil.
2. Bab II yaitu mendeskripsikan bagaimana tinjauan teori
tentang masalah yang akan di ambil dan terkait teori asuhan
keperawatan.
3. Bab III yaitu mendeskripsikan kasus kelolaan yang diambil
oleh penulis.
4. Bab IV yaitu EBP (Epidence Based Practice) yang menguraikan
perbandingan antara teori dan situasi yanhg ada di lapangan.
5. Bab V yaitu pembahasan dan menganalisis kasus dari
berbagai teori dan jurnal yang telah di peroleh dari beberapa
sumber seperti Google Scholar, DOAJ dan Portal Garuda serta
dikaitkan dengan manajemen keperawatan.
6. Bab VI yaitu penutup yang berisi kesimpulan dari kelolaan
kasus dan saran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam
1. Pengertian
Demam merupakan kejadian dimana suhu tubuh diatas normal
yang diakibatkan dari pusat pengatur suhu hipotalamus. Bila keadaan
suhu tubuh meningkat dan tidak teratur, karena ketitakseimbangan
antara produksi dan pembatasan panas disebut dengan hipertermia.
Seorang anak dikatakan demam bila temperatur rektal di atas 38‟C,
aksila diatas 37‟C, dan di atas 38‟C pada pengukuran membran
timpaniSodikin (2021). Demam juga diartikan meningkatkannya
temperatur suhu tubuh seacara abnormal. Demam merupakan tanda
klinis suatutradisional, demam diartikan sebagai kenaikan suhu tubuh
diatas normal. Orang tua banyak yang menganggap demam berbahaya
bagi kesehatan anak karena dapat menyebabkan kejang dan kerusakan
otak. Demam merupakan respon tubuh terhadap infeksi, dimana
infeksi adalah masuknya mikroorganisme kedalam tubuh berupa virus,
bakteri, parasite, dan jamur (Setiawan, Rustina, & Kuntarti, 2018).
Bisa disimpulkan bahwa demam merupakan kejadian dimana
suhu di atas batas normal yang dikarenakan pusat pengatur suhu,
namun tidak hanya itu penyebab demam yaitu demam bisa disebabkan
karena respon virus, bakteri, jamur, dan parasit. Anak bisa dikatakan
demam jika suhu anak tersebut temperatur rektal diatas 38‟C, aksila
diatas 37‟C, dan di atas 38‟C pada pengukuran membrane timpani.

7
8

2. Etiologi
Demam merupakan akibat kenaikan set point (oleh sebab
infeksi) atau oleh adanya ketidakseimbangan antara produksi panas
dan pengeluarannya. Demam pada infeksi terjadi akibat
mikroorganisme merangsang makrofag atau PMN membentuk PE
(faktor pyrogen endogenik) seperti IL-1, IL-6, TNF (tumuor necrosis
factor), dan IFN (interferon). Zat ini bekerja pada hipotalamus dengan
bantuan enzim cyclooxygenase pembentuk prostaglandin.
Prostaglandin-lah yang meningkatkan set point hipotalamus. Pada
keadaan lain, misalnya pada tumor, penyakit darah dan keganasaan,
penyakit kolagen, penyakit metabolik, sumber pelepasan PE bukan
dari PMN tapi dari tempat lain. Kemampuan anak untuk beraksi
terhadap infeksi dengan timbulnya manifestasi klinis demam sangat
tergantung pada umur. Semakin muda umur bayi, semakin kecil
kemampuan untuk merubah set-point dan memproduksi panas. Bayi
kecil sering terkena infeksi berat tanpa disertai dengan gejala demam.
Secara garis besar, ada dua kategori demam yang sering kali
diderita oleh anak anak (dan manusia pada umumnya) yaitu demam
noninfeksi dan demam infeksi (Widjaja, 2019).
a. Demam noninfeksi
Demam noninfeksi adalah demam yang bukan disebabkan
oleh masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam noninfeksi
jarang terjadi dan diderita oleh manusia dalam kehidupan sehari-
hari. Demam non-infeksi timbul karena adanya kelainan pada tubuh
yang dibawa sejak lahir, dan tidak ditangani dengan baik. Contoh
demam non-infeksi antara lain demam yang disebabkan oleh adanya
kelainan degeneratif atau kelainan bawaan pada jantung, demam
karena stres, atau demam yang disebabkan oleh adanya penyakit-
penyakit berat misalnya leukimia dan kanker darah (Widjaja, 2016).
9

b. Demam infeksi
Demam infeksi adalah demam yang disebabkan oleh
masukan patogen, misalnya kuman, bakteri, viral atau virus, atau
binatang kecil lainnya ke dalam tubuh. Bakteri, kuman atau virus
dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara,
misalnya melalui makanan, udara, atau persentuhan tubuh.
Imunisasi juga merupakan penyebab demam infeksi karena saat
melalukan imunisasi berarti seseorang telah dengan sengaja
memasukan bakteri, kuman atau virus yang sudah dilemahkan ke
dalam tubuh anak dengan tujuan membuat anak menjadi kebal
terhadap penyakit tertentu. Beberapa penyakit yang dapat
menyebabkan infeksi dan akhirnya menyebabkan demam pada anak
antara lain yaitu tetanus, mumps atau parotitis epidemik, 12 morbili
atau measles atau rubella, demam berdarah, TBC, tifus dan radang
paru-paru (Widjaja, 2016).
3. Patofisiologi
Secara teoritis kenaikan suhu pada infeksi dinilai
menguntungkan, oleh karena aliran darah makin cepat sehingga
makanan dan oksigenasi makin lancar. Namun kalau suhu terlalu tinggi
(di atas 38,5ºC) pasien mulai merasa tidak nyaman, aliran darah cepat,
jumlah darah untuk mengaliri organ vital (otak, jantung, paru)
bertambah, sehingga volume darah ke ekstremitas dikurangi, akibatnya
ujung kaki/tangan teraba dingin.
Demam yang tinggi memacu metabolisme yang sangat cepat,
jantung dipompa lebih kuat dan cepat, frekuensi napas lebih cepat.
Dehidrasi terjadi akibat penguapan kulit dan paru dan disertai dengan
ketidakseimbangan elektrolit, yang mendorong suhu makin tinggi.
Kerusakan jaringan akan terjadi bila suhu tubuh lebih tinggi dari 41℃,
terutama pada jaringan otak dan otot yang bersifat permanen.
10

Kerusakan tersebut dapat menyebabkan kerusakan batang otak,


terjadinya kejang, koma sampai kelumpuhan. Kerusakan otot yang
terjadi berupa rabdomiolisis dengan akibat terjadinya mioglobinemia
(Ismoedijanto, 2019).
4. Manisfestasi Klinik
Terdapat beberapa manisfestasi klinis pada demam atau tanda-
tanda terjadinya demam yaitu suhu 38‟C – 40‟C, Mengigil,
berkeringat, gelisah , nafsu makan menurun, nadi dan pernafasan cepat,
dan petechiae Sri Hartini, Lely Lusmilasari (2018). Sedangkan Sodikin
(2018). Terdapat 3 fase saat terjadinya demam, yaitu fase awal, proses,
dan pemulihan. Dimana setiap fase memiliki beberapa tanda- tanda
klinis, seperti :
a. Fase Awal (dingin atau menggigil)
Pada fase ini akan terdapat beberapa tanda-tanda klinis yaitu
peningkatan denyut jantung, Peningkatan laju dan kedalaman
pernafasan, Menggigil karena tengangan dan kontraksi otot, Pucat
dan dingin karena vasokontriksi, Merasakan sensasi dingin,
Sianosis, dan Keringat berlebihan, Peningkatan suhu tubuh.
b. Fase Proses (proses demam)
Saat terjadinya demam maka akan disertai dengan proses
menggigil menghilang, kulit jadi teraba hangat, merasa tidak panas
namun merasa dingin, meningkatnya nadi dan laju pernafasan, rasa
haus menjadi meningkat, mengalami dehidrasi ringan hingga berat,
sering mengantuk, nafsu makan menurun, lemah, letih serta nyeri
ringan pada otot.
c. Fase Pemulihan
Pada saat ditahap pemulihan muncul tanda-tanda seperti kulit
nampak merah dan hangat, berkeringat karena kulit hangat,
menggigil namun ringan, kemungkinan mengalami dehidrasi.
11

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien demam menurut
Kuntarti, Restina, Yeni, & Setiawan (2018) yaitu:
a. Pemeriksaan fisik
b. pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan darah lengkap,
urine, dan lumbal fungsi.
6. Penatalaksaan Demam
a. Penatalaksanaan Farmakologi
Dalam pemberian antipiretik ini merupakan langkah yang
sering dilakukan oleh orang tua pada zaman sekarang tanpa
mempertimbangkan ukuran derajad suhu anak efek samping dari
pemberian antipiretik ini. Antipiretik tidak mengubah perjalanan
penyakit infeksi biasa pada anak normal. Namun sampai saat ini,
pemberian antipiretik masih merupakan suatu kontrovensi. Mengenai
kegunaan antipiretik untuk menurunkan demam sangat bergantung
pada apakah demam itu merugikan atau menguntungkan (Purnasiwi
et al., 2018).
b. Penatalaksaan Nonfarmakologi (pemberian kompres lidah
buaya)
Pengguaan kompres lidah buaya ini dipilih karena merupakan
obat tradisional. Terapi pemberiam lidah buaya sudah diuji yaitu
sebenarnya kurang efektif dibanding dengan bawang merah. Lidah
buaya memiliki kandungan airsebanyak 95%. Banyaknya kandungan
air dalam lidah buaya ini dapat memberikan efek dingin pada saat
bersentuhan dengan kulit. Kandungan air yang besar dalam lidah
buaya juga dapat dimanfaatkan untuk menurunkan demam melalui
mekanisme penyerapan panas dari tubuh dan mentransfer panas
tersebut ke molekul air kemudian menurunkan suhu tubuh anak. Cara
12

pengaplikasinya Lidah buaya dipotong dengan ukuran 5 x 15 cm, dan


kemudian dicuci dengan air mengalir dan sedikit tambahan garam
untuk menghilangkan lendir yang ada pada lidah buaya tersebut.
Pemberian kompres dilakukan selama 15 menit dan dilakukan
pengukuran suhu pada sebelum dan setelah pemberian kompres
lidah buaya menggunakan termometer digital yang dilakukan pada
area axila (As Seggaf et al., 2017).

B. Kompres Aloe Vera


1. Kompres
Kompres merupakan cara menjaga suhu dengan menggunakan
cairan atau alat yang dapat menjaga suhu tubuh. Ada dua jenis
kompres, yaitu kompres hangat dan kompres dingin. (wardiyah,2019).
a. Kompres hangat
Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain
atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang
ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan
rasa nyaman danmenurunkan suhu tubuh. Sebagian besar tindakan
penanganan demam yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak yang
mengalami demam berdasarkan kebiasaan dan bersifat turun
temurun.
b. Kompres dingin
Kompres dingin dalah terapi nonfarmakalogi yang berfungsi
mengurangi aliran darah ke suatu bagian dan mengurangi
perdarahan serta edema. Diperkirakan bahwa terapi dingin
menimbulkan efek analgetik dengan mempelambat kecepatan hantaran
saraf impuls nyeri yang mencapai otak lebih sedikit. Tujuan dari
kompres dingin adalah menurunkan suhu tubuh pada
hipertemia, mencegah peradangan meluas, mengurangi kongesti,
13

mengurangi perdarahan lokal, mengurangi rasa sakit lokal, dan


agar luka menjadi bersih.
14

2. Aloe vera

a. Definisi
Aloe vera (lidah buaya) merupakan obat tradisional yang
mudah didapat karena dapat kita temukan dimana-mana khususnya
dikalangan pedagang tanaman hias, karena penampilannya yang
cantik juga memiliki keunikan tersendiri sebagai obat tradisional
penurun suhu panas anak. Aloe vera mengandung air hingga 95%,
aloe vera memiliki fungsi konduksi panas dan dapat mengeluarkan
panas. Dengan cara ini, panas dari tubuh responden dapat dialihkan
ke aloe vera dan jaringan di sekitarnya (termasuk pembuluh darah)
akan dilakukan melalui area yang dapat menurunkan suhu tersebut.
Kemudian darah akan mengalir ke bagian tubuh yang lain, dan
terjadi proses konduksi, sehingga setelah menggunakan aloe vera
sebagai kompres suhu tubuh akan turun (As Seggaf, 2017).
b. Kandungan dan manfaat
Saponin yang ada dalam lidah buaya juga bermanfaat
untuk menurunkan suhu tubuh. Ketika lidah buaya ditempelkan di
dahi anak yang demam, maka saponin pada lidah buaya akan
memvasodilatasi kulit, sehingga mempercepat efeknya menurunkan
suhu tubuh. terapi kompres lidah buaya dipilih karena 95% lidah
buaya adalah air, sehingga dapat terhindar dari alergi kulit pada
pemakainya. Saat bersentuhan dengan kulit, lidah buaya memiliki
kadar air yang tinggi dapat memberikan efek pendinginan.
15

Kelembaban yang melimpah ini dapat menurunkan demam dengan


cara menyerap panas tubuh dan memindahkan panas ke molekul air
dan kemudian menurunkan suhu. Pemberian tekanan semacam ini juga
dapat menyebabkan vasodilatasi pada tubuh. Efek vasodilatasi ini
menyebabkan tubuh mengeluarkan panas melalui kulit sebelumnya
(Notoatmodjo, 2018).
C. Keefektifitas Pemberian Kompres Lidah buaya
1. SOP Kompres Lidah buaya
a. Bahan dan Alat
1.Aloe vera (Lidah Buaya)
2.Termometer Digital
3.Pisau
4.Penggaris
5.Garam
b. Tujuan
1. Melancar sirkulasi darah
2. Menurunkan suhu tubuh
c. Indikasi
1. Anak dengan demam 37.3°C - 40°C
d. Prosedur Tindakan
1. Cuci Aloe Vera dengan sedikit garam
2. Ukur Aloe Vera menggunakan penggaris dengan lebar 6 cm dan
panjang 11 cm.
3. Kupas daun aloe vera
4. Setelah dikupas simpan potongan aloe vera yang sudah dikuliti di
bagian dahi dan axila.
5. Pada menit ke 15 ukur suhu tubuh menggunakan termometer digital.
16

e. Evaluasi
1. Respon klien
2. Adakah penurunan suhu
f. Dokumentasi
1. Waktu pelaksanaan
2. Catat hasil dokumentasi dan evaluasi (As Seggaf, 2017).

Proses kehilangan panas terdapat 4 cara yaitu radiasi, evaporasi,


konveksi, dan juga konduksi. Radiasi merupakan proses kehilangan panas
dengan cara inflamerah atau bisa diartikan radiasi merupakan transfer dari
permukaan kulit melalui permukaan luar menggunakan gelombang
elegtromagnetik. Biasanya sebagian besar (+60%) panas akan dilepas
dengan radiasi, sedangkan seperempatnya akan dilepas melalui penguapan
dari kulit dan paru dalam bentuk cair kemudian di ubah menjadi gas.
Konveksi adalah pindahnya panas lewat gerakan udara atau cairan yang
menutupi permukaan kulit. Konduksi yaitu perpindahan antara 2 objek
melalui kontak langsung dengan suhu yang berbeda atau pindahnya panas
yang ada disekitar tubuh (Sodikin, 2019).
Lidah buaya sudah terbukti memiliki efek sebagai antipiretik, hal ini
dibuktikan bersadasarkan hasil dari penelitian, bahwa kompres lidah buaya
berpengaruh dalam menurunkan suhu tubuh anak usia sekolah dengan
demam. Lidah buaya yang sering disebut dengan tanaman hias merupakan
contoh perpindahan pans dengan metode konduksi. Maka dari itu alovera
bisa digunakan untuk menurunkan panas atau suhu tubuh pada anak karena
lidah buaya memiliki kandungan 95% didalam lidah buaya adalah air yang
berfungsi menurunkan suhu tubuh anak dengan kompres lidah buaya ini
menggunakan prinsip konduksi. Melalui metode tersebut, panas dari tubuh
responden dapat pindah kedalam lidah buaya. Konduksi terjadi antara suhu
lidah buaya dengan jaringan sekitarnya termasuk pembuluh darah melalui
17

area tersebut dapat menurunkan suhu tubuh. Kemudian darah tersebut akan
mengalir kebagian tubuh lain proses konduksi berlangsung sehingga
setelah dilakukan kompres menggunakan lidah buaya suhu tubuh akan
terjadi penurunan mencapai angka normal (As Seggaf et al., 2017).
Pengompresan menggunakan lidah buaya diaplikasikan pada anak
usia 3-6 tahun. Anak yang berumur 3-6 tahun dimana regulasi suhu tubuh
stabil sampai mencapai pubertas sehingga anak mudah untuk mengalami
demam. Penggunaan kompres lidah buaya jangan diberikan kepada anak
yang masih bayi karena kulit bayi yang masih sensitife bisa terjadi gatal
karena lender yang ada di lidah buaya itu sendiri (Cahyaningrum et al.,
2016).
Biasanya anak yang diberikan kompres lidah buaya yaitu anak yang
terkena demam infeksi dan non infeksi yang memerlukan penurunan suhu
tubuh, maka pengompresan lidah buaya akan mempengaruhi proses
penurunan suhu tubuh. Frekuensi pencapaian suhu normal berdasarkan
waktu yaitu 15 menit sebanyak 0,133‟C setelah diberikan kompres lidah
buaya (Fatkularini, Asih, & Solechan, 2019).
Resiko dari penggunaan kompres lidah buaya jika terlalu sering
diberikan kompres lidah buaya maka menimbulkan iritasi pada kulit
dengan munculnya kemerahan dan gatal pada kulit anak sehingga mereka
akhirnya mengalami rewel. Lidah buaya yang dicuci dengan menggunakan
air garam mencegah iritasi pada anak karena lidah buaya yang banyak
lender yang menyebabkan rasa tidak nyaman bagi anak yang mengalami
demam karena karena lender yang banyak, maka yang tepat untuk
memberikan kompres lidah buaya yaitu maksimal 2 kali dalam satu hari
dengan selang waktu 18 jam dan pada saat mulai tertidur sehingga anak
tidak rewel serta mudah untuk mengaplikasikan potongan lidah buaya pada
anak.
18

D. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan.
Pengkajian adalah proses pengumpulan semua data secara sistematis
yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan pasien saat ini.
Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek
biologis, psikologis, social, maupun spiritual pasien (Kozier, 2020).
Teori pengkajian pada anak demam (Nursalam, 2019) yaitu:
a. Identitas
1) Pengkajian identitas anak berisi tentang : nama, anak yang ke,
umur, jenis kelamin, dan agama.
2) Pengkajian identitas orang tua berisi tentang : nama, umur,
pekerjaan, pendidikan, agama dan alamat.
b. Riwayat Anak
1) Perawatan anak dalam masa kandungan.
2) Perawatan pada waktu kelahiran.
3) Riwayat imunisasi
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum yang meliputi suhu >38,0’C, nadi cepat,
pernafasan cepat, tekanan darah tinggi, kulit teraba hangat.
2) Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala : bentuk kepala simetris, tidaka ada lesi, kebersihan
kulit kepala baik, jenis rambut lurus, tekstur rambut lembut,
warna rambut hitam dan pertumbuhan rambut subur.
b) Mata : bentuk bola mata simetris, pergerakan normal, keadaan
pupil isokor, konjungtiva merah muda, keadaan kornea baik,
sclera tidak ikterik, bulu mata merata, ketajaman penglihatan
baik, dan reflex kelopak mata baik.
19

c) Hidung : kebersihan hidung baik, tidak terdapat secret mukosa


hidung lembab, pergerakan/nafas cuping hidung tidak ada.
d) Telinga : kebersihan telinga baik, keadaan alat pendengaran
baik, dan tidak terdapat kelainan.
e) Mulut, tidak terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir
tidak kering dan pecah-pecah. Lidah tertutup selaput kotor yang
biasanya berwarna putih, sementara ujung tepi lidah berwarna
kemerahan.
f) Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar/pembuluh darah,
kaku kuduk tidak ada, pergerakan leher baik.
g) Thoraks : bentuk dada simetris, irama pernafasan normal,
t i d a k a d a tarikan otot bantu pernafasan, serta tidak ada
suara nafas tambahan.
h) Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut tidak kembung.
tidak terjadi konstipasi atau diare, kulit teraba hangat dan
kemerahan.
i) Ekstremitas : tidak ada kelainan bentuk atau gerak pada tangan
dan kaki.
j) Pemeriksaan Genetalia
Alat kelamin : kedaan vagina bersih dan tidak ada lesi.
Anus : kedaan bersih dan tidak ada lesi .
d. Analisa Data
N MASALAH
DATA FOKUS ETIOLOGI
O KEPERAWATAN
1 DS: Infeksi Hipertemi.
Ayah bakteri,virus,parasit
mengatakan
bahwa anaknya Reaksi implamasi
panas sejak 2
hari yang lalu Informasi dibawa
dan tidak nafsu
ke hipotalamus
makan.
20

DO:
Pasien Mengatur suhu
terlihat lemas tubuh
dan pucat.
S = Suhu tubuh
38,3 0C >38,0’C
N =
80 x/menit
Demam/hipertermi
RR =
32 x/menit

2. Diagnosa Keperawatan
Hipertemi berhubungan dengan terpapar lingkungan panas
ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal.
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan.
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan.(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

Tabel 4
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil
(SLKI)
Intervensi keperawatan
(SIKI)
Hipertemi berhubungan dengan terpapar lingkungan panas ditandai
dengan suhu tubuh diatas nilai normal
21

Termoregulasi Setelahdilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam


diharapkan :
1. Menggigil menurun
2. Kulit merah menurun
3. Demam menurun
4. Akrosianosis menurun
5. Konsumsi oksigen menurun
6. Piloereksi menurun
7. Vasokonstriksi perifer menurun
8. Kadar glukosa darah membaik
9. Pengisiaan kapiler membaik
10. Ventilasi membaik
11. Kutis memorata menurun
12. Pucat menurun
13. Takikardi menurun
14. Takipnea menurun
15. Bradikardi menurun
16. Dasar kuku sanotik menurun
17. Hipoksia menurun
18. Suhu tubuh membaik
19. Suhu kulit membaik

Observasi
1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
penggunaan incubator)
2. Monitor suhu tubuh.

3. Monitor kadar elektrolit


4. Monitor pengeluaran urine
5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang dingin.
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian.
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh .
4. Berikan cairan oral.
5. Ganti linen setiap hari atau lebih jika mengalami hyperhidrosis (keringat
22

berlebih)
6. Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila
7. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
8. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
2. Kolaborasi pemberian cairan elektrolit dan intravena.

Perencanaan Keperawatan Pada Anak Demam Dengan

Hipertermia sumber:(SIKI DPP PPNI, 2018),(SLKI DPP PPNI, 2019)

4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan
rencana asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu pasien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Perawat melaksanakan atau mendelegasikan
tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap
perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan
mencatat tindakan keperawatan dan respons pasien terhadap
tindakan tersebut (Kozier,2020).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses
keperawatan, dalam konteks ini aktivitas yang direncanakan,
berkelanjutan dan terarah ketika pasien dan professional kesehatan
menentukan kemajuan kemajuan pasien menuju pencapaian
tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan (Kozier,
Erb, G., & A., & Snyder, 2020). Evaluasi terbagi menjadi dua,
23

evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi formatif dilakukan


setelah tindakan kompres lidah buaya, sedangkan evaluasi sumatif
dilakukan sesuai dari rencana tindakan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Rabu, tanggal 22 Juni 2022, pukul
09.30 WIB di rumah pasien di Desa Legokjawa Kabupaten Pangandaran.
Klien adalah seorang anak pertama yang tinggal bersama kedua orang
tuanya. Klien berumur 5 tahun beragama islam, klien berasal dari suku
sunda. Aktivitas keseharian klien mandiri kecuali memakai baju masih
harus dibantu ibunya.
2. Riwayat Kesehatan
Keluarga klien mengatakan bahwa anaknya tidak memiliki alergi,
penyakit menular maupun penyakit keturunan.
3. Kebiasaan klien sehari-hari
Dari hasil wawancara didapatkan bahwa pola makan klien 3x/hari
dengan jadwal makan teratur. Saat ini klien sering berada di rumah juga
sesekali bermain dengan teman sebayanya. Pola tidur klien teratur tidur
lebih dari jam 9 malam dan bangun sekitar jam 5 pagi. Klien melakukan
aktivitas secara mandiri kecuali berpakaian dibantu oleh ibunya. Klien
melakukan BAK dengan frekuensi sebanyak 3-6x/hari.
4. Analisa Data
Nama An.N berusia 5 tahun dengan hasil pengkajian data fokus
objektif yaitu ibu klien mengatakan anaknya demam sudah dua hari dari
saat setelah bermain dengan teman-temannya pada siang hari saat cuaca
panas. Pada saat dikaji ditemukan keadaan klien lemas, suhu tubuh 38,9’C,
dengan nadi cepat dan kulit terasa hangat. Maka masalah keperawatan
yang muncul adalah hipertermi.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat ditegakkan pada klien berdarsakan hasil
anamnesis adalah Hipertemi berhubungan dengan terpapar lingkungan panas
ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal
24
25

C. Intervensi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan pada klien berdasarkan dari diagnosa
yang diangkat yaitu hipertermi adalah Kaji suhu tubuh pasien, anjurkan
keluarga pasien memberi kompres non farmakologi lidah buaya untuk
merangsang penurunan panas atau demam, kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian antipiretik. Pemberian kompres lidah buaya dengan tujuan setelah
dilakukan asuhan keperawatan kompres lidah buaya yaitu Untuk mengetahui
suhu tubuh pasien. Merupakan salah satu penangan demam dan untuk
membantu menurunkan panas pada anak.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan selama dua hari untuk
menurunkan demam pada anak yaitu mengkaji suhu tubuh pasien, melakukan
kompres dengan lidah buaya, menganjurkan keluarga pasien memberi
kompres lidah buaya untuk merangsang penurunan panas atau demam serta
mengkompres pasien dengan lidah buaya. Kompres lidah buaya untuk
menurunkan suhu tubuh anak, metode untuk menurunkan suhu tubuh dari luar
tubuh, dengan cara meletakkan daging Aloe vera yang telah dikupas dan
dicuci untuk menghilangkan gelnya dibagian jidat dan axila atau ketiak
responden.
E. Evaluasi Keperawatan
Penulis menetapkan satu diagnosa keperawatan pada klien yaitu
hipertermi. Evaluasi dilihat untuk menilai tingkat keberhasilan dari tindakan
yang telah dilakukan. Pada awal pertemuan klien terlihat bingung dengan
maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penulis namun setelah diyakinkan
oleh keluarganya klien mulai menerima. Setelah dilakukan kompres lidah
buaya selama dua hari maka penulis melakukan evaluasi pada hari ketiga
ntuk melihat perkembangan demam klien.
26

Dokumentasi
BAB IV
CRITICAL EVIDANCE BASED PRACTICE

Melalui pencarian dari electronic data base mencakup Google Scholar,


DOAJ dan portal garuda dengan kata kunci Kompres lidah buaya untuk
penurunan demam pada anak. Penulis menemukan artikel sebanyak 27 artikel.
Kemudian, penulis hanya menjaring artikel yang dipublikasikan dalam kurun
waktu 2017-2022 sebanyak 10 artikel. Penulis kemudian menjaring artikel
diseleksi berdasarkan artikel yang berbahasa Indonesia sebanyak 7 artikel.
Artikel yang berhasil diseleksi dengan teks lengkap pdf dengan hasil
penelitian asli bukan hasil review artikel. Artikel yang masuk inklusi
menjawab penyusunan karya tulis ilmiah minimal 3 artikel. Penulis mereview
jurnal yang berkaitan dengan kompres lidah buaya. Hasil dari penelusuran
artikel didapatkan bahwa dari ketiga penelitian yang dilakukan di artikel
menujukan bahwa kompres lidah buaya berpengaruh terhadap penurunan
demam pada anak. Adapun artikel terkait tentang kompres lidah buaya
berpengaruh terhadap penurunan demam pada anak sebagai berikut :
Menurut (Nurul Aini Siagian, Dkk, 2021) dalam jurnal yang berjudul
Perbandingan Efektifitas Kompres Air Hangat Dan Kompres Aloe Vera
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Demam Di Puskesmas Deli Tua
Kec. Deli Tua Kab. Deli Serdang Tahun 2020, didapatkan hasil bahwa
kompres lidah buaya dapar menurinkan depam pada anak dengan nilai rata-
rata 67% jika dibandingkan dengan kompres dengan air biasa, penurunannya
mencapai 2,1’C.
Menurut Bagus Purnomo.Dkk (2019) dalam jurnal yang berjudul The
Effect Of Giving Aloe Vera Compress To Decreasing The Body Temperature
Of 3-6 Years Of Children In Puskesmas Nusukan, hasilnya adalah
menunjukkan bahwa suhu sebelum kompres Lidah buaya terbanyak pada suhu
37.8 sejumlah 4 responden, dan suhu paling sedikit pada suhu 38.6 dan suhu
38.7 masing-masing 1 responden dan suhu 38.0 dan 38.3 sejumlah 1 sejumlah
3 responden.
Penelitian yang dilakukan (Muzdalifah, 2019). Didapatkan pemberian
27
kompres Aloe vera berpengaruh terhadap penurunan suhu tubuh pada penderita
demam, hasil penelitiannya menunjukkan penurunan suhu anak setelah
mendapat kompres dari Lidah buaya, pada suhu rata-rata anak yang semula

38,1oC, nilai rata- rata suhu anak menjadi 37,4oC.

28
BAB V
PEMBAHASAN

A. Pengkajian Keperawatan
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada An.N didapatkan
bahwa penyebab demam yang terjadi pada An.N disebabkan oleh
terpapar lingkungan panas ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai
normal selama 2 hari. Usia anak merupakan usia yang rentan terhadap
penyakit khususnya penyakit menular. Saat ini, anak-anak sering
mengalami berbagai gejala penyakit, termasuk demam.
Demam atau hipertermi kali ini disebabkan oleh paparan
lingkungan panas yang menyebabkan kenaikan suhu lebih dari normal
pada anak. Selain karena paparan lingkungan panas, hipertermi bisa
disebabkan dari infeksi virus, bakteri, dehidrasi, respon trauma,
aktivitas berlebih, efek inkubator, peningkatan laju metabolisme, dan
ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan (SDKI).
B. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil anamnesis yang dilakukan, didapatkan satu
diagnosa keperawatan yaitu Hipertemi berhubungan dengan terpapar
lingkungan panas ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal.

29
30

C. Perencanaan Keperawatan
Anak yang mengalami hipertermi dapat diberikan intervensi non
farmakologi yaitu kompres lidah buaya untuk menurunkan suhu tubuh
anak. Kompres lidah buaya yaitu metode untuk menurunkan suhu
tubuh dari luar tubuh, dengan cara meletakkan daging Aloe vera yang
telah dikupas dan dicuci untuk menghilangkan gelnya dibagian axila
atau ketiak respnden. Metode pengeluaran panas dengan kompres
lidah buaya ini menggunakan prinsip konduksi. Melalui metode
tersebut, panas dari tubuh responden dapat pindah kedalam lidah
buaya. Konduksi terjadi antara suhu lidah buaya dengan jaringan
sekitarnya termasuk pembuluh darah sehingga suhu darah yang
melalui area tersebut dapat menurun. Kemudian darah tersebut akan
mengalir kebagian tubuh lain dan proses konduksi terus berlangsung
sehingga setelah dilakukan kompres menggunakan lidah buaya, suhu
tubuh pasien dapat menurun.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan selama 3 hari mulai
dari pengkajian sampai dengan catatan perkembangan. Pengompresan
dilakukan selama dua kali dalam satu hari selama dua hari,
pengompresan dilakukan pada saat anak demam pada pukul 08.00
WIB setelah bangun tidur dan pada pukul 20.00 WIB saat menjelang
tidur. Metode untuk menurunkan suhu tubuh dari luar tubuh, dengan
cara meletakkan daging Aloe vera yang telah dikupas dan dicuci
untuk menghilangkan gelnya dibagian dan diletakkan di jidat lalu di
ketiak responden. Metode pengeluaran panas dengan kompres lidah
buaya ini menggunakan prinsip konduksi. Melalui metode tersebut,
panas dari tubuh responden dapat pindah kedalam lidah buaya.
Pelaksanaan kompres lidah buaya dilakukan selama dua hari berturut-
turut dan di evaluasi pada hari ke 3.
Saat sebelum dilakukan kompres lidah buaya demam anak
38,9’C. Pada kali pertama dilakukan pengompresan, demam menjadi
31

38,8, pada kali kedua suhu menjadi 38,6. Pada kali ketiga di hari
selanjutnya, suhu menjadi 37,9. Pada kali ke empat dilakukan
pengompresan suhu menjadi 37,3. Dilakukan kompres lidah buaya
selama empat kali dalam dua hari, didapatkan demam anak menurun
sebanyak 1,6’C. Dengan ini dapat dinyatakan hasil penelitian sesuai
dengan Epidance Based Practise bahwasanya kompres lidah buaya
dapat menurunkan demam pada anak.
E. Evaluasi Keperawatan
Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan selama 3 hari mulai
dari pengkajian sampai dengan catatan perkembangan. Pelaksanaan
implementasi keperawatan dilakukan sebanyak 2 kali dalam 2 hari
berturut-turut kemudian dilakukan pengukuran suhu demam anak
menggunakan termometer dengan suhu sebelum dilakukan kompres
lidah buaya adalah 38,9’C. Pada kali pertama dilakukan
pengompresan, demam menjadi 38,8, pada kali kedua suhu menjadi
38,6. Pada kali ketiga di hari selanjutnya, suhu menjadi 37,9 dan suhu
sesudah 4 kali diberikan selama 12x28jam menjadi 37,3’C.
BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari karya ilmiah ini dapat disimpulkan bahwa anak:
1. Penulis mampu menganalisis keadaan demam pada anak usia 3-6 tahun
selama 3 hari dari mulai pengkajian sampai dengan tahap evaluasi.
2. Melakukan intervensi kompres lidah buaya selama empat kali pemberian.
3. Demam anak usia 3-6 tahun dapat diturunkan dengan menggunakan kompres
lidah buaya dengan hasil sebelum diberikan kompres lidah buaya demam
38,9’C dan sesuadah diberikan kompres lidah buaya suhu menjadi 37,3.
Dengan jumlah penurunan 1,6’C. Sehinga kompres lidah buaya
terbuktindapat menurunkan demam pada anak.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat diberikan saran antara lain:
1. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini dijadikan sebagai rujukan untuk memperbaharui
kurikulum disesuaikan dengan perkembangan ilmu, mengingat ilmu
kesehatan yang selalu mengalami perkembangan yang cepat.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dilakukan penelitian serupa dengan menggunakan sampel yang
banyak sehingga penelitian ini di jadikaacuan untuk pengembangan penelitian
lebih lanjut dalam bidang kesehatan keperawatan anak.

32

Anda mungkin juga menyukai